Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi sekarang ini
berjalan begitu cepat. Kemampuan suatu lembaga atau institusi akan dua hal tersebut
menjadi salah satu faktor daya saing yang sangat penting. Ketika suatu institusi atau
lembaga terutama yang bergerak di bidang pendidikan ingin meningkatkan kualitasnya,
maka dibutuhkan tingkat pengetahuan yang sangat luas pada setiap sumber daya
manusia (SDM) yang ada sehingga mampu untuk berkompetisi dan menunjukkan
eksistensinya.
Kondisi kompetisi yang semakin ketat seperti sekarang ini menyebabkan perlu adanya
perubahan ompetit dari resource-based ompetitiveness menjadi mengandalkan
knowledge- based ompetitiveness. Kedua konsep ini sangat bertolak belakang, dimana
konsep pertama bertumpu pada sumber daya alam, lokasi dan kondisi geografis.
Sedangkan konsep yang kedua berdasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) serta pengembangan sumber daya manusia (SDM). Untuk memudahkan
pengembangan sumber daya manusia suatu lembaga diperlukan kemampuan untuk
mengelola dan mengembangkan knowledge yang dimiliki. Pengelolaan pengetahuan
(knowledge management) tersebut pada akhirnya
Dalam era pertanian faktor yang menonjol adalah muscle (otot) karena pada saat itu
produktivitas ditentukan oleh otot. Pada era industri, faktor yang menonjol adalah
machine (mesin),dan pada era informasi faktor yang menonjol adalah mind (pikiran,
pengetahuan). Pengetahuan sebagai modal mempunyai pengaruh yang sangat besar
dalam menentukan kemajuan suatu organisasi.Kondisi ini jelas telah mengakibatkan
perlunya cara-cara baru dalam menyikapi semua yang terjadi agar dapat tetap bertahan,
tak terkecuali pemenuhan kebutuhan informasi melalui lembaga perpustakaan yang dari
waktu ke waktu menyesuaikan dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat,
kebutuhan, pengetahuan, dan teknologi informasi.
Pengguna perpustakaan yang pada umumnya adalah siswa dan guru guru yang berada
di sekitar lingkungan SMAN 4 Pematang Siantar, dalam aktivitasnya selalu
mengandalkan perpustakaan sebagai sarana utama dalam memenuhi kebutuhan akan
informasi baik itu buku tercetak yang tersedia di rak, maupun artikel dan jurnal online
yang dilanggan oleh perpustakaan.
Untuk saat ini perpustakaan SMAN 4 Pematang Siantar lebih berfokus dalam
mengolah pengetahuan seperti buku, jurnal, majalah dll, untuk pengolahan pengetahuan
implisit sendiri belum ada perhatian khusus dibandingkan pengetahuan eksplisit. Yaitu
terlihat dari kurangnya proses sharing pengetahuan antar pustakawan yakni dilakukan
hanya sebulan sekali, dan diketahui juga terdapat kendala dalam penyebaran informasi
dan pengetahuan dimana sebagian pustakawa kurang begitu mahir dalam menggunakan
tekhnologi.
1. Manfaat praktis
erpustakaan sekolah merupakan unit kerja yang ikut menunjang kemajuan dan
perkembangan lembaga induknya, karena dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kemajuan dan perkembangan sekolah. Oleh karena itu pengelolaan perpustakaan
merupakan tuntutan yang sangat wajar. Target pengelolaan harus mencerminkan
kemajuan yang berarti bagi sekolah, civitas akademika sekolah, dan lembaga-lembaga
lain yang berkepentingan. Selain pengelolaan juga pengembangan, dengan
memperhatikan sarana prasarana, isi perpustakaan, kegiatan ilmiah, serta sumber daya
manusia pengelola.
Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), perpustakaan juga memiliki peran sangat
penting, karena merupakan media akademik antara guru dengan siswa. Layanan
perpustakaan kepada guru antara lain berupa penyediaan bahan pengajaran dan bahan-
bahan penunjang pengajaran. Hal ini diharapkan agar perpustakaan dapat memperkaya
pengalaman guru dalam KBM. Selain kepada guru, perpustakaan harus memberikan
layanan sebaik-baiknya kepada siswa. Bagi siswa, perpustakaan diharapkan benar-benar
dapat berfungsi sebagai sumber belajar.
Perpustakaan sekolah pada hakikatnya diadakan untuk memupuk dan
menumbuhkembangkan minat serta bakat siswa dan guru untuk membaca dan menulis,
memperkenalkan teknologi informasi, dan membiasakan mengakses informasi secara
mandiri. Tentunya akses internet wajib ada (tersedia dengan baik) dan penggunaannya
oleh siswa harus dalam pengawasan guru dan pengelola perpustakaan sekolah.
Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka
sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan,
teknologi, dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional (Mudjito, 2003:3). Bila dikaitkan
dengan sekolah, perpustakaan sekolah adalah suatu unit kerja yang ada di suatu sekolah
yang menyimpan koleksi bahan perpustakaan yang diatur secara sistematis, digunakan
sebagai sumber informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan (Larasati, 2001:55).
Membangun perpustakaan sekolah menjadi sumber belajar bagi siswa dapat
dilakukan melalui dua alternatif: Pertama, mengembangkan dan mengelola perpustakaan
yang sudah ada secara bertahap sesuai dengan aturan ideal, terus menerus dengan
kesungguhan hati dan pikiran yang maju. Alternatif ini dilakukan mengingat banyak
sekolah-sekolah yang sudah memiliki perpustakaan, hanya saja kemungkinan besar
perpustakaan tersebut belum memenuhi kriteria ideal. Kedua, membangun perpustakaan
baru dengan benar-benar mengacu kepada kriteria ideal, sehingga tercipta sebuah
perpustakaan sekolah yang mampu menjadi sumber belajar bagi siswa. Perpustakaan
sekolah adalah suatu unit kerja yang ada di suatu sekolah untuk menegelola bahan
pustaka, baik berupa buku maupun non buku yang diatur secara sistematis dengan aturan-
aturan tertentu. Secara operasional pemanfaatan perpustakaan sekolah ini bisa digunakan
oleh siswa, guru, atau pemakai lainnya sebagai sumber informasi untuk mengembangkan
potensi diri meliputi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan
(psikomotor). Dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah, khususnya kualitas siswa,
maka perlu dibangun sebuah perpustakaan yang mampu menjadi sumber belajar.
Model perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar adalah sebuah perpustakaan
sekolah yang memenuhi persyaratan, baik dalam pemenuhan sarana prasarana,
pengelolaan (manajemen), SDM pengelola, isi/koleksi (bahan informasi) wajib berbasis
teknologi informasi dan multimedia, serta anggaran dana. Sehingga tercipta kondisi
perpustakaan yang kohesif, diatur secara sistematis menurut sistem tertentu, sehingga
mampu berfungsi sebgai sumber belajar secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan
siswa dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya. Kemudian yang
paling penting lagi adalah perpustakaan sekolah tersebut telah memiliki Nomor Pokok
Perpustakaan (NPP) dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Bagi
perpustakaan sekolah yang sudah mendaftar bisa diakses di http://pnri.go.id. Sehingga
dapat digunakan untuk memenuhi beban kerja guru sertifikasi yang kekurangan jam tatap
muka di kelas (setara 12 JTM untuk jabatan kepala perpustakaan). Di samping harus
memiliki sertifikat perpustakaan sebagai syarat untuk menjabat sebagai kepala
perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah pada umumnya masih berada di bawah
persyaratan ideal perpustakaan.Untuk itu diperlukan kepedulian semua pihak untuk
senantiasa memperhatikan keberadaan perpustakaan sekolah agar ia mampu menjadi
sumber belajar. Sudah waktunya bila perhatian kita semua kita tujukan kepada
pembenahan perpustakaan sekolah.
9) Perpustakaan sekolah dapat membentuk siswa, guru-guru dan staf sekolah dalam
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1. Data adalah kumpulan angka atau fakta objektif mengenai sebuah kejadian (bahan
mentah informasi).
5. Jenis Pengetahuan. Dalam hal ini ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan
eksplisit dan pengetahuan tacit. Pengetahuan eksplisit dapat diungkapkan dengan
kata-kata dan angka, disebarkan dalam bentuk data, spesifikasi dan buku petunjuk,
sedangkan pengetahuan tacit sifatnya sangat personal yang sulit diformulasikan
sehingga sulit dikomunikasikan kepada orang lain, masih tersimpan dalam pikiran
manusia misalnya gagasan, persepsi, cara berpikir, wawasan, keahlian/ kemahiran
dan sebagainya.
Menurut yang dikemukan oleh Polanyi yang dikutip oleh Prasetya bahwa
pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan tacit dan explicit.
1. Pengetahuan Implisit (Tacit Knowledge)
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang berada di dalam pikiran
manusia yang tidak dinyatakan dalam bentuk tulisan, melainkan sesuatu
yang terdapat dalam benak orang-orang yang bekerja di dalam suatu
organisasi.Pengetahuan implisit berupa wawasan (insights),gerak hati
(intuitions), dan firasat (hunches) yang sulit diungkapkan dan dibagi
kepada orang lain.Pengetahuan implisit bersifat subyektif, intuisi,terkait
erat dengan aktivitas dan pengalaman individu serta idealisme,values,
dan emosi.
Jenis pengetahuan menurut Carrillo yang dikutip oleh kosasih & Budiani
ada dua jenis pengetahuan yaitu:
1. Tacit Knowledge Pada dasarnya tacit knowledge bersifat personal,
dikembangkan melalui pengalaman yang sulit untuk diformulasikan dan
dikomunikasikan.
2. Modal Sosial (social capital) Nahapiet dan Ghosal yang dikutip oleh Honeycut
(2000), memberikan definisi aset sosial sebagai sejumlah sumberdaya yang
potensial dan aktual yang tersimpan dalam, tersedia melalui, dan diperoleh dari
jaringan antar hubungan yang diproses oleh individu atau organisasi. Inti teori
aset sosial adalah tersedianya jaringan antar hubungan yang menyediakan
sumber untuk menjalankan kegiatan sosial, menyediakan koleksi aset
pengetahuan yang dimiliki kepada anggota mereka.
2. Proses (Process)
3. Teknologi (Technology).
Menurut Bhatt yang dikutip oleh Dewiyana (2008, 12) menyatakan bahwa
ada tiga aspek yang berkaitan dengan penerapan manajemen pengetahuan.
Ketiga aspek tersebut adalah:
1. People aspects, terdiri dari pendidikan, pengembangan, rekrutmen,
motivasi, retensi, organisasi, uraian pekerjaan, perubahan budaya
perusahaan, dan mendorong adanya pengembangan pemikiran, kerjasama
dan partisipasi seluruh pegawai (share knowledge to creating value
through social interaction).
1. wawancara
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam dan terstruktur (depth interview), hal ini dimaksud agar
pertanyaan yang diajukan dapat dijawab oleh informan secara benar dan
sesuai dengan permasalahn yang diteliti. sebelum melakukan wawancara,
informan terlebih dahulu diminta kesediaannya untuk diwawancarai.
Wawancara dilakukan langsung dengan informan pada waktu dan tempat
yang telah ditentukan oleh informan.
2. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan pada lokasi penelitian yang sebenarnya
dalam rangka untuk memperoleh data yang di inginkan
3. Studi Dokumentasi
2. Reduksi data
4. Pembahasan
4.2 Kategori
2. Pengadaan pengetahuan
3. Penyaringan pengetahuan
SMA Negeri 4 Pematang Siantar berdiri pada tahun 1985 dengan nama
sekolah PPL kemudian berganti dengan nama SMA 4 Pematang Siantar sampai sekarang.
Pada saat ini SMA Negeri 4 Pematang Siantar di pimpin oleh Rudol Barmen manurung M
P.d . Sekolah ini terletak di Jl. Pattimura No.1 Kota Pematangsiantar. Dibawah ini adalah
identitas sekolah SMA Negeri 4 Pematang Siantar.
Visi Sekolah
Sebuah sekolah selalu memliki visi dan misi tersendiri, termasuk juga dengan
SMA Negeri 15 Medan yang memiliki visi yaitu :
1. Unggul dalam prestasi
Misi Sekolah
1. Menciptakan siswa dan siswi yang cerdas akan disiplin ilmu dan kegiatan
ekstrakulikuler yang diperoleh di sekolah.
5. Menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif agar siswa tidak
bosan.
Tujuan Sekolah:
Ruang baca
Rak buku
Area baca buku lesehan
Koleksi majalah
Rak sepatu
Kipas angina
Wastafle
Ada juga koleksi referensi
Berikut saya lampirkan beberapa foto perpustakaan dan koleksi di perpustakaan SMAN 4
Pematang Siantar
Gambar 1. Menunjukkan koleksi koleksi buku di rask buku perpustakaan SMAN 15
MEDAN.
Gambar ke 2 , kebetulan ketika saya datang pustakawan sedang merapi rapikan nuku serta
memilah milah buku mana yang akan dimusnahkan atau dikembalikan kepada penerbit.
Begitu juga dengan gambar ketiga dan keempat.
Berbagi pengetahuan ini membawa ban yak nilai positif bagi organisasi, selain
untuk menambah pengetahuan, juga sebagai sarana komunikasi antar pegawai.
Komunikasi ini penting juga dalam keberlangsungan organisasi, karena tanpa adanya
komunikasi antar pegawai maka kegiatan suatu organisasi tidak akan berjalan dengan
baik disebabkan masing-masing pegawai bersifat individualitas dan mementingkan ego
masing-masing. Maka dari itu stakeholder hendaknya memberikan kesempatan sharing
ini selain untuk berbagi pengetahuan juga untuk mempererat tali silaturrahim antar
pegawai.
Dalam melaksanakan sharing rutin ini sudah seharusnya menjadi schedule yang
sudah terjadual secara matang dalam perpustakaan. Bahkan harus dijadikan program
kegiatan rutin. Bila perlu perpustakaan menjadi pelopor kegiatan sharing untuk unit-unit
yang lainnya. Dari kegiatan ini diharapkan pengetahuan yang ada bisa terserap secara
komprehensif di seluruh unit.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dan pembahasan yang dilakukan, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Almah,Hildawati.2013.”Membangun Inovasi Di Perpustakaan Perguruan Tinggi
Melalui Konsep Km (Knowledge Management)“.Khizanah Al-khilmah
/Vol.1/No.2.http://download.portalgaruda.org. Tanggal akses 14 Fe bruari
2017.
Basrowi, dan Suwandi.2008.Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineke
Cipta.