Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN DEPRESI

1. KONSEP TEORI LANSIA


A. Definisi
Menurut Undang-Undang RI nomor 13 tahun 1998, Depkes (2001) yang
dimaksud dengan usia lanjut adalah seorang laki-laki atau perempuan yang
berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih berkemampuan
(potensial) maupun karena sesuatu hal tidak lagi mampu berperan aktif dalam
pembangunan (tidak potensial).
Menua (Menjadi Tua) adalah : suatu proses menghilangnya perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constatinidies, 1994).
B. Batasan Usia Lanjut
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Usia lanjut (elderly), antara 60-74 tahun
c. Usia tua (old), antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old), usia diatas 90 tahun.
C. Proses Menua
Proses menua merupakan proses terus menerus secara alamiah, yang
dimulai sejak lahir dan pada umumnya dialami pada semua makhluk hidup.
Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Menua
bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh
(Nugroho, 2000).
Menua ( menjadi tua : aging ) adalah suatu proses menghilangnya secara
pelahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur serta fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Darmojo, 2000).
Proses menua didalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal
yang wajar. Hanya cepat lambatnya proses tersebut tergantung pada masing-
masing individu yang bersangkutan. Proses tersebut kemudian menyebabkan
berbagai perubahan anatomis dalam jaringan yang pada akhirnya
mempengaruhinya fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Nugroho,
2000).
Beberapa ahli berpendapat bahwa proses menua merupakan suatu proses yang
meliputi interaksi antara perubahan biologis, psikologis, dan sosislogis
sepanjang hidup. Beberapa teori sosial tentang proses penuaan antara lain:
a. Teori Interaksi Sosial (Sosial Exchange Theory)
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Simmons cit Hardywinoto dan Setiabudhi 2005, mengemukakan bahwa
kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interksi sosial merupakan kunci
mempertahankan status sosialnya atas dasar kemampuannya untuk melakukan
tukar menukar.
b. Teori penarikan diri (Disengagement Theory)
Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal.
Kemiskinan lanjut usia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan
seorang lanjut usia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat juga mempersiapkan
kondisi agar para lanjut usia menarik diri. Keadaan ini mengakibatkan
inetraksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas amupun kuantitas.
Pada lanjut usia sekaligus terjadi kehilangan ganda (triple loss),yaitu :
1) Kehilangan peran (Loss of Roles)
2) Hambatan kontak sosial (Restriction of Contacts and Relationships).
3) Berkurangnya komitmen (Reduced Commitment to Social Mores and
Values)
Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses
penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan
dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri
mengahdapi kematiannya.
Pokok-pokok Disengagement Theory adalah :
1) Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi pada masa pensiun. Pada
wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat
anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan
menikah.
2) Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena lanjut usia
dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum muda
memperoleh kerja yang lebih luas.
3) Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
(a) Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
(b) Proses tak dapat dihindari
(c) Hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat
c. Teori Aktivitas (Activity Theory)
Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore dan Lemon et. al.cit Hardywinoto
2005 yang menyatakan, bahwa penuaan yang sukses tergantung dari
bagaimana seorang lanjut usia merasakan kepuasan dalam melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Pokok-
pokok teori aktivitas adalah :
1) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan
sepenuhnya dari lanjut usia di masyarakat
2) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lanjut usia
Penerapan teori aktivitas ini dalam penyusunan kebijakan terhadap lanjut usia
sangat positif, karena memungkinkan para lanjut usia berintegrasi spenuhnya
di masyarakat.
d. Teori Kesinambungan (Continuity Theory)
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lanjut usia, dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarnya kelak padasaat ia menjadi lanjut usia. Dan hal ini
dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tak
berubah, walaupun ia menjadi lanjut usia. Menurut teori penarikan diri dan
teori aktivitas, proses penuaan merupakan suatu pergerakan dan proses yang
searah, akan tetapi pada teori kesinambungan merupakan pergerakan dan
proses banyak arah, tergantung dari bagaimana penerimaan seseorang
