Anda di halaman 1dari 62

MAKALAH

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA 1


“KONSEP NUTRISI, KONSEP ELIMINASI URIN DAN
FEKAL”

Disusun oleh :
Ns. Tita Hardianti., S.Kep., M.Kep

STIKES WIDYA DHARMA


HUSADA TANGERANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI….........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah…...........................................................................................................3
1.3 Tujuan….............................................................................................................................4
1.4 Manfaat...............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nutrisi...............................................................................................................5
2.2 Komponen Zat Gizi............................................................................................................5
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi....................................................9
2.4 Defisiensi Nutrisi................................................................................................................9
2.5 Prinsip Kebutuhan Nutrisi..................................................................................................12

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Pengertian Eliminasi Urin….............................................................................................13
3.2 Mekanisme Eliminasi Urin…............................................................................................13
3.3 Anatomi Eliminasi Urin…..................................................................................................14
3.4 Fisiologi Eliminasi Urin….................................................................................................15
3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urin….....................................................16
3.6 Gangguan atau Masalah Pada Eliminasi Urin…................................................................17
3.7 Pengertian Eliminasi Fekal.................................................................................................18
3.8 Mekanisme Eliminasi Fekal................................................................................................18
3.9 Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal..............................................................................19
3.10 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Fekal......................................................20
3.11 Gangguan Pada Eliminasi Fekal......................................................................................23
3.12 Rumus Kebutuhan Cairan ............................................................................................... 30
3.13 Rumus Balance Cairan .....................................................................................................35

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…...................................................................................................................34
4.2 Saran….............................................................................................................................44
BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Secara anatomi fisiologi system pencernaan manusia memiliki beberapa fungsi. Fungsi
yang pertama adalah menerima nutrient. Proses ini dimulai dari mulut sampai dengan
lambung yang merupakan alat penerima makanan yang paling besar, fungsi pencernaan yang
kedua adalah untuk menghancurkan nutrient kedalam bentuk molekul dengan ukuran yang
cukup kecil agar dapat mencapai dan memasuki aliran darah. dengan demikian molekul
tersebut dapat dengan mudah dikirim keseluruh jaringan, fungsi pencernaan yang ketiga
adalah membuang sisa makanan yang tidak dapat dicerna melalui anus. Setiap orang pasti
makan, akan tetapi jika ditanya apa tujuan mereka untuk makan jawabannya pasti akan
berbeda satu sama lain. Pada hakikatnya bahan makanan yang dikonsumsi manusia
mempunyai tiga fungsi yaitu untuk pertumbuhan, perbaikan atau pergantian sel, serta akan
memberi tenaga atau energy yang diperlukan dalam aktivitas dan sebagai perlindungan.

Eliminasi urine merupakan salah satu dari proses metabolisme tubuh. Zat yang tidak
dibutuhkan dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara
primer mengeluarkan karbondioksida sebuah bentuk gas yang dibentuk pada saat
metabolisme jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh system vena
dan dieksresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium atau keringat.
Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengeksresikan kelebihan cairan
tubuh, elektrolit, ion-ion hydrogen dan asam. Proses ini terjadi dari dua langkah umum yaitu
kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan didindingnya meningkat diatas nilai
ambang yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul reflex saraf yang disebut
reflex miksi atau reflex berkemih yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini
gagal setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih, meskupun
reflks miksi adalah reflex autonomic medulla spinalis, reflex ini juga bisa dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.

Eliminasi fekal atau defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rectum. Hal ini juga
disebut bowel movement, frekuensi defekasi pada setiap orang bervariasi daro beberapa kali
perhari sampai 2 atau 3 kali seminggu. Banyaknya feses bervariasi pada setiap orang, ketika
gelombang peristaltic mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rectum saraf sensoris
dalam rectum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi atau
eliminasi fekal. Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi
tubuh yang normal, perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain karna fungsi usus tergantung pada keseimbangan
pada beberapa factor pola eliminasi pada setiap orang berbeda. Klien sering meminta
pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal.

2. Rumusan Masalah

1. Pengertian konsep dan kebutuhan nutrisi?

2. Defisiensi kebutuhan nutrisi?

3. Prinsip kebutuhan nutrisi?

4. Pengertian eliminasi urin dan eliminasi fekal?

5. Mekanisme eliminasi urin dan eliminasi fekal?

6. Anatomi dan fisiologi eliminasi urin dan eliminasi fekal?

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urin dan eliminasi fekal?

8. Gangguan pada eliminasi urin dan eliminasi fekal?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian konsep dan kebutuhan nutrisi

2. Untuk mengetahui difisiensi kebutuhan nutrisi

3. Untuk mengetahui prinsip kebutuhan nutrisi

4. Untuk mengetahui pengertian eliminasi urin dan eliminasi fekal

5. Untuk mengetahui mekanisme eliminasi urin dan ekiminasi fekal

6. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi eliminasi urin dan eliminasi fekal

7. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi eliminasi urin dan eliminasi fekal

8. Untuk mengetahui gangguan pada eliminasi urin dan eliminasi fekal


4. Manfaat

1. Dapat memahami konsep nutrisi

2. Dapat memahamu konsep eliminasi urin dan eliminasi fekal


BAB II

PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Nutrisi

Nutrisi adalah zat-zat gizi lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit
termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-
bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas
penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai
ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. (Tarwoto & Wartonah,
2006).

Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh, enam kategori zat
makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kebutuhan energy
dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Air adalah komponen
tubuh vital dan bertindak sebagai penghancur zat makanan. Vitamin dan mineral tidak
menyediakan energy tetapi penting untuk proses metabolisme dan keseimbangan asam
basa. (Potter dan Pery, 2005).

Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-
proses dalam tubuh sebagai sumber tenaga serta untuk melindungan tubuh dari serangan
penyakit. (Suitor dan Hunter, 1980).

Dalam konsep dasar nutrisi kita mengenal sebuah istilah yang disebut dengan nutrient,
nutrient adalah sejenis zat kimia organic atau anorganik yang terdapat dalam makanan
dan dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya, nutrient mempunyai tiga fungsi
utama yaitu sebagai berikut :

1. Menyediakan energy untuk proses dan pergerakan tubuh

2. Menyediakan struktur material untuk jaringan tubuh seperti tulang dan otot

3. Mengatur proses tubuh

2.2.
Komponen Zat Gizi

Zat gizi merupakan unsur yang penting dari nutrisi mengingat zat gizi tersebut dapat
memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi, kebutuhan nutrisi tidak akan berfungsi secara
optimal apabila tidak mengandung beberapa zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh, demikian juga zat gizi yang cukup pada kebutuhan nutrisi akan memberikan nilai
yang optimal. (Berhman 1996).

Ada beberapa komponen zat gizi yang dibutuhan pada nutrisi bayi dan anak yang
jumlahnya sangat berbeda untuk setiap umur. Secara umum zat gizi dibagi menjadi dua
golongan yaitu golongan makro dan golongan mikro, untuk zat gizi golongan makro
terdiri dari kalori dan H2O (air) untuk kalori berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak
H2O (air) sedangkan golongan mikro terdiri dari vitamin dan mineral. (Hidayat 2006).

1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah disetiap


makanan, karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan
karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada maka dapat menyebabkan terjadi
kelaparan dana berat badan menurun demikian sebaliknya apabila jumlah kalori yang
tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan
terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Dalam mendapatkan jumlah karbohidrat
yang cukup maka dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buah-buahan, sirup,
sukrosa, tepung, dan sayu-sayuran. (Hidayat, 2006).

2. Lemak

Lemak yang terdapat dalam bahan pangan dan dapat digunakan oleh tubuh manusia
yaitu:
a.
Trigliserida banyak ditemukan pada hewani maupun nabati
b.
Asam lemak jenuh yaitu lemak yang tidak dapat mengikat hidrogen lagi, seperti
asam palmiat, asam stearat yang banyak ditemukan pada lemak hewani, keju,
mentega, minyak kelapa dan coklat
c.
Asam lemak tidak jenuh ditemukan pada minyak kacang tanah
d.
Fosfolipid ditemukan pada pangan nabati maupun hewani
e.
Kolesterol ditemukan dalam jaringan hewan seperti telur, daging, lemak susu.
(Yuniastuti, 2008)
3. Protein

Protein merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasmasel,
selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan
dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik. Protein
ini terdiri dari 24 asam amino diantaranya 9 asam amino esensial diantaranya
thrionin, valin, leusin, isoleusin, lisin, triftofan, penilalanin, metionin dan histidin,
selebihnya asam amino non esensial. Jumlah protein dalam tubuh tersebut harus
tersedia dalam jumlah yang cukup apabila jumlahnya berlebih atau tinggi dapat
memperburuk insufisiensi ginjal demikian juga apabila jumlahnya kurang maka dapat
menyebabkan kelemahan, edema, dapat kwhashiokor apabila kekurangan protein saja
tetapi jika kekurangan protein dan kalori menyebabkan marasmus (Pudjiadi, 2001).

