Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN OBSERVASI

PENERAPAN MANAJEMEN PENGETAHUAN DI PERPUSTAKAAN SMAN


4 PEMATANG SIANTAR
MEDAN SUMATERA UTARA
OLEH
Kristian Sinaga
180709059

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN SAINS INFORMASI


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
BAB I

1.1. LATAR BELAKANG


Alfin Toffler membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga gelombang yaitu era
pertanian, era ompetit, dan era informasi. Pada era pertanian yang menonjol adalah otot
(muscle) karena pada saat itu produktivitas ditentukan oleh otot. Dan era ompetit, faktor
yang menonjol adalah mesin (machine), sedangkan pada era informasi faktor yang
menonjol adalah pikiran, pengetahuan (mind). Pengetahuan sebagai modal mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam menentukan kemajuan suatu organisasi. Dalam
lingkungan yang sangat cepat berubah seperti sekarang ini maka pengetahuan biasanya
akan mengalami keusangan, oleh sebab itu perlu terus menerus diperbaharui melalui
proses belajar.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi sekarang ini
berjalan begitu cepat. Kemampuan suatu lembaga atau institusi akan dua hal tersebut
menjadi salah satu faktor daya saing yang sangat penting. Ketika suatu institusi atau
lembaga terutama yang bergerak di bidang pendidikan ingin meningkatkan kualitasnya,
maka dibutuhkan tingkat pengetahuan yang sangat luas pada setiap sumber daya
manusia (SDM) yang ada sehingga mampu untuk berkompetisi dan menunjukkan
eksistensinya.

Kondisi kompetisi yang semakin ketat seperti sekarang ini menyebabkan perlu adanya
perubahan ompetit dari resource-based ompetitiveness menjadi mengandalkan
knowledge- based ompetitiveness. Kedua konsep ini sangat bertolak belakang, dimana
konsep pertama bertumpu pada sumber daya alam, lokasi dan kondisi geografis.
Sedangkan konsep yang kedua berdasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) serta pengembangan sumber daya manusia (SDM). Untuk memudahkan
pengembangan sumber daya manusia suatu lembaga diperlukan kemampuan untuk
mengelola dan mengembangkan knowledge yang dimiliki. Pengelolaan pengetahuan
(knowledge management) tersebut pada akhirnya

Perkembangan zaman dari masa ke masa menuntut keseluruhan elemen kehidupan


untuk senantiasa berkembang dan berevolusi untuk memenuhi segala kebutuhan yang
dibutuhkan masyarakat luas. Perubahan dalam segala bidang kehidupan akibat dari efek
globalisasi serta perkembangan teknologi informasi sangat pesat. Seperti yang
dipaparkan oleh Alvin Toffler bahwa sejarah peradaban manusia dibagi dalam tiga
gelombang yaitu era pertanian, era industri dan era informasi.

Dalam era pertanian faktor yang menonjol adalah muscle (otot) karena pada saat itu
produktivitas ditentukan oleh otot. Pada era industri, faktor yang menonjol adalah
machine (mesin),dan pada era informasi faktor yang menonjol adalah mind (pikiran,
pengetahuan). Pengetahuan sebagai modal mempunyai pengaruh yang sangat besar
dalam menentukan kemajuan suatu organisasi.Kondisi ini jelas telah mengakibatkan
perlunya cara-cara baru dalam menyikapi semua yang terjadi agar dapat tetap bertahan,
tak terkecuali pemenuhan kebutuhan informasi melalui lembaga perpustakaan yang dari
waktu ke waktu menyesuaikan dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat,
kebutuhan, pengetahuan, dan teknologi informasi.

Perpustakaan SMAN 4 Pematang Siantar adalah salah satu perpustakaan sekolah


yang mempunyai tugas untuk memenuhi kebutuhan akan informasi pemustaka yaitu
sesuai dengan visi dari perpustakaan SMAN 4 yaitu, Menjadi pusat informasi ilmiah
yang mendukung aktifitas pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Berdasarkan Observasi pada hari jumat, tanggal 26 November 2021 diketahui


bahwa terdapat 2 pustakawan, dari ke 2 pustakawan tersebut, hanya 1 orang yang
berlatar belakang pendidikan ilmu perpustakaan, dan memiliki sekitar kurang 1000 an
lebih koleksi.

Pengguna perpustakaan yang pada umumnya adalah siswa dan guru guru yang berada
di sekitar lingkungan SMAN 4 Pematang Siantar, dalam aktivitasnya selalu
mengandalkan perpustakaan sebagai sarana utama dalam memenuhi kebutuhan akan
informasi baik itu buku tercetak yang tersedia di rak, maupun artikel dan jurnal online
yang dilanggan oleh perpustakaan.
Untuk saat ini perpustakaan SMAN 4 Pematang Siantar lebih berfokus dalam
mengolah pengetahuan seperti buku, jurnal, majalah dll, untuk pengolahan pengetahuan
implisit sendiri belum ada perhatian khusus dibandingkan pengetahuan eksplisit. Yaitu
terlihat dari kurangnya proses sharing pengetahuan antar pustakawan yakni dilakukan
hanya sebulan sekali, dan diketahui juga terdapat kendala dalam penyebaran informasi
dan pengetahuan dimana sebagian pustakawa kurang begitu mahir dalam menggunakan
tekhnologi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Berdasarkan latar belakang di atas, maka saya menyimpulkan yang menjadi


pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan manajemen
pengetahuan di Perpustakaan SMAN 4 Pematang Siantar?

1.3. Tujuan Masalah

1. Agar mengetahui bagaimana penerapan manajemen pengetahuan di


perpustakaan SMAN 4 Pematang Siantar

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Manfaat praktis

a. Perpustakaan yang diteliti yaitu Perpustakaan SMAN 4 Pematang


Siantar, yaitu sebagai masukan dalam penerapan manajemen
pengetahuan di perpustakaan
b. Pustakawan: yaitu sebagai bahan referensi atau masukan dalam
penerapan manajemen pengetahuan di perpusakaan.

1.5. Ruang lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi:


1. penciptaan,
2. pengadaan,
3.penyaringan,
4. pengorganisasian dan penyimpanan,
5. penyebaran dan akses pengetahuan, serta
6. pemanfaatan kembali pengetahuan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perpustakaan Sekolah

Adanya keberadaan perpustakaan sekolah ini di sebuah sekolah memiliki


peranan penting dalam penting dalam mendukung seluruh kegiatan sivitas
akademik di sekolah tersebut. Mutu dari Perpustakaan dapat membentuk citra bagi
sekolah, jika perpustakaannya bagus akan memberikan citra positif bagi sekolah
di mana perpustakaan itu berdiri.
Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang
kegiatan belajar siswa memegang peranan yang sangat penting dalam memacu
tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Dalam Undangundang Sistem Pendidikan
Nasional (UU No.2 Tahun 1989), sarana penunjang proses kegiatan belajar
mengajar dinamakan “sumber daya pendidikan”. Pada pasal 35disebutkan bahwa
“Setiap satuan pendidikan jalur pendidikan sekolah yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber belajar”. Pada
penjelasan selanjutnya dinyatakan antara lain: “Pendidikan tidak mungkin
terselenggara dengan baik bila para tenaga kependidikan maupun siswa tidak
didukung oleh sumber belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan
belajarmengajar yang bersangkutan.
Yusuf (2007:2) mengemukakan bahwa perpustakaan dapat pula diartikan
sebagai tempat kumpulan buku atau tempat buku dihimpun dan diorganisasikan
sebagai media belajar siswa. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada
dilingkungan sekolah, maka secara umum perpustakaan sekolah adalah suatu unit
kegiatan yang berada di lingkungan sekolah yang dikelola secara professional untuk
memberikan informasi kepada penggunanya.

