Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MOBILISASI

A. Pengertian

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan
untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit
degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).

Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi


kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai
bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.

Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan
kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari
kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).

B. Penyebab

Faktor-faktor yang mempngaruhi mobilisasi

1. Gaya hidup

Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang dianut,
serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).

2. Ketidakmampuan

Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan aktivitas
hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan dibagi menjadi dua yaitu :

a. Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma (misalnya :


paralisis akibat gangguan atau cedera pada medula spinalis).

b. Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan


primer (misalnya : kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit tertentu
dan kondisi cedera akan berpengaruh terhadap mobilitas.

3. Tingkat energi

Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini
cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.

4. Usia

Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi. Pada


individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun sejalan
dengan penuaan (Mubarak, 2008)

C. Klasifikasi
Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas
antara lain :

1. Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang


disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.

2. Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk
dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak

3. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau
kehilangan seseorang yang dicintai

4. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering
terjadi akibat penyakit.(Mubarak, 2008).

Rentang Gerak dalam mobilisasi

Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :

a. Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

b. Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan
otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.

c. Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan (Carpenito, 2000).

D. Patofisiologi

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,


skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan
tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai
sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi
isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik
menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau
gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi
isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat.
Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,
fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra
indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan
tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan
pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang
berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan
tegangan otot yang seimbang.

Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang


bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan
mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.

Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal


adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek,
pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan,
melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam
pembentukan sel darah merah.

Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:

- Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan stabilitas. Tidak ada
pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra.

- Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan menggunakan


kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago terdapat pada tulang yang
mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.

- Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang disatukan dengan
ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan, dapat
bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan
fibula) .

- Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas
dimana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan
oleh ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi pangkal paha (hip)
dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada jari.

- Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat
sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago. Ligamen itu elastis
dan membantu fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif. Misalnya, ligamen antara
vertebra, ligamen non elastis, dan ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord
(tulang belakang) saat punggung bergerak.

- Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot
dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis, serta mempunyai panjang dan
ketebalan yang bervariasi, misalnya tendon akhiles/kalkaneus.

- Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler, terutama
berada disendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi mempunyai sejumlah
besar kartilago temporer. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usia
lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.
- Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer utama, berada di
konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.

- Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu dan
aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara
berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk memberi
postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki
secara terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini sampai
memutuskan untuk mengubah posisi.

E. Pathway

Perdarahan

Oklusi

Penurunan perfusi jaringan

Hipoksia

Iskemia

Metabolisme anaerob aktivitas elektrolit terganggu

Penurunan asam laktat pompa Na dan K gagal

Asidosis lokal, H meningkat, PCO meningkat, PCO2 menurun


edema serebral TIK meningkat

Gangguan perfusi
jaringan
perfusi otak menurun herniasi otak

nekrosis jaringan otak kematian

defisit neurologis

lobus frontalis
lobus temporalis lobus parietalis lobus oksipitalis

Intoleransi aktivitas Defisit perawatan diri

Gangguan mobilisasi
F. Pengkajian Keperawatan

1. Aspek biologis

a. Usia. Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan aktifitas, terkait dengan
kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah postur
tubuh yang sesuai dengan tahap pekembangan individu.

b. Riwayat keperawatan. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya gangguan
pada sistem muskuloskeletal, ketergantungan terhadap orang lain dalam
melakukan aktivitas, jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien dan
lain-lain.

c. Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap tubuh, dan dampak
imobilisasi terhadap sistem tubuh.

2. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah bagaimana respons
psikologis klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang dialaminya, mekanisme
koping yang digunakan klien dalam menghadapi gangguan aktivitas dan lain-lain.

3. Aspek sosial kultural

Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk mengidentifikasi


dampak yang terjadi akibat gangguan aktifitas yang dialami klien terhadap
kehidupan sosialnya, misalnya bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan, peran
diri baik dirumah, kantor maupun sosial dan lain-lain

4. Aspek spiritual

Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan dan nilai yang
dianut klien dengan kondisi kesehatan yang dialaminya sekarang, seperti apakah
klien menunjukan keputusasaannya? Bagaimana pelaksanaan ibadah klien dengan
keterbatasan kemampuan fisiknya? Dan lain-lain (Asmadi, 2008).

G. Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas

2. Gangguan mobilitas fisik

3. Defisit perawatan diri (Tarwoto & Wartonah, 2003)

H. Intervensi Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum

No Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan


Keperawatan
( NOC ) (NIC )
(NANDA)
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Asuhan Managemen Energi
berhubungan dengan keperawatan selama …. x 24 jam :
Kelemahan umum - Tentukan penyebab keletihan:
- Klien mampu mengidentifikasi :nyeri, aktifitas, perawatan ,
aktifitas dan situasi yang pengobatan
menimbulkan kecemasan yang
berkonstribusi pada intoleransi - Kaji respon emosi, sosial dan
aktifitas. spiritual terhadap aktifitas.