4. Air

Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia jumlah air sekitar 73%
dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass). Tergantung
jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh, proporsi air ini berbeda antar orang. Pada
orang gemuk, perbandingan antara air dan lemak sekitar 50% berbanding 50%. Pada
pria normal, perbandingannya antara 60% berbanding 16%. Pada orang kurus
perbandingan tersebut adalah 67% dengan 7%. Pada bayi perbandingan tersebut
sangat mencolok, yaitu 78% dan 0%. Dengan perkataan lain jumlah air yang terdapat
dalam tubuh manusia adalah :
a.
Sekitar 80% dari berat badan (untuk bayi dengan low birth weight)
b.
Sekitar 70-75% dari berat badan (untuk bayi neonatus)
c.
Sekitar 65% dari berat badan (untuk anak)
d.
Sekitar 55-60% dari berat badan (untuk dewasa)

5. Vitamin

Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengkatalisator


metabolisme sel yang dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta
dapat mempertahankan organisme, vitamin yang dibutuhkan antara lain:
a.
Vitamin A (retinol) yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup yang
mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi mata serta pertumbuhan tulang
dan gigi dan dalam pembentukan maturasi epitel, vitamin ini dapat diperoleh dari
hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarin, tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran
dan buah.
b.
Vitami B kompleks (thiamin) yang merupakan vitamin yang larut dalam air akan
tetapi tidak larut dalam lemak, yang dapat menyebabkan penyakit beri-beri,
kelelahan, anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi, edema, asam
piruvat dalam darah akan meningkat apabila tersedia dalam jumlah yang kurang,
kebutuhan vitamin ini dapat diperoleh dari dalam hati, daging, susu.
c.
Vitamin B2 (riboflavin) merupakan vitamin yang sedikit larut dalam air, vitamin
ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup, apabila kurang dapat menyebabkan
fotophobia, penglihatan kabur, gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat
diperoleh di dalam susu, keju, hati, daging, telur, ikan, sayur-sayuran hijau dan
padi.
d.
Vitamin B12 (sianokobalamin) merupakan vitamin yang sedikit larut dalam air.
Pada vitamin ini sangat baik untuk maturasi sel darah merah dalam sumsum
tulang, pengaruh kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia dan vitamin
ini dapat diperoleh dari daging organ, ikan, telur, susu, dan keju.
e.
Vitamin C (asam ascorbat) merupakan vitamin yang larut dalam air yang mudah
dioksidasi dan dipercepat oleh panas atau cahaya, kekurangan vitamin ini dapat
menyebabkan lamanya proses penyembuhan luka, vitamin ini dapat tersedia
dalam tomat, buah semangka, kubis, sayur-sayuran hijau.
f.
Vitamin D merupakan vitamin yang dapat larut dalam lemak dan akan stabil
dalam suasana panas, vitamin ini berguna dalam pengatur penyerapan dan
pengendapan kalsium dan fosfor dengan mempengaruhi permeabilitas membran
usus, mengatur kadar alkali fosfatase serum, kekurangan vitamin ini akan
menyebabkan pertumbuhan jelak dan osteomalasia. Jika anak-anak kekurangan
vitamin D erupsi atau keluarnya gigi dapat menjadi terhambat. Selain itu,
kekurangan vitamin D juga bisa menghambat pembentukan lapisan dentin.
Hubungan antara vitamin D dengan karies gigi dijelaskan dalam penelitian di
USA dan Kanada memberikan kesimpulan yang sama. Prevalensi dari karies lebih
banyak terdapat di negara-negara bagian utara dibandingkan dengan negara-
negara tropis. Ini disebabkan sedikitnya sinar matahari dan mengakibatkan sintesa
vitamin D di kulit berkurang, pengikisan menyebabkan kerusakan pada gigi anak-
anak. Dalam hal ini vitamin D akan berfungsi pada waktu absorbsi dan
metabolisme kalsium dalam pembentukan tulang gigi.
g.
Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan tidak stabil terhadap
sinar ultraviolet yang dapat berfungsi dalam meminimalkan oksidasi karoten,
vitamin A dan asam linoleat serta menstabilkan membran apabla terjadi
kekurangan dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi prematur
dan akan menyebabkan kehilangan keutuhan saraf. Vitamin E dapat diperoleh
dari minyak, biji-bijian dan kacang-kacangan.
h.
Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang dapat berfungsi
sebagai pembentukan protombin, faktor koagulasi II, VII, IX, X yang harus
tersedia dalam tubuh yang cukup apabila terjadi kekurangan dapat menyebabkan
perdarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil, vitamin ini tersedia dalam
sayuran berdaun hijau, daging dan hati. (Pudjiadi, 2001).

6. Mineral

Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro yang
terdiri dari kalsium, klorida, chromium, kobalt, tembaga, flourin, iodium, besi,
magnesium, mangan, fosfor, kalium, natriun, sulfur, dan seng. Semuanya harus
tersedia dalam jumlah yang cukup (Hidayat, 2006).
a.
Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang berguna untuk pengaturan struktur tulang dan
gigi, kontraksi otot, iritabilitas syaraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan
produksi susu. Kalsium ini akan diekskresi 70% dalam tinja, 10% dalam urine,
15-25% tertahan dan tergantung dalam kecepatan pertumbuhan. Kadar kalsium ini
harus tersedia dalam jumlah yang cukup karena apabila terjadi kekurangan
menyebabkan mineralisasi tulang dan gigi jelek, osteomalasia, osteoporosis,
rakhitis, dan gangguan pertumbuhan. Tersedianya kalsium ini dapat diperoleh dari
susu, keju, sayuran hijau, kerang , dan lain-lain (Hidayat, 2006).
b.
Klorida

Klorida sangat berguna dalam pengaturan tekanan osmotik, keseimbangan asam


dan basa, yang tersedia dalam garam, daging, susu, dan telur. Golongan mineral
lainnya seperti chromium ini berguna untuk glikemia dan metabolisme dalam
insulin yang tersedia dalam ragi, tembaga yang berguna untuk produksi sel darah
merah, pembentukan hemoglobin, penyerapan besi dan lain-lain.Kekurangan zat
besi dapat menyebabkan anemia dan osteoporosis. Apabila zat besi berlebih dapat
menyebabkan sirosis dan gastritis, hemolisis, tersedianya tembaga terdapat dalam
hati, daging, ikan, padi, dan kacang-kacangan.
c.
Flour

Flour merupakan mineral yang berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan
tulang yang apabila tersedia dalam jumlah yang kurang menyebabkan caries gigi.
Sumber dari flour ini terdapat pada air, makanan laut, tumbuh-tumbuhan. Mineral
lain adalah yodium yang merupakan unsurtiroksin dan triiodotironin yang harus
tersedia dalam jumlah yang cukup apabila kurang dapat menyebabkan gondok,
mineral tersebut terdapat dalam garam. Besi merupakan mineral yang merupakan
struktur dari hemoglobin untuk pengangkutan karbondioksida (CO2) dan oksigen
(O2) dan kekurangan besi menyebabkan anemia, zat besi tersebut tersedia dalam
hati, daging, kuning telur, sayuran hijau, padi dan tumbuh-tumbuhan.
d.
Magnesium

Magnesium berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme karbohidrat dan


sangat penting dalam proses metabolisme apabila terjadi kekurangan
menyebabkan malabsorbsi yang menyebabkan hipokalsemia atau hipokalemia,
magnesium dapat diperoleh dalam biji-bijian, kacangkacangan, daging dan susu.
Mangan mineral yang berfungsi dalam aktivitas enzim yang terdapat dalam
kacang-kacangan, padi, biji-bijian dan sayuran hijau.
e.
Fosfor

Fosfor merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang dan gigi, kekurangan
dapat menyebabkan kelemahan otot, fosfor tersebut dapat diperoleh dari susu,
kuning telur, kacang-kacangan, padi-padian, dan lain-lain. Kalium berfungsi
dalam kontraksi otot dan hantaran impuls syaraf, keseimbangan cairan,
pengaturan irama jantung.Kalium ini dapat diperoleh dari semua makanan.
f.
Natrium

Natrium berguna dalam pengaturan tekanan osmotik, pengaturan keseimbangan


asam dan basa, keseimbangan cairan. Kekurangan ini dapat menyebabkan kram
otot, nausea, dehidrasi, hipotensi, natrium ini dapat diperoleh dari garam, susu,
telur, tepung dan lain-lain. Sulfur merupakan unsur pokok dalam protein seluler
yang membantu proses metabolisme jaringan syaraf, sulfur ini dapat diperoleh
dari makanan protein yang mengandung 1%, dan seng merupakan unsur pokok
dari beberapa enzim karboniok anhidrase yang penting dalam pertukaran
karbondioksida (CO₂) yang tersedia dalam daging, padi-padian, kacang-kacangan
dan keju. (Solihin Pudjiadi, 2001).