terhadap status kehidupannya. Pokok-pokok dari Continuity Theory :
1) Lanjut usia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu,
dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan.
2) Peran lanjut usia yang hilang tak perlu diganti.
3) Lanjut usia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam cara adaptasi.
e. Teori Perkembangan (Development Theory)
Havighurst dan Duvall cit Hardywinoto dan Setiabudhi 2005 menguraikan
tujuh jenis tugas perkembangan (Developmental task) selama hidup yang hars
dilaksanakan oleh lanjut usia, yaitu:
1) Penyesuaian terhadap penururnan fisik dan psikis
2) Penyesuaian terhadap pensiun dan penururnan pendapatan
3) Menemukan makna kehidupan
4) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
5) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga.
6) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia.
7) Menerima dirinya sbagai seorang lanjut usia
f. Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)
Wiley cit Hardywinoto dan Setiabudhi 2005 menyusun stratifikasi
lanjut usia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta
membentuk adanya perbedaan kapasitas, peran, kewajiban serta hak mereka
berdasarkan usia.
Menurut Stanley & Beare (2006) penuaan adalah normal, dengan
perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada
semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis
tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multidimensional
yang dapat diobservasi di dalam satus sel dan berkembang sampai pada
keseluruhan sistem. Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang
berbeda, di dalam parameter yang cukup sempit, proses tersebut tidak
tertandingi.
Kelanjutusiaan (aging) adalah proses alamiah yang dimulai sejak terjadi
pembuahan pada masa janin. Seseorang dilahirkan dan menjalani siklus
kehidupan manusia yakni sebagai bayi, anak, rremaja, dewasa muda, usia
menengah, masa lanjut usia sampai orang tersebut meninggal secara normal
ataupun karena suatu penyakit.
Proses menjadi dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal
yang wajar. Hanya cepat lambatnya proses tersebut tergantung pada masing-
masing individu yang bersangkutan. Proses tersebut kemudian menyebabkan
berbagai perubahan anatomis dalam jaringan yang pada akhirnya
mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Nugroho,
2000). Beberapa ahli berpendapat bahwa proses yang meliputi interaksi
antara perubahan biologis, psikologis dan sosiologis sepanjang hidup.
Beberapa teori tentang proses penuaan antara lain :
Proses menjadi tua ini disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari
3 fase yakni:
1) Fase regresif progresif : proses dimana tubuh mengalami perkembangan
yang sangat cepat, mulai dari bayi hingga dewasa stabil.
2) Fase stabil : fase dimana tubuh tidak mengalami perubahan cepat, biasanya
terjadi pada masa dewasa awal.
3) Fase regresif : mekanisme pada fase ini lebih kearah kemunduran yang
dimulai dalam sel, komponen kecil dari tubuh manusia (Depkes, 2000).
D. Masalah Kesehatan Yang Mungkin Muncul Pada Lanjut Usia
Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan paa
dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-
kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Masalah kesehatan utama yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal
dan dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan
lansia agar dapat memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang
seoptimal mungkin. Masalah kesehatan yang sering muncul pada lansia :
a. Immobility (Kurang Bergerak)
Kurang bergerak disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem
muskoloskeletal seperti terjadinya : Tulang kehilangan density (cairan) dan
makin rapuh, Kifosis, Persendian membesar dan menjadi kaku, Pada otot
terjadi atrofi serabut otot (sehingga seseorang bergerak lamban, otot keram
dan menjadi tremor).
Pada kurang gerak bisa juga disebabkan karena penyakit jantung dan
pembuluh darah (Biasanya terjadi tekanan darah tinggi).
b. Instability (Berdiri dan Berjalan Tidak Stabil atau Mudah jatuh)
Lansia mudah terjatuh karena terjadinya penurunan fungsi-fungsi tubuh dan
kemampuan fisik juga mental hidupnya. Akibatnya aktivitas hidupnya akan
ikut terpengaruh, sehingga akan mengurangi kesigapan seseorang.
Penyebab terjatuh pada lansia antara lain :
1) Faktor intrinsik (faktor dari dalam tubuh lanjut usia sendiri).
2) Faktor ekstrinsik (faktor dari luar atau lingkungan).
Akibat dari terjatuh dapat menyebabkan cidera pada lansia sehingga
menimbulkan rasa sakit. Lansia yang pernah terjatuh akan merasa takut untuk
terjatuh lagi sehingga lansia tersebut menjadi takut untuk berjalan dan
membatasi pergerakannya.
c. Incontinence
Beser atau yang sering dikenal dengan ”Ngompol” karena saat BAK atau
keluarnya air seni tanpa disadari akibat terjadi masalah kesehatan atau sosial.
Untuk mengatasi masalah ini biasanya lansia akan mengurangi minum
dengan harapan untuk mengurangi jumlah dan frekuensi berkemih. Akibatnya
