Anggota Kelompok 17 :
1) Pembawaan: pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir batas
kesanggupan kita, yakni dapat tindaknya seseorang memecahkan suatu soal, pertama-tama
ditentukan oleh pembawaan kita.
2) Kematangan: Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan, Tiap
organ (fisik dan psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing.
3) Pembentukan: pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi.
4) Minat dan pembawaan yang khas: minat mengarahkan pembuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dan dorongan bagi pembawaan itu. Dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
5) Kebebasan: kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu
dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode juga bebas
dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Rintisan Cattel
Awal perkembangan pengukuran mental berpusat pada kemampuan yang bersifat umum
yang dikenal sebagai tes intelegensi. Usaha pengukuran intelegensi berkembang dalam kurun waktu
yang kurang lebih serempak di Amerika Serikat dan Perancis. Di Amerika, usaha pertama tersebut
dimulai oleh tokoh pencetus istilah “tes mental” James Mckeen Cattel (1860-1944), yang
menerbitkan bukunya “Mental Tes and Measurements” di tahun 1890.11Tes yang dirancang Cattel
sarat dengan ukuran aspek sensori–motor (indera–gerak) dan fisiologis. Hal ini disebabkan oleh
pergaulan Cattel dengan seorang ahli biologi Inggris yang bernama Francis Galton (1822-1911).
Menurut Galton, semakin tinggi intelegensi seseorang maka tentu semakin baik fungsi indera dan
fungsi geraknya. Studi untuk menguji validitas rangkaian tes. Cattel dengan menggunakan nilai
sekolah sebagai kriterianya ternyata tidak menunjukkan adanya validitas yang memuaskan. Baru
setelah diadakan modifikasi-modifikasi terhadap isinya, tes tersebut dapat dijadikan bagian dari
penelitian dan intelegensi biologis.
Skala Binet-Simon
Pada awalnya, Alfred Binet melakukan usaha pengukuran intelegensi dengan mengukur
lingkaran tempurung kepala anak-anak (metode kraniometri). Namun metode ini pada akhirnya
ditinggalkan oleh Binet. Pada tahun 1905 Binet dan temannya, Theodore Simon mencetuskan skala
intelegensi yang pertama yang dikenal dengan nama Skala Binet-Simon.Skala ini mengalami
beberapa kali revisi. Revisi pertama tahun 1908, yakni dengan adanya penambahan jumlah soal
tesnya. Kemudian pada tahun 1911 juga terjadi revisi lagi. Pada revisi ini terjadi pembuangan tes
membaca dan menulis yang diyakini terlalu banyak tergantung pada latihan khusus. Beberapa tes
baru ditambahkan pada level-level usia tertentu dan dilakukan pula perluasan soal sampai
mencakup pada level usia mental dewasa. Revisi yang paling terkenal dilakukan oleh Terman pada
tahun 1916. Revisi ini dikenal sebagai revisi Stanford dan hasilnya dikenal dengan nama Stanford-
Binet. Sejak itu, skala Stanford-Binet menjadi skala standar dalam psikologi klinis, psikiatri dan
konseling pendidikan.
Skala Wechsler
Tiga puluh empat tahun setelah diterbitkannya tes intelegensi yang pertama oleh Binet Simon
atau dua tahun setelah munculnya revisi Stanford-Binet, David Wechsler mmperkenalkan versi satu
tes intelegensi yang dirancang khusus untuk digunakan orang dewasa. Tes tersebut terbit pada
tahun 1939 dan dinamai Wechsler Bellevue Intellegent Scale (WBIS), disebut juga skala W-B. Alasan
Wechsler mengembangkan skala W-B adalah kenyataan bahwa tes intelegensi yang digunakan untuk
orang dewasa saat itu hanya merupakan perluasan dari tes intelegensi untuk anak-anak dengan
menambahkan soal yang sejenis yang lebih sukar. Isi tes yang seperti itu, menurut Wechsler
seringkali tidak menarik minat dan perhatian orang dewasa. Pada tahun 1949 Wechsler menerbitkan
pula skala intelegensi untuk digunakan pada anak-anak.
Pengertian IQ
IQ merupakan istilah yang biasa dipergunakan untuk menjelaskan tingkatan kemampuan otak
kiri seseorang. Sering kali, IQ dijadikan sebuah indikator untuk mengukur kemampuan berpikir,
berkomunikasi, mengetahui, memahami, menganalisis, menentukan, dan menjelaskan sesuatu yang
dimiliki oleh seseorang. Istilah IQ sendiri merupakan singkatan dari Intelligence Quotient yang
berarti indikasi kecerdasan intelektual, kemampuan menganalisis suatu objek, atau logika seseorang.
Karena itulah, IQ memiliki keterkaitan dengan keterampilan berbicara, kesadaran akan sesuatu di
sekelilingnya, penguasaan ilmu eksak, atau kemampuan-kemampuan otak kiri lainnya.
Makna dari skor IQ adalah untuk mengetahui kemampuan mental dalam pengukuran kecerdasan
seseorang, termasuk kemampuan berpikir rasional dan menghadapi situasi di lingkungannya.