2.3.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi

1. Ukuran tubuh merupakan perubahan utama dalam menentukan pengeluaran energi


seseorang, tubuh yang besar memiliki kebutuhan nutrisi yang lebih besar.
2. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan tinggi, berat, dan umur yang sama
mempunyai komposisi tubuh yang berbeda. Perempuan memiliki banyak jaringan
lemak dan lebih sedikit otot daripada laki-laki.

3. Umur kebutuhan nutrisi pada usia muda lebih tinggi dari pada usia tua. Waktu lahir
akan meningkat kebutuhan nutrisi hingga umur dua tahun dan akan berangsur
menurun untuk meningkat lagi pada saat remaja (Almatsier, 2001).

2.4.
Defisiensi Nutrisi

1. Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan masalah kesehatan yang disebabkan karena rendahnya dula


darah dalam darah, yaitu dibawah 70 mg/dL. Penyakit ini dapat terjadi oleh semua
kalangan baik anak-anak, remaja ataupun orang tua. Selain akibat kekurangan nutrisi
karbohidrat, hipoglikemia juga disebabkan karena gagal ginjal, penggunaan suntikan
insulin yang berlebihan, infeksi dan lainnya. Gejala awal dari penyakit ini adalah kulit
basah, cepat marah, sering berkeringat, detak jantung cepat dan juga sering lapar.

2. Kwasiorkor

Kwasiorkor merupakan penyakit yang masuk ke dalam kategori penyakit kekurangan


kalori dan protein (KKP/PEM). Ciri-ciri seseorang yang mengalami penyakit ini
adalah rambut rontok, badan lemas, kulit keriput, kurus, raut muka seperti orang tua
meskipun umur masih muda dan wajah tampak sembab dan bulat. Sedangkan gejala
awal dari penyakit ini adalah berat badan yang semakin menurun, anemia,
pembengkakan, infeksi diaere, perut besar dan lainnya.

3. Maramus

Maramus merupakan gangguan kesehatan yang pada umumnya terjadi pada anak-
anak yang berusia di bawah 5 tahun. Penyebab dari maramus sendiri antara lain lahir
premature, kekurangan vitamin, penyakit bawaan, kelaparan kronis dan masih banyak
lagi. Untuk mencegah penyakit ini, hal yang harus dilakukan adalah mengonsumsi
makanan bergizi, melakukan diet seimbang dan mengonsumsi air bersih.

4. Maramus – Kwasiorkor

Penyakit ini merupakan campuran dari penyakit maramus dan kwasiorkor yang
ditandai dengan adanya wasting dan edema pitting bilateral. Penyakit ini dapat
dimasukkan ke dalam kategori penyakit yang sangat kekurangan nutrisi. Penyebab
dari penyakit ini adalah karena kurangnya asupan karbohidrat dan protein, gangguan
hati dan gangguan penyerapan protein. Seseorang yang mengalami penyakit ini
biasanya memiliki ciri-ciri seperti menurunnya kadar protein dalam darah, otot
melemah, apatis, kulit kering dan kusam serta edema.

5. Penyakit Jantung

Merupakan penyakit yang timbul akibat terhentinya aliran darah menuju ke jantung
yang mengakibatkan sebagian sel jantung mati. Ini merupakan salah satu penyakit
yang mematikan di dunia.

6. Penyakit Stroke

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah di otak.

7. Leukemia

Merupakan sejenis penyakit yang disebabkan karena adanya produksi sel darah putih
yang abnormal sehingga mengganggu produksi sel-sel darah merah dan thrombosit.
Penyakit ini menyerang bagian sumsum tulang belakang pada tubuh manusia.

8. Kanker Payudara

Merupakan sejenis kanker yang umumnya terjadi pada wanita, dimana kanker ini
menyerang bagian payudara. Kanker ini terjadi akibat selsel dalam tubuh mengalami
pertumbuhan yang tidak normal dan tidak terkendali.

9. Cachexia

Penyakit cachexia merupakan penyakit yang menyerang seseorang akibat kekurangan


protein. Menurut american journal of clinical nutrition penyakit ini dapat
menyebabkan penurunan berat badan, penyakit kanker, gagal ginjal, penyakit menular
AIDS, bahkan kematian apabila tidak ditangani dengan baik.

10. Gagal Hati

Gagal hati adalah merupakan penyakit yang menyebabkan kerusakan dan kehilangan
fungsi hati akibat ketidakmampuan sel hati untuk beregenerasi. Hal ini juga menjadi
penyakit akibat kekurangan protein. Karena menimbulkan hal yang membahayakan,
maka kondisi ini sangat memerlukan penanganan medis.

11. Apati

Definisi dari apati yaitu suatu kondisi yang menyebabkan emosi menjadi tumpul.
Efek penyakit akibat kekurangan protein ini, bisa mempengaruhi tingkah laku dan
fungsi kognitif. Biasanya, apati sering disertai dengan depresi. Namun, kedua hal ini
berbeda. Jika depresi berupa gangguan emosi, maka apati berupa gangguan motivasi.

12. Edema

Penyakit edema ini merupakan nama lain dari retensi air, yakni penyakit kekurangan
protein yang paling sering diderita manusia. Jika darah yang mengalir pada tubuh
tidak memiliki protein yang cukup, maka seseorang bisa mengalami gejala tekanan
darah rendah sehingga gampang pusing, lemas dan malas beraktifitas.

13. Rambut Rontok

Rambut yang rontok secara tidak normal bisa terjadi akibat tubuh kekurangan protein.
Ketika ratusan helai rambut mengalami kerontokan tiap harinya, maka ini merupakan
tanda bahwa seseorang sedang mengalami penyakit rambut rontok. Hal ini tentu saja
tidak bisa dianggap sepele, sebab lama-kelamaan dapat membuat kepala menjadi
botak, bahkan sulit untuk tumbuh kembali.

14. Gangguan Otak

Otak merupakan pusat saraf manusia agar dapat berpikir serta mampu menggerakkan
tubuh. Jika seseorang kekurangan protein, maka kecepatan berpikir orang tersebut
akan menjadi rendah bahkan sehingga bisa mengakibatkan gangguan yang parah atau
fatal. Misalnya saja seperti berkurangnya kecepatan motorik, mudah stres atau
depresi, dan lainnya.

15. Kelelahan

Tubuh yang sering mengalami kelelahan merupakan salah satu tanda bahwa
seseorang kekurangan protein. Jika protein ini tidak cukup untuk tubuh, maka
jaringan otot yang mengalami kelelahan bisa rusak sehingga tidak dapat melakukan
regenerasi.

16. Ginjal

Kelebihan protein pada tubuh, dapat menyebabkan seseorang mengalami gagal ginjal.
Sebab, mengkonsumsi protein yang berlebih, maka akan membuat ginjal terpaksa
bekerja lebih ekstra untuk membuang semua kelebihan nitrogen pada tubuh dan
akhirnya membuat seseorang mengalami gagal ginjal.
2.5.
Prinsip Kebutuhan Nutrisi

1. Penuhi kebutuhan protein

2. Penuhi kebutuhan air

3. Sarapan

4. Minum 2 gelar air setelah bangun tidur

5. Isi setengah piring dengan sayur dan buah

6. Konsumsi lemak sehat

7. Konsumsi makanan berserat

8. Pilih cemilan sehat

9. Makan kalori bukan minum

10. Suplemen sebagai pelengkap


BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Eliminasi Urin

Eliminasi atau pembuangan normal urine merupakan kebutuhan dasar manusia


yang harus terpenuhi yang sering dianggap tidak penting oleh kebanyakan orang.
Pada sistem perkemihan yang tidak berfungsi dengan baik, hal ini bisa menyebabkan
gangguan terhadapa sistem organ lainnya. Seseorang yang mengalami perubahan
eleminasi dapat menderita secara fisik dan psikologis. Anda sebagai perawat harus
memahami dan menunjukkan sikap peka terhadap kebutuhan klien akan eleminari
urine, serta memahami penyebab terjadinya masalah dan berusaha memberikan
bantuan untuk penyelesaian masalah yang bisa diterima. Eleminasi atau pembuangan
urine normal adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.

