Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran
pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah.
ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik
dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu.

1
BAB II
KONSEP DASAR TEORI

1.1 KONSEP DASAR PENYAKIT


1.1 Definisi
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran
pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan
retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel &
Ian Roberts; 1990; 450).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan
alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong;
1991; 1418).
1.2 Epidemiologi
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut
saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian
bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-
anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah
mampu. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-
anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa dimana
ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive
Pulmonary Disease.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6
episode ISPA setiap tahunnya. 40 %-60 % dari kunjungan di Puskesmas
adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh
ISPA mencakup 20 %-30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah
karena Ispa dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
2
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat
tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk
berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan
kurang gizi. Data morbiditas penyakit Ispa di Indonesia per tahun berkisar
antara 10-20% dari populasi balita.
1.3 Etiologi dan karakteristik
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai
angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah
infeksi agent/ kuman.
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab
dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang
merupakan penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus,
staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis,
mycoplasma dan pneumokokus.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses
terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang
terjadi secara langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi,
asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi
perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley
and Wong; 1991; 1420).
1.4 Patofisiologis
Sebagian besar ispa didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari
infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu
partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan
dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik,
dan humoral. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian
bawah dan menyebabkan Pneumonia virus.

3
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap
mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen
menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan
organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas
atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui
penyebaran droplet di udara.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons
inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag.
Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas
pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi
dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran
napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
1.5 Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding
dada kedalam (chest indrawing).
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan Pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan Ispa
(Depkes RI, 1992)
1.6 Manifestasi Klinis
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya
demam, adanya obstruksi hisung dengan sekret yang encer sampai dengan
membuntu saluran pernafasan, gelisah dan susah atau bahkan sama sekali
tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan
keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat
4
jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan
tanda-tanda laboratoris.
1.1 Tanda-tanda klinis
1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur
(apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis,
suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit
kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
1.2 Tanda-tanda laboratoris
1. Hypoxemia,
2. Hypercapnia
3. Acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
1.7 Terapi dan Penatalaksanaan
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya
obstruksi dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam
melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui
mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin
hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti
analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada
komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada
posisi telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar
sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian
Roberts; 1990; 452).

5
2.1 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 PENGKAJIAN
Status Kesehatan Saat ini
a. Keluhan Utama : Batuk dan flu
b. Keluhan Saat ini
- Pasien mengeluh batuk-batuk disertai flu
- Pasien mengeluh sesak napas
- Pasien mengeluh nyeri pada dada saat batuk berulang
- Pasien mengeluh demam
- Pasien mengeluh lemah dan merasa lelah
- Pasien mengeluh tidak nafsu makan
Aktivitas Sehari-hari
a. Aktivitas/istirahat
- Kelelahan umum dan kelemahan.
- Nafas pendek saat beraktivitas
- Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari
- Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja.
- Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).
b. Integritas Ego
- Perasaan tak berdaya
- Menyangkal (khususnya selama tahap dini).
- Ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
c. Makanan/cairan
- Anorexia
- Tidak dapat mencerna makanan.
- mual muntah
d. Nyeri/kenyamanan.
- Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
- Berhati-hati pada area yang sakit.
- Perilaku distraksi, gelisah.
e. Keamanan.
6
- Demam rendah atau sakit panas akut.
f. Interaksi sosial.
- Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan kapasitas
fisik untuk melaksankan peran.
g. Penyuluhan/pembelajaran.
- Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk.
- Tidak berpartisipasi dalam therapy.
Pengkajian vital sign
Suhu: peningkatan suhu
Nadi : Takikardi
RR : Takipnea
Pengukuran berat badan: terjadi penurunan berat badan
1.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi
trachea bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas
pembawa oksigen darah.
c. Risiko infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis,
malnutrisi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
e. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
f. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
g. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan, penurunan masukan oral.
h. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai
dengan pasien banyak bertanya dan meminta informasi tentang penyakit
dan pengobatannya

7
1.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
1.1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi
trachea bronchial, peningkatan produksi sputum ditandai dengan:
 Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan
 Bunyi nafas tak normal
 Dispnea, sianosis
 Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Jalan nafas efektif dengan kriteria:
 Batuk efektif
 Nafas normal
 Bunyi nafas bersih
Intervensi:
1) Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak
simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan.
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara
dan bunyi nafas
Rasional: penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi
dengan cairan.
3) Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional : batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami
untuk mempertahankan jalan nafas paten.
4) Penghisapan sesuai indikasi
Rasional: merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara
mekanik pada faktor yang tidak mampu melakukan karena batuk
efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
5) Berikan cairan sedikitnya
Rasional: cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan
mengeluarkan sekret
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi:
mukolitik, eks.
8
Rasional: alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi
sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-
hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan.
1.1 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa
oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:
 Dispnea, sianosis
 Takikardia
 Gelisah/perubahan mental
 Hipoksia
Gangguan gas teratasi dengan:
 Sianosis (-)
 Nafas normal
 Sesak (-)
 Hipoksia (-)
 Gelisah (-)
Intervensi:
1) Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas
Rasional: manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi
derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
2) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya
sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral.
Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh
terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga,
membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia
sistemik.
3) Kaji status mental.
Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat
menunjukkan hipoksia atau penurunan oksigen serebral.-
Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam
dan batuk efektif.
9
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat
pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.
4) Kolaborasi berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal
plong master, master venturi.
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan
dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi
pe.
1.2 Risiko infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis,
malnutrisi.
Tujuan:
Infeksi tidak terjadi dengan kriteria:
- waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat tanpa
- penularan penyakit ke orang lain tidak ada
Intervensi:
1) Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi
Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat
terjadi.
2) Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional: efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.
3) Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain
4) Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.
Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.
Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan
tekanan alamiah
5) Kolaborasi
Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur
sputum/darah misal penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikalin,
sepalosporin, amantadin.

10
Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial
pulmonia.
1.3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan:
 Dispnea
 Takikardia
 Sianosis
Intoleransi aktivitas teratasi dengan:
 Nafas normal
 Sianosis (-)
 Irama jantung reguler
Intervensi
1) Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan
pilihan interan.
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut
sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat.
3) Jelaskan perlunya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
1.4 Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap
ditandai dengan:
 Nyeri dada
 Sakit kepala
 Gelisah
11
Nyeri dapat teratasi dengan:
 Nyeri dada (-)
 Sakit kepala (-)
 Gelisah (-)
Intervensi:
1) Kaji lokasi dan karakteristik nyeri.
Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada Ispa,
juga dapat timbul karena Ispa seperti perikarditis dan endokarditis.
2) Pantau tanda vital
Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri,
khusus bila alasan lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
3) Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik
tenang/berbincangan.
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut
dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat
analgesik.
4) Ajarkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode
batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara
meningkat keefektifan upaya batuk.
5) Kolaborasi
Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif
atau menurunkan mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat
umum.
1.5 Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
inflamasi ditandai dengan tujuan:
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi dengan:
 Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
 Pasien mempertahankan meningkat BB
12
Intervensi
1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum,
banyak nyeri.
Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
2) Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
Rasional: menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini
3) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti
panggang) makanan yang menarik oleh pasien.
Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu
makan mungkin lambat untuk kembali.
4) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat
menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap
inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.
1.6 Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan masukan
oral.
Kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan kriteria: Pasien
menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter
individual yang tepat misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit
baik, tanda vital stabil.
Intervensi:
1) Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam
memanjang, takikardia.
Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju
metabolik dan kehilangan cairan untuk evaporasi.
2) Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)
Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun
membran mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan O2
tambahan.

13
3) Catat laporan mual/muntah
Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral
4) Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung
keseimbangan cairan. Ukur berat badan sesuai indikasi.
Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan
dan keseluruhan penggantian.
5) Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual
Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan risiko
dehidrasi.
6) Kolaborasi
Beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik.
Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan
Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
Rasional: pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan
penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan
1.7 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai
dengan pasien banyak bertanya dan meminta informasi tentang penyakit
dan pengobatannya
Intervensi :
1) Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi
Rasional : meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting
menghubungkannya dengan program pengobatan
2) Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya
penyembuhan, dan harapan kesembuhan. Identifikasi perawatan diri
dan kebutuhan/sumber pemeliharaan rumah.
Rasional : informasi dapat meningkatkan koping dan membantu
menurunkan ansietas dan masalah berlebihan. Gejala pernafasan
mungkin lambat untuk membaik, dan kelemahan dan kelelahan dapat
menetap selama periode yang panjang. Faktor ini dapat berhubungan
dengan depresi dan kebutuhan untuk berbagi bentuk dukungan dan
bantuan.
14
3) Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.
Rasional : Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan
untuk mengasimilasi informasi/mengikuti program medik.
4) Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif/latihan pernafasan
Rasional : selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien berisiko
besar untuk kambuh dari Ispa.
5) Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotika selama periode yang
dianjurkan.
Rasional : penghentian dini antibiotik dapat mengakibatkan iritasi
mukosa bronkus, dan menghambat makrofag alveolar, mempengaruhi
pertahanan alami tubuh melawan infeksi.
6) Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan,
misalnya istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik, menghindari
kerumunan selama musim pilek/flu dan orang yang mengalami infeksi
saluran pernafasan atas.
Rasional : meningkatkan pertahanan alamiah/imunitas, membatasi
terpajan pada patogen.
7) Tekankan pentingnya mealanjutkan evaluasi medik dan
vaksin/imunisasi dengan tepat.
Rasional : dapat mencegah kambuhnya Ispa dan/atau komplikasi yang
berhubungan.
8) Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan pelaporan oemberi
perawatan kesehatan, misalnya peningkatan dispnea, nyeri dada,
kelemahan memanjang, kehilangan berat badan, demam/menggigil,
menetapnya batuk produktif, perubahan mental.
Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat
mencegah/meminimalkan komplikasi.

15
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6
episode ISPA setiap tahunnya. 40 %-60 % dari kunjungan di Puskesmas
adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh
ISPA mencakup 20 %-30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah
karena Ispa dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6. Alih


bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa
oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa
I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika
Price, Sylvia Andeson. 2005. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6, . Jakarta: EGC
Sudoyo,W. Aru dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Suta, IB. 2005. Ispa Komunitas Diagnostik dan Pengobatan.
Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1.
USA: CV. Mosby-Year book. Inc
Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan
Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

17

Anda mungkin juga menyukai