2.2. Pengertian perpustakaan Sekolah

erpustakaan sekolah merupakan unit kerja yang ikut menunjang kemajuan dan
perkembangan lembaga induknya, karena dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kemajuan dan perkembangan sekolah. Oleh karena itu pengelolaan perpustakaan
merupakan tuntutan yang sangat wajar. Target pengelolaan harus mencerminkan
kemajuan yang berarti bagi sekolah, civitas akademika sekolah, dan lembaga-lembaga
lain yang berkepentingan. Selain pengelolaan juga pengembangan, dengan
memperhatikan sarana prasarana, isi perpustakaan, kegiatan ilmiah, serta sumber daya
manusia pengelola.

          Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), perpustakaan juga memiliki peran sangat
penting, karena merupakan media akademik antara guru dengan siswa. Layanan
perpustakaan kepada guru antara lain berupa penyediaan bahan pengajaran  dan bahan-
bahan penunjang pengajaran. Hal ini diharapkan agar perpustakaan dapat memperkaya
pengalaman guru dalam KBM. Selain kepada guru, perpustakaan harus memberikan
layanan sebaik-baiknya kepada siswa. Bagi siswa, perpustakaan diharapkan benar-benar
dapat berfungsi sebagai sumber belajar.

         
Perpustakaan sekolah pada hakikatnya diadakan untuk memupuk dan
menumbuhkembangkan minat serta bakat siswa dan guru untuk membaca dan menulis,
memperkenalkan teknologi informasi, dan membiasakan mengakses informasi secara
mandiri. Tentunya akses internet wajib ada (tersedia dengan baik) dan penggunaannya
oleh siswa harus dalam pengawasan guru dan pengelola perpustakaan sekolah.

          Kenyataan di sekolah-sekolah mengungkapkan bahwa perpustakaan masih belum


berfungsi dan belum difungsikan secara maksimal oleh guru dan siswa. Guru masih
cenderung konvensional dalam mengajar. Guru masih senang menggunakan kelas sebagai
pusat KBM (class center). Sistem pembelajaran yang demikian kurang merangsang dan
tidak mendorong siswa untuk  membaca buku-buku yang disediakan perpustakaan
sekolah, sekalipun buku-buku itu erat hubungannya dengan subjek tertentu atau mata
pelajaran tertentu. Hal itu membuktikan bahwa kurang adanya komunikasi yang harmonis
antara perpustakaan, guru, dan siswa.

            Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka
sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan,
teknologi, dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional  (Mudjito, 2003:3).   Bila dikaitkan
dengan sekolah, perpustakaan sekolah adalah suatu unit kerja yang ada di suatu sekolah
yang menyimpan koleksi bahan perpustakaan yang diatur secara sistematis, digunakan
sebagai sumber informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan (Larasati, 2001:55).

            Membangun perpustakaan sekolah menjadi sumber belajar bagi siswa dapat
dilakukan melalui dua alternatif: Pertama, mengembangkan dan mengelola perpustakaan
yang sudah ada secara bertahap sesuai dengan aturan ideal, terus menerus dengan
kesungguhan hati dan pikiran yang maju. Alternatif ini dilakukan mengingat banyak
sekolah-sekolah yang sudah memiliki perpustakaan, hanya saja kemungkinan besar
perpustakaan tersebut belum memenuhi kriteria ideal. Kedua, membangun perpustakaan
baru dengan benar-benar mengacu  kepada kriteria ideal, sehingga tercipta sebuah
perpustakaan sekolah yang mampu menjadi sumber  belajar bagi  siswa.     Perpustakaan
sekolah adalah suatu unit kerja yang ada di suatu sekolah  untuk menegelola bahan
pustaka, baik berupa buku maupun non buku yang diatur secara sistematis dengan aturan-
aturan tertentu. Secara operasional pemanfaatan perpustakaan sekolah ini bisa digunakan
oleh siswa, guru, atau pemakai lainnya sebagai sumber informasi untuk mengembangkan
potensi diri meliputi  pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan
(psikomotor). Dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah, khususnya kualitas siswa,
maka perlu dibangun sebuah perpustakaan yang mampu menjadi sumber belajar.

            Perpustakaan sekolah dibangun oleh komponen-komponen berupa sarana


prasarana perpustakaan, pengelola perpustakaan,  dan kepala sekolah. Komponen-
komponen itu akan mendukung terciptanya sebuah perpustakaan sekolah yang benar-
benar mampu menjadi sumber belajar apabila komponen-komponen pembangunnya
representatif, layak, dan baik. Sebaliknya, komponen-komponen pembangun
perpustakaan itu akan menghambat terciptanya sebuah perpustakaan sekolah yang mampu
menjadi sumber belajar apabila tidak terciptanya keterpaduan dan keseimbangan antar
komponen-komponen pembangunnya.

            Model perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar adalah sebuah perpustakaan
sekolah yang memenuhi persyaratan, baik dalam pemenuhan sarana prasarana,
pengelolaan (manajemen), SDM pengelola, isi/koleksi (bahan informasi) wajib berbasis
teknologi informasi dan multimedia, serta anggaran dana. Sehingga tercipta kondisi
perpustakaan yang kohesif, diatur secara sistematis menurut sistem tertentu, sehingga
mampu berfungsi sebgai sumber belajar secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan
siswa dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya. Kemudian yang
paling penting lagi adalah perpustakaan sekolah tersebut telah memiliki Nomor Pokok
Perpustakaan (NPP) dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Bagi
perpustakaan sekolah yang sudah mendaftar bisa diakses di http://pnri.go.id. Sehingga
dapat digunakan untuk memenuhi beban kerja guru sertifikasi yang kekurangan jam tatap
muka di kelas (setara 12 JTM untuk jabatan kepala perpustakaan). Di samping harus
memiliki sertifikat perpustakaan sebagai syarat untuk menjabat sebagai kepala
perpustakaan sekolah.   Perpustakaan sekolah pada umumnya masih berada di bawah
persyaratan ideal perpustakaan.Untuk itu diperlukan kepedulian semua pihak untuk
senantiasa memperhatikan keberadaan perpustakaan sekolah agar ia mampu menjadi
sumber belajar. Sudah waktunya bila perhatian kita semua kita tujukan kepada
pembenahan perpustakaan  sekolah.

            Kesimpulan yang dapat penulis uraikan  bahwa membangun perpustakaan


sekolah  agar mampu berfungsi sebagai sumber belajar merupakan keharusan bila ada
keinginan untuk meningkatkan kualitas siswa, guru, sekolah, bahkan kualitas bangsa.
Untuk itu, kepada kepala sekolah, kepala dinas pendidikan kabupaten/kota, para
bupati/walikota,  para gubernur, bahkan kementerian kebudayaan, pendidikan dasar dan
menengah untuk dapat memperhatikan secara sungguh-sungguh akan keberadaan
perpustakaan  sekolah sebagai jantung pendidikan dan salah satu ujung tombak kemajuan
peradaban suatu bangsa agar kelak bangsa kita tidak lagi di pandang sebelah mata oleh
bangsa-bangsa lain di dunia, namun sebaliknya menjadi bangsa yang maju, kreatif,
mandiri, berdaya saing tinggi dan yang paling penting menjadi bangsa yang bermartabat