3.2. Mekanisme Eliminasi Urin

1. Proses filtrasi

Terjadi penyerapan darah yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa,
air, sodium, klorida, bikarbonat, dll diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang di
sebut filtrasi glomerulus. Glomerulus adalah kapiler darah yang bergelung-gelung
di dalam kapsul bowmen ukuran saringan pada glomerulus membuat protein dan
sel darah tidak masuk ke tubulus. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium
yang berfungsi untuk memudahkan proses penyaringan.paa proses filtrasi terjadi
dua proses penyaringan menyisakan dua zat berbeda zat bermolekul besar beserta
protein akan tetap mengalir di pembuluh darah sedangkan zat sisanya akan
tertahan di dalam. Kemudian zat sisa hasil penyaringan ini dsebut urine primer
atau filtrat glomerulus. Zat-zat tersebut akan masuk dan disimpan sementara
didalam sinpai bowmen yang merupakan malpighi.darah disaring oleh
sinpaibowmen dan zat zat terlarut akan masuk kedalam pembuluh lanjutan
sinpaibowmen yang terdapat dalam sum- sum ginjal. Filtrasi menghasilkan urine
primer atau filtrat glomerulus yang masih mengandung zat yang bermanfaat
seperti glukosa, garam, dan asam amino. Urine primer mengandung zat yang saa
dengan cairan yang menembus kapiler menuju ruang antar sel dalam keaadaan
normal urin primer tidak mengandung eritrosit tetapi mengandung protein yang
mengandung kurang dari 0,03%.

2. Proses reabsorbsi

Reabsorbsi adalah proses penyerapan kemabli urine primer yang telah diproses di
badan malpigi. Setelah mengalami proses filtrasi kemudian urine yang masih
terdapat zat yang dibutuhkan oleh tubuh diserap kembali oleh muskulus tubulus
kontortus proksima. Zat-zat tersebut antara lain air, glukosa, asam amino, vitamin
serta berbagai jenis ion, sementara itu zat-zat sisa yang tidak dapat digunakan,
seperti urea dan kelebihan garam akan dikeluarkan dalam bentuk urine. Proses
reabsorbsi berfungsi untuk mempertahanan kompsisi air serta garam dalam cairan
tubuh. Proses tersebut dimulai ditubulu kontortus proksimal dan dilanjut di
lengkug henley tubulus kontotusdistal dan kemudian mengumpul dengan proses
reabsorbi sekitar 50% urea dari jumlah yang ada dalam urine primer berdifusi
dalam darah karena ada perbedaan konsentrasi yang disebabkan oleh reabsorbsi
air antara urine primer, sel-sel tubulus konvolusi proksimal juga secara aktif
mengeksresi bahan-bahan beracun dari dalam darah menuju urine primer bersama
beberapa bahan-bahan yang mengandung nitrogen, seperti kreatinin. Sebagian
besar zat-zat yang masih berguna tadi dapat mengalami proses reabsorbsi
beberapa kali. Dari proses reabsorbsi akan dihasilkan filtrat tubulus atau urine
sekunder. Didalam urine sekunder sudah tidak ditemukan lagi zat-zat yang masih
berguna bagi tubuh. Volume urine sekunder yang dihasilkan lebih sedikit
daripada volume urine primer, bersifat isotonis terhadap cairan tubuh dan
mengandung uria serta beberapa ion mineral.

3. Proses augmentasi

Augmentasi adalah proses yang terjadi setelah proses filtrasi dan reabsorbsi.
Proses augmentasi adalah proses akir dari proses pembentukan urine dimana urine
dan sisa-sisa zat makanan yang tidak di butuhkan oleh tubuh akan di buang pada
proses ini. Augmentasi menghasilkan urin yang sesungguhnya, setalah urine di
proses dan di serap kembali pada proses reabsorpsi. Proses augmentasi yang
merupakan proses terakhir pembuatan urine ini terjadi di nefron ginjal tepatnya di
tubulus kontortus distal yaitu bagian nefron ginjal yang berupa saluran setelah
gelung henle dan sebelum tubulus kolektivus artinya tubulus kontortus distal itu
menerima urine berupa urine sekunder yang datang dari tubulus kontortus
proximal melalui gelung henle yang kemudian akan dibuang ke tubulus
kolektivus sebagai urine sesungguhnya setelah mengalami augmentasi di tubulus
kontortus distal ini.
3.3. Anatomi Eliminasi Urin

Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eleminasi


seperti ginjal, ureter, kandung kemih atau bladder dan uretra. Ginjal
memindahkan air dari darah dalam bentuk urine kemudian masuk ke ureter lalu
mengalir ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas
tetentu atau sampai timbul keinginan berkemih, yang kemudian dikeluarkan
melalui uretra. (Nursalam,2006).

1. Ginjal

Ginjal bentuknya seperti kacang terdiri dari 2, yaitu ginjal kanan dan ginjal
kiri dimana letak ginjal kanan lebih rendah dibandingkan ginjal kiri. Produk
buangan atau limbah merupakan hasil metabolisme yang terkumpul dalam
darah melewati arteri renalis kemudian difiltrasi di ginjal. Sekitar 20% - 25%
curah jantung bersirkulasi setiap hari melalui ginjal. Setiap satu ginjal
mengandung 1-4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urine di
Glomerulus. Kapiler glomerulus memiliki pori-pori sehingga dapat
memfiltrasi air dan substansi seperti glukosa, asam amino, urea, kreatinin dan
elektrolit. Kondisi normal protein ukuran besar dan selsel darah tidak
difiltrasi. Bila dalam urine mengandung protein (proteinuria), hal ini bertanda
adanya cedera atau gangguan pada glomerulus. Rata-rata Glomerular Filtrasi
Rate (GFR) normal pada orang dewasa 125 ml permenit atau 180 liter per 24
jam. Sekitar 99 % filtrat direabsorpsi seperti ke dalam plasma, sedang 1 % di
ekskresikan seperti ion hidrogen, kalium dan amonia sebagai urin.

2. Ureter

Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal ke kandung


kemih melalui ureter. Panjang ureter dewasa 25-30 cm dan berdiameter 1,25
cm. Dinding ureter dibentuk dari 3 lapisan, yaitu lapisan dalam membran
mukosa, lapisan tengah otot polos yang mentransfor urine melalui ureter
dengan gerakan peristaltik yang distimulasi oleh distensi urine dikandung
kemih, lapisan luar jaringan fibrosa menyokong ureter. Adanya obstruksi di
ureter yang tersering adalah oleh karena batu ginjal, menimbulkan gerakan
peristaltik yang kuat sehingga mencoba mendorong dalam kandung kemih, hal
ini menimbulkan nyeri hebat yang sering disebut kolik ginjal.

3. Kandung kemih atau bladder


Kandung kemih tempat penampung 400 - 600 ml, namun keinginan berkemih
sudah dirasakan seseorang dewasa pada saat kandung kemih terisi urine 150
ml, walaupun pengeluaran urine pada normalnya jika sudah terisi sekitar 300
ml. Kandung kemih terletak di dasar panggul dan merupakan otot yang dapat
mengecil seperti balon, yang disebut otot detrusor. Dalam keadaan penuh
kandung kemih membesar yang terdiri dari dua bagian fundus dan bagian
leher terdapat spinter interna dikontrol saraf otonom yaitu sakral 2 dan 3.

4. Urethtra

Uretra merupakan saluran pembuangan urin keluar dari tubuh, kontrol


pengeluaran dilakukan oleh spinter eksterna yang dapat dikendalikan oleh
kesadaran kita (termasuk otot sadar). Dalam kondisi normal,aliran urine yang
mengalami turbulasi membuat urine bebas dari bakteri karena membran
mukosa melapisi uretra mensekresi lendir bersifat bakteriostatis dan
membentuk plak mukosa mencegah masuknya bakteri. Ukuran panjang uretra
wanita sekitar 4-6,5 cm sehingga seringkali menjadi factor predisposisi
teradiya infeksi saluran kemih (ISK), misalnya pielonefritis, ureteritir, dan IS
lainnya. sedangkan uretra pria panjangnya sekitar 20 cm.

