Anda di halaman 1dari 8

Fungsi Mental Sejarah Aliran Psikologi

Intelegensi dan Kreatifitas

Anggota Kelompok 17 :

1. Cornellia Brigita Stella Andrea (1511900230)


2. Rosymar Nazari Abdullah (1511900234)
3. Prima Rizqi Isania Putra (1511900238)

Dosen Pembimbing Dra. Adnani Budi Utami, MS


Kelas Rabu pagi B204

Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus


Tahun 2019
A. Pengertian Intelegensi
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu
“Intellectus dan Intelligentia”. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman
dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951 yang mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu
kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati.
Berdasarkan beberapa definisi tentang intelegensi, dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah
kemampuan yang dibawa sejak lahir yang dapat digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap
kebutuhan atau lingkungan baru dengan menggunakan kemampuan berpikir yang sesuai dengan
tujuanya. Intelegensi seseorang dapat diketahui secara lebih tepat dengan menggunakan tes
intelegensi.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi


beberapa faktor yang dapat mempengaruhi intelegensi yang mengakibatkan terjadinya
perbedaan antara intelegensi seseorang dengan yang lain. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat intelegensi seseorang, di antaranya:

1) Pembawaan: pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir batas
kesanggupan kita, yakni dapat tindaknya seseorang memecahkan suatu soal, pertama-tama
ditentukan oleh pembawaan kita.

2) Kematangan: Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan, Tiap
organ (fisik dan psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing.

3) Pembentukan: pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi.

4) Minat dan pembawaan yang khas: minat mengarahkan pembuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dan dorongan bagi pembawaan itu. Dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.

5) Kebebasan: kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu
dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode juga bebas
dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.

SEJARAH TES INTELEGENSI


Pada abad XV, di Cina telah berlangsung usaha untuk mengukur kompetensi para pelamar
jabatan sebagai pegawai negara. Untuk dapat diterima sebagai pegawai, para pelamar harus
mengikuti ujian tertulis mengenai pengetahuan Confucian Classics dan mengenai kemampuan
menulis puisi dan komposisi karangan. Ujian ini berlangsung sehari semalam di tingkat distrik.
Kurang dari 7% pelamar yang biasanya lulus ujian tingkat distrik tersebut kemudian harus mengikuti
ujian berikutnya yang berupa kemampuan menulis prosa dan sajak. Dalam ujian ke dua ini hanya
kurang dari 10% dari sisa peserta yang dapat lulus. Akhirnya barulah ujian tingkat akhir diadakan di
Peking di mana diantara para peserta terakhir ini hanya lulus sekitar 3% saja. Para lulusan ini dapat
diangkat menjadi mandarin dan boleh bekerja sebagai pegawai negara.
Dengan demikian, dari ketiga tahap ujian tersebut, hanya 5 diantara 100.000 pelamar saja
yang pada akhirnya dapat mencapai status mandarin.9Tidak jelas jenis pekerjaan kantor apa saja
yang dapat dipegang oleh para lulusan yang telah berstatus mandarin itu. Apabila status mandarin
itu merupakan semacam lisensi untuk bekerja dimana saja pada jenis pekerjaan apa saja, tentulah
mata ujian yang berupa pengetahuan sastra dan kemampuan menulis prosa tidak merupakan
prediktor prestasi yang cukup baik. Diferensiasi kemampuan pada jenis pekerjaan yang berbeda
tidaklah dapat dilakukan dengan hanya mengujikan satu bidang kemampuan saja. Apabila pekerjaan
yang dapat dimasuki oleh para mandarin itu memang pekerjaan yang menuntut pengetahuan luas
mengenai sastra dan kemampuan mengarang, maka sebenarnya apa yang dilakukan oleh para
penguasa Cina waktu itu dapat dikatakan telah sesuai dengan prinsip pengukuran yang berkembang
lebih akhir dan masih dipegang sampai sekarang ini. Baru pada awal abad XIX ujian semacam itu
mulai dihilangkan sejalan dengan pesatnya kemajuan universitas-universitas.

Rintisan Cattel

Awal perkembangan pengukuran mental berpusat pada kemampuan yang bersifat umum
yang dikenal sebagai tes intelegensi. Usaha pengukuran intelegensi berkembang dalam kurun waktu
yang kurang lebih serempak di Amerika Serikat dan Perancis. Di Amerika, usaha pertama tersebut
dimulai oleh tokoh pencetus istilah “tes mental” James Mckeen Cattel (1860-1944), yang
menerbitkan bukunya “Mental Tes and Measurements” di tahun 1890.11Tes yang dirancang Cattel
sarat dengan ukuran aspek sensori–motor (indera–gerak) dan fisiologis. Hal ini disebabkan oleh
pergaulan Cattel dengan seorang ahli biologi Inggris yang bernama Francis Galton (1822-1911).
Menurut Galton, semakin tinggi intelegensi seseorang maka tentu semakin baik fungsi indera dan
fungsi geraknya. Studi untuk menguji validitas rangkaian tes. Cattel dengan menggunakan nilai
sekolah sebagai kriterianya ternyata tidak menunjukkan adanya validitas yang memuaskan. Baru
setelah diadakan modifikasi-modifikasi terhadap isinya, tes tersebut dapat dijadikan bagian dari
penelitian dan intelegensi biologis.

Skala Binet-Simon

Pada awalnya, Alfred Binet melakukan usaha pengukuran intelegensi dengan mengukur
lingkaran tempurung kepala anak-anak (metode kraniometri). Namun metode ini pada akhirnya
ditinggalkan oleh Binet. Pada tahun 1905 Binet dan temannya, Theodore Simon mencetuskan skala
intelegensi yang pertama yang dikenal dengan nama Skala Binet-Simon.Skala ini mengalami
beberapa kali revisi. Revisi pertama tahun 1908, yakni dengan adanya penambahan jumlah soal
tesnya. Kemudian pada tahun 1911 juga terjadi revisi lagi. Pada revisi ini terjadi pembuangan tes
membaca dan menulis yang diyakini terlalu banyak tergantung pada latihan khusus. Beberapa tes
baru ditambahkan pada level-level usia tertentu dan dilakukan pula perluasan soal sampai
mencakup pada level usia mental dewasa. Revisi yang paling terkenal dilakukan oleh Terman pada
tahun 1916. Revisi ini dikenal sebagai revisi Stanford dan hasilnya dikenal dengan nama Stanford-
Binet. Sejak itu, skala Stanford-Binet menjadi skala standar dalam psikologi klinis, psikiatri dan
konseling pendidikan.

Skala Wechsler
Tiga puluh empat tahun setelah diterbitkannya tes intelegensi yang pertama oleh Binet Simon
atau dua tahun setelah munculnya revisi Stanford-Binet, David Wechsler mmperkenalkan versi satu
tes intelegensi yang dirancang khusus untuk digunakan orang dewasa. Tes tersebut terbit pada
tahun 1939 dan dinamai Wechsler Bellevue Intellegent Scale (WBIS), disebut juga skala W-B. Alasan
Wechsler mengembangkan skala W-B adalah kenyataan bahwa tes intelegensi yang digunakan untuk
orang dewasa saat itu hanya merupakan perluasan dari tes intelegensi untuk anak-anak dengan
menambahkan soal yang sejenis yang lebih sukar. Isi tes yang seperti itu, menurut Wechsler
seringkali tidak menarik minat dan perhatian orang dewasa. Pada tahun 1949 Wechsler menerbitkan
pula skala intelegensi untuk digunakan pada anak-anak.

Pengertian IQ

IQ merupakan istilah yang biasa dipergunakan untuk menjelaskan tingkatan kemampuan otak
kiri seseorang. Sering kali, IQ dijadikan sebuah indikator untuk mengukur kemampuan berpikir,
berkomunikasi, mengetahui, memahami, menganalisis, menentukan, dan menjelaskan sesuatu yang
dimiliki oleh seseorang. Istilah IQ sendiri merupakan singkatan dari Intelligence Quotient yang
berarti indikasi kecerdasan intelektual, kemampuan menganalisis suatu objek, atau logika seseorang.
Karena itulah, IQ memiliki keterkaitan dengan keterampilan berbicara, kesadaran akan sesuatu di
sekelilingnya, penguasaan ilmu eksak, atau kemampuan-kemampuan otak kiri lainnya.

Beberapa permasalahan Intelegensi

1. Apa makna skor IQ?

Makna dari skor IQ adalah untuk mengetahui kemampuan mental dalam pengukuran kecerdasan
seseorang, termasuk kemampuan berpikir rasional dan menghadapi situasi di lingkungannya.

2. Apakah Skor IQ tetap stabil seumur hidup?

Tidak. IQ pada seseorang akan dapat berubah. Pada saat anak-anak dan remaja, kecerdasan
seseorang cenderung rentan terhadap perubahan. Jadi, masih sangat mungkin untuk berubah. Pada
anak-anak, hubungan antara ukuran otak dan IQ tidak terlalu berpengaruh, dibandingkan pada
orang dewasa. IQ sendiri dikaitkan dengan perkembangan otak dengan cara yang rumit. Sebuah
penelitian dengan partisipan anak-anak, ditemukan bahwa anak-anak usia 7 tahun dengan IQ tinggi
(lebih dari 120) cenderung memiliki ketebalan kortikal yang kurang, tetapi setelahnya ditemukan
juga peningkatan ketebalan kortikal pada anak-anak dengan IQ tinggi.

Menurut Richard Nisbett, dosen psikologi di University of Michigan, IQ dapat berubah setiap
saat. Namun, tes IQ seringnya memberikan hasil yang sama, bahkan setelah bertahun-tahun dicoba
kembali. Namun, semakin Anda dewasa, ketastabilan akan mempengaruhi hasil skor. Maka, rata-
rata IQ setiap orang akan mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Pada masyarakat
modern, kemampuan pun bertambah, sehingga sangat mungkin IQ meningkat 3 poin per dekade.
Penelitian mengungkapkan adanya peningkatan 18 poin rata-rata IQ orang-orang yang hidup antara
tahun 1947 dan 2002. Rata-rata IQ orang yang berumur 20 tahun di tahun 1947 lebih rendah
dibandingkan dengan orang 20 tahun yang hidup di tahun 2002. Namun, untuk kasus IQ sebagai alat
ukur kecerdasan, Nesbitt belum yakin mengenai validitasnya.

3. Apakah Skor IQ dapat memprediksi kesuksesan dalam pekerjaan?

Kritikan terhadap tes IQ dapat disanggah dengan keberhasilan penggunaan IQ sebagai prediktor
keberhasilan dalam berbagai bidang. Meskipun bukan merupakan prediktor yang sempurna akan
kesuksesan akademis atau pekerjaan, kritikus sekalipun mengakui bahwa ada korelasi yang kuat
antara IQ dan keberhasilan. Tes IQ pada awalnya dirancang sebagai penunjuk kesuksesan akademis
bagi murid sekolahan. Barulah kemudian di abad ke 20 penggunaannya meluas hingga ke tempat
kerja. Sementara memang benar bahwa terdapat banyak faktor lainnya yang menentukan
keberhasilan di sekolah, namun IQ sering kali menunjukkan adanya korelasi yang tinggi dengan
kesuksesan akademis.

4. Apakah IQ dapat digunakan pada berbagai latar Budaya?

Ya, sebab Terlepas dari besaran indeks hereditas yang ditemukan untuk menguji IQ dalam
berbagai populasi, satu fakta empiris telah ditetapkan, ”IQ bukan sesuatu yang tetap dan tidak
berubah. IQ bisa dipengaruhi oleh intervensi lingkungan kebudayaan. Terdapat bukti berkaitan
dengan studi-studi longitudinal mengenai pengaruh lingkungan dari sudut nurture. Terdapat
kemajuan dalam mengidentifikasikan ciri-ciri lingkungan yang mengalami kemajuan dan
kemunduran. Kenaikan dan penurunan dalam IQ juga bisa berakibat dari perubahan-perubahan
menguntungkan dari lingkungan yang muncul dalam kehidupan anak dan intervensi lingkungan yang
direncanakan. Perubahan-perubahan besar dalam struktur keluarga, pendapatan finansial yang
secara tajam mengalami kenaikan atau penurunan, atau adopsi dalam rumah asuhan bisa
mempengaruhi peningkatan atau penurunan IQ.

Definisi Kreatifitas

Munandar mendefinisikan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi


baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur – unsur yang ada. Kreatifitas dapat dirumuskan
sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas
dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya,
memperinci) suatu gagasan. Lalu Santrock menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan
untuk berpikir dalam cara-cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan pemecahan
masalah yang unik. Dalam KBBI kreatif di definisikan sebagai kemampuan untuk mencipta
atau proses timbulnya ide baru.

Pengukuran Kreatifitas

Pengukuran kreatif dapat dibedakan atas pendekatan – pendekatan yang digunkan untuk
mengukurnya. Ada lima pendekatan yaitu :