- Klien mampu berpartisipasi dalam - Evaluasi motivasi dan keinginan


aktifitas fisik tanpa disertai klien untuk meningkatkan
peningkatan TD, N, RR dan aktifitas.
perubahan ECG

- Monitor respon kardiorespirasi


- Klien mengungkapkan secara terhadap aktifitas : takikardi,
verbal, pemahaman tentang disritmia, dispnea, diaforesis,
kebutuhan oksigen, pucat.
pengobatan dan atau alat yang
dapat meningkatkan toleransi - Monitor asupan nutrisi untuk
terhadap aktifitas. memastikan ke adekuatan
sumber energi.
- Klien mampu berpartisipasi dalam
perawatan diri tanpa bantuan - Monitor respon terhadap
atau dengan bantuan minimal pemberian oksigen : nadi,
tanpa menunjukkan kelelahan irama jantung, frekuensi
Respirasi terhadap aktifitas
perawatan diri.

- Letakkan benda-benda yang


sering digunakan pada tempat
yang mudah dijangkau

- Kelola energi pada klien dengan


pemenuhan kebutuhan
makanan, cairan,
kenyamanan / digendong
untuk mencegah tangisan
yang menurunkan energi.

- Kaji pola istirahat klien dan


adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan.

Terapi Aktivitas

- Bantu klien melakukan ambulasi


yang dapat ditoleransi.

- Rencanakan jadwal antara


aktifitas dan istirahat.

- Bantu dengan aktifitas fisik


teratur : misal: ambulasi,
berubah posisi, perawatan
personal, sesuai kebutuhan.

- Minimalkan anxietas dan stress,


dan berikan istirahat yang
adekuat

- Kolaborasi dengan medis untuk


pemberian terapi, sesuai
indikasi

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan : Kerusakan sensori persepsi.

No Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan


Keperawatan
( NOC ) (NIC )
(NANDA)
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan Latihan Kekuatan
fisik berhubungan keperawatan selama ...x 24 jam
dengan : Kerusakan klien menunjukkan:
sensori persepsi.
- Ajarkan dan berikan dorongan
- Mampu mandiri total pada klien untuk melakukan
program latihan secara rutin
- Membutuhkan alat bantu
Latihan untuk ambulasi
- Membutuhkan bantuan orang lain
- Ajarkan teknik Ambulasi &
- Membutuhkan bantuan orang lain perpindahan yang aman
kepada klien dan keluarga.
dan alat

- Tergantung total - Sediakan alat bantu untuk klien


seperti kruk, kursi roda, dan
walker
Dalam hal :
- Beri penguatan positif untuk
- Penampilan posisi tubuh yang berlatih mandiri dalam batasan
benar yang aman.

- Pergerakan sendi dan otot Latihan mobilisasi dengan kursi


roda
- Melakukan perpindahan/ ambulasi
: miring kanan-kiri, berjalan, - Ajarkan pada klien & keluarga
kursi roda tentang cara pemakaian kursi
roda & cara berpindah dari
kursi roda ke tempat tidur atau
sebaliknya.

- Dorong klien melakukan latihan


untuk memperkuat anggota
tubuh

- Ajarkan pada klien/ keluarga


tentang cara penggunaan kursi
roda

Latihan Keseimbangan

- Ajarkan pada klien & keluarga


untuk dapat mengatur posisi
secara mandiri dan menjaga
keseimbangan selama latihan
ataupun dalam aktivitas sehari
hari.

Perbaikan Posisi Tubuh yang


Benar

- Ajarkan pada klien/ keluarga


untuk mem perhatikan postur
tubuh yg benar untuk
menghindari kelelahan, keram
& cedera.
- Kolaborasi ke ahli terapi fisik
untuk program latihan.

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan :Kerusakan neurovaskuler

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan

(NANDA) ( NOC ) (NIC )


Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan Bantuan Perawatan Diri:
berhubungan dengan keperawatan selama... x24 jm Mandi, higiene mulut,
:Kerusakan penil/vulva, rambut, kulit
neurovaskuler Klien mampu :
- Kaji kebersihan kulit, kuku,
- Melakukan ADL mandiri : mandi, rambut, gigi, mulut, perineal,
hygiene mulut ,kuku, anus
penis/vulva, rambut, berpakaian,
toileting, makan-minum, - Bantu klien untuk mandi,
ambulasi tawarkan pemakaian lotion,
perawatan kuku, rambut, gigi
- Mandi sendiri atau dengan bantuan dan mulut, perineal dan anus,
tanpa kecemasan sesuai kondisi