Tidak. IQ pada seseorang akan dapat berubah. Pada saat anak-anak dan remaja, kecerdasan
seseorang cenderung rentan terhadap perubahan. Jadi, masih sangat mungkin untuk berubah. Pada
anak-anak, hubungan antara ukuran otak dan IQ tidak terlalu berpengaruh, dibandingkan pada
orang dewasa. IQ sendiri dikaitkan dengan perkembangan otak dengan cara yang rumit. Sebuah
penelitian dengan partisipan anak-anak, ditemukan bahwa anak-anak usia 7 tahun dengan IQ tinggi
(lebih dari 120) cenderung memiliki ketebalan kortikal yang kurang, tetapi setelahnya ditemukan
juga peningkatan ketebalan kortikal pada anak-anak dengan IQ tinggi.
Menurut Richard Nisbett, dosen psikologi di University of Michigan, IQ dapat berubah setiap
saat. Namun, tes IQ seringnya memberikan hasil yang sama, bahkan setelah bertahun-tahun dicoba
kembali. Namun, semakin Anda dewasa, ketastabilan akan mempengaruhi hasil skor. Maka, rata-
rata IQ setiap orang akan mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Pada masyarakat
modern, kemampuan pun bertambah, sehingga sangat mungkin IQ meningkat 3 poin per dekade.
Penelitian mengungkapkan adanya peningkatan 18 poin rata-rata IQ orang-orang yang hidup antara
tahun 1947 dan 2002. Rata-rata IQ orang yang berumur 20 tahun di tahun 1947 lebih rendah
dibandingkan dengan orang 20 tahun yang hidup di tahun 2002. Namun, untuk kasus IQ sebagai alat
ukur kecerdasan, Nesbitt belum yakin mengenai validitasnya.
Kritikan terhadap tes IQ dapat disanggah dengan keberhasilan penggunaan IQ sebagai prediktor
keberhasilan dalam berbagai bidang. Meskipun bukan merupakan prediktor yang sempurna akan
kesuksesan akademis atau pekerjaan, kritikus sekalipun mengakui bahwa ada korelasi yang kuat
antara IQ dan keberhasilan. Tes IQ pada awalnya dirancang sebagai penunjuk kesuksesan akademis
bagi murid sekolahan. Barulah kemudian di abad ke 20 penggunaannya meluas hingga ke tempat
kerja. Sementara memang benar bahwa terdapat banyak faktor lainnya yang menentukan
keberhasilan di sekolah, namun IQ sering kali menunjukkan adanya korelasi yang tinggi dengan
kesuksesan akademis.
Ya, sebab Terlepas dari besaran indeks hereditas yang ditemukan untuk menguji IQ dalam
berbagai populasi, satu fakta empiris telah ditetapkan, ”IQ bukan sesuatu yang tetap dan tidak
berubah. IQ bisa dipengaruhi oleh intervensi lingkungan kebudayaan. Terdapat bukti berkaitan
dengan studi-studi longitudinal mengenai pengaruh lingkungan dari sudut nurture. Terdapat
kemajuan dalam mengidentifikasikan ciri-ciri lingkungan yang mengalami kemajuan dan
kemunduran. Kenaikan dan penurunan dalam IQ juga bisa berakibat dari perubahan-perubahan
menguntungkan dari lingkungan yang muncul dalam kehidupan anak dan intervensi lingkungan yang
direncanakan. Perubahan-perubahan besar dalam struktur keluarga, pendapatan finansial yang
secara tajam mengalami kenaikan atau penurunan, atau adopsi dalam rumah asuhan bisa
mempengaruhi peningkatan atau penurunan IQ.
Definisi Kreatifitas
Pengukuran Kreatifitas
Pengukuran kreatif dapat dibedakan atas pendekatan – pendekatan yang digunkan untuk
mengukurnya. Ada lima pendekatan yaitu :
a. Analisis obyektif terhadap perilaku kreatif : menilai secara langsung kreatifitas berupa
benda atau karyanya yang dapat diobservasi wujud fisiknya. Kelebihannya menilai secara
langsung pada obyeknya. Kelebihannya hanya dapat digunakan terbatas pada produk yang
diukur kualitas intrinsiknya secara statistic
b. Pertimbangan subyektif : melakukan pengukurannya diarahkan kepada orang atau produk
kreatif. Prosedur pengukurannya menggunakan catatan sejarah, biografi, analogi, atau
meminta pertimbangan sekelompok pakar. Kelebihannya sangat praktif, dan dapat
diterakpan pada berbagai bidang kegiatan kreatif. Kelemahannya setiap penimbang
mempunyai persepsi yang berbeda terhadap yang disebut kreatif
c. Inventori kepribadian : untuk mengetahui kepribadian kreatif seseorang atau korelat
kepribadian yang berhubungan dengan kreatifitas. Kebutuhan kreatif meliputi sikap,
motivasi, minat, gaya berpikir, dan kebiasaan dalam berperilaku. Alat ukurnya salah
satunya yaitu skala sikap kreatif dan skala kepribadian kreatif
d. Inventori biografis : untuk mengungkapkan berbagai aspek kehidupan orang – orang
kreatif, meliputi identitas pribadinya, lingkungannya, serta pengalaman kehidupannya
e. Tes kreatifitas : untuk mengidentifikasi seseorang dalam kemampuannya berpikir kreatif,
yang hasil tesnya dikonversikan ke dalam skala tertentu sehingga menghasilkan CQ.
Terdapat beberapa tes kreatif yaitu alternate uses, test divergent thingking, creativity
assessment packet, dll. Bentuk soal tes ini umumnya berupa gambar dan verbal