Anda di halaman 1dari 21

PERTEMUAN 8 DAN 9

KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN

》Tujuan Pembelajaran:

Mampu menjelaskan sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas, kebutuhan
mobilitas dan imobilitas, postur tubuh, kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi, dan mampu
mempraktikkan tindakan keperawatan pada gangguan aktivitas.

》SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM KEBUTUHAN AKTIVITAS

1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi,di antaranya adalah sebagai
berikut.
a. Fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot.
b. Fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral.khususnya kalsium dan fostor yang
bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan.
c. Fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah merah.
d. Fungsi pelindung organ-organ dalam.

Terdapat tiga jenis tulang,yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis; tulang
kuboid seperti tulang vertebra dan tulang tarsalia. Serta tulang panjang seperti tulang
femur dan tibia.Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan
menyempit di tengah.Bagian ujung tulang panjang dilapisi oleh kartilago dan secara
anatomis terdiri atas epifisis,metafisis,dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat
pada kedua ujung tulang yang terpisah dan lebih elastis pada masa anak-anak serta
akan menyatu pada masa dewasa.

2. Otot dan tendon


Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai
dengan keinginan.Otot memiliki erigo dan insersi tulang, serta di hubungkan dengan
tulang melalui tendon,yaitu suatu jaringan ikat yang melekat dengan sangat kuat pada
tempat insersinya di tulang.Terputusnya tendon akan mengakibatkan kontraksi.Otot
tidak dapat menggerakkan organ di tempat insersi tendon yang bersangkutan
Sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.

1
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.Ligamen
pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas,Oleh karena itu jika terputus
akan mengakibatkan ketidakstabilan.

4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan sistem saraf
tepi (percabangan dari sistem saraf pusat).Setiap saraf memiliki bagian somatis dan
otonom.Bagian somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan
pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan
kelemahan secara umim, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan
terganggunya daerah yang diinervasi, dan kerusakan pada saraf radial akan
mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial tangan

5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu.Sendi membuat
segmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antarsegmen dan
berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi
sinovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago
artikuler,ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan sinovial. Selain itu,
terdapat pula sendi bahu, sendi panggul,lutut,dan jenis sendi lain seperti sindesmosis,
sinkondrosis,dan simfisis.

》KEBUTUHAN MOBILITAS DAN IMOBILITAS

Mobilitas

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.

Jenis mobilitas adalah sebagai berikut.

1. Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.

2
Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk
dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada
kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat
mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol
motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai
berikut.
a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah adanya
dislokasi sendi dan tulang.
b) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh
rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena
stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomielitis karena
terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.

Faktor yang Memengaruhi Mobilitas

Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.

1. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas seseorang
karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.

2. Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilitas


karena dapat memengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita
fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.

3. Budaya. Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Sebagai


contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas
yang kuat; sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat
dan budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas.

4. Tingkat energi. Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat
melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.

3
5. Usia dan status perkembangan. Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat
usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak
sejalan dengan perkembangan usia.

Imobilitas
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan,yakni seseorang tidak dapat bergerak secara
bebas. karena kondisi yang menggangu pergerakan (aktivitas).Misalnya mengalami trauma
tulang belakang. Cidera otak berat disertai fraktur pada exstremitas, dan sebagainya. Jenis
imobilitas antara lain sebagai berikut.
1. Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan
hemiplegia yang tidak mampu mempertahakan tekanan didaerah paralis sehingga
tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan .
2. Imobilitas intelektual,merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan
daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
3. Imobilitasi emosional, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba tiba dalam menyesuaikan diri.
Sebagai contoh, keadaan stress berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika
seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang
dia cintai.
4. Imobilitas social, merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam
melakukan intraksi social karena keadaan penyakitnya sehingga dapat memengaruhi
perannya dalam kehidupan sosial.

Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas

Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat memengaruhi sistem tubuh, seperti perubahan
pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam
kebutuhan nutrisi,gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan sistem pernapasan, perubahan
kardiovaskular, perubahan sistem muskulokeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi
(Buang air besar dan kecil) dan perubahan perilaku.

1. Perubahan Metabolisme
Secara umum, imobilitas dapat menngangu metabolisme secara normal, mengingat
imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh. Hal
tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basar metabolic rate (BMR) yang

4
menyebabkan oksigenasi sel. Perubahan metabolisme imobilitas dapat mengakibatkan
proses anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat beresiko
meningkatkan gangguan metabolisme. Proses imobilitas dapat juga menyebabkan
penurunan eksresi urine dan peningkatan nitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada
pasien yang mengalami imobilitas pada hari kelima dan keenam. Beberapa dampak
perubahan metabolisme di antarannya adalah pengurangan jumlah metabolisme,
atropi kelenjar dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
demineralisai tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi serta gangguan
gastrointestinal.
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas
akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi protein serum
berkurang sehingga dapat menggangu kebutuhan cairan tubuh. Disamping itu,
berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskular ke interstisial dapat menyebabkan
edema sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Imobilitas juga dapat
menyebabkan demineralisasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot, sedangkan
meningkatnya demineralisasi tulang. dapat mengakibatkan reabsopsi kalium.
3. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunya pemasukan protein
dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel
menurun, yaitu sel tidak lagi menerima glukosa, asam urat, amino, lemak, dan
oksigen dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.
4. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini disebabkan
karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna, sehingga penurunan
jumlah masukan yang cukup dapan menyebabkan keluhan, seperti perut kembung,
mual, dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.

5. Perubahan Sistem Pernapasan


Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat imobilitas,
kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot yang
dapat menyebabkan proses metabolisme terganggu. Terjadinya penurunan kadar
hemoglobin dapar menyebabkan penurunan aliran oksigen dari alveoli ke jaringan,

5
sehingga mengakibatkan anemia. Penurunan ekspansi paru dapat terjadi karena
tekanan yang meningkat oleh permukaan paru.
6. Perubahan Kardiovaskular
Perubahan kardiovaskular akibat imobilitas antara lain dapat berupa hipotensi
ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus.
Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunya kemampuan saraf
otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, refleks neurovakular akan menurun dan
menyebabkan vasokonstriksi, kemudian darah terkumpul pada vena bagian bawah
sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi pusat terhambat. Meningkatanya kerja
jantung dapat disebabkan karena imobilitas dengan posisi horizontal. Dalam keadaan
normal, darah yang terkumpul pada ekstremitas bawah bergerak dan meningkatkan
aliran vena kembali ke jantung dan akhirnya jantung akan meningkatkan kerjanya.
Terjadinya trombus juga disebabkan oleh meningkatnya vena statis yang merupakan
hasil penurunan kontraksi muskular sehingga meningkatkan arus balik vena.
7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Peubahan yang terjadi dalam sistem muskuloskeletal sebagai dampak dari imobilitas
adalah sebagai berikut.

a. Gangguan Muskular. Menurunya masa otot sebagai dampak imobilitas


dapat menyebabkan turunya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya
fungsi kapasitas otot ditandai dengan menurunya stabilitas. Kondisi
berkurangnya masa otot dapat menyebabkan atropi pada otot. Sebagai
contoh, otot betis seseorang yang telah dirawat lebih dari enam minggu
ukuranya akan lebih kecil selain menunjukkan tanda lemah atau lesu.
b. Gangguan Skeleta. Adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan
skeletal, misalnya akan mudah terjadinya kontraktur sendi dan
osteoporosis. Kontraksi merupakan kondisi yang abnormal dengan kriteria
adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan atropi dan memendeknya otot.
Terjadinya kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang
tidak berfungsi. Osteoporosis terjadi Karena reabsorpsi tualang semakin
besar, sehingga yang menyebabkan jumlah kalsium ke dalam darah
menurun dan jumlah kalsium yang dikeluarkan melalui urine semakin
besar.

6
8. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena
menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya iskemia serta nekrosis
jaringan superfisial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat tekanan kulit yang
kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan.
9. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin
disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran
darah renal dan urine berkurang.

10. Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa bermusuhan,
bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur, dan menurunnya
koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut merupakan dampak
imobilitas karena selama proses imobilitas seseorang akan mengalami perubahan
peran, konsep diri, kecemasa, dan lain-lain.

Postur Tubuh

Postur tubuh (body alignment) merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh
yang berhubungan dengan bagian tubuh yang lain. Bagian yang dipelajari dari postur
tubuh adalah persendiaan, tendon, ligamen, dan otot. Apabila keempat bagian tersebut
digunakan dengan benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh
maksimal, seperti dalam posisi duduk, dan berbaring yang benar.

Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan dengan baik, mengurangi
jumlah energi yang digunakan,mempertahankan keseimbangan, mengurangi kecelakaan,
memperluas ekspansi paru, dan meningkatakan sirkulasi, baik renal maupun
gastrointestinal. Untuk mendapatkan postur tubuh yang benar, terdapat beberapa prinsip
yang perlu diperhatikan, diantaranya sebagai berikut.

1. Keseimbangan dapat dipertahankan jika garis gravitasi (line of gravity-garis


imaginer vertikal) melewati pusat gravitasi (center of gravity-titik yang berada di
pertengahan garis tubuh) dan dasar tumpuan (base of support-posisi menyangga
atau menopang tubuh).

7
2. Jika dasar tumpunan lebih luas dan pusat gravitasilebih rendah, kestabilan dan
keseimbangan akan lebih besar.
3. Jika garis gravitasi berada di luar pusat dasar tumpunan, energi akan lebih
banyak digunakan untuk mempertahankan keseimbangan.
4. Dasar tumpuan yang luas dan bagian bagian dari postur tubuh yang baik akan
menghemat energi dan mencegah kelelahan otot.
5. Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot.
6. Memperkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah kekakuan otot dan
ligamen.
7. Posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot serta
mencegah kelelahan.
8. Pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan.
9. Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk mencegah
beban belakang.
10. Postur yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri,
kelelahan otot, dan kontraktur.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Postur Tubuh

Pembentukan postur tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai
berikut:

1. Status Kesehatan. Perubahan status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang tidak
optimal pada organ atau bagian tubuh yang mengalami kelelahan atau kelemahan
sehingga dapat memengaruhi pembentukan postur. Hal ini dapat dijumpai pada orang
sakit yang banyak mengalami ketidakseimbangan dalam pergerakan.
2. Nutrisi. Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan energi yang digunakan dalam
membantu proses pengaturan keseimbangan organ, otot, tendon, ligamen, dan
persendian. Apabila status nutrisi kurang, kebutuhan energi pada organ tersebut akan
berkurang sehingga dapat memengaruhi proses keseimbangan.
3. Emosi. Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga keseimbangan
tubuh. Hal tersebut dapat memengaruhi proses koordinasi pada otot, ligamen, sendi, dan
tulang.
4. Gaya Hidup. Perilaku gaya hidup dapat membuat seseorang menjadi lebih baik atau
bahkan sebaliknya manjadi buruk. Seseorang yang memiliki gaya hidup tidak sehat,

8
misalnya selalu menggunakan alat bantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dapat
mengalami ketergantungan sehingga postur tubuh tidak berkembang dengan baik.
5. Perilaku dan Nilai. Adanya perubahan perilaku dan nilai seseorang dapat
memengaruhipembentukan postur. Sebagai contoh, perilaku dalam membuang sampah
di sembarang tempat dapat memengaruhi proses pembentukan postur tubuh orang lain
yang berupaya untuk selalu bersih dari sampah.

Kebutuhan Mekanika Tubuh dan Ambulasi

Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk
mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan cara
menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi,
serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas.
Penggunaan umekanika tubuh secara benar dapat meningkatkan fungsi tubuh terhadap
susunan muskuloskeletal, mengurangi tenaga yang dikeluarkan, dan mengurangi kelelahan.
Kebutuhan bergerak sangat dibutuhkan karena pergerakan dapat memenuhi kebutuhan dasar
manusia dan melindungi diri dari Kecelakaan seperti jatuh.

1. Prinsip Mekanik Tubuh


Prinsip yang digunakan dalam mekanika tubuh adalah sebagai berikut.
a. Gravitasi. Gravitasi merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam
melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumber
dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi
yaitu sebagai berikut:
1) Pusat gravitasi (center of gravity), titik yang berada dipertengahan tubuh.
2) Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat
gravitasi.
3) Dasar tumpuan (base of support), merupakan dasar tempat seseorang dalam
posisi istirahat untuk menopang/menahan tubuh.
4) Keseimbangan. Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai
dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan
dasar tumpuan.
5) Berat. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah
berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan
memengaruhi mekanika tubuh.

9
2. Pergerakan Dasar dalam Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus
diperhatikan, diantaranya sebagai berikut.
a. Gerakan (ambulating). Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan
kesemimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan
saat orang berjalan akan berbeda. Orang yang berdiri akan lebih mudah stabil
dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan terjadi
perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi lain dan pusat gravitasi selalu
berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat dua fase, yaitu fase menahan
berat dan fase mengayun,yang akan menghasilkan gerakan halus dan berirama.
b. Menahan (squatting). Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.
Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok,
dan tentunya juga berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang
perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam
menahan sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan
tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
c. Menarik (pulling). Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan
benda. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda, di
antaranya ketinggian, letak benda (sebaiknya berada didepan orang yang akan
menarik), posisi kaki dan tubuh dalam menarik (seperti condong kedepan dari
panggul), sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien,
lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut, dan
pergelangan kaki ditekuk, lalu lakukan penarikan.
d. mengangkat ‘lifting’ mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik .Gunakan
otot-otot besar dari tumit .paha bagian atas,kaki bagian bawah ,perut dan pinggul
untuk mengurangi rasa sakit pada pada daerah tubuh bagian belakang.
e. memutar ‘pivoting’ memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan
bertumpu pada tulang belakang .gerakan memutar yang baik memerhatikan ketiga
unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur
tubuh.
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Mekanika Tubuh dan Ambulasi
a. status kesehatan .perubahan status kesehatan dapat memengaruhi system
musculoskeletal dan system saraf berupa penurunan koordinasi .perubahan tersebut

10
dapat disebabkan oleh penyakit , berkurangnya kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari ,dan lain-lain.
b. nutrisi .salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan
tulang dan perbaikan sel .kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan
kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit .senagai contoh ,tubuh yang
kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.
c. emosi .kondisi psikologis seseorang dapat memudahkan perubahan prilaku yang dapat
menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik .seseorang yang
mengalami perasaan tida aman ,tida bersemangat ,dan hargadiri yang rendah,akan
mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulan.
d. situasi dan kebiasaan.situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang ,misalnya
sering mengangkat benda –benda yang berat,akan menyebabkan mekanika tubuh dan
ambulasi.
e. gaya hidup .perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan
kemungkinan besar akan nenimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas ,sehingga
dapat mengganggu koordinasi antara system musculoskeletal dan neurogi ,yang
akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
f. pengetahuan.pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan
mendorong seseorang untuk mempergunakan dengan benar ,sehingga mengurangi
tenaga yang dikeluarkan .sebaiknya pengetahuan yang kurang memadai dalam
penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang berisiko mengalami
gangguan koordinasi system neorugi dan musculoskeletal.
4. Dampak Mekanika Tubuh dan Ambulansi
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energy secara
berlebihan .Dampak yang dapat di timbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang
salah adalah sebagai berikut
a. Terjadi ketegangan sehingga mudah timbulnya kelelahan dan gangguan dalam
system musculoskeletal
b. Risiko terjadinya kecelakaan pada system musculoskeletal .seseorang salah dalam
berjongkok atau berdiri ,maka akan memudahkan terjadinya gangguan pada
struktur musculoskeletal ,misalnya kelainan pada tulang vertebra

11
》PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN KEBUTUHAN
AKTIVITAS

1. Menerima pasien baru


Prosedur penerimaan pasien baru merupakan prosedur yang mengatur penerimaan
baru masuk di rumah sakit untuk di lakukan perawatan, dengan tujuan mengetahui
keadaan pasien dan melakukan perawatan pasien.

Persiapan:

a. tempat tidur dalam keadaan bersih dan siap pakai, serta fasilitas lainnya;
b. meja dan kursi pasien;
c. dokumen rekam medis;
d. alat pemeriksaan fisik, antara lain termometer, tensimeter, timbangan BB bila
perlu.

Cara pelaksanaan:

a. lakukan penerimaan pasien di ruangan;


b. perkenalkan diri pada klien dan keluarganya;
c. pindahkan pasien ke tempat tldur (apabila pasien datang dengan berangkat
atau kursi roda) dan berikan posisi yang nyaman;
d. perkenalkan pasien baru dengan pasien yang sekamar;
e. berikan informasi kepada klien dan keluarga tentang orientasi ruangan,
termasuk perawat yang bertanggung jawab dan sentralisasi obat, dokter yang
bertanggung jawab dan jadwal visite, serta tata tertib ruangan;
f. lakukan pengkajian data pasien;
g. lakukan inform consent untuk pelaksanaan perawatan di ruangan.
2. Mentransportasi pasien
Merupakan tindakan memindahkan pasien dari tempat tidur ke branchard

Cara pelaksanaan:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan;


2. Atur branchard dalam posisi terkunci;
3. Bantu pasien dengan 2-3 petugas;
4. Berdirilah menghadap pasien;
5. Silangkan tangan di depan dada;

12
6. Petugas/pelaksana menekuk lutut kemudian memasukkan tangannya ke bawah
tubuh pasien.
7. Petugas pertama meletakkan tangan di bawah pinggang .petugas kedua meletakan
tangan di bawah pinggang dan panggul pasien, sedangkan petugas ketiga
meletakan tangan dibawah pinggul dan kaki
8. Angkat bersama sama dan pindahkan ke brancard
9. Atur posisi pasien di brascard

Memosisikan pasien fowler , semi-fowler .litotomi. dorsal recumbent, trendelencburg.


supine. Prone miring kanan dan kiri

Posisi Fowler
Merupakan posisi dengan setengah duduk atau duduk. di mana bagian kepala tempat tidur
lehih tinggi.
cara pelaksanaan:
1) cuci tangan
2) jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) tinggikan kepala tempat tldur 45—60 derajat.
4) topangkan kepala di atas ternpat tldur atau bantal kecil.
5) gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien tidak dapat
mengontrolnya secara sadar dapat menggunakan tangan dan lengan.
6) tempatkan bantal tipis di punggung bawah,

7) tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah paha.


8) tempatkan bantal kecil atau gulungan di bawah pergelangan kaki,
9) tempatkan papan kaki di dasar telapak kaki pasien.
10) turunkan tempat tidur.
11) observasi posisi pasien kesejajaran tubuh. dan tingkat kenyamanan,

12) cuci tangan.


13) catat respons pasien.

13
Posisi Sim
Merupakan posisi berbaring miring baik ke kanan atau ke kiri.

Perstapan alat: bantal

Cara pelaksanaan:
1) cuci tangan;
2) jelaskan prosedur yang akan dilakukan;

Gambar Posisi Sim

3) tempatkan kepala datar di tempat tidur ;


4) tempatkan pasien dalam posisi telentang ;
5) posisikan pasien dalam posisi miring yang sebagian pada abdomen ;
6) tempatkan bantal dibawah kepala
7) tempatkan bantal di bawah lengan atas yang difleksikan, yang menyongkong tungkai
setinggi panggul ;
8) tempatkan bantal di bawah tungkai atas yang difleksikan , yang menyokong tungkai
setinggi panggul ;tempatkan bantal pasien paralel dengan permukaan plantar kaki ;

14
9) turunkan tempat tidur ;
10) observasi kesejajaran tubuh , tingkat kenyamanan dan titik potensi tekanan ;
11) cuci tangan
12) catat respons pasien

Posisi Trendelenburg

Merupakan posisi dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki.

Persiapan alat/bahan:

1. bantal,
2. tempat tidur khusus
3. balok penopang kaki tempat

tidur Cara pelaksanaan :

1) cuci tangan
2) jelaskan prosedur yang akan dilakukan ;
3) pasien dalam keadaan berbaring (telentang);

Posisi Trendelenburg Posisi dorsal recumbent

4) tempatkan bantal di antara kepala dan ujung tempat tidur pasien


5) tempatkan bantal dibawah lipatan lutut
6) tempatkanlah balok penopang di bagian kaki Tempat tidur
7) atur tempat tidur khusus,tinggikan bagian kaki pasien
8) cuci tangan
9) catat respons pasien

15
Posisi dorsal recumbent

Merupakan posisi terlentangdengan kedua lutut ditarik atau di renggangkan.

Persiapan Alat/bahan:

1. bantal
2. tempat tidur khusus,
3. selimut

Caranya:

1) cuci tangan
2) jelaskan prosedur yg akan dilakukan.
3) pasien dalam keadaan berbaring(terlentang)
4) pakaian bawah dibuka
5) tekuk lutut dan direnggangkan
6) pasien selimut untuk menutupi area genitelia
7) cuci tangan
8) catat respons pasien

Posisi litotomi

Merupakan posisi terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik keatas

abdomen. Persiapan alat/bahan:

1. bantal

2. tempat tidur

khusus, 3.selimut

Caranya:

1. cuci tangan

2. jelaskan prosedur yg akan dilakukan

3.pasien dalam keadaan berbaring(

terlentang)

16
4. angkat kedua paha dan ditarik di atas abdomen

17
5. tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha.

6. letakkan bagian lutut/kaki pada penyangga kaki ditempat tidur khusus untuk posisi

litotomi 7.pasang selimut

8. cuci tangan

9. catat respons pasien

Posisi Genu Pektoral (Knee Chest)

Merupakan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada
bagian atas tempat tidur.
Persiapan alat/bahan:
1) tempat tidur.
2) selimut.

Cara pelaksanaan:

1) cuci tangan,
2) jelaskan prosedur yang akan dilakukan,
3) minta pasien untuk mengambil posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan
dada menempel pada matras tempat tidur,
4) pasang selimut untuk menutupi daerah perineal pasien,
5) cuci tangan,
6) catat respon pasien.

Gambar 6.5 Posisi Litotomi

(Sumber: https://images.app.goo.gl/r8SCUGjkexDWV3oE6)

18
Gambar 6.6 Posisi Genu Pektoral

(Sumber: https://images.app.goo.gl/DPcL93c22Pwk2gRQ6)

4. Melatih jalan

Diawali dengan duduk di atas tempat tidur

Caranya :

5. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


6. Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badanya, dengan telapak
tangan menghadap ke bawah
7. Berdirilah di samping tempat tidur, kemudian letakan tangan petugas pada bahu
pasien
8. Bantu pasien untuk duduk dan beri penopang/bantal.

5. Membantu berjalan

Caranya :

1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

19
2) Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan badan atau memengang telapak tangan
petugas/pelaksana
3) Berdirilah di samping pasien pegang telapak lengan tangan pada bahu pasien
4) Bantu pasien untuk jalan.

6. Melatih penggunaan alat bantu berjalan kursi roda, kruk, tripot turun dan berdiri

Caranya :

1}. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan;

2}. Atur kursi roda dalam posisi terkunci’

3}. Berdirilah menghadap pasien dengan kedua kaki merenggang;

4}. Fleksikan lutut dan pinggang petugas/pelaksana;

5}. Anjurkan pasien untuk meletakkan kedua tangannya di bahu petugas dan letakkan
kedua tangan petugas/pelaksana di samping kanan kiri pinggang pasien;

6}. Ketika pasien melangkah ke lantai, tahan lutut petugas pada lutut pasien;

7}. Bantu berdiri tegak dan jalan sampai ke kursi;

8}. Bantu pasien duduk di kursi dan atu posisi secara nyaman;

20
7. Memandikan pasien di atas tempat tidur

Prosedur perawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri.
Tujuan dari prosedur ini adalah menjaga kebersihan tubuh, mencegah kemungkinan
terjadinya infeksi akibat kebersihan kulit yang kurang, memperlancar sistem peredaran darah,
dan menambah kenyamanan pasien.

Persiapan alat dan bahan Cara pelaksaan menggunakan daftar tilik laboratorium
STIKES WDH

Gambar 6.11 Memandikan Pasien di Tempat Tidur

(Sumber : https://images.app.goo.gl/zTR11d21odxCNGDDA)

8. Merawat Gigi dan Mulut, Menyikat Gigi pada Pasien yang Tidak Sadar

Merupakan tindakan pada pasien dengan cara membersihkan serta menyikat gigi dan mulut secara teratur.
Tindakan ini dilakukan pada pasien yang tidak mampu mempertahankan

Persiapan alat dan bahan Cara pelaksaan menggunakan daftar tilik laboratorium STIKES
WDH

21

Anda mungkin juga menyukai