DISUSUN OLEH :
MUTIA ANNISA
TAHUN 2020-2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan Komunitas ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas
Diabetes Melitus Pada Lansia”.
Dalam pembuatan tugas ini, penulis menyadari masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dengan tangan terbuka kritik
dan saran yang membangun untuk perbaikan pada masa yang akan datang.
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar belakang...............................................................................................1
1.2.Rumusan masalah.........................................................................................3
1.3. Tujuan............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1. Konsep Medis...............................................................................................4
2.1.1 Pengertian..................................................................................................4
2.1.2. Etiologi.......................................................................................................4
2.1.3. Anatomi dan fisiologi................................................................................7
2.1.4. Patofisiologi.............................................................................................10
2.1.5. Pathway........................................................................................................... 12
2.1.6. Manifestasi klinik....................................................................................13
2.1.7. Komplikasi...............................................................................................14
2.1.8. Tes diagnostik.........................................................................................16
2.1.9. Penatalksanaan Medis..............................................................................17
2.2 Konsep Lansia........................................................................................... 21
2.1. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas.....................................................22
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................29
3.1. Pengkajian Keperawatan.............................................................................29
3.2. Analisa data.................................................................................................42
PENDAHULUAN
Pada usia lanjut diduga terjadi age related metabolic adaptation, oleh
karena itu munculnya diabetes pada usia lanjut kemungkinan karena aged
related insulin resistance atau aged related insulin inefficiency sebagai hasil
dari preserved insulin action despite age (Rochmah, 2006). Bila terlambat
diketahui adanya penyakit diabetes pada lanjut usia, penderita mungkin sudah
dalam keadaan status dekompensasi dari sistem metabolik seperti
hiperglikemi, hiperosmolaritas, sindroma non ketotik atau ketoasidosis
diabetik. Penderita juga dapat dijumpai gejala-helaja hipoglikemi, yang
biasanya disebabkan oleh obat-obat antidiabetik. Penampilan klinis
hipoglikemia yang khas tampak sebagai perubahan status mental dan status
neurologi seperti penurunan fungsi kognitif, konfusio, kejang, diaphoresis
dan bradikadi.Keadaan yang menyertai hiperglikemi seperti hiponatremia
(pseudohiponatremi), kondisi dehidrasi dan hipomagnesia (akibat diuresis
osmotik) dapat juga terjadi (Martono, 2012).
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah Mempelajari dan memberikan
pemahaman tentang asuhan keperawatan komunitas pada lansia dengan
gangguan Diabetes Millitus Di Puskesmas Megang lubuklinggau.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini yaitu penulis mampu :
PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Etiologi
a. Anatomi Pankreas
Corpus pankreatikus
Canalis Pylorica
Ductus pankreaticus
Ductus Coledukus
Cauda
Pankreatis
Duodenum Pars
asendens
Caput pankreatis
Duodenum pars horisontal
Processus uricinatus
Gambar 1. Gambar anatomi pankreas, duodenum.
b. Fisiologi Pankreas
KLASIFIKASI DM
2.1.4 Patofisiologi
a. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas
menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans.
Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia
post prandial.
Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul
glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic)
sehingga pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliurra) dan rasa haus (polidipsia).
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala
peningkatan selera makan (polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya
proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa pemecahan
lemak dan terjadi peningkatan keton yangdapat mengganggu
keseimbangan asam basa dan mangarah terjadinya ketoasidosis
(Corwin, 2000)
b. DM Tipe II
efek terhadap mikrovaskuler Transpor glukosa ke dalam sel Katabolisme protein penurunan penyerapan asam amino
Retina tidak mendapat oksigen metabolisme glukosa dimitokondria penurunan ATP asam amino darah meningkat
Resiko Kebutaan Hiperglikemia Hambatan mobilitas fisik pemakaian lemak dan protein meningkat
Resiko Gangguan persepsi sensori efek mikrovaskuler aterosklerosis dinding intima napas berbau keton mual, muntah
a. Poliuria
b. Polidipsia
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar
insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan
menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang
akan lebih banyak makan (poliphagia).
Kardiopati
Diabetes dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kardiovaskuler
lainnya, termasuk penyakit arteri koroner dengan nyeri di dada
(angina), penyakit jantung, stroke, menyempitnya arteri
(aterosklerosis), dan tekanan darah tinggi.
Neuropati
Gula yang berlebihan dapat membahayakan pembuluh darah kecil
(kapiler) yang menutrisi saraf Anda, terutama di kaki. Ini dapat
menyebabkan kesemutan, mati rasa, terbakar atau nyeri dari ujung
kaki dan menjalar ke atas.
Nefropati
Ginjal mengandung banyak gugusan pembuluh darah yang menyaring
limbah dari darah Anda. Diabetes dapat membahayakan sistem
penyaringan yang halus ini. Beberapa kerusakan dapat mengakibatkan
gagal ginjal atau penyakit ginjal stadium akhir yang dapat dipulihkan,
namun ini membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal.
Kerusakan Mata
Diabetes dapat membahayakan jaringan darah di retina (diabetes
retinopati), dan berkemungkinan menyebabkan kebutaan. Diabetes
juga dapat meningkatkan kerusakan berat pada penglihatan, seperti
katarak dan glaukoma.
Kerusakan kaki
Kerusakan saraf atau aliran darah di kaki dapat meningkatkan risiko
komplikasi kaki. Jika tidak dirawat, goresan dan luka di kaki dapat
menjadi infeksi serius, yang susah diobati dan dapat berakibat
amputasi kaki.
Komplikasi Kehamilan
Kadar gula yang tinggi dapat berbahaya bagi anak dan bayi. Anda
mempunyai risiko yang tinggi untuk keguguran, kelahiran, dan cacat
lahir jika kadar gula Anda tidak dikontrol dengan baik. Untuk sang
ibu, diabetes dapat meningkatkan risiko akan ketoasidosis diabetik,
diabetes retinopati, kehamilan darah tinggi, dan preeklampsia.
2.1.8 Tes Diagnostik
a. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai
dengan kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemak sebanyak 20 – 25 %
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu)
selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.
Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama
30 menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah
raga berat jogging.
c. Obat Hipoglikemik
1) Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
d. Biguanid
Sebagai obat tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk
pasien yang berat lebih (imt 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan
golongan sulfonylurea
e. Insulin
2.3.1 Definisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2013).
Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu
menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat
dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya.Sedangkan dalam
kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang,
masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak,
2016). Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui
proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam
upaya kesehatan (Mubarak, 2016).
2.3.2 Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya
sebagai berikut.
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut;
3. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi,
yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri (self care).
2.3.3 Fungsi Keperawatan Komunitas
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat.
4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat
proses penyembuhan (Mubarak, 2016).
2.3.4 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya
setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya.Begitu juga dengan
masalah kesehatan dilingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya
sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang
mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat
individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas
penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-
pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses
transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya
kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri.
Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
2.3.5 Bentuk – Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat
a. Posyandu
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan
posyandu.Secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan
dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan
Kesehatan. Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana
kegiatan keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat kelurahan atau desa,
yang melakukan kegiatankegiatan seperti: (1) kesehatan ibu dan anak,
(2) KB, (3) imunisasi, (4) peningkatan gizi, (5) penanggulangan diare,
(6) sanitasi dasar, (7) penyediaan obat esensial (Zulkifli, 2013).
Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk : (1)
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, (2)
meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, (3)
mempercepat penerimaan NKKBS, (4) meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan
lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat, (5)
pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk
berdasarkan letak geografi .
b. Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
c. Peberian Oralit dan pengobatan.
d. Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai
permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan
materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil. Pelayanan yang diberikan
oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas
dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:
1) Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian
penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup
peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan
spesifik.Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan
kesehatan baik pada individu maupun kelompok.Pencegahan
primer juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi
individu melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan
perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi
pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan
balita.
2) Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit
lebih awal dengan mengobati secara tepat.Kegiatan-kegiatan yang
mengurangi faktor resiko dikalifikasikansebagai pencegahan
sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu dan
puskesmas.
3) Pencegahan tersier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada
seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang
mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai
dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada
penderita patah tulang.Selanjutnya agar dapat memberikan arahan
pelaksanaan kegiatan, berikut ini diuraikan
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1.5 Kebiasaan
3.1.9 Agama
No Usia Frekuensi
1 45 – 49 8
2 50 – 54 7
3 55 – 59 10
4 60 – 65 2
5 65 – 69 3
Jumlah 30
1. Komposisi lansia berdasarkan tingkat pendidikan
No Pendidikan Frekuensi
1 SD 8
2 SMP 12
3 SMA 10
Jumlah 30
1 Laki – Laki 13
2 Perempuan 17
Jumlah 30
3. Komposisi lansia berdasarkan agama
No Agama Frekuensi
1 Islam 27
2 Kristen 3
Jumlah 30
4. Komposisi lansia berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi
1 PNS 8
2 Swasta 7
3 Wiraswasta 10
4 Tidak bekerja 5
Jumlah 30
3.2.2 Lingkungan Fisik
1. Perkesmas
2. Laboratorium
3. Kesehatan Lansia
1). Sarana kesehatan yang paling dekat dengan tempat tinggal lansia :
Tabel Distribusi lansia berdasarkan sarana kesehatan dekat dengan
tempat tinggal lansia di daerah Megang Kenanga 2 pada tanggal
24– 26 Juli 2021.
3. Ds : Kurangnya
- Kader posyandu informasi dalam
mengatakan ( 40 % ) kesehatan
lansia tidak tahu
mengenai masalah
kesehatan yang
dihadapi.
Do :
- Lansia tidak menjalani
pemeriksaan
pengobatan yang tepat
Diagnosa Keperawatan :
DAFTAR PUSTAKA
Clevo, H. d. (2012).Ilmu penyakit dalam: patologi diabetes mellitus. Yogyakarta:
yayasan essentia medica (YEM).
Maryam Siti (2011). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya 1st ji. Jakarta:
Salemba Medika
Nurarif Huda (2015). Aplikasi Asuhan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA.
Yogyakarta