a. Analisis obyektif terhadap perilaku kreatif : menilai secara langsung kreatifitas berupa
benda atau karyanya yang dapat diobservasi wujud fisiknya. Kelebihannya menilai secara
langsung pada obyeknya. Kelebihannya hanya dapat digunakan terbatas pada produk yang
diukur kualitas intrinsiknya secara statistic
b. Pertimbangan subyektif : melakukan pengukurannya diarahkan kepada orang atau produk
kreatif. Prosedur pengukurannya menggunakan catatan sejarah, biografi, analogi, atau
meminta pertimbangan sekelompok pakar. Kelebihannya sangat praktif, dan dapat
diterakpan pada berbagai bidang kegiatan kreatif. Kelemahannya setiap penimbang
mempunyai persepsi yang berbeda terhadap yang disebut kreatif
c. Inventori kepribadian : untuk mengetahui kepribadian kreatif seseorang atau korelat
kepribadian yang berhubungan dengan kreatifitas. Kebutuhan kreatif meliputi sikap,
motivasi, minat, gaya berpikir, dan kebiasaan dalam berperilaku. Alat ukurnya salah
satunya yaitu skala sikap kreatif dan skala kepribadian kreatif
d. Inventori biografis : untuk mengungkapkan berbagai aspek kehidupan orang – orang
kreatif, meliputi identitas pribadinya, lingkungannya, serta pengalaman kehidupannya
e. Tes kreatifitas : untuk mengidentifikasi seseorang dalam kemampuannya berpikir kreatif,
yang hasil tesnya dikonversikan ke dalam skala tertentu sehingga menghasilkan CQ.
Terdapat beberapa tes kreatif yaitu alternate uses, test divergent thingking, creativity
assessment packet, dll. Bentuk soal tes ini umumnya berupa gambar dan verbal

Kaitan Kreatifitas dengan Kepribadian


Dari penelitiannya terhadap 537 siswa sekolah menengah, Parloff dan Datta menemukan
ada perbedaan yang signifikan ciri-ciri kepribadian kelompok siswa yang tinggi, sedang, dan
rendah kreativitasnya. Para siswa yang tinggi kreativitasnya cenderung lebih ambisius,
mandiri, otonom, percaya diri, efisien dalam berpikir, dan perseptif. Sebaliknya kelompok
siswa yang rendah kreativitasnya kurang memiliki kesadaran diri akan arti hidup sehat dan
sejahtera, kurang dapat mengendalikan diri, lebih impulsif, kurang peduli akan kesan orang
lain pada dirinya, dan kurang efisien dalam berpikir
Kaitan Kreatifitas dengan Intelegensi
Penelitian Torrance mengungkapkan bahwa anak-anak yang tinggi kreativitasnya
mempunyai taraf inteligensi (IQ) di bawah rata-rata IQ kelompok sebayanya. Dalam konteks
keberbakatan, Torrance menyatakan bahwa IQ tidak dapat dijadikan kriteria tunggal untuk
mengidentifikasi orang-orang yang berbakat. Jika hanya IQ yang digunakan sebagai kriteria,
maka sekitar 70% orang yang tinggi kreativitasnya akan tereliminasi dari seleksi. Pada intinya
penelitian itu membuktikan bahwa sampai tingkat tertentu terdapat hubungan antara inteligensi
dan kreativitas, tetapi menurut penelitian Getzels & Jackson, pada tingkat IQ di atas 120,
hampir tidak ada hubungan antara keduanya. Artinya, orang yang IQ-nya tinggi mungkin
kreativitasnya rendah, atau sebaliknya.
Kaitan Kreatifitas dengan Gangguan Mental
Menurut hasil dari salah satu penelitian yang dilakukan di King’s College London, Inggris,
orang yang kreatif memiliki kemungkinan 90 persen lebih tinggi untuk mengalami skizofrenia.
Selain itu, hasil lain dari penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa orang kreatif memiliki
risiko 62 persen lebih tinggi untuk terkena gangguan bipolar dan 39 persen lebih tinggi terkena
depresi.
Para peneliti menyimpulkan, individu yang kreatif memiliki proses-proses tertentu yang
berlangsung di otak yang berbeda dari individu biasa. Selain itu, sebuah penelitian lain yang
dilakukan di Swedia juga melaporkan bahwa berdasarkan data medis dan pendidikan dari
populasi Swedia, orang yang mengambil studi jurusan musik, drama, atau seni pada saat
perkuliahan memiliki angka kejadian stres lebih tinggi dari masyarakat pada umumnya.
Uniknya, individu yang menekuni jurusan lain, seperti hukum, tidak memiliki peningkatan
angka kejadian gangguan jiwa tersebut.
Daftar pustaka
1. file:///F:/New%20folder/New%20folder/Documents/HandOut_LM108_005_Creativity
Concept_v03.pdf
2. https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3579533/kreativitas-dan-gangguan-jiwa-
adakah-hubungannya
3. file:///F:/New%20folder/New%20folder/IntelligenceCreativity-UAS.pdf
4. https://pengertianahli.id

Anda mungkin juga menyukai