2.3. Tujuan dan manfaat perpustakaan sekolah


> Tiap perpustakaan sekolah pasti memiliki tujuan yang mendukung
terselenggaranya proses belajar mengajar. Menurut Yusuf (2007:3) menyatakan bahawa
tujuan didirikannya perpustakaan sekolah tidak terlepas dari tujuan diselenggarakannya
pendidikan sekolah yaitu untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa, dan
mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan menengah. Sejalan dengan hal
tersebut di atas, maka tujuan perpustakaan sekolah yaitu:
a)Mendorong proses penguasaan teknik membaca
b) Membantu menulis kreatif
c) Menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca,
d) Menyediakan berbagai macam sumber informasi
e) Mendorong minatbaca
f) memperkaya pengalaman dengan membaca buku yang disediakan oleh
perpustakaan,
g) mengisi waktu senggang melalui kegiatan membaca.
Shaleh (2006:15) menyatakan bahwa tujuan perpustakaan sekolah adalah untuk
menunjang pelaksanaan program pendidikan yaitu:
a) untuk menimbulkan, menanamkan minat anak membaca, sehingga membaca
merupakan suatu kebiasaan bagi siswa agar membaca menjadi kegemarannya,
b) untuk memperluas horizon pengetahuan siswa, dengan menyediakan berbagai
buku pengetahuan,
c) ikut membantu perkembangan bahasa dan daya pikir siswa, dan untuk
memberikan dorongan kepada siswa.
Adapun tujuan perpustakaan sekolah yaitu sebagai sumber belajar dan bagian
integral dari sekolah dengan sumber belajar lainnyayang bertujuan mendukung proses
belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan sekolah. Tujuan diselenggarakannya
perpustakaan sekolah sebagai berikut:
a) memberikan layanan informasi yang memuaskan penggunanya, dan
b) menunjang pencapaian visi dan misi badan/ organisasi/ instansi induknya”
(Hartono,2016:27).
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tujuan perpustakaan
sekolah didirikan secara umum yaitu untuk menunjang berlangsungnya proses kegiatan
belajar mengajar. Perpustakaan sekolah bertujuan menyerap dan menghimpun informasi,
mewujudkan suatu wadah pengetahuan yang terorganisasi, menumbuhkan kemampuan
menikmati pengalaman imajinatif, membantu perkembangan kecakapan bahasa dan
Bafadal (2009 : 5) menyebutkan bahwa penyelenggaraan perpustakaan sekolah
bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan
adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu siswa dan
guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar. Yusuf & Suhendar
(2007 : 3) menyebutkan tujuan didirikannya perpustakaan tidak  terlepas dari tujuan
diselenggarakannya pendidikan sekolah secara keseluruhan, yaitu memberikan  bekal
kemampuan dasar kepada siswa, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti
pendidikan menengah.
Manfaat perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut.

1) Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan siswa terhadap membaca.

2) Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar siswa.

3) Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan belajar mandiri yang


akhirnya siswa dapat belajar dengan mandiri.

4) Perpustakaan sekolah dapat mempercepat proses penguasaan teknik membaca.

5) Perpustakaan sekolah dapat membantu perkembangan kecakapan berbahasa.

6) Perpustakaan sekolah dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab.


7) Perpustakaan sekolah dapat memperlancar siswa dalam menyelesaikan tugas-
tugas sekolah.

8) Perpustakaan sekolah dapat membantu guru-guru menemukan sumber-sumber


pengajaran.

9) Perpustakaan sekolah dapat membentuk siswa, guru-guru dan staf sekolah dalam
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.4. Fungsi perpustakaan sekolah


Perpustakaan sekolah sebagai tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang
diatur secara sistematis oleh pustakawan serta digunakan untuk sumber informasi.
Darmono (2004:03) Mengemukakan bahwa perpustakaan mengemban beberapa fungsi
umum yaitu:
a) fungsi informasi,
b) fungsi pendidikan,
c) fungsi penelitian, dan
d) fungsi rekreasi.
Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan
tercetak,terekam, maupun koleksi lainnya agar pengguna perpustakaan dapat mengambil
berbagai ide dari buku yang ditulis oleh para ahli dari berbagai bidang ilmu.Pengunjung
perpustakaan sekolah memiliki kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi yang
tersedia di perpustakaan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan dan memperoleh
informasi yang tersedia di perpustakaan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan tercetak,
terekam maupun koleksi lainnya sebagai sarana untuk menerapkan tujuan pendidikan.
Melalui fungsi pendidikan ini manfaat yang dapat diperoleh adalah :
a) Agar pengguna perpustakaan mendapat kesempatan untuk mendidik diri sendiri
secara berkesinambungan,
b) Untuk membangkitkan dan mengembangkan minat yang telah dimiliki
pengguna yaitu dengan mempertinggi kreativitas dan kegiatan intelektual,
c) Mempertinggi sikap sosial dan menciptakan masyarakat yang demokratis,
d) Mempercepat penguasaan dalam bidang pengetahuan dan teknologi baru.
Darmono (2004:4) mengemukakan bahwa: sebagai fungsi penelitian perpustakaan
menyediakan berbagai informasi untuk menunjang kegiatan penelitian. Informasi yang
disajikan meliputi berbagai jenis dan bentuk informasi. Sedangkan fungsi rekreasi yaitu
Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan cetak, terekam
maupun koleksi lainnya untuk:
a) Menciptakan kehidupan yang seimbang antara jasmani dan rohani,
b) Mengembangkan minat rekreasi pengguna melalui berbagai bacaan dan
pemanfaatan waktu senggang, dan
c) Menunjang berbagai kegiatan kreatif serta hiburan yang positif bagi siswa.
Tujuan perpustakaan tidak akan terlepas dari fungsi perpustakaan.
Sumantri (2008:3) menyatakan bahwa fungsi perpustakaan sekolah adalah sebagai
sumber informasi, penunjang pembelajaran siswa dan guru, bagi guru perpustakaan
merupakan tempat mencari sumber informasi dan rujukan dalam mengajar, serta tempat
pengembangan minat baca bagi siswa. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan
bahwa fungsi perpustakaan sekolah secara umum yaitu sebagai sumber belajar untuk
siswa dan guru di sekolah. Perpustakaan sekolah juga berfungsi dalam menumbuhkan
minat baca siswa dengan sering berkunjung dan membaca buku. Perpustakaan sekolah
menyediakan berbagai infromasi tentang ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh siswa
dan guru di sekolah.

2.5. Perpustakaan Sekolah Sebagai Sumber Belajar


Perpustakaan sekolah merupakan salah satu dari berbagai macam sumber belajar
yang tersedia di lingkungan sekolah. Mengacu pada definisi sumber belajar yang
diberikan oleh Association for Education Communication Technology (dalam Darmono,
2004:5) mengemukakan pengertian sumber belajar adalah berbagai sumber, baik itu
berupa data orang atau wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar
baik yang digunakan secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga
mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Ditinjau dari segi
pendayagunaan, Association for Education Communication Technology (AECT)
membedakan sumber belajar menjadi dua macam yaitu : Pertama sumber belajar yang
dirancang untuk digunakan dalam kegiatan belajar. Sumber belajar yang dirancang
tersebut dapat berupa buku teks, buku paket, slide, film, dan video. Sedangkan yang
Kedua yaitu sumber belajar yang tidak dirancang dan jenis ini banyak terdapat disekitar
kita. Contoh sumber belajar jenis ini adalah tokoh masyarakat, toko, pasar, dan museum.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan sekolah
dapat digunakan sebagai sumber belajar dan informasi oleh guru dan siswa di sekolah.
Oleh karena itu, perpustakaan merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan oleh sekolah
guna membantu upaya pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan sekolah.

2.1.1. Management Pengetahuan ( knowledge Management)


Konsep manajemen pengetahuan berasal dan berkembang di dunia
bisnis,diterapkan dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki
pengoperasian perusahaan dalam rangka meraih keuntungan kompetitif dan
meningkatkan laba. Manajemen pengetahuan digunakan untuk memperbaiki
komunikasi diantara manajemen puncak dan diantara para pekerja untuk
memperbaiki proses kerja, menanamkan budaya berbagai pengetahuan dan untuk
mempromosikan dan mengimplementasikan sistem penghargaan berbasis kinerja.

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, konsep


manajemen pengetahuan semakin berkembang pula sesuai dengan bidangnya.
Dalam bidang perpustakaan manajemen pengetahuan meliputi keseluruhan siklus
pengetahuan, yaitu mulai dari penciptaan, pengadaan dan pengolahan,
penyebaran, akses dan pengunaan, dan dilanjutkan dengan penciptaan kembali
pengetahuan, dan seterusnya.