lansia dapat terjadi kekurangan cairan tubuh dan berkurangnya kemampuan
kandung kemih yang justru akan memperberat keluhan beser pada lansia.
d. Intellectual Impairment (Gangguan Intelektual)
Gangguan yang berhubungan dengan kemapuan berfikir atau ingatan yang
mempengaruhi terganggunya aktivitas sehari-hari. Kejadian ini terjadi dengan
capat mulai usia 60-85 tahun atau lebih.
1) Usia 60-74 tahun sekitar 5% Lansia mengalami demensia (Kepikunan)
2) Usia 85 tahun meningkat mendekati 50%.
e. Infeksi
Pada lansia telah terjadi penurunan fungsi tubuh. Daya tahan tubuh juga
menurun karena kekurangan gizi. Adanya penyakit yang bermacam-macam.
Selain itu juga dari faktor lingkungan juga bisa terpengaruh terhadap infeksi
yang terjadi pada lansia.
f. Gangguan Pancaindera (Impairment of Vision and Hearing, Taste, Smell,
Communication, Convalescence, Skin Integrity)
Akibat proses menua sehingga semua kemampuan pancaindera berkurang
fungsinya. Juga terjadi gangguan pada otak, saraf dan otot-otot. Sehingga
pada lansia terjadi penurunan penglihatan, pendengaran dan komunikasi
(berbicara).
g. Impaction (Konstipasi atau Gangguan BAB)
Konstipasi yang terjadi pada lansia disebabkan karena pergerakan fisik pada
lansia yang kurang mengkonsumsi makana berserat, kurang minum juga
akibat pemberian obat-obat tertentu.
Pada kasus konstipasi yaitu feces menjadi keras dan sulit dikeluarkan maka
akan tertahan diusus sehingga dapat terjadi sumbatan diusus yang
menyebabkan rasa sakit diperut.
h. Isolation (Depresi)
Dapat terjadi akibat perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan
berkurangnya kemampuan untuk mengurus dirinya secara mandiri serta
akibat perubahan-perubahan fisik maupun peran sosial.
Gejala-gejala depresi yang sering muncul dianggap sebagai bagian dari proses
menua. Adapun gejala-gejala seperti dibawah ini antara lain :
1) Gangguan emosional : perasaan sedih, sering menangis, merasa kesepian,
gangguan tidur, pikiran dan gerakan lamban, cepat lelah dan menurunnya
aktivitas, tidak adanya selera makan yang mengakibatkan berat badan
menurun, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan perhatian,
kurangnya minat, hilangnya kesenagnan yang biasanya dinikmati,
menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan
diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi
bahkan mau bunuh diri.
2) Gangguan fisik : sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang,
gangguan pencernaan.
i. Inanition (Kurang Gizi)
Disebabkan oleh perubahan lingkungan yaitu ketidaktahuan lansia dalam
memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial karena lansia mengalami
penurunan aktivitas karena penurunan fungsi pancaindera. Sedangkan
penyebab lainnya yaitu kondisi kesehatan : sehingga lansia hanya akan
mengalami konsumsi jenis makanan tertentu, adanya penyakit fisik, mental,
gangguan tidur dan obat-obatan.
j. Impecunity (Tidak Punya Uang)
Hal ini berhubungan dengan pekerjaan. Semakin seseorang bertambah tua
maka aktivitasnya akan berkurang yang menjadikan lansia berhenti dari
pekerjaannya. Secara otomatis pendapatannya akan berkurang. Lansia dapat
menikmati masa tua dengan bahagia apabila :
1) Mempunyai pendapatan yang paling tidak dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
2) Tempat yang layak untuk tinggal.
3) Masih mempunyai peran setidaknya didalam keluarganya.
k. Iatrogenesis (Menderita Penyakit Akibat Obat-obatan)
Banyak kejadian lansia mempunyai berbagai macam penyakit atau yang biasa
disebut komplikasi, sehingga membutuhkan juga obat yang banyak untuk tiap
penyakitnya. Lansia sering kali menggunakan obat dalam jangka waktu yang
lama tanpa pengawasan dari dokter sehingga akan muncul penyakit baru dari
akibat penggunaan obat-obatan tersebut.
l. Insomnia (Gangguan Tidur)
Hampir semua lansia mempunyai gangguan tidur yakni sulit untuk mulai
masuk dalam proses tidur, tidurnya tidak nyenyak dan mudah terbangun,
sering bermimpi, bangun terlalu awal (dini hari). Apabila sudah terbangun
maka akan sulit untuk tidur kembali.
m. Immune Deficiency (Daya Tahan Tubuh yang Menurun)
Salah satu penyebab daya tahan tubuh pada lansia menurun terjadi akibat
terganggunya fungsi organ tubuh. Namun tidak semua proses menua
mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh. Hal ini juga dapat terjadi akibat
penyakit yang diderita lansia, penyakit yang sudah akut, penggunaan obat-
obat tertentu dan status gizi yang buruk.
n. Impotence (Impotensi)
Merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan
ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang memuaskan yang terjadi
paling sedikit tiga bulan.
Impotensi ini dapat disebabkan karena hambatan aliran darah yang menuju
alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah
(arteriosklerosis) baik proses menua ataupun adanya penyakit dan juga
berkurangnya sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin. Serta
berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan.