3.4. Fisiologi Eliminasi Urin

1. Kontrol saraf pada otot detrusor pada kandung kemih

Otot detrusor merupakan otot polos kandung kemih dan termasuk otot
volunter sehingga memungkinkan orang dewasa dapat menunda atau menahan
berkemih atau buang air kecil (BAK) sampai waktu dan lokasi yang tepat
secara sosial, misalnya di kamar mandi. Area spesifik otak, sumsum tulang
belakang, dan sistem saraf perifer memodulasi aktivitas refleks otot detrusor.
Traktus retikulospinalis di sumsum tulang belakang atau spinal cord mengirim
pesan dari otak dan batang otak ke saraf perifer kandung kemih. Pengisian
kandung kemih dan penyimpanan urin dipengaruhi oleh eksitasi sistem saraf
simpatetik melalui serabut efferent. Nukleus spinal simpatis pada segmen
thorakal ke-10 (T10) sampai lumbal ke-2 (L2). Eksitasi neuron-neuron ini
melemaskan otot detrusor dan mengkontraksi elemen-elemen otot mekanisme
sfingter. Pengosongan urin dilakukan melalui sistem saraf parasimpatik.
Eksitasi neuron yang terletak di segmen sakrum ke-2 (S2) sampai sakrum
k4-4 (S4) menyebabkan terjadinya proses berkemih (buang air kecil) oleh
kontraksi otot detrusor dan relaksasi elemen otot mekanisme sfingter. Dua
saraf perifer mengirimkan pesan dari sistem saraf pusat ke otot detrusor.
Pleksus pelvis mengirimkan impuls parasimpatis ke otot polos detrusor.
Perangsangan saraf parasimpatik menyebabkan pelepasan neurotransmiter,
asetilkolin yang sehingga terjadi kontraksi sel-sel otot detrusor. Substansi lain
juga dapat mempengaruhi kontraksi otot detrusor, tetapi semua mekanisme di
bawah pengaruh sistem saraf pusat.

2. Proses eliminasi urin ada dua langkah utama

a. Bila kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya


meningkat diatas nilai ambang dikirim ke medulla spinalis diteruskan ke
pusat miksi pada susunan saraf pusat.

b. Pusat miksi mengirim sinyal ke otot kandung kemih maka spinter ekterna
relaksasi berusaha mengosongkan kandung kemih, sebaliknya bila
memilih tidak berkemih spinter eksterna berkontraksi. Kerusakan pada
medulla spinalis menyebabkan hilangnya kontrol volunter berkemih, tetapi
jalur refleks berkemih dapat tetap sehingga terjadinya berkemih secara
tetap, maka kondisi ini disebut refleks kandung kemih.

3.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urin

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine Banyak faktor yang


mempengaruhi volume dan kualitas urine serta kemampuan klien untuk berkemih.
(Hidayat,2006).

1. Diet dan asupan

Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output
atau jumlah urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang
dibentuk. Selain itu kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.

2. Respons

Keinginan awal untuk berkemih kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk


berkemih dapat menyebabakan urine banyak tertahan di vesika urinaria
sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.

3. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi
dalam kaitannya dengan ketersediaan fasilitas toilet.

4. Stress psikologis

Meningkatnya stres dapat mengakibatkan seringnya frekuensi keinginan


berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan
berkeinginan berkemih dan jumlah urine yang dihasilkan.

5. Tingkat aktivitas

Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk
fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan
kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot
didapatkan dengan beraktivitas.

6. Tingkat perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan dapat mempengaruhi pola berkemih.


Hal tersebut dapat ditemukan pada anak yang lebih memiliki kecenderungan
untuk mengalami kesulitan mengontrol uang air kecil. Namun dengan
bertambahnya usia kemampuan untuk mengontrol buang air kecil semakin
meningkat.

7. Kondisi penyakit

Kodisi penyakit tertentu seperti diabetes melitus, ginjal dan lain-lain dapat
memengaruhi produksi urine.

8. Sosiokultural

Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti


adanya kultur masyarakat yang melarang buang air kecil di tempat tertentu.

9. Kebiasaan seseorang

Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet dapat mengalami


kesulitan untuk berkemih dengan melalui urinal atau pot urine bila dalam
keadaan sakit.

10. Tonus otot

Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih
adalah kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan
dalam kontaksi pengontrolan pengeluara urine.
11. Pengobatan

Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urine.


Misalnya pemberian diuretik hormon dapat menigkatkan jumlah urine
sedangkan pemberian obat antikolinergik atau anti hipertensi dapat
menyebabkan retensi urine.

3.6. Gangguan atau Masalah Pada Eliminasi Urin

Gangguan eliminasi urine adalah keadaan dimana seorang individu mengalami


atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orang yang
mengalami gangguan eliminasi urine akan dilakukan katerisasi urine, yaitu
tindakan memasukkan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra
dengan tujuan mengeluarkan urine.

Masalah-masalah dalam eliminasi urin yaitu :

1. Retensi

Yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan


ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri. Retensi urine
dapat disebabkan oleh hal-hal seperti obstruksi (misalnya hipertrofi prostat),
pembedahan pada daerah abdomen bawah, pelvis, atau kandung kemih.

2. Inkontinensi urin

Yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter ekstema untuk


mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih. Inkontinensia urine dapat
dibagi menjadi lima jenis yaitu inkontinensia fungsional, inkontinensia
refleks, inkontinensia stres, inkontinensia urgensi (dorongan) dan
inkontinensia total.

3. Enuresis

Yaitu peristiwa berkemih yang tidak disadari. Sering terjadi pada anak-anak,
umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali
atau lebih dalam semalam.

4. Urgency

Perasaan seseorang untuk berkemih.

5. Dysuria
Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.

6. Polyuria

Produksi urin abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal seperti 2500 ml/hari
tanpa adanya peningkatan intake cairan.

7. Urinary suppresi

Berhenti mendadak produksi urin.

3.7. Pengertian Eliminasi Fekal

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau feses. Eliminasi fekal adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa
metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.
Perawat sering kali menjadi tempat konsultasi atau terlibat dalam membantu klien
yang mengalami eliminasi.

3.8. Mekanisme Eliminasi Fekal

Proses mekanisme eliminasi fekal berawal dari mulit dan berakir dianus. Usus
halus yang panjangnya mencapai 22 kaki bertanggunggung jawab dalam
penyerapan nutrisi, vitamin, mineral,cairan dan elektrolit. Kime sebagai hasil dari
makanan yang dicerna bergerak melalui usus halus dengan bantuan gerakan
peristaltik. Usus halus dan usus besar dibatasi oleh katup leocekal, katup ini
bertugas untuk menjaga agar tidak terjadi refluks dari usus besar ke usus halus.
Pada usus besar/kolon yang panjangnya mencapai 125- 150 cm dan memiliki 7
bagian yaitu sekum, kolon assendens, kolon transversal, kolon desendens, kolon
sigmoid, rektum dan anus. Kolon bertugas untuk absorbsi air dan zat gizi,
perlindungan mukosa dinding usus dan eliminasi fekal.Sebanyak 1500 kime
mengalir ke kolon setiap hari ini, namun 100 ml cairan yang dieksresikan di
dalam feses. Sekresi lendir pada kolon distimulasi oleh saraf parasimpatis. Kolon
akan mengangkut produksinya yang berupa feses dan flatus ke anus.
3.9. Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
meningkatkan tekanan abdomen dan oleh kontraksi otot dasar panggul, yang
memindahkan feses ke saluran anus.

1. Mulut

Proses pertama dalam sistem pencernaan berlangsung di mulut. Makanan akan


dipotong, diiris, dan dirobek dengan bantuan gigi. Makanan yang masuk ke
mulut dipotong menjadi bagian yang lebih kecil agar mudah di telan dan
untuk memperluas permukaan makanan yang akan terkena enzim. Setelah
makanan dipotong menjadi bagian yang lebih kecil, maka selanjutnya
makanan akan diteruskan ke faring dengan bantuan lidah.

2. Faring

Faring adalah rongga dibelakang tenggorokan yang berfungsi dalam sistem


pencernaan dan pernafasan. Dalam sistem pencernaan, faring berfungsi
sebagai penghubung antara mulut dan esofagus.

3. Esophagus

Esofagus adalah saluran berotot yang relatif lurus yang terbentang antara
faring dan lambung. Pada saat menelan, makanan akan dipicu oleh gelombang
peristaltik yang akan mendorong bolus menelusuri esofagus dan masuk ke
lambung.

4. Lambung

Lambung adalah organ yang terletak antara esofagus dan usus halus. Di dalam
lambung makanan yang masuk akan disimpan lalu disalurkan ke usus halus.
Sebelum makanan masuk ke usus halus, makanan terlebih dahulu akan
dihaluskan dan dicampurkan kembali sehingga menjadi campuran cairan
kental yang biasa disebut dengan kimus. Lambung menyalurkan kimus ke
usus halus sesuai dengan kapasitas usus halus dalam mencerna dan menyerap
makanan dan biasanya satu porsi makanan menghabiskan waktu dalam
hitungan menit.

5. Usus halus

Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan


berlangsung.

6. Usus besar
Usus besar adalah organ pengering dan penyimpan makanan. Kolon
mengekstrasi H2O dan garam dari isi lumennya untuk membentuk masa padat
yang disebut feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan feses
sebelum defekasi. Kolon terdiri dari 7 bagian yaitu sekum, kolon asendens,
kolon transversal, kolon desendens, kolon sigmoid, rektum dan anus. Usus
besar adalah sebuah saluran otot yang dilapisi oleh mukosa. Serat otot yang
dilapisi oleh membrane mukosa. Serat otot berbentuk sikular dan longitudinal
yang memungkinkan usus membesar dan berkontraksi melebar dan
memanjang. Otot longitudinal lebih pendek dibandingkan kolon, oleh karena
itu usus besar membentuk kantung atau yang biasa disebut dengan haustra.
Kolon juga memberi fungsi perlindungan karena mensekresikan lendir. Lendir
ini berperan untuk melindungi usus besar dari trauma akibat pembentukan
asam di dalam feses dan berperan sebagai pengikat yang akan menyatukan
materi fekal. Lendir ini juga akan melindungi usus besar dari aktifitas bakteri.
Di dalam usus besar terdapat 3 tipe pergerakan yaitu gerakan haustral
churning, peristalsis kolon, peristalsis masa.

7. Rectum atau anus

Rektum pada orang dewasa biasanya memiliki panjang 10-15 cm sedangkan


saluran anus memiliki panjang 2,5-3 cm. Di dalam rektum terdapat lipatan-
lipatan yang dapat meluas secara vertical. Setiap lipatan vertikal berisi sebuah
vena dan arteri. Diyakini bahwa lipatan ini membantu menahan feses di dalam
rektum. Jika vena mengalami distensi seperti yang dapat terjadi jika terdapat
tekanan berulang. Saluran anus diikat oleh otot sfingter internal dan eksternal.
Sfingter internal berada dibawah kontrol involunter dan dipersarafi oleh
sistem saraf otonom, sedangkan sfingter eksternal berada di bawah kontrol
volunter dan dipersarafi ooleh sistem saraf somatic.

3.10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Fekal

1. Perkembangan

a. Bayi yang baru lahir

Bayi yang baru lahir, batita, anak-anak,dan lansia adalah kelompok


yang anggotanya memiliki kesamaan dalam pola eliminasi.

b. Balita
Mekonium adalah materi feses pertama yang dikeluarkan oleh bayi
baru lahir normalnya terjadi dalam 24 jam pertama setelah lahir. Bayi
sering mengeluarkan feses sering kali setiap sesudah makan. Karena
usus belum matur air tidak diserap dengan baik dan feses menjadi
lunak, cair, dan sering dikeluarkan. Apabila usus telah matur, flora
bakteri meningkat. Setelah makanan padat diperkenalkan, feses
menjadi lebih keras dan frekuensi defekasi berkurang. Sedikit kontrol
defekasi telah mulai dimiliki pada usia 1,5 sampai 2 tahun. Pada saat
ini anak-anak telah belajar berjalan dan sistem saraf dan sistem otot
telah terbentuk cukup baik untuk memungkinkan kontrol defekasi.
Keinginan untuk mengontrol defekasi di siang hari dan untuk
menggunakan toilet secara umum dimulai pada saat anak menyadari
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh popok yang kotor dan sensasi
yang menunjukkan kebutuhan untuk defekasi. Kontrol di siang hari
umumnya diperoleh pada usia 2,5 tahun., setelah sebuah proses
pelatihan eliminasi.

c. Anak usia sekola dan remaja

Anak usia sekolah dan remaja memiliki kebiasaan defekasi yang sama
dengan kebiasaan mereka saat dewasa. Pola defekasi beragam dalam
hal frekuensi, kuantitas, dan konsistensi. Beberapa anak usia sekolah
dapat menunda defekasi karena aktivitas seperti bermain.

d. Lansia

Konstipasi adalah masalah umumpada populasi lansia. Ini sebagian


akibat pengurangan tingkat aktivitas ketidakcukupan jumlah asupan
cairan dan serat serta kelemahan otot. Banyak lansia percaya bahwa
“keteraturan” berarti melakukan defekasi setiap hari. Mereka yang
tidak memenuhi kriteria ini sering kali mencari obat yang dijual bebas
untuk meredakan kondisi yang mereka yakini sebagai konstipasi.
Lansia harus dijelaskan bahwa pola normal eliminasi fekal sangat
beragam.

2. Diet

Bagian massa (selulosa, serat) yang besar di dalam diet dibutuhkan untuk
memberikan volume fekal. Diet lunak dan diet rendah serat berkurang
memiliki massa dan oleh karena itu kurang menghasilkan sisa dalam produk
buangan untuk menstimulasi refleks defekasi. Makanan tertentu sulit atau
tidak mungkin untuk dicerna oleh beberapa orang. Ketidakmampuan ini
menyebabkan masalah pencernaan dan dalam beberapa keadaan dapat
menghasilkan feses yang encer.

3. Cairan

Jika asupan cairan atau haluaran (misalnya urine atau muntah) cairan
berlebihan karena alasan tertentu, tubuh terus akan menyerap kembali cairan
dari kime saat bergerak di sepanjang kolon. Kime jadi lebih lebih kering
dibandingkan normal, menghasilkan feses yang keras. Selain itu pengurangan
asupan cairan memperlambat perjalanan kime disepanjang usus, makin
meningkatkan penyerapan kembali cairan dari kime.

4. Aktivitas

Aktivitas menstimulasi peristalsis sehingga memfasilitasi pergerakan kime


disepanjang kolon. Otot abdomen dan panggul yang lemah sering kali tidak
efektif dalam meningkatkan tekanan intra abdomen selama defekasi atau
dalam mengontrol defekasi.

5. Factor psikologis

Beberapa orang yang merasa cemas atau marah mengalami peningkatan


aktivitas peristaltik dan selanjutnya mual dan diare. Sebaliknya beberapa
orang yang mengalami depresi dapat mengalami perlambatan motilitas usus,
yang menyebabkan konstipasi. Bagaimana seseorang berespons terhadap
keadaan emosional ini adalah hasil dari perbedaaan individu dalam respons
sistem saraf enterik terhadap vagal dari otak.

6. Kebiasaan defekasi

Pelatihan defekasi sejak dini dapat membentuk kebiasaan defekasi pada waktu
yang teratur. Banyak orang yang melakukan defekasi setelah sarapan saat
refleks gastrokolik menyebabkan gelombang peristaltik massa di usus besar.

7. Obat-obatan

Beberapa orang memiliki efek samping yang dapat mengganggu eliminasi


normal. Beberapa obat menyebabkan diare obat lain seperti obat penenang
tertentu dalam dosis besar dan pemberian morfin dan kodein secara berulang,
menyebabkan konstipasi karena obat tersebut menurunkan aktivitas
gastrointestinal melalui kerjanya pada sistem saraf pusat.

8. Proses diagnostic
Sebelum prosedur diagnostik tertentu seperti visualisasi kolon, klien dilarang
mengomsumsi makanan atau minuman. Bilas enema dapat dilakukan pada
klien sebelum pemeriksaan. Dalam kondisi ini, defekasi normal biasanya
tidak akan terjadi sampai klien mengomsumsi makanan kembali.

9. Anestesi dan pembedahan

Anestesi umum menyebabkan pergerakan kolon normal berhenti atau


melambat dengan menghambat stimulasi saraf parasimpatis ke otot kolon.
Klien yang mendapatkan anastesia regional atau spinal kemungkinan lebih
jarang mengalami masalah ini.

10. Kondisi patologis

Cedera medula spinalis dan cedera kepala dapat menurunkan stimulasi


sensorik untuk defekasi. Hambatan mobilitas dapat membatasi kemampuan
klien untuk merespons terhadap desakan defekasi dan klien dapat mengalami
konstipasi, atau seorang klien dapat mengalami inkontinensia fekal karena
buruknya fungsi sfingter anal.

11. Nyeri

Klien yang tidak mengalami ketidaknyamanan saat defekasi sering menekan


keinginan akibat defekasinya untuk menghindari nyeri. Akibatnya klien
tersebut dapat mengalami konstipasi. Klien yang meminum analgesik narkotik
untuk mengatasi nyeri dapat juga mengalami konstipasi sebagai efek samping
obat tersebut.