Sebelum memahami konsep Manajemen Pengetahuan (Knowledge


Management) ini ada beberapa istilah yang harus dipahami dan memang sangat
berkaitan dengan Manajemen Pengetahuan, yaitu : data, informasi, pengetahuan,
jenis pengetahuan dan manajemen pengetahuan itu sendiri. Di samping itu, perlu
pula memahami proses pembentukan pengetahuan dari data, informasi, kemudian
menjadi pengetahuan. Dalam hal ini Kardi (2007) memberikan beberapa
pengertian dari istilah-istilah tersebut:

1. Data adalah kumpulan angka atau fakta objektif mengenai sebuah kejadian (bahan
mentah informasi).

2. Informasi adalah data yang diorganisir/diolah sehingga mempunyai arti. Informasi


dapat berbentuk dokumen,

3. Laporan, ataupun multimedia.

4. Pengetahuan (Knowledge) adalah kebiasaan, keahlian/kepakaran, keterampilan,


pemahaman, atau pengertian yang diperoleh dari pengalaman, latihan atau melalui
proses belajar. Istilah ini sering rancu dengan ilmu pengetahuan (science). Ilmu
pengetahuan adalah ilmu yang teratur (sistematik) yang dapat diuji atau dibuktikan
kebenarannya; sedangkan pengetahuan belum tentu dapat diterapkan, karena
pengetahuan sebuah organisasi sangat terkait dengan nilai, budaya, dan kondisi dari
organisasi tersebut.

5. Jenis Pengetahuan. Dalam hal ini ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan
eksplisit dan pengetahuan tacit. Pengetahuan eksplisit dapat diungkapkan dengan
kata-kata dan angka, disebarkan dalam bentuk data, spesifikasi dan buku petunjuk,
sedangkan pengetahuan tacit sifatnya sangat personal yang sulit diformulasikan
sehingga sulit dikomunikasikan kepada orang lain, masih tersimpan dalam pikiran
manusia misalnya gagasan, persepsi, cara berpikir, wawasan, keahlian/ kemahiran
dan sebagainya.

6. Manajemen Pengetahuan (KM). Definisi KM tergantung dari cara organisasi


menggunakan dan memanfaatkan pengetahuan. Salah satu definisi Manajemen
Pengetahuan/ KM adalah proses sistematis untuk menemukan, memilih,
mengorganisasikan, menyarikan dan menyajikan informasi dengan cara tertentu
dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan dalam suatu bidang kajian yang
spesifik. Atau secara umum Manajemen Pengetahuan/ KM adalah teknik untuk
mengelola pengetahuan dalam suatu organisasi untuk menciptakan nilai dan
meningkatkan daya saing.

2.1.2. Pengertian knowledge Management


Dalam Alusi Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) adalah
sebuah teori manajemen yang diperkenalkan pada tahun 1990 –an dan definisi
yang diberikan oleh beberapa ahli memiliki makna yang berbeda tergantung pada
sudut pandang masing- masing ahli tersebut.
Pemahaman konsep pengetahuan dan informasi menimbulkan berbagai
penafsiran berbeda-beda. Para ahli dibidang informasi menyebutkan bahwa
informasi adalah pengetahuan yang disajikan kepada seseorang dalam bentuk
yang dapat dipahami atau data yang telah diproses atau ditata untuk menyajikan
fakta yang mengandung arti. Sedangkan pengetahuan berasal dari informasi yang
relevan yang diserap dan dipadukan dalam pikiran seseorang. Sedangkan
pengetahuan berkaitan dengan apa yang diketahui dan dipahami oleh seseorang.
Informasi cenderung nyata, sedangkan pengetahuan adalah informasi yang
diinterpretasikan dan diintegrasikan.

Gottschalk mendefinisikan Knowledge Managemen sebagai metode untuk


mensimplikasikan dan meningkatkan, menciptakan, menangkap, proses membagi,
mendistribusi, dan memahami knowledge organisasi.

“Menurut Yusup (2012,190) Manajemen pengetahuan (knowledge


management) adalah suatu disiplin yang memperkenalkan suatu pendekatan
terintegrasi dalammengidentifikasi,menangkap, mengevaluasi, memberikan,
dan berbagi informasi untuk kepentingan perusahaan atau lembaga dan
berbagi informasi untuk kepentingan perusahaan atau lembaga dan
organisasi.”

“Menurut Hendrik dalam Yusup (2012,24) Manajemen pengetahuan adalah


merencanakan, mengumpulkan dan mengorganisasi, dan memimpin dan
mengendalikan data dan informasi yang telah digabung dengan berbagai
bentuk pemikiran dan analisis dari macam- macam sumber yang kompeten.”

Pengertian manajemen pengetahuan menurut Gartner Group yang dikutip


Srikantaiah (2000, 3) bahwa : Knowledge Management is a discipline that promotes
an integrated approach to identifying, capturing, evaluating, retrieving, and sharing
all of an enterprise’s information assets. These assets may include databases,
documents, policies, procedures, and previously uncaptured expertise and
experience in individual workers.

Maka pemaparan tentang knowledge management berbeda-beda tergantung


siapa yang mendefinisikan dan dalam konteks apa definisi tersebut diterapkan.

2.1.3. Jenis Pengetahuan

Pengetahuan merupakan informasi yang dapat diinterpretasikan maupun


diintegrasikan dan berasal dari informasi yang diserap dalam akal pikiran seseorang.
Oleh karena itu, pengetahuan seorang pustakawan muncul ketika pustakawan tersebut
menggunakan indera/akal budinya untuk mengenali benda maupun kejadian tertentu
yang belum pernah dilihat dan dirasakan sebelumnya.
Pada umumnya pengetahuan dibagi kedalam dua jenis. Dalam
Lumbantobing (2007,21) menyatakan bahwa pengetahuan terdiri dari dua jenis
yaitu:
1. Tacit merupakan pengetahuan yang diam dalam benak manusia dalam
bentuk intuisi yang sangat sulit diformalisasikan dan dibagikan dengan
orang lain.

2. Explicit merupakan pengetahuan yang dapat atau sudah dikodifikasi


dalam bentuk dokumen atau bentuk berwujud lainnya sehingga dapat
degan mudah ditransfer dan didistribusikan dengan menggunakan
berbagai media.

Menurut yang dikemukan oleh Polanyi yang dikutip oleh Prasetya bahwa
pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan tacit dan explicit.
1. Pengetahuan Implisit (Tacit Knowledge)
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang berada di dalam pikiran
manusia yang tidak dinyatakan dalam bentuk tulisan, melainkan sesuatu
yang terdapat dalam benak orang-orang yang bekerja di dalam suatu
organisasi.Pengetahuan implisit berupa wawasan (insights),gerak hati
(intuitions), dan firasat (hunches) yang sulit diungkapkan dan dibagi
kepada orang lain.Pengetahuan implisit bersifat subyektif, intuisi,terkait
erat dengan aktivitas dan pengalaman individu serta idealisme,values,
dan emosi.

2. Pengetahuan Eksplisit (Explicit Knowledge)


Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah dinyatakan dalam
bentuk data, formula, spesifikasi produk,manual,prinsip-prinsip umum
dan sebagainya. Pengetahuan eksplisit tertuang dalam media tercetak
seperti buku, koran, jurnal, laporan penelitian, majalah, dan media
elektronik seperti internet, E-Book, online journal, dan lain-lain

Jenis pengetahuan menurut Carrillo yang dikutip oleh kosasih & Budiani
ada dua jenis pengetahuan yaitu:
1. Tacit Knowledge Pada dasarnya tacit knowledge bersifat personal,
dikembangkan melalui pengalaman yang sulit untuk diformulasikan dan
dikomunikasikan.

2. Explicit knowledge Explicit knowledge bersifat formal dan sistematis


yang mudah untuk dikomunikasikan dan dibagi.

Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan eksplisit


adalah pengetahuan yang bersumber dari pengetahuan implisit (tacit knowledge)
yang diartikulasikan, didokumentasikan, dikodifikasi, diorganisir, dalam sebuah
media tertentu misalnya dengan bantuan IT, sehingga dapat mudah diakses dan
disebarkan ke pihak lain yang memerlukan

2.1.4. Sumber Pengetahuan

Sumber-sumber pengetahuan dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:


modal pengetahuan (knowledge capital), modal sosial (social capital) dan modal
infrastruktur (infrastructure capital) (Short 2000, 354-357).
1. Modal pengetahuan (knowledge capital)
Aset pengetahuan boleh jadi tersimpan, atau terletak pada pekerjaan rutin, proses
dan prosedur, peran jabatan dan pertanggung jawaban, dan struktur organisasi.
Pengetahuan yang tersimpan dalam sistem ini digunakan secara reguler untuk
melaksanakan tugas atau langkah- langkah proses pekerjaa secara konsisten.

2. Modal Sosial (social capital) Nahapiet dan Ghosal yang dikutip oleh Honeycut
(2000), memberikan definisi aset sosial sebagai sejumlah sumberdaya yang
potensial dan aktual yang tersimpan dalam, tersedia melalui, dan diperoleh dari
jaringan antar hubungan yang diproses oleh individu atau organisasi. Inti teori
aset sosial adalah tersedianya jaringan antar hubungan yang menyediakan
sumber untuk menjalankan kegiatan sosial, menyediakan koleksi aset
pengetahuan yang dimiliki kepada anggota mereka.

3. Modal Infrastruktur (Infrastructure Capital) Telah dimaklumi secara umum


bahwa kekuatan layanan informasi tergantung pada ketersediaan infrastruktur
informasi yang dapat memenuhi meningkatnya permintaan akan pertukaran dan
manipulasi informasi melalui jaringan kepada pengguna yang terpisah secara
geografis (McLean yang dikutip oleh Honeycut,2000). Infrastruktur kapital
mencakup sumber-sumber pengetahuan suatu perusahaan, seperti jaringan
LAN/WAN, file, server, network, intranet, PC, dan aplikasinya. semua
infrastruktur teknologi informasi dapat dikatakan sebagai bagian dari
infrastructure capital juga mencakup struktur organisasi, pembukuan atau
pemberkasan, peran pertanggungjawaban, dan lokasi kantor secara geografis
yang menyediakan sarana fisik dalam berbagai pasar. Sumberdaya ini secara
rutin ditopang oleh perusahaan dengan tugas keseharian, baik administrasi
maupun operasional.

2.1.5. Manfaat Manajemen Pengetahuan

Pada umumnya fungsi manajemen pengetahuan adalah untuk meningkatkan


kinerja sebuah organisasi. Menurut Webster Online Dictionary (2008, 2) manfaat
manajemen pengetahuan adalah:
1. Mereka memfasilitasi pengumpulan, perekaman, pengorganisasian,
penyaringan, analisis, pengambilan, dan penyebaran pengetahuan eksplisit.
Pengetahuan eksplisit ini terdiri dari semua dokumen, catatan akuntansi, dan data
yang disimpan dalam memori komputer. Informasi ini harus tersedia secara luas
dan mudah agar organisasi dapat berjalan dengan lancar. Manajemen Pengetahuan
sangat berharga bagi bisnis sejauh ia mampu melakukan ini.
2. Mereka memfasilitasi pengumpulan, perekaman, pengorganisasian,
penyaringan, analisis, pengambilan, dan penyebaran pengetahuan implisit.
Pengetahuan ini terdiri dari prosedur, praktik, dan keterampilan informal dan tidak
tercatat. Pengetahuan “how-to” ini penting karena mendefinisikan kompetensi
karyawan. Manajemen pengetahuan sangat berharga bagi bisnis sejauh ia dapat
mengkodifikasi "praktik terbaik" ini, menyimpannya, dan menyebarkannya ke
seluruh organisasi sesuai kebutuhan. Hal ini membuat perusahaan tidak rentan
terhadap pergantian karyawan yang mengganggu. Itu membuat pengetahuan tacit
menjadi eksplisit.
3. Mereka juga dapat melakukan fungsi strategis yang eksplisit. Banyak yang
merasa bahwa dalam lingkungan bisnis yang berubah dengan cepat, hanya ada
satu keunggulan strategis yang benar-benar berkelanjutan. Yaitu membangun
organisasi yang sangat waspada dan lincah sehingga dapat mengatasi perubahan
apa pun, tidak peduli seberapa terputusnya kita. Kelincahan ini hanya
dimungkinkan dengan sistem adaptif seperti Manajemen Pengetahuan yang
menciptakan loop pembelajaran yang secara otomatis menyesuaikan pengetahuan
organisasi dasar setiap kali digunakan.
4. Ketiga manfaat yang disebutkan di atas dapat diperluas ke seluruh rantai
pasokan dengan menggunakan portal pengetahuan berbasis ekstranet.

2.1.6. Level Manajemen Pengetahuan

Level Manajemen pengetahuan terdiridari beberapa tingkat yaitu dimulai dari


data,informasi, pengetahuan, dan kebijakan. ada beberapa pendapat ahli mengenai
pengertian level manajemen.
Menurut Whitten yang dikutip oleh Widayanti Informasi adalah data yang telah
diproses atau diorganisasi ulang manjadi bentuk yang berarti. Informasi dibentuk
dari kombinasi data yang diharapkan memiliki arti ke penerima. Sedangkan
Knowledge adalah data dan informasi yang disaring lebih jauh berdasarkan fakta,
kebenaran, kepercayaan, penilaian, penga- laman dan keahlian si penerima.
Menurut Budiastuti Data berupa simbol-simbol atau kumpulan dari transaksi-
transaksi. Informasi berupa data yang diproses agar dapat dimanfaatkan. Knowledge
merupakan aplikasi dari data dan informasi atau Informasi yang mengubah
sesuatu atau seseorang. Wisdom adalah pemanfaatan dari knowledge yang telah
diakumulasi dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Tobing (2007,15) Data adalah kumpulan dari transaksi – transaksi.


Informasi adalah proses merubah data menjadi sebuah informasi. Pengetahuan
adalah informasi yang mengubh seseorang, dan informasi tersebut menjadi dasar
untuk mengambil tindakan.Sedangkan Wisdom adalah pemanfaatan dari
pengetahuan yang telah diakumulasikan dalam jangka waktu tertentu.

2.1.7. Strategi Penerapan Knowledge Management

Manajemen Pengetahuan sejatinya merupakan tugas rutin seorang


Pustakawan, maka dari itu sejak awal kepada Pustakawan perlu di jelaskan bahwa
eksisnya perpustakaan di masa yang akan datang bergantung pada penerapan
Manajemen Pengetahuannya.
Penerapan Manajemen Pengetahuan ke dalam dunia Perpustakaan
Perguruan tinggi dilakukan sebagai salah satu upaya menerapkan dan
meningkatkan apa yang menjadi tugas pokok dan fungsi pustakawan. ada tiga
aspek yang berkaitan dengan penerapan manajemen pengetahuan dalam sebuah
organisasi.
Menurut Novriyanto tiga aspek dalam mengolah Manajemen pengetahuan
adalah:
1. Manusia (People)

2. Proses (Process)
3. Teknologi (Technology).

Menurut Bhatt yang dikutip oleh Dewiyana (2008, 12) menyatakan bahwa
ada tiga aspek yang berkaitan dengan penerapan manajemen pengetahuan.
Ketiga aspek tersebut adalah:
1. People aspects, terdiri dari pendidikan, pengembangan, rekrutmen,
motivasi, retensi, organisasi, uraian pekerjaan, perubahan budaya
perusahaan, dan mendorong adanya pengembangan pemikiran, kerjasama
dan partisipasi seluruh pegawai (share knowledge to creating value
through social interaction).

2. Process aspects, yaitu terdiri dari proses inovasi, continues improvement,


dan perubahan radikal seperti reengineering.

3. Technology aspects, yaitu terdiri dari informasi dan decision support


system, knowledge-based system, dan data mining system.

Menurut Darudiarto dan Setiawan komponen Manajemen Pengetahuan


adalah:
1. People Suatu KM yang berhasil didalam penerapannya harus didukung
dengan ketersediaan resource individu yang memiliki kompetensi
didalamnya

2. Process Suatu KM yang memiliki proses yang jelas dapat mempermudah


dalam pembuatan suatu inovasi dalam pengetahuan dan mempermudah
untuk menyalurkan pengetahuan nya.

3. Technology Dalam mempermudah penerapan KM, diperlukan sebuah


teknologi yang dapat membantu dalam aliran informasi dan data yang
terjadi dalam proses KM, diantaranya dengan meng-capture, menyimpan,
dan mempermudah dalam penggunaan informasi dalam organisasi atau
perusahaan. Adapun teknologi yang dibangun dapat berupa: Forum,
Portal, Share Point, dll.

2.1.8. Penerapan Manajemen Pengetahuan dalam Konteks Perpustakaan

Dalam konteks perpustakaan, manajemen pengetahuan dapat digolongkan


sebagai proses, penciptaan, pengadaan, penyaringan, pengorganisasian,
penyimpanan, penemuan kembali, pemanfaatan pengetahuan dan kembali ke
penciptaan dan seterusnya. (Dewiyana 2009, 35)

2.1.9. Penciptaan Pengetahuan

Dalam penciptaan pengetahuan, dikenal yang namanya Spiral Of Knowledge,


yaitu sebuah model yang menggambarkan bagaimana sebuah pengetahuan
berpindah dari yang berbentuk tacit menjadi eksplicit dan berpindah lagi menjadi
tacit. Dalam proses ini, pengetahuan bukanlah sesuatu yang statis dan memiliki
akhir, melainkan suatu proses yang berkelanjutan dan dinamis antar pengetahuan
tacit dan eksplicit. Pengetahuan terus-menerus diciptakan dalam setiap kelompok,
perusahaan atau organisasi dengan berinteraksi di antara orang- orang yang
menghasilkan pengetahuan.

Pengetahuan dapat diciptakan melalui kombinasi dan pertukaran. Masih


mungkin ada cara lain selain dua cara tersebut namun dua cara ini termasuk
mekanisme kunci dalam pembentukan pengetahuan bersama. Pengetahuan juga
dapat tercipta dari pengetahuan yang melibatkan kegiatan penciptaan kombinasi
kombinasi baru, baik dengan jalan mengkombinasikan elemen-elemen yang
tadinya tidak saling berhubungan maupun dengan mengembangkan cara baru
dalam mengkombinasikan elemen-elemen yang sudah berhubungan.
Menurut cara yang digunakan, terdapat 4 proses konversi knowledge
menurut Nonaka dalam Dewiyana 2009, 37 yaitu:

1. Socialization, adalah konversi dari tacit knowledge ke tacit knowledge,


terjadi ketika seorang individu berbagi tacit knowledge secara langsung
dengan orang lain, seperti melalui diskusi, seminar, percakapan dan
sebagainya sehingga pengetahuan seseorang menjadi bagian dari
pengetahuan orang lain. Proses ini tidak cukup hanya dilakukan dengan
mendengarkan dan berpikir.

2. Externalization, adalah konversi dari tacit knowledge ke explicit


knowledge, terjadi ketika tacit knowledge diartikulasikan dalam bentuk
karya tulis seperti buku, laporan penelitian, artikel dan sebagainya.

3. Combination, adalah konversi dari explicit knowledge ke explicit


knowledge. Hal ini terjadi ketika seorang individu menggabungkan
explicit knowledge yang berbeda ke dalam lingkaran explicit knowledge
yang baru melalui analisis, pengelompokan, dan penyusunan kembali.

4. Internalization, adalah konversi dari explicit knowledge ke tacit


knowledge, yang terjadi ketika explicit knowledge dimanfaatkan
bersama (sharing) melalui organisasi dan jaringan informasi untuk
memperluas, mengkerangkakan kembali (reframe) dan mengembangkan
tacit knowledge-nya.

2.1.10. Penyaringan Pengetahuan

Penyaringan pengetahuan berarti memilih sumber pengetahuan yang


tersedia melalui suatu proses penyaringan (filtering process). Proses penyaringan
bertujuan untuk mempertimbangkan mana informasi yang tepat untuk digunakan
dan mana yang harus diabaikan. Hal ini untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas sumber-sumber pegetahuan yang akan disimpan.

Selain itu juga untuk menjamin agar sumber-sumber pengetahuan senantiasa


relevan dengan kebutuhan sehingga tetap diminati pemakainya. Faktor utama
yang menentukan mana informasi yang akan dinilai, adalah relevansi informasi
bagi penerima. Relevansi juga berarti bahwa seseorang akan lebih memperhatikan
ke informasi yang berhubungan dengan minatnya atau kepada masalah yang
sedang dihadapi (Dewiyana 2009, 41). Peran perpustakaan dalam penyaringan
pengetahuan adalah memilih dan menggunakan pengetahuan yang sangat
mendukung pencapaian tujuan perpustakaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


kualitatif deskriftif. menurut Moleong (2007, 6): Penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan SMAN 4 Pematang siantar Sumatera


Utara, yang beralamat di Jl Pattimura No.1, Pahlawan, Kec. Siantar Tim., Kota
Pematang Siantar, Sumatera Utara 21136. Alasan memilih Perpustakaan SMAN 4
Pematang Siantar sebagai tempat penelitian karena perpustakaan ini adalah salah
satu perpustakaan sekolah yang pernah saya tempati dengan bahasa lain saya
pernah bersekolah disini, oleh karena ini saya memutuskan melakukan penelitian
atau observasi disini.

3.3. Proses Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan pada Bab sebelumnya, maka


proses penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut

 Mencari atau menetapkan informan


Dalam penelitian kualitatif deskriptif, informan memiliki posisi
terpenting sebagai nara sumber dalam penelitian. Identifikasi informan
dilakukan sesuai dengan karakteristik tertentu yang dimiliki sesuai dengan
fokus penelitian sehingga kriteria sampel yang diperoleh sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan. Informan dalam penelitian ini adalah para
pengelola dan user di perpustakaan SMAN 4 Pematang Siantar

3.4. Langkah-langkah Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan:

1. wawancara
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam dan terstruktur (depth interview), hal ini dimaksud agar
pertanyaan yang diajukan dapat dijawab oleh informan secara benar dan
sesuai dengan permasalahn yang diteliti. sebelum melakukan wawancara,
informan terlebih dahulu diminta kesediaannya untuk diwawancarai.
Wawancara dilakukan langsung dengan informan pada waktu dan tempat
yang telah ditentukan oleh informan.
2. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan pada lokasi penelitian yang sebenarnya
dalam rangka untuk memperoleh data yang di inginkan

3. Studi Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan


data yang diperoleh melalui dokumen –dokumen yang berupa catatan,
buku,jurnal, artikel, dan lain sebagainya.

3.5. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah pengambilan data. Analisis dapat dilakukan


berulang-ulang setelah pengambilan data tertentu dan dapat dianalisa ulang
menggunakan data terbaru yang diambil. Berikut ini beberapa langkah yang akan
dilakukan dalam menganalisa data:

1. Transkrip data hasil wawancara

Hasil proses wawancara ditranskrip menjadi bahasa tertulis. Proses


transkrip ini dilakukan sesuai dengan bahasa yang dikeluarkan oleh
informan.

2. Reduksi data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan,pemusatan


perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakann dan transformasi data secara
kasar yang timbul dalam catatan-catatan tertulis di lapangan (Bungin, 2007).
Data kualitatif dapat diolah dengan berbagai cara yaitu melalui seleksi ketat,
melalui ringkasan atau uraian singkat, dan menggolongkannya dalam satu pola
yang lebih luas.

3. Menemukan tema dan topik

Transkrip wawancara yang sudah direduksi dibaca kembali untuk


kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa tema dan topik yang saling
terkait. Pengelompokan dan penentuan tema dan topik ini akan memudahkan
proses analisa dan pembahasan hasil penelitian.

4. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada rujukan-rujukan pilihan


peneliti. Rujukan yang dipilih berupa buku teks dan artikel ilmiah mengenai
pengelolaan perpustakaan dan manajemen pengetahuan. Hasil wawancara
akan dijadikan argumentasi utama dalam proses pembahasan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. LATAR BELAKANG INFORMAN


Informan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang, yaitu 2 pustakawan dan 2
siswa di SMAN 4 Pematang Siantar. Informan pertama adalah informan kunci
yang berhasil diwawancarai dengan perkenalan dan pendekatan terlebih dahulu,
kebetulan informan yang pertama ini dulounya juga guru saya di sman 15 ini, saya
teru mencoba menyanyakkan kapan bisa mewawanvarainya, dan akhirnya dia
memberikan waktu luangnya kepada saya.
Informan kedua ini adalah pustakawan di perpustakaan SMAN 4 Pematang
Siantar ini, pertama saya mencoba mendekatinya dulu dengan cara sesring
mungkin mengunjungi perpustakaan ini. Dan akhirnya pustakawan ini
memberikan sedikkit waktu luangnya kepada saya.
Informan ketiga ini adalah siswa yang bersekolah di SMAN 4 Pematang
Siantar ini, begitu juga dengan informan ke empat.
Wawancara berlangsung secara informal, dimana wawancara dilakukan
dengan menggunakan pedoman wawancara dan wawancara dilakukan secara
mendalam. kondisi wawancara bersifat alamiah artinya bersifat apa adanya
tidak dibuat- buat. Begitu juga dengan bahasa yang digunakan tidak formal,
meskipun terkadang penulis menggunakan istilah di bidang ilmu perpustakaan.
wawancara dilakukan berulang jika peneulis merasa ada yang perlu ditambah atau
ada yang kurang jelas dari wawancara sebelumnya.

4.2 Kategori

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, penulis menyusun sebuah


kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding.
Penulis kemudian kembali membaca transkrip wawancara dan melakukan coding
dengan melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembahasan dan
menunjukan hubungan antar bagian-bagian yang diteliti sehingga menghasilkan
beberapa kategori. Adapun kategori yang didapat adalah:
1. Penciptaan pengetahuan

2. Pengadaan pengetahuan

3. Penyaringan pengetahuan

4. Pengorganisasian dan penyimpanan pengetahuan

5. Penyebaran dan akses pengetahuan


6. Pemanfaatan kembali pengetahuan

4.3. Penciptaan Pengetahuan


Proses penciptaan pengetahuan adalah salah satu proses utama
manajemen pengetahuan. penciptaan pengetahuan dapat dilakukan oleh
seseorang ataupun sekelompok orang. Pengetahuan baru yang diciptakaan adalah
pengetahuan yang sebulumnya belum pernah ada. Pengetahuan baru diciptakan
baik melalui pengetahuan implisit maupun pengetahuan eksplisit, ataupun
gabungan dari keduanya.
Pengetahuan implisit baru tercipta di dalam otak manusia sebagai tambahan
pengetahuan, seperti ide-ide, saran, dll. Sedangkan pengetahuan eksplisit baru
akan akan tercipta produk nyata yang bisa langsung digunakan seperti: buku,
jurnal, majalah, dan lain - lainnya. Produk yang dihasilkan dari pengetahuan
eksplisit akan lebih bermanfaat karena dapat disimpan dan digunakan oleh
manusia ketika ia memerlukannya.
4.4. Fasilitas di SMAN 4 Pematang Siantar
Selain perpustakaan sman 4 Pematang Siantar juga memiliki fasilitas yamg
tidak kalah menariknya seperti:
 [19.19, 30/11/2021] Dnt: Ruang Kepala Sekolah
 Ruang Tata Usaha
 Ruang Wakasek
 Ruang BP/BK
 Ruang Guru
 Ruang Pertemuan Guru
 Ruang UKS
 Ruang OSIS
 Wisma Guru / Sanggar Kesenian
 Ruang Sanggar (Pramuka, Teater, IMPALA, PMR)
 Kelas
 Laboratorium Fisika
 Laboratorium Biologi
 Laboratorium Kimia
 Laboratorium Bahasa
 Laboratorium Komputer
 Laboratorium Multimedia
 Perpustakaan
 Lapangan Basket / Tennis
 Lapangan Futsal
 Lapangan Bola Voley
 Lapangan Upacara
 Tribun Lapangan Bola (sudah diambil oleh PPLP Sumatra Utara => udah
gk ada lagi, karna menurut informasi yang saya dapat pplp tidak mau lagi
berbagi lapangan bola dengan sekolah ini.
 Toilet Siswa dan Beberapa Toilet yang Menyatu dengan Ruang Guru,
Ruang Kepala Sekolah, dan Ruang Tata Usaha
 Masjid Darul Ulum

4.5. latar belakang Sekolah


Sekolah merupakan bangunan atau lembaga tempat proses belajar mengajar.
Sekolah di pimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala Sekolah dibantu oleh Wakil
Kepala Sekolah. Ketersediaan sarana dalam suatu sekolah mempunyai peranan penting
dalam menunjang proses belajar mengajar.
Ruang belajar adalah suatu ruangan tempat kegiatan belajar mengajar
dilangsungkan. Ruangan belajar terdiri dari beberapa jenis ruangan sesuai dengan fungsi-
fungsinya, sebagai berikut :
1. Ruang kelas, berfungsi sebagai tempat siswa menerima pelajaran melalui
proses interaktif antara peserta didik dengan pendidik.
2. Ruang praktikum/laboratorium, berfungsi untuk melakukan praktikum,
latihan, penelitian dan percobaan. Ruang laboratorium ini diantaranya,
laboratorium biologi, laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium
bahasa dan laboratorium computer. Universitas Sumatera Utara

SMA Negeri 4 Pematang Siantar berdiri pada tahun 1985 dengan nama
sekolah PPL kemudian berganti dengan nama SMA 4 Pematang Siantar sampai sekarang.
Pada saat ini SMA Negeri 4 Pematang Siantar di pimpin oleh Rudol Barmen manurung M
P.d . Sekolah ini terletak di Jl. Pattimura No.1 Kota Pematangsiantar. Dibawah ini adalah
identitas sekolah SMA Negeri 4 Pematang Siantar.

 Visi Sekolah
Sebuah sekolah selalu memliki visi dan misi tersendiri, termasuk juga dengan
SMA Negeri 15 Medan yang memiliki visi yaitu :
1. Unggul dalam prestasi

2. Dalam akhlak dan dalam berwawasan lingkungan.

 Misi Sekolah
1. Menciptakan siswa dan siswi yang cerdas akan disiplin ilmu dan kegiatan
ekstrakulikuler yang diperoleh di sekolah.

2. Menumbuhkembangkan semangat keunggulan secara intesnif kepada


seluruh warga sekolah dan masyarakat.

3. Meningkatkan seluruh siswa terhadap budaya baca dan cinta lingkungan

4. Membekali seluruh siswa dengan nilai keagamaan .

5. Menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif agar siswa tidak
bosan.

Tujuan Sekolah:

1. Memiliki disiplin yang sangat tinggi.


2. Memiliki kenaikan rata-rata Nilai Ujian Nasional yang baik pertahun.
3. Memiliki kenaikan presentase siswa yang diterima di Perguruan TinggiNegeri
4. Memiliki peningkatan presentasi dalam lomba-lomba di tingkat kotamadya,
tingkat provinsi, maupun di tingkat nasional dan internasional.

4.6. Fasilitas Perpustakaan.

Di perpustakaan ini memiliki fasilitas antara lain.

 Ruang baca
 Rak buku
 Area baca buku lesehan
 Koleksi majalah
 Rak sepatu
 Kipas angina
 Wastafle
 Ada juga koleksi referensi
Berikut saya lampirkan beberapa foto perpustakaan dan koleksi di perpustakaan SMAN 4
Pematang Siantar
Gambar 1. Menunjukkan koleksi koleksi buku di rask buku perpustakaan SMAN 15
MEDAN.
Gambar ke 2 , kebetulan ketika saya datang pustakawan sedang merapi rapikan nuku serta
memilah milah buku mana yang akan dimusnahkan atau dikembalikan kepada penerbit.
Begitu juga dengan gambar ketiga dan keempat.

4.7. Knowledge Sharing antar Pegawai


Berbagi pengetahuan antar pegawai khususnya di lingkungan perpustakaan itu
sendiri pun penting untuk dilakukan. Karena dengan dengan adanya sharing maka
seorang pegawai akan bertambah wawasannya tentang kegiatan-kegiatan yang ada di
lingkup kerjanya. Kegiatan ini bisa dilakukan secara rutin tergantung pada kebijakan dari
pimpinan perpustakaan.

Sharing ini dilakukan dalam rangka keberlangsungan suatu lembaga. Sebagai


contoh seorang karyawan yang ahli dalam bidang otomasi perlu berbagi pengetahuan
dengan karyawan bidang sirkulasi dan pelayanan. Karena kalau seandainya ada kendala
menyangkut otomasi ini, sedangkan karyawan yang paham otomasi sedang dinas luar,
maka karyawan yang telah mendapat sharing pengetahuan tadi sekurang-kurangnya bisa
memahami kendala yang sedang ia hadapi.

Berbagi pengetahuan ini membawa ban yak nilai positif bagi organisasi, selain
untuk menambah pengetahuan, juga sebagai sarana komunikasi antar pegawai.
Komunikasi ini penting juga dalam keberlangsungan organisasi, karena tanpa adanya
komunikasi antar pegawai maka kegiatan suatu organisasi tidak akan berjalan dengan
baik disebabkan masing-masing pegawai bersifat individualitas dan mementingkan ego
masing-masing. Maka dari itu stakeholder hendaknya memberikan kesempatan sharing
ini selain untuk berbagi pengetahuan juga untuk mempererat tali silaturrahim antar
pegawai.

Dalam melaksanakan sharing rutin ini sudah seharusnya menjadi schedule yang
sudah terjadual secara matang dalam perpustakaan. Bahkan harus dijadikan program
kegiatan rutin. Bila perlu perpustakaan menjadi pelopor kegiatan sharing untuk unit-unit
yang lainnya. Dari kegiatan ini diharapkan pengetahuan yang ada bisa terserap secara
komprehensif di seluruh unit.

BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dan pembahasan yang dilakukan, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam proses penciptaan pengetahuan perpustakaan SMAN 4 Pematang


Siantar. cukup produktif karena mampu mengoleksi koleksi lumayan banyak dari
berbagai jenis antara lain , majalah, koran, buku, dll Perpustakaaan juga mampu
memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan untuk melakukan kolaborasi antar
pustakawan yakni dengan menyediakan ruangan dan peralatan yang dibutuhkan.

2. Perpustakaan SMAN 4 Pematang Siantarmelakukan proses pengadaan


pengetahuan lebih mengacu pada permintaan pengguna dan yang menjadi penyaring
dalam proses penyaring pengetahuan yaitu pengguna, karena pengadaan pengetahuan
dilakukan dari permintaan dan apa yang menjadi kebutuhan pengguna, salah satunya
yaitu dengan menyurati setiap fakultas, untuk mengetahui bahan pustaka apa saja
yang mereka butuhkan.

3. Pada perpustakaan SMAN 4 Pematang Siantar mampu membuat ruangan


yang nyaman untuk para penggunanyaa

4. Perpustakaan SMAN 4 Pematang Siantar Mampu membuat para


penggunanyaa bisa mengikuti perkembangan zaman.

DAFTAR PUSTAKA
Almah,Hildawati.2013.”Membangun Inovasi Di Perpustakaan Perguruan Tinggi
Melalui Konsep Km (Knowledge Management)“.Khizanah Al-khilmah
/Vol.1/No.2.http://download.portalgaruda.org. Tanggal akses 14 Fe bruari
2017.
Basrowi, dan Suwandi.2008.Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineke
Cipta.

Budiastuti, Dyah.2012.” Model Knowledge Management di Perguruan Tinggi”.


BinusBusinessreview/Vol.3,No.1.(september).http://
journal.binus.ac.id. Tanggal 12 Februari 2017.
Bhatt,Dilip.2000.EFQM. Excellence Model and Knowledge Management
Implications. Journal of Knowledge Management.
Dewiyana, Himma.2006.”Kompetensi dan Kurikulum Perpustakaan: Paradigama
Baru dan Dunia Kerja di Era Globalisasi Informasi”. Jurnal Studi
Perpustakaan dan Informasi/ Vol.2,No.1, (Juni).http://ced.petra.ac.id.
Tanggal akses 1 Maret 2017.
──────. 2008.Knowledge Management dalam Konteks Perpustakaan.Medan:
USU Repository.
. 2009.Laporan penelitian: Perpustakaan dalam konteks knowledge
management studi kasus Perpustakaan Universitas Indonesia. Universitas
Sumatera Utara.
Elita, R.Funny Mustikasari.2006. Kajian Tentang Manajemen Pengetahuan
(LessoOf Knowledge Management).http://Repository.unpad.ac.id.Tanggal
akses 16 Februari 2017.
Hasugian, Jonner. 2009. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan:
USU Press.
Bidang Perpustakaan Menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia, Jakarta: Kementeria Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
────.2007.Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007
Tentang Perpustakaan, Jakarta:Indonesia.
Indarti & Dyahjatmayanti.2014. Manajemen Pengetahuan: Teori dan Praktik.
Yogyakarta:Gajah Mada University Press.
Lumbantobing,Paul.2011. Manajemen Knowledge Sharing Berbasis Komunitas
Bandung; Knowledge Management Society Indonesia.
Mardiana,ika.2013. Knowledge Management Implementation.www.unair.ac.id.
tanggal akses 12 Februari 2017.

Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. XXIV. Bandung:


Remaja Rosdakarya.
Muttaqien,Arip.2006.”Membangun Perpustakaan Berbasis Konsep Knowledge
Management: Transformasi Menuju Research College dan Perguruan
TinggiBerkualitasInternasional”.http://bakti.easternindonesia.org/gsdl/colle
ct/pdf/index/assoc/HASH01fe/c01b7175.dir/doc.pdf/ Tanggal akses 23
Februari 2017.
Nazir, Mohammad.1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nisa,Maria Husna.2009. Knowledge Research Center Aplikasi Knowledge
Management di Perpustakaan Perguruan
Tinggi.http://eprints.ums.ac.id. Tanggal akses 12 Februari 2017.
Nonaka, I. 1994. A Dynamic Theory of Organizational Knowledge Creation,
Vol.5 No. 1, pp 14-37.

Prabowo,Thoriq Tri. 2010.“Implementasi Manajemen Pengetahuan Di


Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”. Thoriq/ Vol. 4, No .2.
http://jurnal .unpad.ac.id.Tanggal akses 12 Februari 2017.
Purwono,Drs.,M.si.2013.PROFESI PUSTAKAWAN
MENGHADAPTANTANGAN
PERUBAHAN. Yogyakarta; Graha Ilmu.
http://repository.radenfatah.ac.id/4853/2/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai