LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN MOBILISASI
A. Definisi
1. Sistem Rangka
1
2
dan melintasi medulla. Oleh karena itu, serat motorik dari strip motorik
kanan menginisiasi pergerakan volunter sisi tubuh bagian kiri dan serat
motorik dari strip motorik kiri menginisasi pergerakan volunter sisi tubuh
bagian kanan.
D. Klasifikasi Gangguan
1. Jenis Imobilitas
Menurut Mubarak dan Chayatin (2008: 221), secara umum ada
beberapa macam keadaan imobilitas antara lain :
a. Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik
yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
b. Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya
pada kasus kerusakan otak.
c. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan
atau kehilangan seseorang yang dicintai.
d. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi
sosial yang sering terjadi akibat penyakit.
2. Gangguan Imobilitas
Menurut Mubarak dan Chayatin (2008: 222-224), secara umum ada
beberapa macam gangguan imobilitas antara lain :
a. Sistem muskuloskeletal : pada sistem ini, imobilitas dapat menimbulkan
berbagai masalah, seperti osteoporosis, atrofi otot, kontraktur, kekakuan
serta nyeri pada sendi.
b. Eliminasi urine : masalah yang umum ditemui pada sistem perkemihan
akibat imobilisasi, antara lain statis urine, batu ginjal, retensi urine dan
infeksi perkemihan.
c. Gastrointestinal : kondisi imobilisasi mempengaruhi tiga fungsi sistem
pencernaan, yaitu fungsi ingesti, digesti, dan eliminasi.
d. Respirasi : masalah yang umum ditemui pada sistem respirasi akibat
imobilisasi, antara lain penurunan gerak pernapasan, penumpukkan
sekret, atelektasis.
e. Sistem kardiovaskular
5
E. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Mubarak dan Chayatin (2008 : 225), saat mengkaji data tentang
masalah imobilitas, perawat menggunakan metode pengkajian inspeksi,
palpasi, dan auskultasi. Selain itu, perawat juga memeriksa hasil tes
laboratorium serta mengukur berat badan, asupan cairan, dan keluaran
cairan klien. Karena tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mencegah
komplikasi imobilitas, maka perawat perlu mengidentifikasi klien yang
berisiko mengalami komplikasi. Ini termasuk klien yang mengalami gizi
buruk, penurunan sensitivitas terhadap nyeri, temperatur atau tekanan,
masalah kardiovaskular, paru, dan neuromuskular, serta perubahan tingkat
kesadaran.
Menurut Potter dan Perry (2010 : 485), pengkajian mobilisasi klien
berfokus pada ROM, gaya berjalan, latihan dan toleransi aktivitas, serta
kesejajaran tubuh. Saat merasa ragu akan kemampuan klien, lakukan
pengkajian mobilisasi, dengan klien berada pada posisi yang paling
mendukung dan berada pada tingkat mobilisasi yang paling tinggi sesuai
dengan toleransi klien. Umumnya pengkajian pergerakan dimulai dari saat
klien berbaring, kemudian mengkaji posisi duduk di tempat tidur, berpindah
ke kursi, dan yang terakhir saat berjalan. Hal ini membantu keselamatan
klien.
a. Rentang Gerak (Range of Motion/ROM)
Menurut Potter dan Perry (2010 : 485), jumlah pergerakan maksimum
yang dapat dilakukan pada sendi, di salah satu dari tiga bidang, yaitu:
10
4) Lengan bawah
Sebagian besar fungsi tangan dilakukan oleh lengan pada keadaan
pronasi.
5) Pergelangan tangan
Fungsi primer pergelangan tangan adalah meletakkan tangan dalam
keadaan dorsofleksi, yang merupakan posisi yang fungsional.
6) Jari Tangan dan jempol
ROM pada jari tangan dan jempol memungkinkan klien melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari dan aktivitas yang membutuhkan
kemampuan motorik yang baik; seperti tukang kayu, penjahit,
penggambar, dan pelukis.
7) Pinggul
Karena ekstremitas bawah berhubungan dengan daya penggerak
dan kemampuan menopang berat badan, stabilitas sendi pinggul
lebih penting daripada mobilisasinya.
8) Lutut
Fungsi lutut yang utama adalah stabilitas yang dicapai melalui ROM,
ligamen, dan otot.
9) Pergelangan kaki (ankle) dan kaki
Tanpa adanya ROM yang penuh pada pergelangan kaki, gaya jalan
akan mengalami deviasi.
b. Kekuatan otot
Menurut Muttaqin (2008: 57-58), penilaian kekuatan otot, yaitu :
1) Derajat 0 : paralisis total/tidak ditemukan kontraksi otot.
11
2. Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita
diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini
merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik
pemeriksa maupun klien.
3. Move ( prgerakan terutama lingkup gerak)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan
dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat
keluhan nyeri pada pergerakan pencatat lingkup gerak ini perlu agar
dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakkan
sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai
dari titik nol (posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan
ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak.
Pergerakkan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.
14
F. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA-I tahun 2015-2017 yang dikutip dalam buku Mubarak,
Indrawati, dan Susanto (2015: 290-296), diagnosis keperawatan yang terkait
dengan masalah mobilisasi antara lain sebagai berikut :
1. Hambatan Mobilisasi Fisik
2. Intoleransi Aktivitas
3. Risiko Intoleransi Aktivitas
4. Risiko Disuse Syndrome
Berikut penjabaran diagnosa utama menurut NANDA-I 2015-2017
(Herdman dan Kamitsuru,ed. (2015 : 232 dan 241), adalah :
1. Hambatan Mobilitas Fisik
a. Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah.
b. Batasan karakteristik
1) Dispnea setelah beraktivitas
2) Gangguan sikap berjalan
3) Gerakan lambat
4) Gerakan spastik
5) Gerakan tidak terkoordinasi
6) Instabilitas postur
7) Kesulitan membolak-balik posisi
8) Keterbatasan rentang gerak
9) Ketidaknyamanan
10) Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan
11) Penurunan kemampuan melakukan ketrampilan motorik halus
12) Penurunan kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar
13) Penurunan waktu reaksi
14) Tremor akibat bergerak
c. Faktor yang berhubungan
1) Agens farmaseutikal
2) Ansietas
3) Depresi
4) Disuse
5) Fisik tidak bugar
6) Gangguan fungsi kognitif
7) Gangguan metabolisme
8) Gangguan muskuloskeletal
9) Gangguan neuromuskular
10) Gangguan sensori perseptual
11) Gaya hidup kurang gerak
12) Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
13) Intoleran aktivitas
14) Kaku sendi
15) Keengganan memulai pergerakan
16) Kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat
17) Kerusakan integritas struktur tulang
18) Keterlambatan perkembangan
15
19) Kontraktur
20) Kurang dukungan lingkungan (misal, fisik atau sosial)
21) Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik
22) Malnutrisi
23) Nyeri
24) Penurunan kekakuan otot
25) Penurunan kendali otot
26) Penurunan ketahanan tubuh
2. Intoleransi Aktivitas
a. Definisi : ketidakcukupan energi psikologis/fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
yang harus atau yang ingin dilakukan.
b. Batasan karakteristik
1) Dispnea setelah beraktivitas
2) Keletihan
3) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
4) Perubahan elektrokardiogram/ EKG (misal, aritmaria,
abnormalitas konduksi, iskemia)
5) Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
6) Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas.
c. Faktor yang berhubungan
1) Gaya hidup kurang gerak
2) Imobilitas
3) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4) Tirah baring
G. Perencanaan
1. Diagnosa 1 : Hambatan Mobilitas Fisik
a. NOC : Ambulasi (Moorhead, et al. 2013 : 75-76)
Definisi : Tindakan personal untuk berjalan dari satu tempat ke tempat
lain secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu.
Tujuan : pasien mampu melakukan ambulasi secara mandiri setelah
dilakukan tindakan keperawatan sampai tanggal ...............................
dengan indikator :
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Berjalan dengan pelan
2 Menopang berat badan
3 Berjalan dengan cepat
4 Berjalan dengan langkah yang
efektif
5 Berjalan mengelilingi kamar
16
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
b. NIC
Menurut Bulechek, et al. (2013 : 438-341), NIC untuk diagnosa tersebut
adalah :
NIC 1 : Terapi latihan : Ambulasi
Definisi : peningkatan dan bantuan berjalan untuk menjaga/
mengembalikan fungsi tubuh otonom dan volunter selama pengobatan
dan pemulihan dari penyakit/ cedera.
Aktivitas :
1) Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki yang
memfasilitasi pasien untuk berjalan dan mencegah cedera.
2) Dorong untuk duduk di tempat tidur di samping tempat tidur
(menjuntai) atau di kursi, sebagaimana yang dapat
ditoleransi pasien.
3) Bantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur untuk
memfasilitasi penyesuaian sikap tubuh.
4) Konsultasikan pada ahli terapi fisik mengenai rencana
ambulasi, sesuai kebutuhan.
5) Gunakan sabuk (untuk) berjalan (gait belt) untuk membantu
perpindahan dan ambulasi, sesuai kebutuhan.
6) Monitor penggunaan kruk pasien atau alat bantu berjalan
lainnya.
7) Instruksikan pasien/caregiver mengenai perpindahan dan
teknik ambulasi yang aman.
8) Terapkan/sediakan alat bantu (tongkat, walker, atau kursi
roda) untuk ambulasi, jika pasien tidak stabil.
9) Bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi dengan jarak
tertentu dan dengan sejumlah staf tertentu.
10) Instruksikan pasien untuk memposisikan diri sepanjang
proses pemindahan.
NIC 2 : Peningkatan mekanika tubuh
Definisi : memfasilitasi penggunaan postur dan pergerakkan dalam
aktivitas sehari-hari untuk mencegah kelelahan dan ketegangan atau
injuri muskuloskeletal.
17
Aktivitas :
1) Monitor perbaikan postur (tubuh) / mekanika tubuh pasien.
2) Bantu untuk menghindari duduk dalam posisi yang sama
dalam jangka waktu yang lama.
3) Edukasi paisen mengenai bagaimana menggunakan
postur (tubuh) dan mekanika tubuh untuk mencegah injuri
saat melakukan berbagai aktivitas.
4) Kolaborasikan dengan fisioterapi dalam mengembangkan
peningkatan mekanika tubuh, sesuai indikasi.
5) Bantu pasien melakukan latihan fleksi untuk memfasilitasi
mobilisasi punggung sesuai indikasi.
6) Instruksikan pasien untuk menggerakkan kaki terlebih
dahulu kemudian badan ketika memulai berjalan dari
posisi berdiri.
7) Kaji pemahaman pasien mengenai mekanika tubuh dan
latihan (misalnya mendemonstrasikan kembali teknik
melakukan aktivitas/latihan yang benar)
8) Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi latihan
postur (tubuh) yang sesuai.
9) Kaji komitmen pasien untuk belajar dan menggunakan
postur (tubuh) yang benar.
10) Instruksikan untuk menghindari tidur dengan posisi
telungkup.
2. Diagnosa 2 : Intoleransi Aktivitas
a. NOC : Toleransi terhadap aktivitas (Moorhead,et al. 2013: 582)
Definisi : Respon fisiologis terhadap pergerakan yang memerlukan
energi dalam aktivitas sehari-hari.
Tujuan : Pasien mampu mentoleransi aktivitas / mampu melakukan
aktivitas secara adekuat sampai tanggal ............................... dengan
indikator :
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Frekuensi nadi ketika
beraktivitas
2 Kemudahan bernapas ketika
beraktivitas
3 Tekanan darah sistolik ketika
beraktivitas
4 Tekanan darah diastolik ketika
beraktivitas
5 Warna kulit
18
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
b. NIC
Menurut Bulechek,et al. (2013 : 338-339 dan 177), NIC untuk
diagnosa tersebut adalah :
NIC 1 : Peningkatan latihan
Definisi : Memfasilitasi aktivitas fisik secara teratur untuk
meningkatkan atau mempertahankan kesehatan dan tingkat
kebugaran.
Aktivitas :
1) Monitor kepatuhan individu terhadap program latihan.
2) Monitor respon individu terhadap program latihan.
3) Gali pengalaman individu sebelum mengenal latihan.
4) Gali hambatan untuk melakukan latihan.
5) Lakukan latihan bersama individu, jika diperlukan.
6) Dukung individu untuk memulai atau melanjutkan latihan.
7) Dampingi individu pada saat menjadwalkan latihan secara
rutin setiap minggunnya.
8) Informasikan individu mengenai manfaat kesehatan dan efek
fisiologis latihan.
9) Instruksikan individu terkait frekuensi, durasi, dan intesitas
program latihan yang diinginkan.
10) Instruksikan individu dengan tipe aktivitas fisik yang sesuai
dengan derajat kesehatannya, kolaborasikan dengan dokter
dan atau ahli fisik.
NIC 2 : Manajemen energi
Definisi : pengaturan energi yang digunakan untuk menangani atau
mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi.
Aktivitas :
1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan
sesuai dengan konteks usia dan perkembangan.
2) Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal
mengenai keterbatasan yang dialami.
3) Tentukan persepsi pasien/orang terdekat dengan pasien
mengenai penyebab kelelahan.
19
H. Penatalaksanaan
Menurut Potter dan Perry (2010: 585-587), terdapat beberapa
penggunaan alat bantu jalan antara lain :
1. Kruk
Dibutuhkan untuk meningkatkan mobilitas. Biasanya penggunaan kruk
bersifat temporer, misalnya kerusakan ligamen lutut. Kruk merupakan
tongkat yang terbuat dari kayu atau mental.
2. Walker
Terbuat dari tabung metal setinggi pinggang dan mudah digerakkan
serta ringan. Alat ini memiliki empat kaki, klien berpegang pada pegangan
tangan di batang bagian atas, melangkah, menggerakkan walker ke depan,
mengambil langkah lagi.
3. Tongkat
Memiliki ciri-ciri ringan, mudah digerakkan, dan terbuat dari kayu atau
mental. Sanggaan yang diberikan tongkat lebih kecil dan kurang stabil
dibandingkan walker.
20
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M, et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Alih Bahasa
Intansari Nurjannah dan Roxsana Devi Tumanggor . St. Louis: Mosby Elsevier.
Moorhead, Sue, et al., ed. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC). Alih Bahasa
Intansari Nurjannah dan Roxsana Devi Tumanggor. St. Louis: Mosby Elsevier.
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
Teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal, Indrawati, Lilis, dan Susanto, Joko. 2015. Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar. Buku I. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
Potter, Petricia A dan Anne Griffin Perry. 2010. Fundamental Of Nursing : Fundamental
Keperawatan. Alih Bahasa Diah Nur Fitriani, et al. Buku II. Edisi VII. Jakarta :
Salemba Medika.
Potter, Petricia A dan Anne Griffin Perry. 2010. Fundamental Of Nursing : Fundamental
Keperawatan. Alih Bahasa Diah Nur Fitriani, et al. Buku III. Edisi VII. Jakarta :
Salemba Medika.
Wahid, Abdul. 2013. Buku Saku Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Edisi I. Jakarta : Trans Info Media.
Wartonah dan Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Edisi IV. Jakarta : Salemba Medika.