- Terbebas dari bau badan dan - Anjurkan klien dan keluarga


mempertahankan kulit utuh untuk melakukan oral hygiene
sesudah makan dan bila perlu
- Mempertahankan kebersihan area
perineal dan anus - Kolaborasi dgn Tim Medis /
dokter gigi bila ada lesi, iritasi,
kekeringan mukosa mulut, dan
- Berpakaian dan melepaskan gangguan integritas kulit.
pakaian sendiri
Bantuan perawatan diri :
- Melakukan keramas, bersisir, berpakaian
bercukur, membersihkan kuku,
berdandan
- Kaji dan dukung kemampuan
klien untuk berpakaian sendiri
- Makan dan minum sendiri,
meminta bantuan bila perlu
- Ganti pakaian klien setelah
personal hygiene, dan
- Mengosongkan kandung kemih dan pakaikan pada ektremitas yang
bowel sakit/ terbatas terlebih dahulu,
Gunakan pakaian yang longgar

- Berikan terapi untuk mengurangi


nyeri sebelum melakukan
aktivitas berpakaian sesuai
indikasi

Bantuan perawatan diri :


Makan-minum

- Kaji kemampuan klien untuk


makan : mengunyah dan
menelan makanan

- Fasilitasi alat bantu yg mudah


digunakan klien

- Dampingi dan dorong keluarga


untuk membantu klien saat
makan

Bantuan Perawatan Diri:


Toileting

- Kaji kemampuan toileting: defisit


sensorik
(inkontinensia),kognitif(menah
an untuk toileting), fisik
(kelemahan fungsi/ aktivitas)

- Ciptakan lingkungan yang


aman(tersedia pegangan
dinding/ bel), nyaman dan jaga
privasi selama toileting

- Sediakan alat bantu (pispot,


urinal) di tempat yang mudah
dijangkau

- Ajarkan pada klien dan keluarga


untuk melakukan toileting
secara teratur

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.

Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik.
Edisi 4. Jakarta : EGC.

Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan
kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.

Diposkan oleh AGUNG SANTOSO S,Kep, Ns di 22.03


Kirimkan Ini lewat Email
Selasa, 15 Oktober 2013

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan


Mobilisasi

PT : Akper Yappi Sragen .... Just do Care 


Posted By : Intan Nur

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN MOBILISASI

 
 

  

Disusun oleh :

Nama : Intan Nur Khasanah

Nim : 13021

AKADEMI KEPERAWATAN YAPPI SRAGEN

2014

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN MOBILISASI

1.      PENGERTIAN MOBILITAS & IMOBILITAS

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).

Mobilitas fisik yaitu keadaan keika tseseorang mengalami atau bahkan beresiko
mengalami keterbatasan fisik dan bukan merupakan immobile (Doenges, M.E, 2000)

Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan
geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya
(Mubarak, 2008).

imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan
dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh
berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J.
Garrison, 2004).
2.      ANATOMI FISIOLOGI MUSKOLOSKELETAL

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal,
sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya
kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe
kontraksi otot: isotonik dan isometrik.

Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah
rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler
(tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu
mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.

Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:

- Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan stabilitas

-Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan menggunakan kartilago
untuk menyatukan permukaannya.

-Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang disatukan dengan ligamen
atau membran.

-Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas dimana
permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh ligamen
oleh membran sinovial.

-Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi
satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago.

-Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan
tulang.

-Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler.

-Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh

-Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu

dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara
berkesinambungan.

a.       Koordinasi Pergerakan tubuh

Otot ialah Jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi, dan dengan
jalan demikian maka gerakan terlaksana. Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat
yang sama dengan sel dari jaringan yang lain, semua ini di ikat menjadi berkas – berkas serabut kecil
oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsure kontraktil ( Evelyn C Pearce, 2002 ).

b.      Sistem Skeletal

Osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa. Dingah osteon terdapat
kapiler. Disekeliling kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamela. Tulang
diselimuti dibagian luar oleh membran ibrus padat dinamakan periosteum.Periosteum memberi
nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai temat pelekatan tendon dan
lugamen ( Brunner & Suddart, 2002).

3.      JENIS MOBILITAS

1. Mobilitas Penuh

Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas.

2. Mobilitas Sebagian

Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan adanya suatu batasan dan tidak
mampu bergerak secara bebas yang dikarenakan oleh adanya gangguan syaraf motorik dan sensorik
pada area tubuh. (A.Aziz Alimul, 2005)

4.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS

Menurut Tarwoto dan wartonah (2004), faktor2 yg mempengaruhi mobilitas antara lain:

a.       Tingkat Perkembangan Tubuh


Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuro muskuler dan tubuh secara proposional,
postu, pergerakan dan reflek akan berfungsi secara optimal.

b.      Kesehatan Fisik

Penyakit, cacat tubuh dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh.

c.       Keadaan Nutrisi

Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahn otot, dan obsitas dapat menyebabkan pergerakan
kurang bebas.

d.      Emosi

Rasa aman, nyaman dan gembira, sedih dapat mempengaruhi aktivitas tubuh seseorang.

e.      Kelemahan Skeletal dan Neuromuskuler

Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lordosis, dan kiposis dapat mempengaruhi pergerkan.

f.        Pekerjaan.

5.      EFEK FISIOLOGIS & PSIKOLOGIS IMMOBILITAS

a.      EFEK FISIOLOGIS PERUBAHAN MOBILISASI


Apabila ada perubahan mobilisasi, setiap system tubuh beresiko terjadi

gangguan. Tingkat keparahan tergantung pada umur klien dan kondisi kesehatan

secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang di alami.

1)    Perubahan Metabolik.

a) Sistem endokrin merupakan produksi hormon sekresi kelenjar,


mempertahankan dan mengatur fungsi vital seperti :

(1) respon terhadap stress dan cedera 

(2) pertumbuhan dan perkembangan 

(3) reproduksi

(4) metabolisme energy

b) Perubahan  sistem  respirator. 


Klien pasca operasi berisiko tinggi mengalami koplikasi paru-paru.
Komplikasiparu-paru yang paling umum adalah atelektasis dan pneumonia hipostatik. Pada atelektasis
bronkiolus menjadi tertutup oleh adanya sekresi.

c)    Perubahan  Sistem Kardiovaskuler. 


Sistem kardiovaskuler juga dipengaruhi oleh imobilisasi. Ada tiga perubahan utama yaitu
hipotensi ortostatik, peningkatan kerja jantung dan pembentukan thrombus.
d)   Perubahan Sistem  muskuloskeletal.
Pada sistem muskuloskeletal meliputi gangguan mobilisasi permanen. Keterbatasan mobilisasi
mempengruhi otot klien melalui kehilangan daya tahan penurunan masa otot, atrofi, dan penurunan
stabilitas. Pengaruh lain dari keterbatasan mobilisasi yang mempengaruhi sistem skeletal adalah
gangguan metabolisme kalsium danj gangguan metabolisme sendi.
e)    Perubahan Eliminasi Urine.
Eliminasi urine klien berubah oleh karena adanya imobilisasi pada posisi tegak lurus, urine
mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk kedalam ureter dan kandung kemih akibat gaya gravitasi.
Jika klien dalam recumbent atau datar, ginjal dan ureter membentuk garis datar seperti pesawat.
Ginjal yang membentuk urine harus masuk kedalam kandung kemih melawan gaya gravitasi (Perry &
Potter, 2005).

b.      EFEK PSIKOLOGIS PERUBAHAN MOBILISASI


Mobilisasi menyebabkan respons emosional, intelektual, sensorik, dan sosiokultural. Perubahan
status emosional biasa terjadi bertahap. Bagaimana pun juga lansia lebih rentan terhadap perubahan-
perubahan tersebut, sehingga perawat harus mengopserfasi lebih dini. Perubahan emosional paling
umum adalah deperesi, perubahan perilaku, perubahan siklus tidur bangun dan gangguan koping
(Potter & Potter, 2005).

6.      GANGGUAN FUNGSI MOBILITAS


a.       Gangguan Muskulusskeletal
Osteoporosis, Atropi, kekuatan otot yang menurun
b.      Gangguan kardiovaskuler
Beban kerj jantung naik, Hipotensi orthostatic
c.       gangguan Respirasi
Penurunan gerak pernapasan (Tarwoto & Wartonah, 2004).

7.      ASUHAN KEPERAWATAN


a.      PENGKAJIAN

Riwayat Kesehatan

1)      Riwayat Keperawatan Sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan /
gangguan dalam mobilitas dan imobilitas.

2)      Riwayat Keperawatan Dahulu

Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
mobilitas

3)      Riwayat Keperawatan Keluarga

Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya riwayat alergi,
stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.

b.      Pemeriksaan Fisik


a.      TTV
a)      TD
b)      Nadi
c)       RR
b.      Ekstermitas
a)      Kelemahan
b)      Gangguan sensorik
c)       Tonus otot dan kekuatan otot
d)      Kemampuan jalan dan berdiri
c.       Tingkat kesadaran
d.      Postur atau bentuk tubuh
a)      Scoliosis
b)      Kiposis
c)       Lordosis
d)      Cara berjalan
e.      Pemeriksaan Radiologi : Menentukan lokasi / Luas
f.        Pemeriksaan Laboratorium
g.       Hb
h.      Leukosit
i.         Hematrokit
j.        Trombosit

( Tarwoto Wartonah, 2004)

k.       Mengkaji  fungsional klien

TINGKAT
KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITAS

0 Mampu merawat sendiri secara penuh

1 Memerlukan penggunaan alat

2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, da


peralatan

4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan ata


berpartisipasi dalam perawatan

Derajat kekuatan otot

PERSENTASE KEKUATAN
SKALA KARAKTERISTIK
NORMAL (%)

0 0 Paralisis sempurna

1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat


palpasi atau dilihat

2 25 Gerakan otot penuh melawan gravita


dengan topangan

3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi

4 75 Gerakan penuh yang normal melawa


gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yan
normal melawan gravitasi dan tahana
penuh

c.       PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1)        Pemeriksaan Ronsen 

Menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma.

2)        Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI 

Memperlihatkan fraktur juga dapatdigunakan untuk -mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

3)        Arteriogram :

Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

4)        Hitung jumlah, komposisi dan volume darah 

Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun(perdarahan bermakna pada sisi fraktur


atau organ jauh pada trauma multipel).Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah
trauma.

5)        Kreatinin 

Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

6)        Profil koagulasi

Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, trafusi mutipes,atau

cedera hati.

d. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakan sensori persepsi.

3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan Kerusakan neurovaskuler (Tarwoto & Wartonah, 2003)

e. Perencanaan Intervensi
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan

(NANDA) ( NOC ) (NIC )

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Asuhan Managemen Energi


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam :
- Tentukan penyebab keletihan: :nyeri,
Kelemahan umum
- Klien mampu mengidentifikasi aktifitas aktifitas, perawatan , pengobatan
dan situasi yang menimbulkan
kecemasan yang berkonstribusi - Kaji respon emosi, sosial dan spiritual
pada intoleransi aktifitas. terhadap aktifitas.

Evaluasi motivasi dan keinginan klien


- Klien mampu berpartisipasi dalam
aktifitas fisik tanpa disertai untuk meningkatkan aktifitas.
peningkatan TD, N, RR dan Monitor respon kardiorespirasi
perubahan ECG terhadap aktifitas : takikardi,
disritmia, dispnea, diaforesis,
- Klien mengungkapkan secara verbal,
pemahaman tentang kebutuhan pucat.
oksigen, pengobatan dan atau alat - Monitor asupan nutrisi untuk
yang dapat meningkatkan toleransi memastikan ke adekuatan sumber
terhadap aktifitas. energi.
- Klien mampu berpartisipasi dalam - Monitor respon terhadap pemberian
perawatan diri tanpa bantuan atau oksigen : nadi, irama jantung,
dengan bantuan minimal tanpa frekuensi Respirasi terhadap
menunjukkan kelelahan aktifitas perawatan diri.

- Letakkan benda-benda yang sering


digunakan pada tempat yang
mudah dijangkau

- Kelola energi pada klien dengan


pemenuhan kebutuhan makanan,
cairan, kenyamanan / digendong
untuk mencegah tangisan yang
menurunkan energi.

Kaji pola istirahat klien dan adanya


faktor yang menyebabkan
kelelahan.

Terapi Aktivitas

- Bantu klien melakukan ambulasi


yang dapat ditoleransi.
- Rencanakan jadwal antara aktifitas
dan istirahat.

- Bantu dengan aktifitas fisik teratur :


misal: ambulasi, berubah posisi,
perawatan personal, sesuai
kebutuhan.

- Minimalkan anxietas dan stress, dan


berikan istirahat yang adekuat

- Kolaborasi dengan medis untuk


pemberian terapi, sesuai indikasi

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan : Kerusakan sensori persepsi.

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan

(NANDA) ( NOC ) (NIC )

Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan Latihan Kekuatan


fisik berhubungan keperawatan selama ...x 24 jam
- Ajarkan dan berikan dorongan pada
dengan : Kerusakan klien menunjukkan:
sensori persepsi. klien untuk melakukan program
- Mampu mandiri total latihan secara rutin

Latihan untuk ambulasi

- Ajarkan teknik Ambulasi &


perpindahan yang aman kepada
- Membutuhkan alat bantu klien dan keluarga.

- Sediakan alat bantu untuk klien


seperti kruk, kursi roda, dan
walker
- Membutuhkan bantuan orang lain
- Beri penguatan positif untuk
- Membutuhkan bantuan orang lain berlatih mandiri dalam batasan
dan alat yang aman.

Latihan mobilisasi dengan kursi


roda

- Ajarkan pada klien & keluarga


tentang cara pemakaian kursi roda
- Penampilan posisi tubuh yang benar & cara berpindah dari kursi roda
ke tempat tidur atau sebaliknya.
- Dorong klien melakukan latihan
untuk memperkuat anggota tubuh

- Ajarkan pada klien/ keluarga


- Pergerakan sendi dan otot tentang cara penggunaan kursi
roda

- Melakukan perpindahan/ ambulasi :


miring kanan-kiri, berjalan, kursi
roda

3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan Kerusakan neurovaskuler

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan

(NANDA) ( NOC ) (NIC )

Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan Bantuan Perawatan Diri: Mandi,
berhubungan dengan keperawatan selama... x24 jm higiene mulut, penil/vulva,
:Kerusakan neurovaskuler rambut, kulit
Klien mampu :

- Melakukan ADL mandiri : mandi,


hygiene mulut ,kuku, penis/vulva, - Kaji kebersihan kulit, kuku,
rambut, berpakaian, toileting, rambut, gigi, mulut, perineal, anus
makan-minum, ambulasi

- Mandi sendiri atau dengan bantuan


tanpa kecemasan

- Terbebas dari bau badan dan


mempertahankan kulit utuh - Bantu klien untuk mandi, tawarkan
pemakaian lotion, perawatan
kuku, rambut, gigi dan mulut,
- Mempertahankan kebersihan area perineal dan anus, sesuai kondisi
perineal dan anus
Anjurkan klien dan keluarga untuk
melakukan oral hygiene sesudah
makan dan bila perlu

- Kolaborasi dgn Tim Medis / dokter


- Berpakaian dan melepaskan pakaian gigi bila ada lesi, iritasi, kekeringan
sendiri mukosa mulut, dan gangguan
integritas kulit.

Bantuan perawatan diri :


berpakaian

- Kaji dan dukung kemampuan klien


untuk berpakaian sendiri

- Ganti pakaian klien setelah personal


hygiene, dan pakaikan pada
ektremitas yang sakit/ terbatas
- Makan dan minum sendiri, meminta terlebih dahulu, Gunakan pakaian
bantuan bila perlu

Bantuan perawatan diri : Makan-


minum

- Kaji kemampuan klien untuk makan :


mengunyah dan menelan
makanan
- Mengosongkan kandung kemih dan
- Fasilitasi alat bantu yg mudah
bowel
digunakan klien

- Dampingi dan dorong keluarga untuk


membantu klien saat makan

Bantuan Perawatan Diri: Toileting

- Kaji kemampuan toileting: defisit


sensorik
(inkontinensia),kognitif(menahan
untuk toileting), fisik (kelemahan
fungsi/ aktivitas)

- Ciptakan lingkungan yang


aman(tersedia pegangan dinding/
bel), nyaman dan jaga privasi
selama toileting

- Sediakan alat bantu (pispot, urinal) di


tempat yang mudah dijangkau

- Ajarkan pada klien dan keluarga


untuk melakukan toileting secara
teratur
DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul (2005), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta : Salemba Medika.

Brunner, L dan Suddarth, D. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (H.Kencana,A.Hartono, M.
Ester, Y.Asih, Terjemah). (Ed.8) Vol 1. Jakarta : EGC

Dangoes, E, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Editor Ester Monika,

Yasmin. Jakarta : EGC

Mubarak, Wahit Iqbal. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori Dan. Aplikasi

Dalam Praktik. Jakarta : EGC

Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika

Pearce, C. Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.

Potter, P.A dan Perry,A,G. (2005). Buku Ajar Fundalmental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Edisi
4 Volume 1. Jakarta : EGC.

Susan J. Garrison, (2004), Dasar-dasar Terapi dan Latihan Fisik. Jakarta : EGC

Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan. Jakarta Salemba Medika.

Tarwoto dan Wartonah, 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi Pertama. Jakarta :
Salemba Medika.
ASKEP KLIEN DGN GANGGUAN AKTIVITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

 DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

A.      KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

                Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang
melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Adapun sistem tubuh yang berperan dalam
kebutuhan aktivitas antara lain: tulang, otot dan tendon, ligamen,  sistem saraf dan sendi.

      Latihan atau olahraga lansia harus dianjurkan untuk mempertahankan dan memperkuat
kemampuan fungsi dan meningkatkan perasaan meningkatnya kesehatan. Latihan atau olahraga
yang teratur untuk meningkatkan kemampuan fungsi dapat dimasukkan ke dalam aktivitas sehari-
hari lansia. Misalnya, pergelangan tangan dan pergelangan kaki dapat digerak-gerakkan.

      Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah
dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya.
Jenis mobilitas antara lain:

1)      Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini
merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh
seseorang.
2)      Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan
tidak mam.pu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sesnsorik
pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan
pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas
bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua
jenis, yaitu:
a)      Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang
sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada system
musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
b)      Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya system saraf yang reversibel, contohnya terjadinya
hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomilitis karena terganggunya
system saraf motorik dan sensorik.

Faktor yang mempengaruhi mobilitas seseorang antara lain:

a)    Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena
berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-hari.

b)   Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemmapuan mobilitas karena dapat
mempengaruhi fungsi system tubuh.

c)    Kebudayaan. Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan, contohnya
orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat,
sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena budaya dan adat dilarang
beraktivitas.

d)   Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan mobilitas.

e)    Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan
perkembangan usia.
      Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak bebas
karena kondisi yang menggangu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang,
cedera otak beratdisertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.

Jenis imobilitas antara lain:

1)   Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan.
2)   Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya piker,
seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
3)   Imobilitas emosional, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
4)   Imobilisasi sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial
karena keadaan penyakitnya sehingga mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

                Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat mempengaruhi system tubuh, seperti perubahan pada
metabolisme, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan pengubahan zat gizi, gangguan
fungsi gastrointestinal, perubahan system pernafasan, perubahan kardiovaskular, perubahan system
musculoskeletal, perubahan system integumen, perubahan eliminasi, dan perubahan perilaku.

B.       NILAI-NILAI NORMAL

1)      Kategori tingkat kemampuan aktivitas

Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas

0 Mampu merawat sendiri secara penuh

1 Memerlukan penggunaan alat

2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan


peralatan

4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau


berpartisipasi dalam perawatan

2)      Rentang gerak (range of motion-ROM)

Gerak Sendi Derajat Rentang


Normal

Bahu Adduksi: gerakan lengan ke lateral dari 180


posisi sampiong ke atas kepala, telapak
tangan menghadap ke posisi yang paling
jauh.

Siku Fleksi: angkat lengan bawah ke arah depan 150


dan ke arah atas menuju bahu.

Pergelanga Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah bagian 80-90


n tangan dalam lengan bawah.

Ekstensi: luruskan pergelangan tangan dari 80-90


posisi fleksi

Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke arah 70-90


belakang sejauh mungkin

Abduksi: tekuk pergelangan tangan ke sisi 0-20


ibu jari ketika telapak tangan menghadap
ke atas.

Adduksi: tekuk pergelangan tangan ke arah 30-50


kelingking telapak tangan menghadap ke
atas.

Tangan dan Fleksi: buat kepalan tangan 90


jari Ekstensi: luruskan jari 90

Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke 30


belakang sejauh mungkin

Abduksi: kembangkan jari tangan 20

Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari 20


posisi abduksi

3)  Derajat kekuatan otot

Skala Persentase Kekuatan Karakteristik


Normal (%)

0 0 Paralisis sempurna

1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di


palpasi atau dilihat

2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi


dengan topangan

3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi

4 75 Gerakan penuh yang normal melawan


gravitasi dan melawan tahanan minimal

5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang


normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh

C.  HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN  YANG MENGALAMI GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS
DAN LATIHAN

      Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan imobilitas adalah sebagai berikut:

1.      Riwayat keperawatan sekarang


Pengkajian ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi gangguan kebutuhan aktivitas dan
latihan.
2.      Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita
Pengkajian ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas.
3.      Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan dan kaki baik kanan dan kiri untuk menilai ada
atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastic.
4.      Kemampuan mobilitas
Pengkajian ini untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan
berpindah tanpa bantuan.
5.      Kemampuan rentang gerak
Pengkajian ini dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
6.      Perubahan intoleransi aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada system pernafasan,
antara lain: suara nafas, analisa gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mukus, batuk yang
produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Sedangkan yang berhubungan dengan perubahan
system kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus,
serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
7.      Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Kekuatan otot dapat dikaji secara bilateral atau tidak.
8.      Perubahan fisiologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan imobilitas,
antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-
lain.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL MENURUT NANDA

1.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan integritas struktur tulang akibat fraktur,
dan nyeri.
2.    Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (neglected fraktur tibia fibula dekstra)
3.    Kurangnya perawatan diri (self care deficit) : toileting, bathing, dressing/grooming, feeding
berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, dan kelemahan.

III.   PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1 Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :

Definisi :   Mobility Level Exercise therapy : ambulation

Keterbatasan dalam   Self care : ADLs Monitoring vital sign


kebebasan untuk sebelum/sesudah latihan dan lihat
pergerakan fisik tertentu  Transfer performance respon pasien saat latihan
pada bagian tubuh atau Kriteria Hasil : Ajarkan pasien atau tenaga
satu atau lebih
ekstremitas   Klien meningkat dalam aktivitas kesehatan lain tentang teknik
fisik ambulasi
Batasan karakteristik:
  Mengerti tujuan dari Kaji kemampuan pasien dalam
       Postur tubuh yang tidak peningkatan mobilitas mobilisasi
stabil selama melakukan
kegiatan rutin harian   Memverbalisasikan perasaan Latih pasien dalam pemenuhan
dalam meningkatkan kekuatan kebutuhan ADLs secara mandiri
       Keterbatasan
dan kemampuan berpindah sesuai kemampuan
kemampuan untuk
melakukan keterampilan  Memperagakan penggunaan Dampingi dan Bantu pasien saat
motorik kasar alat Bantu untuk mobilisasi mobilisasi dan bantu penuhi
(walker) kebutuhan ADLs ps.
       Keterbatasan

kemampuan untuk Berikan alat Bantu jika klien


melakukan keterampilan memerlukan.
motorik halus
Ajarkan pasien bagaimana merubah
       Keterbatasan ROM posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
       Usaha
yang kuat untuk
perubahan gerak

Faktor yang berhubungan


:

       Kurang
pengetahuan
tentang kegunaan
pergerakan fisik

       Tidak nyaman, nyeri

       Kerusakan

muskuloskeletal dan
neuromuskuler

       Intoleransi

aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina

2 Nyeri akut NOC : NIC :

  Pain Level,
Pain Management
Definisi :   Pain control,
Lakukan pengkajian nyeri secara
Sensori yang tidak   Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
menyenangkan dan karakteristik, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil : kualitas dan faktor presipitasi
pengalaman emosional
yang muncul secara   Mampu mengontrol nyeri (tahu Observasi reaksi nonverbal dari
aktual atau potensial penyebab nyeri, mampu ketidaknyamanan
kerusakan jaringan atau menggunakan tehnik
Gunakan teknik komunikasi
menggambarkan adanya nonfarmakologi untuk
kerusakan (Asosiasi Studi mengurangi nyeri, mencari terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
Nyeri Internasional): bantuan)
serangan mendadak atau Evaluasi pengalaman nyeri masa
pelan intensitasnya dari   Melaporkan bahwa nyeri lampau
ringan sampai berat yang berkurang dengan
dapat diantisipasi dengan menggunakan manajemen Evaluasi bersama pasien dan tim
akhir yang dapat nyeri kesehatan lain tentang
diprediksi dan dengan   Mampu mengenali nyeri (skala, ketidakefektifan kontrol nyeri
durasi kurang dari 6 intensitas, frekuensi dan tanda masa lampau
bulan. nyeri) Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan
  Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang dukungan
Batasan karakteristik :

       Laporan secara verbal


  Tanda vital dalam rentang Kurangi faktor presipitasi nyeri
normal Ajarkan tentang teknik non
atau non verbal
farmakologi
       Fakta dari observasi

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri


       Gerakan melindungi

Tingkatkan istirahat
       Tingkah laku berhati-hati

Kolaborasikan dengan dokter jika


       Gangguan tidur (mata
ada keluhan dan tindakan nyeri
sayu, tampak capek, sulit tidak berhasil
atau gerakan kacau,
menyeringai) Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
       Fokus menyempit

(penurunan persepsi
waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan
interaksi dengan orang
dan lingkungan)

       Perubahan
dalam nafsu
makan dan minum

Faktor yang berhubungan


:

Agen injuri (biologi,


kimia, fisik, psikologis)

3 Kurangnya perawatan NOC: NIC:


. diri (self care deficit)
Perawatan diri ADL Self-care assistance

Kriteria hasil:  Monitor kemampuan klien


dalam melakukan ADL secara
  Klien secara mandiri mampu mandiri.
makan, berganti pakaian,
toileting, mandi, merawat diri,  Monitor kebutuhan klien akan
menjaga kebersihan diri dan
alat bantu dalam melakukan ADL.
menjaga kebersihan mulut
 Sediakan peralatan-peralatan
pribadi yang dibutuhkan klien
(seperti deodoran, pasta gigi, dan
sabun mandi).

 Bantu klien dalam melakukan


ADL sampai klien mampu
melakukannya dengan mandiri.

 Dorong klien untuk melakukan


aktivitas sehari-hari sesuai dengan
tingkat kemampuannya.

 Dorong klien untuk mandiri,


tetapi bantu klien bila klien tidak
bisa melakukannya sendiri.

 Ajari keluarga untuk mendorong


kemandirian klien, dan hanya
membantu jika klien tidak mampu
melakukannya sendiri.

 Lakukan perawatan diri secara


rutin.

IV.   DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan,
buku 1. Jakarta: Salemba Medika

Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 3. Jakarta: EGC.

Johnson, Marion, Maas, Meridean, and Moorhead, Sue. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC)
second edition. USA: Mosby.
McCloskey, Joanne and Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention Classification second edition.
USA: Mosby.
North American Nursing Diagnosis Association. NANDA nursing diagnoses: definitions and classification
2007-2008. Philadelphia: The association.

Anda mungkin juga menyukai