2. KONSEP TEORI DEPRESI PADA LANSIA


A. Pengertian
Depresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan dengan
suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau
perasaan marah yang dalam. (Nugroho, wahyudi: 2000)
Depresi atau melankolia adalah suatu kesedihan atau perasaan duka yang
berkepanjangan. (Stuart: 1998)
Menurut kriteria baku yang dikeluarkan oleh DSM-III R yang dikeluarkan
ole Asosiasi Psikiater Amerika, diagnosis depresi harus memenuhi kriteria
dibawah ini (Van der Cammen, 1991):
1. Perasaan tertekan hampir sepanjang hari.
2. Secara nyata berkurang perhatian atau keinginan untuk berbagai kesenangan
atau semua aktifitas.
3. Berat badan turun atau naik secara nyata, atau turun naiknya selera makan
secara nyata.
4. Insomnia atau justru hipersomnia.
5. Agitasi atau retardasi psikomotorik.
6. Rasa capai atau lemah atau hilangnya kekuatan.
7. Perasaaan tidak berharga, rasa bersalah yang berlebihan
8. Hilangnya kemampuan untuk berfikir, berkonsentrasi atau membuat
keputusan.
9. Pikiran berulang tentang kematian (bukan sekedar takut mati), pikiran
berulang untuk lakukan bunuh diri tanpa rencana yang jelas.
B. Etiologi
Depresi pada usia lanjut bukan merupakan suatu keadaan yang disebabkan
oleh patologi tunggal, tetapi biasanya bersifat multifaktorial. Adapun faktor-faktor
yang menyebabkan depresi antara lain:
1. Susunan kimia otak dan tubuh
Beberapa bahan kimia didalam otak dan tubuh tampaknya memegang peranan
yang besar dalam mengendalikan emosi. Pada orang depresi ditemukan dalam
jumlah bahan kimia tersebut. Hormon noradrenalin yang memegang peranan
utama dalam mengendalikan otak dan aktifitas tubuh tampaknya berkurang
pada mereka yang mengalami depresi. Pada wanita perubahan hormon dapat
meningkatkan resiko terjadinya depresi.
2. Kepribadian depresif
Orang yang mempunyai kepribadian depresif (terus-menerus bersikap sedih
dan putus asa) membuat mereka terasing dalam masyarakat dan akibatnya
mengakibatkan terjadinya depresi.
3. Stress
Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pindah rumah atau stress
yang berat dianggap dapat menyebabkan depresi. Reaksi terhadap stress
seringkali ditangguhkan dan depresi dapat terjadi beberapa bulan sesudah
peristiwa itu terjadi.
4. Penyakit fisik
Lansia yang menderita fisik atau kondisi kelumpuhan yang lama seperti
arthritis rematoid dapat berakhir dengan depresi
C. Klasifikasi
Penggolongan depresi menurut penyebabnya antara lain:
1. Depresi reaktif
Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan akibat stress luar seperti
kehilangan seseorang atau kehilangan pekerjaan.
2. Depresi endogenus
Pada depresi endogenus gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi faktor luar.
Seorang psikiater mendiagnosa seorang pasien menderita depresi endogenus
jika mereka menunjukkan tanda – tanda sedih menarik diri dan mempunyai
beberapa gejala berikut ini:
a. Hilangnya hasrat seks
b. Anoreksia atau kehilangan berat badan
c. Kelambatan fisik dan mental atau kegelisahan serta agitasi
d. Bangun pagi-pagi
e. Perasaan bersalah
f. Tidak menikmati apa-apa
g. Suasana sedih yang menetap yang tidak berubah walaupun hal
menyenangkan terjadi
h. Suasana hati sedih yang berbeda dari kesedihan biasa.
D. Skala depresi lansia
Skala depresi dapat bermanfaat untuk memeriksa depresi atau distres
psikologi menyeluruh. Pertimbangan yang dilakukan harus diarahkan pada kedua
sisi yang ada, saat mencoba untuk mendefinisikan depresi: pola gejala dan
beratnya, “Pola gejala” merujuk pada jenis gejala yang nantinya membentuk
bahan dalam skala yang kita bicarakan ini, sebagai contoh, keluhan-keluhan
somatis, ketiadaan harapan, atau kemudahan pasien terganggu akan sesuatu. Saat
bahan dalam skala telah teringkas untuk angka hasil akhir, asumsi implisit yang
timbul adalah bahwa gejala-gejala tersebut ternyata berimbang beratnya. Individu
dengan angka lebih diasumsikan sebagai yang lebih tertekan, tetapi hal ini tidak
benar memperhitungkan tingkat gejala yang dialami oleh pasien. Sedang pada saat
ini yang sama, penilaian medis yang ada masih merupakan hal terpenting, skala
ini dapat membantu untuk menentukan apakah pasien telah mengalami suatu
perkembangan yang memuaskan, atau apakah pasien memerlukan pengkajian
lebih lanjut, atau bahkan pemindahan. Puncaknya, saat ini kita pergunakan,
kerangka waktu untuk pengkajian yang ada.
Salah satu instrumen yang dapat membantu adalah GDS (Geriatri
Depression Scale). Skala depresi geriatri (GDS) adalah suatu kuesioner, terdiri
dari 30 pertanyaan yang harus dijawab. GDS ini dapat dimampatkan menjadi
hanya 15 pertanyaan yang harus dijawab. Sederhana saja, hanya dengan “YA atau
TIDAK”, suatu bentuk penyederhanaan dari skala yang mempergunakan lima
rangkai respon kategori. Kuesioner ini mendapatkan angka dengan memberi satu
pokok untuk masing – masing jawaban yang cocok dengan apa yang ada dalam
sintesa di belakang pertanyaan tertulis tersebut. Angka akhir antara 10 sampai 11,
biasanya dipergunakan sebagai suatu tanda awal untuk memisahkan pasien
tersebut masuk ke dalam kelompok depresi atau kelompok non depresi ( Gallo,
1998)
Geriatri Depression Scale ( GDS ) tersebut terpilah dari 100 pertanyaan
yang dirasakan berhubungan dengan ketujuh karakteristik depresi pada kehidupan
lansia. Secara khusus 100 pertanyaan tersebut dikelompokkan secara apriori ke
dalam beberapa sisi yaitu :
a. Kekuatiran somatis
b. Penurunan afek
c. Gangguan kognitif
d. Kurangnya orientasi terhadap masa yang akan datang
e. Kurangnya harga diri
Skala depresi yesavage
1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda?
2. Apakah anda mengurangi hobi atau aktivitas sehari-hari?
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong?
4. Apakah anda sering merasa bosan?
5. Apakah anda selalu bersemangat?
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?
7. Apakah anda selalu merasa bahagia?
8. Apakah anda sering merasa putus asa?
9. Apakah anda lebih suka tinggal tinggal di rumah pada malam hari dari pada
keluar dan melakukan sesuatu yang baru?
10. Apakah anda merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan
dibanding orang lain?
11. Apakah anda berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan?
12. Apakah anda merasa tidak berguna?
13. Apakah anda merasa tidak berenergi?
14. Apakah anda berpikir bahwa situasi anda tidak ada harapan?
15. Apakah anda berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik dari pada anda?
 Skor 1 poin untuk tiap respon yang sesuai dengan
jawaban YA atau TIDAKsetelah pertanyaan
 Skor 5 atau lebih menunjukkan adanya depresi.
E. Ukuran skala depresi
Adapun untuk mengukur tingkat depresi seseorang menggunakan Hamilton
Rating Scale for Depression (A.Aziz,2007) :
1. Keadaan perasaan sedih (sedih,putus asa,tak berdaya,tak berguna)
Perasaan ini ada hanya bila ditanya; perasaan ini dinyatakan secara verbal
spontan; perasaan yang nyata tanpa komunikasi verbal, misalnya ekspresi
muka, bentuk, suara, dan kecenderungan menangis; pasien menyatakan
perasaan yang sesungguhnya ini dalam komunikasi baik verbal maupun
nonverbal secara spontan.
2. 2. Perasaan bersalah
Menyalahkan diri sendiri dan merasa sebagai penyebab penderitaan orang
lain; ada ide-ide bersalah atau renungan tentang kesalahan-kesalahan masa
lalu; sakit ini sebagai hukuman, waham bersalah dan berdosa; ada suara-suara
kejaran atau tuduhan dan halusinasi penglihatan tentang hal-hal yang
mengancamnya
3. Bunuh diri
Merasa hidup tak ada gunanya, mengharapkan kematian atau pikiran-pikiran
lain kearah itu, ada ide-ide bunuh diri atau langkah-langkah ke arah itu.
4. Gangguan pola tidur (initial insomnia)
Ada keluhan kadang-kadang sukar masuk tidur misalnya, lebih dari setengah
jam baru masuk tidur; ada keluhan tiap malam sukar masuk tidur
5. Gangguan pola tidur (middle insomnia)
Pasien mengeluh gelisah dan terganggu sepanjang malam, terjadi sepanjang
malam (bangun dari tempat tidur kecuali buang air kecil)
6. Gangguan pola tidur (late insomnia)
Bangun saat dini hari tetapi dapat tidur lagi, bangun saat dini hari tetapi tidak
dapat tidur lagi.
7. Kerja dan kegiatan-kegiatannya
Pikiran perasaan ketidakmampuan keletihan/kelemahan yang berhubungan
dengan kegiatan kerja atau hobi; hilangnya minat terhadap pekerjaan/hobi
atau kegiatan lainnya baik langsung atau tidak pasien menyatakan kelesuan,
keragu-raguan dan rasa bimbang; berkurangnya waktu untuk aktivitas sehari-
hari atau produktivitas menurun. Bila pasien tidak sanggup beraktivitas,
sekurang-kurangnya 3 jam sehari dalam kegiatan sehari-hari; tidak bekerja
karena sakitnya sekarang (dirumah sakit) bila pasien tidak bekerja sama
sekali, kecuali tugas-tugas di bangsal atau jika pasien gagal melaksanakan;
kegiatan-kegiatan di bangsal tanpa bantuan
8. Kelambanan (lambat dalam berpikir, berbicara gagal berkonsentrasi, dan
aktivitas motorik menurun )
Sedikit lamban dalam wawancara; jelas lamban dalam wawancara; sukar
diwawancarai; stupor (diam sama sekali)
9. Kerja dan kegiatan-kegiatannya
Kegelisahan ringan; memainkan tangan jari-jari, rambut, dan lain-lain;
bergerak terus tidak dapat duduk dengan tenang; meremas-remas tangan,
menggigit-gigit kuku, menarik-narik rambut, menggigit-gigit bibir
10. Kecemasan (ansietas somatik)
Sakit nyeri di otot-otot, kaku, dan keduten otot; gigi gemerutuk; suara tidak
stabil; tinitus (telinga berdenging); penglihatan kabur; muka merah atau
pucat, lemas; perasaan ditusuk-tusuk
11. Kecemasan (ansietas psikis)
Ketegangan subyektif dan mudah tersinggung; mengkhawatirkan hal-hal
kecil; sikap kekhawatiaran yang tercermin di wajah atau pembicaraannya;
ketakutan yang diutarakan tanpa ditanya
12. 12. Gejala somatik (pencernaan)
nafsu makan berkurang tetapi dapat makan tanpa dorongan teman, merasa
perutnya penuh; sukar makan tanpa dorongan teman, membutuhkan pencahar
untuk buang air besar atau obat-obatan untuk saluran pencernaan
13. Gejala somatik (umum)
Anggota gerak, punggung atau kepala terasa berat; sakit punggung, kepala
dan otot-otot, hilangnya kekuatan dan kemampuan
14. Kotamil (genital)
Sering buang air kecil terutama malam hari dikala tidur; tidak haid, darah
haid sedikit sekali; tidak ada gairah seksual dingin (firgid); ereksi hilang;
impotensi
15. Hipokondriasis (keluahan somatik, fisik yang berpindah-pindah)
Dihayati sendiri, preokupasi (keterpakuan) mengenai kesehatan sendiri,
sering mengeluh membutuhkan pertolongan orang lain, delusi hipokondriasi
16. Gejala-gejala obsesi dan kompulsi
Adapun cara penilaian masing-masing gejala adalah sebagai
berikut(A.Aziz,2007) :
0 : Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)
1 : Ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
2 : sedang (separuh dari gejala yang ada)
3 : berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada)
4 : sangat berat (semua gejala ada)
Untuk penilaian skornya yaitu (A.Aziz,2007) :
Kurang dari 17 : tidak ada depresi
18 – 24 : depresi ringan
25 – 34 : depresi sedang
35 – 51 : depresi berat
52 – 68 : depresi berat sekali

3. ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN DEPRESI


A. Pengkajian
1. Identitas diri klien
2. Struktur keluarga : Genoogram
3. Riwayat Keluarga
4. Riwayat Penyakit Klien
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
1. Kaji adanya depresi.
2. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti
geriatric depresion scale.
3. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
4. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.

 Lakukan observasi langsung terhadap :


1. Perilaku.
 Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan
aktivitas hidup sehari-hari?
 Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterima secara
sosial?
 Apakah klien sering mengluyur danmondar¬mandir?
 Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena?

2. Afek
 Apakah kilen menunjukkan ansietas?
 Labilitas emosi?
 Depresi atauapatis?
 lritabilitas?
 Curiga?
 Tidak berdaya?
 Frustasi?

3. Respon kognitif
 Bagaimana tingakat orientasi klien?
 Apakah klien mengalamikehilangan ingatan tentang hal¬hal yang baru
saja atau yang sudah lamaterjadi?
 Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau mengabstrakan?
 Kurang mampu membuat penilaian?
 Terbukti mengalami afasia, agnosia, atau,apraksia?

4. Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga


1. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah
menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
2. ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota
keluarga yang lain.
3. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya
komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).
4. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
5. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran
pemberiasuhan tentang dirinya sendiri.

B. Klasifikasi Data
a) Data Subyektif
1. Lansia Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.
2. Sering mengemukakan keluhan somatic seperti ; nyeri abdomen dan
dada, anoreksia, sakit punggung,pusing.
3. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan
hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
4. Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk konsentrasi.
b) Data Obyektif
1. Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk
dengan sikap yang merosot.
2. Ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang
diseret.
3. Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
4. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering
menangis.
5. Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi
terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak
mempunyai daya khayal.
Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam,
tidak masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi.
Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility),
mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu. Pada pasien depresi
juga mengalami kebersihan diri kurang dan keterbelakangan psikomotor.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

D. Rencana Tindakan Keperawatan


 DX I : Mencederai diri berhubungan dengan depresi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam lansia
tidak mencederai diri.
Kriteria Hasil:
1. Lansia dapat mengungkapkan perasaanya.
2. Lansia tampak lebih bahagia.
3. Lansia sudah bisa tersenyum ikhlas.
Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya dengan lansia.
Rasional : hubungan saling percaya dapat mempermudah dalam
mencari data-data tentang lansia.
2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati
dan Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih
banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan,
anggukan.
Rasional : Dengan sikap sabar dan empati lansia akan merasa lebih
diperhatikan dan berguna.
3. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri. Jauhkan
dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk
mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
Rasional : Meminimalkan terjadinya perilaku mencederai diri

 DX 2 : Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping


maladaptif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam lansia
merasa tidak stres dan depresi.
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat meningkatkan harga diri
2. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
3. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Intervensi :
1. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
Rasional : Membangun motivasi pada lansia
2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
Rasional :Individu lebih percaya diri
3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
Rasional : Menumbuhkan semangat hidup lansia
4. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan:
1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang
terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang
dianut).
Rasional : Lansia tidak merasa sendiri
2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu,
aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
Rasional : Meningkatkan nilai spiritual lansia
3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).
Rasional : Untuk menangani klien secara cepat dan tepat
4. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat).
Rasional : Untuk memberi pemahaman kepada lansia tentang obat
2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat,
dosis, cara, waktu).
Rasional : Prinsip 5 benar dapat memaksimalkan fungsi obat secara
efektif
3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
Rasional : Menambah pengetahuan lansia tentang efek – efek samping
obat.
4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.
Rasional : Lansia merasa dirinya lebih berharga

Anda mungkin juga menyukai