3.11. Gangguan Pada Eliminasi Fekal

1. Konstipasi

Konstipasi dapat didefinisikan sebagai defekasi kurang dari tiga kali per
minggu. Ini menunjukkan pengeluaran feses yang kering, keras atau tanpa
pengeluaran feses. Konstipasi terjadi jika pergerakan feses di usus besar
berjalan lambat, sehingga memungkinkan bertambahnya waktu reabsorpsi
cairan di usu besar. Konstipasi mengakibatkan sulitnya pengeluaran feses
dan bertambahnya upaya atau penekanan otot-otot volunter defekasi.

2. Impaksi fekal
Impaksi fekal adalah suatu massa atau pengumpulan fese yang keras
didalam lipatan rektum. Impaksi terjadi akibat retensi dan akumulasi
materi fekal yang berkepanjangan. Pada impaksi berat, feses terakumulasi
dan meluas sampai ke kolon sigmoid dan sekitarnya. Impaksi fekal dapat
dikenali dengan keluarnya rembesan cairan fekal (diare) dan tidak ad feses
normal. Cairan feses merembes sampai keluar dari massa yang terimpaksi.
Impaksi dapat juga dikaji dengan pemeriksaan rektum menggunakan jari
tangan, yang sering kali dapat mempalpasi massa yang mengeras.

3. Diare

Diare menunjuk pada pengeluaran feses encer dan peningkatan frekuensi


defekasi. Diare merupakan kondisi yang berlawanan dengan konstipasi
dan terjadi akibat cepatnya pergerakan isi fekal di usus besar. Cepatnya
pergerakan kime mengurangi waktu usus besar untuk menyerap kembali
air dan elektrolit. Beberapa orang mengeluarkan feses dengan frekuensi
sering, tetapi diare tidak terjadi kecuali feses relatif tidak terbentuk dan
mengandung cairan yang berlebihan.

4. Inkontinensia alvi

Inkontinensia alvi atau bowel atau disebut juga inkontinensia fekal adalah
hilangnya kemampuan volunter untuk mengontrol pengeluaran fekal dan
gas dari spingter anal. Inkontinensia dapat terjadi pada waktu-waktu
tertentu, seperti setelah makan, atau dapat terjadi secara tidak teratur. Dua
tipe inkontinensia alvi digambarkan parsial dan mayor. Inkontinensia
parsial adalah ketidakmampuan untuk mengontrol flatus atau mencegah
pengotoran minor.

5. Flatulens

Sebagian besar gas yang tertelan akan dikeluarkan melalui mulut dengan
sendawa. Namun, sejumlah gas dapat terkumpul di perut yang
menyebabkan distensi lambung. Gas yang terbentuk di usus besar
terutama diabsobsi melalui kapiler usus ke sirkulasi. Flatulens adalah
keberadaan flatus yang berlebihan di usus dan menyebabkan peregangan
dan inflasi usus (distensi usus). Flatulens dapat terjadi di kolon akibat
beragam penyebab seperti makanan misal kol dan bawang merah, bedah
abdomen, atau narkotik.
4.1 Rumus Kebutuhan Cairan
a. Menghitung kebutuhan cairan dengan rumus Watson
Selain berdasarkan jenis kelamin, kebutuhan cairan tubuh setiap individu juga dapat diketahui
melalui rumus Watson. Caranya, dengan memakai rumus berdasarkan usia, tinggi dan berat
badan setiap individu.
a). Rumus Watson untuk pria:
2,447 - (0,09145 x usia) + (0,1074 x tinggi dalam cm) + (0,3362 x berat dalam kg) = berat
total tubuh (TBW) dalam liter
b). Rumus Watson untuk wanita:
-2,097 + (0,1069 x tinggi dalam cm) + (0,2466 x berat dalam kg) = berat total tubuh (TBW)
dalam liter
b. Kebutuhan cairan anak menurut IDAI
Anak usia 1 tahun memiliki volume air 65 – 80% dari total berat badannya. Persentase ini akan
berkurang seiring bertambahnya usia, menjadi 55 – 60% pada usia remaja.
Cairan diperlukan untuk menjaga metabolisme tubuh, memperbaiki sistem pencernaan,
membantu fungsi sel, mengatur suhu tubuh, pelarutan berbagai reaksi biokimia, pelumas, dan
pengaturan komposisi elektrolit.
Kebutuhan cairan berbeda pada setiap usia, jenis kelamin, massa otot, dan lemak tubuh.
Diperkirakan:
Bayi usia 0 – 6 bulan memerlukan cairan 700 mL/hari
Bayi 7 – 12 bulan memerlukan cairan 800 mL/hari
Anak 1 – 3 tahun memerlukan 1300 mL/hari
Anak 4 – 8 tahun memerlukan 1700 mL/hari
Anak 9 – 13 tahun memerlukan 2400 mL/hari pada laki – laki dan 2100 mL/hari
pada perempuan
Anak 14 – 18 tahun memerlukan 3300 mL/hari (laki – laki) dan 2300 mL/hari untuk
perempuan

c. Menghitung Balance Cairan


Rumus Balance Cairan
1. Inteake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss)
Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam makanan
pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di drip, albumin dll.
2. Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter maka hitung
dalam ukuran di urobag, jka tidak terpasang maka pasien harus menampung urinenya
sendiri, biasanya ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian
feses.
3. IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit
diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafa.
d. RUMUS IWL
1. IWL = (15 x BB ) / 24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37⁰C (suhu normal)
IWL = (15 x 60 ) = 37,5 cc/jam / 24 jam
*jika dlm 24 jam —-> 37,5 x 24 = 900cc/24 jam
*Rumus IWL Kenaikan Suhu
2. [(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal / 24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg, suhu= 39⁰C, CM= 200cc
3. IWL = [(10%x200)x(39⁰C-37⁰C)] + 37,5cc / 24 jam
= (20×2) + 37,5cc / 24
= 1,7 + 37,5 = 39cc/jam
*CM : Cairan Masuk

Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor, diantaranya Berat Badan
dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan dewasa berbeda. Menghitung balance
cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake cairan dan mana yang output
cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid Therapy do (PT. Otsuka
Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift.

e. Penghitungan Balance Cairan Untuk Dewasa


Input cairan: Air (makan+Minum) = ……cc
Cairan Infus = ……cc
Therapi injeksi = ……cc
Air Metabolisme = ……cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Output cairan: Urine = ……cc
Feses = …..cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan /cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = …..cc
IWL = …..cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)
Contoh Kasus:
Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua..akibat appendix
perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vital sign TD: 110/70
mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 °C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT
terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi
terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip Antrain
1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700 cc, dan
mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg didripkan dalam NaCl
50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y!
Input Cairan: Infus = 2000 cc
Tranfusi WB = 300 cc
Obat injeksi = 100 cc
AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) +
———————————————
2700 cc
Output cairan: Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) +
———————————————-
2900 cc
Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan – output cairan
2700 cc – 2900 cc
- 200 cc.
Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan
rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi – 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?
berarti nilai IWl Tn Y= 900 + 200 (38,5 °C – 36,8 .°C)
= 900 + 200 (1,7)
= 900 + 340 cc
= 1240 cc
Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output :
Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 1240 cc +
————————–
3240 cc
Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc – 3240 cc = -540
cc
Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air Metabolisme,
menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari PT. Otsuka Indonesia
yaitu:
Usia Balita (1 – 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari
Usia 5 – 7 tahun : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari
Usia 7 – 11 tahun : 6 – 7 cc/kgBB/hari
Usia 12 – 14 tahun : 5 – 6 cc/kgBB/hari

Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 – usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari

CONTOH :
An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut ibunya:
“rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat; gusinya tadi malam
berdarah” Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum terlihat lemah,
kesadaran composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 °C; petechie di kedua tungkai kaki,
Makan /24 jam hanya 6 sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc,
mendapat Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah
balance cairan anak ini!
Input cairan: Minum : 1000 cc
Infus : 1000 cc
AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg)
————————-
2112 cc
Out put cairan: Muntah : 100 cc
Urin : 1000 cc
IWL : 378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg
—————————–
1478 cc
Balance cairan = Intake cairan – Output Cairam
2112 cc – 1478 cc
+ 634 cc
Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C !
yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus:
IWL + 200 ( Suhu Tinggi – 36,8 °C) 36,8 °C adalah konstanta.

IWL An X = 378 + 200 (39,8 °C – 36,8 °C)


378 + 200 (3)
378 + 600
978 cc
Maka output cairan An X = Muntah : 100 cc
Urin : 1000 cc
IWL : 978 cc +
————————-
2078 cc
Jadi Balance cairannya = 2112 cc – 2078 cc
+ 34 cc.

Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
a.Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada
luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b.Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5
L per hari.
c.Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d.Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
e.Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g.Pengobatgan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Gangguan Keseimbangan Cairan dan eletrolit tubuh
1. Dehidrasi
2. Syok hipovolemik
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
1. Hiponatremia
Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (<>
Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
• Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit
kepala dan keram otot.
• Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi,
kejang, disorientasi dan koma.
• Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit
Addison).
• Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok
seperti hipotensi dan takikardi.
2. Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes
insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena
hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder
terhadap hipernatremia.
3. Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (<>
Etiologi
• Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik,
diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
• Diuretik
• Asupan K+ yang tidak cukup dari diet
• Ekskresi berlebihan melalui ginjal
• Maldistribusi K+
• Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi
ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard
terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena,
dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan
depresi segmen ST.
4. Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi :
• Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat
kalium, penghambat ACE.
• beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries),
pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau
rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi
darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
• Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi
insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
• Insufisiensi adrenal
• Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket
terlalu lama
• Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG
memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum.
Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval
PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8
mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel
dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi,
kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.
Penanganan Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
TERAPI CAIRAN
Definisi
Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam batas-batas
fisiologis.
Indikasi, antara lain:
• Kehilangan cairan tubuh akut
• Kehilangan darah
• Anoreksia
• Kelainan saluran cerna
BAB IV

PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
1.
Tubuh manusia terbentuk dari zat-zat yang berasal dari makanan. Oleh
karenannya manusia memerlukan asupan makanan guna memperoleh zat-
zat penting yang dikenal dengan istilah nutrisi tersebut. Nutrisi adalah zat-
zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit,
termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makana atau bahan-bahan dari linkungan hidupnya serta menggunakan
bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta
mengeluarkan sisanya. Jumlah dari seluruh interaksi antara organism dan
makanan yang di komsumsinya.
2.
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa
urine atau fekal. Masalah eliminasi urine yaitu retensi, inkotinensia urine,
eneuresis, urgency, dysuria, polyuria, urinari suppresi sedangkan masalah
eliminasi fekal yaitu konstipasi, idiare, inkotinensia fekal, dan flatulens.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine dan fekal yaitu usia dan
perkembangan, diet, pemasukan cairan, aktifitas fisik, faktor psikologis,
kebiasaan, kondisi patologis, pengobatan, dll serta memahami mekanisme
atau proses eliminasi urine maupun fekal atau bowel.

4.2.
Saran

Dalam penyusun makalah ini sangat jauh dari penyempurnaan maka saran,
kritikal, idea dari mahasiswa atau mahasiswi yang bersifat menambah dan
membangun maka penulis sangat mengharapkan demi penyempurnaan
makalah ini.
KONSEP NUTRISI, KONSEP
ELIMINASI URIN DAN FEKAL
KELOMPOK 2 :
ERNAWATI DEWI (211030121747)
ESTER PANJAITAN (211030121820)
FAIRUZ HASNA (211030121763)
GUMELAR (211030121761)
HERDIANAASTI (211030121757)
HEVA HALIZAH (211030121750)
INDI MARAENI (211030121738)
PENGERTIAN NUTRISI

nutrisi adalah zat-zat gizi lain yang berhubungan


dengan kesehatan dan penyakit termasuk nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara
keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk jaringan tubuh, mengatur proses- proses dalam tubuh
menerima makanan atau bahan-bahan dari sebagai sumber tenaga serta untuk melindungani
lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-
bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh dari serangan penyakit (Suitor dan Hunter,
tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. nutrisi 1980).
dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan,
zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung aksi,
reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan
dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto &
Wartonah, 2006).
KOMPONEN ZAT GIZI

karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan


asammudah
lemak disetiap
jenuh yaitu
makanan,
lemak karbohidrat
yang tidak dapat tersediaprotein
harusmengikat dalam merupakan
hidrogen
jumlah zatcukup
lagi yang gizi dasar
sebabyang bergunakarbohidr
kekurangan dalam p
asam lemak tidak jenuh ditemukan pada minyak kacang tanah
fosfolipid ditemukan pada pangan nabati
maupun hewani
kolesterol ditemukan dalam jaringan hewan seperti telur, daging, lemak susu
trigliserida banyak ditemukan pada hewani maupun nabati

karbohidrat lemak protein


KOMPONEN ZAT GIZI

air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia jumlah


vitaminairAsekitar
(retinol)
73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan
kalsium
lemak.
pada orang gemuk perbandingan antara air dan lemak sekitar vitami
50% berbanding
B kompleks 50%.
(thiamin) klorida
pada pria normal perbandingannya antara 60% vitamin B2 (riboflavin) flour
berbanding 16%. vitamin B12 (sianokobalamin) magnesium
pada orang kurus perbandingan tersebut adalah 67% dengan 7%.
vitamin C (asam ascorbat) fosfor
vitamin D natrium
vitamin E
vitamin K

air vitamin mineral


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NUTRISI

umur

jenis kelamin

umur kebutuhan nutrisi pada usia muda lebih


tinggi dari pada usia tua
DEFISIENSI NUTRISI

hipoglikemia rambut rontok


jantung cachexia

gangguan otak
kwasiorkor stroke gagal hati

maramus leukimia apati kelelahan

maramus- kwasiorkorkanker payudara


edema ginjal
PRINSIP KEBUTUHAN NUTRISI

penuhi kebutuhan protein

konsumsi makanan berserat penuhi kebutuhan air

suplemen sebagai pelengkap


konsumsi lemak sehat
PENGERTIAN ELIMINASI URIN

eliminasi atau pembuangan normal urin merupakan kebutuhan dasar


manusia yang harus terpenuhi yang sering dianggap tidak penting oleh
kebanyakan orang. pada sistem perkemihan yang tidak berfungsi dengan
baik, hal ini bisa menyebabkan gangguan terhadapa sistem organ lainnya.
seseorang yang mengalami perubahan eleminasi dapat menderita secara
fisik dan psikologis. anda sebagai perawat harus memahami dan
menunjukkan sikap peka terhadap kebutuhan klien akan eleminari urine
serta memahami penyebab terjadinya masalah dan berusaha memberikan
bantuan untuk penyelesaian masalah yang bisa diterima. eleminasi atau
pembuangan urin normal adalah proses pengosongan kandung kemih bila
kandung kemih terisi.
MEKANISME ELIMINASI URIN

• terjadi penyerapan darah yang tersaring adalah bagian cairan darah


kecuali protein yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen
filtrasi yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, bikarbonat, dan lain-
lain diteruskan ke tubulus ginjal.

reabsorbsi adalah proses penyerapan kembali urin primer yang telah dipros
reabsorbsi

• augmentasi adalah proses yang terjadi setelah proses filtrasi dan


reabsorbsi. proses augmentasi adalah proses akhir dari proses
augmentasi pembentukan urin dimana urin dan sisa-sisa zat makanan yang
tidak di butuhkan oleh tubuh akan di buang pada proses ini.
ANATOMI ELIMINASI URIN

ginjal

ureter

kandung kemih atau


bladder

urehtra
PROSES ELIMINASI URIN

bila kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di


dindingnya meningkat diatas nilai ambang dikirim ke medulla
spinalis diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat.

pusat miksi mengirim sinyal ke otot kandung kemih maka spinter


ekterna relaksasi berusaha mengosongkan kandung kemih, sebaliknya
bila memilih tidak berkemih spinter eksterna berkontraksi. kerusakan
pada medulla spinalis menyebabkan hilangnya kontrol volunter
berkemih tetapi jalur refleks berkemih dapat tetap sehingga terjadinya
berkemih secara tetap maka kondisi ini disebut refleks kandung kemih.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URIN

diet respons gaya hidup stres psikologis

sosiokultural kebiasaan tonus otot tingkat aktivitas

kondisi penyakit tingkat perkembangan pengobatan


GANGGUAN PADA ELIMINASI URIN
retensi inkontinensi urin enuresis
urgency dysuria polyuria
urinary suppresi
PENGERTIAN ELIMINASI FEKAL

eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh


baik berupa urin atau feses. eliminasi fekal adalah proses
pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa
feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.
perawat sering kali menjadi tempat konsultasi atau terlibat
dalam membantu klien yang mengalami eliminasi.
ANATOMI DAN FISIOLOGI ELIMINASI FEKAL

mulut
faring
esophagus
lambung
usus halus
usus besar
rektum atau anus
GANGGUAN PADA ELIMINASI FEKAL

konstipasi

inkontinensia impaksi fekal


flatulens alvi

diare
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI FEKAL

perkembangan diet cairan

aktivitas faktor kebiasaan


psikologis defekasi

obat-obatan proses anestesi dan


diagnostik pembedahan

kondisi
patologis nyeri
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai