Disusun oleh :
Ns. Tita Hardianti., S.Kep., M.Kep
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI….........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah…...........................................................................................................3
1.3 Tujuan….............................................................................................................................4
1.4 Manfaat...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nutrisi...............................................................................................................5
2.2 Komponen Zat Gizi............................................................................................................5
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi....................................................9
2.4 Defisiensi Nutrisi................................................................................................................9
2.5 Prinsip Kebutuhan Nutrisi..................................................................................................12
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…...................................................................................................................34
4.2 Saran….............................................................................................................................44
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Secara anatomi fisiologi system pencernaan manusia memiliki beberapa fungsi. Fungsi
yang pertama adalah menerima nutrient. Proses ini dimulai dari mulut sampai dengan
lambung yang merupakan alat penerima makanan yang paling besar, fungsi pencernaan yang
kedua adalah untuk menghancurkan nutrient kedalam bentuk molekul dengan ukuran yang
cukup kecil agar dapat mencapai dan memasuki aliran darah. dengan demikian molekul
tersebut dapat dengan mudah dikirim keseluruh jaringan, fungsi pencernaan yang ketiga
adalah membuang sisa makanan yang tidak dapat dicerna melalui anus. Setiap orang pasti
makan, akan tetapi jika ditanya apa tujuan mereka untuk makan jawabannya pasti akan
berbeda satu sama lain. Pada hakikatnya bahan makanan yang dikonsumsi manusia
mempunyai tiga fungsi yaitu untuk pertumbuhan, perbaikan atau pergantian sel, serta akan
memberi tenaga atau energy yang diperlukan dalam aktivitas dan sebagai perlindungan.
Eliminasi urine merupakan salah satu dari proses metabolisme tubuh. Zat yang tidak
dibutuhkan dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara
primer mengeluarkan karbondioksida sebuah bentuk gas yang dibentuk pada saat
metabolisme jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh system vena
dan dieksresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium atau keringat.
Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengeksresikan kelebihan cairan
tubuh, elektrolit, ion-ion hydrogen dan asam. Proses ini terjadi dari dua langkah umum yaitu
kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan didindingnya meningkat diatas nilai
ambang yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul reflex saraf yang disebut
reflex miksi atau reflex berkemih yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini
gagal setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih, meskupun
reflks miksi adalah reflex autonomic medulla spinalis, reflex ini juga bisa dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Eliminasi fekal atau defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rectum. Hal ini juga
disebut bowel movement, frekuensi defekasi pada setiap orang bervariasi daro beberapa kali
perhari sampai 2 atau 3 kali seminggu. Banyaknya feses bervariasi pada setiap orang, ketika
gelombang peristaltic mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rectum saraf sensoris
dalam rectum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi atau
eliminasi fekal. Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi
tubuh yang normal, perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain karna fungsi usus tergantung pada keseimbangan
pada beberapa factor pola eliminasi pada setiap orang berbeda. Klien sering meminta
pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
6. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi eliminasi urin dan eliminasi fekal
7. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi eliminasi urin dan eliminasi fekal
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit
termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-
bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas
penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai
ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. (Tarwoto & Wartonah,
2006).
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh, enam kategori zat
makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kebutuhan energy
dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Air adalah komponen
tubuh vital dan bertindak sebagai penghancur zat makanan. Vitamin dan mineral tidak
menyediakan energy tetapi penting untuk proses metabolisme dan keseimbangan asam
basa. (Potter dan Pery, 2005).
Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-
proses dalam tubuh sebagai sumber tenaga serta untuk melindungan tubuh dari serangan
penyakit. (Suitor dan Hunter, 1980).
Dalam konsep dasar nutrisi kita mengenal sebuah istilah yang disebut dengan nutrient,
nutrient adalah sejenis zat kimia organic atau anorganik yang terdapat dalam makanan
dan dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya, nutrient mempunyai tiga fungsi
utama yaitu sebagai berikut :
2. Menyediakan struktur material untuk jaringan tubuh seperti tulang dan otot
2.2.
Komponen Zat Gizi
Zat gizi merupakan unsur yang penting dari nutrisi mengingat zat gizi tersebut dapat
memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi, kebutuhan nutrisi tidak akan berfungsi secara
optimal apabila tidak mengandung beberapa zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh, demikian juga zat gizi yang cukup pada kebutuhan nutrisi akan memberikan nilai
yang optimal. (Berhman 1996).
Ada beberapa komponen zat gizi yang dibutuhan pada nutrisi bayi dan anak yang
jumlahnya sangat berbeda untuk setiap umur. Secara umum zat gizi dibagi menjadi dua
golongan yaitu golongan makro dan golongan mikro, untuk zat gizi golongan makro
terdiri dari kalori dan H2O (air) untuk kalori berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak
H2O (air) sedangkan golongan mikro terdiri dari vitamin dan mineral. (Hidayat 2006).
1. Karbohidrat
2. Lemak
Lemak yang terdapat dalam bahan pangan dan dapat digunakan oleh tubuh manusia
yaitu:
a.
Trigliserida banyak ditemukan pada hewani maupun nabati
b.
Asam lemak jenuh yaitu lemak yang tidak dapat mengikat hidrogen lagi, seperti
asam palmiat, asam stearat yang banyak ditemukan pada lemak hewani, keju,
mentega, minyak kelapa dan coklat
c.
Asam lemak tidak jenuh ditemukan pada minyak kacang tanah
d.
Fosfolipid ditemukan pada pangan nabati maupun hewani
e.
Kolesterol ditemukan dalam jaringan hewan seperti telur, daging, lemak susu.
(Yuniastuti, 2008)
3. Protein
Protein merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasmasel,
selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan
dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik. Protein
ini terdiri dari 24 asam amino diantaranya 9 asam amino esensial diantaranya
thrionin, valin, leusin, isoleusin, lisin, triftofan, penilalanin, metionin dan histidin,
selebihnya asam amino non esensial. Jumlah protein dalam tubuh tersebut harus
tersedia dalam jumlah yang cukup apabila jumlahnya berlebih atau tinggi dapat
memperburuk insufisiensi ginjal demikian juga apabila jumlahnya kurang maka dapat
menyebabkan kelemahan, edema, dapat kwhashiokor apabila kekurangan protein saja
tetapi jika kekurangan protein dan kalori menyebabkan marasmus (Pudjiadi, 2001).
4. Air
Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia jumlah air sekitar 73%
dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass). Tergantung
jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh, proporsi air ini berbeda antar orang. Pada
orang gemuk, perbandingan antara air dan lemak sekitar 50% berbanding 50%. Pada
pria normal, perbandingannya antara 60% berbanding 16%. Pada orang kurus
perbandingan tersebut adalah 67% dengan 7%. Pada bayi perbandingan tersebut
sangat mencolok, yaitu 78% dan 0%. Dengan perkataan lain jumlah air yang terdapat
dalam tubuh manusia adalah :
a.
Sekitar 80% dari berat badan (untuk bayi dengan low birth weight)
b.
Sekitar 70-75% dari berat badan (untuk bayi neonatus)
c.
Sekitar 65% dari berat badan (untuk anak)
d.
Sekitar 55-60% dari berat badan (untuk dewasa)
5. Vitamin
6. Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro yang
terdiri dari kalsium, klorida, chromium, kobalt, tembaga, flourin, iodium, besi,
magnesium, mangan, fosfor, kalium, natriun, sulfur, dan seng. Semuanya harus
tersedia dalam jumlah yang cukup (Hidayat, 2006).
a.
Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang berguna untuk pengaturan struktur tulang dan
gigi, kontraksi otot, iritabilitas syaraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan
produksi susu. Kalsium ini akan diekskresi 70% dalam tinja, 10% dalam urine,
15-25% tertahan dan tergantung dalam kecepatan pertumbuhan. Kadar kalsium ini
harus tersedia dalam jumlah yang cukup karena apabila terjadi kekurangan
menyebabkan mineralisasi tulang dan gigi jelek, osteomalasia, osteoporosis,
rakhitis, dan gangguan pertumbuhan. Tersedianya kalsium ini dapat diperoleh dari
susu, keju, sayuran hijau, kerang , dan lain-lain (Hidayat, 2006).
b.
Klorida
Flour merupakan mineral yang berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan
tulang yang apabila tersedia dalam jumlah yang kurang menyebabkan caries gigi.
Sumber dari flour ini terdapat pada air, makanan laut, tumbuh-tumbuhan. Mineral
lain adalah yodium yang merupakan unsurtiroksin dan triiodotironin yang harus
tersedia dalam jumlah yang cukup apabila kurang dapat menyebabkan gondok,
mineral tersebut terdapat dalam garam. Besi merupakan mineral yang merupakan
struktur dari hemoglobin untuk pengangkutan karbondioksida (CO2) dan oksigen
(O2) dan kekurangan besi menyebabkan anemia, zat besi tersebut tersedia dalam
hati, daging, kuning telur, sayuran hijau, padi dan tumbuh-tumbuhan.
d.
Magnesium
Fosfor merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang dan gigi, kekurangan
dapat menyebabkan kelemahan otot, fosfor tersebut dapat diperoleh dari susu,
kuning telur, kacang-kacangan, padi-padian, dan lain-lain. Kalium berfungsi
dalam kontraksi otot dan hantaran impuls syaraf, keseimbangan cairan,
pengaturan irama jantung.Kalium ini dapat diperoleh dari semua makanan.
f.
Natrium
2.3.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
3. Umur kebutuhan nutrisi pada usia muda lebih tinggi dari pada usia tua. Waktu lahir
akan meningkat kebutuhan nutrisi hingga umur dua tahun dan akan berangsur
menurun untuk meningkat lagi pada saat remaja (Almatsier, 2001).
2.4.
Defisiensi Nutrisi
1. Hipoglikemia
2. Kwasiorkor
3. Maramus
Maramus merupakan gangguan kesehatan yang pada umumnya terjadi pada anak-
anak yang berusia di bawah 5 tahun. Penyebab dari maramus sendiri antara lain lahir
premature, kekurangan vitamin, penyakit bawaan, kelaparan kronis dan masih banyak
lagi. Untuk mencegah penyakit ini, hal yang harus dilakukan adalah mengonsumsi
makanan bergizi, melakukan diet seimbang dan mengonsumsi air bersih.
4. Maramus – Kwasiorkor
Penyakit ini merupakan campuran dari penyakit maramus dan kwasiorkor yang
ditandai dengan adanya wasting dan edema pitting bilateral. Penyakit ini dapat
dimasukkan ke dalam kategori penyakit yang sangat kekurangan nutrisi. Penyebab
dari penyakit ini adalah karena kurangnya asupan karbohidrat dan protein, gangguan
hati dan gangguan penyerapan protein. Seseorang yang mengalami penyakit ini
biasanya memiliki ciri-ciri seperti menurunnya kadar protein dalam darah, otot
melemah, apatis, kulit kering dan kusam serta edema.
5. Penyakit Jantung
Merupakan penyakit yang timbul akibat terhentinya aliran darah menuju ke jantung
yang mengakibatkan sebagian sel jantung mati. Ini merupakan salah satu penyakit
yang mematikan di dunia.
6. Penyakit Stroke
7. Leukemia
Merupakan sejenis penyakit yang disebabkan karena adanya produksi sel darah putih
yang abnormal sehingga mengganggu produksi sel-sel darah merah dan thrombosit.
Penyakit ini menyerang bagian sumsum tulang belakang pada tubuh manusia.
8. Kanker Payudara
Merupakan sejenis kanker yang umumnya terjadi pada wanita, dimana kanker ini
menyerang bagian payudara. Kanker ini terjadi akibat selsel dalam tubuh mengalami
pertumbuhan yang tidak normal dan tidak terkendali.
9. Cachexia
Gagal hati adalah merupakan penyakit yang menyebabkan kerusakan dan kehilangan
fungsi hati akibat ketidakmampuan sel hati untuk beregenerasi. Hal ini juga menjadi
penyakit akibat kekurangan protein. Karena menimbulkan hal yang membahayakan,
maka kondisi ini sangat memerlukan penanganan medis.
11. Apati
Definisi dari apati yaitu suatu kondisi yang menyebabkan emosi menjadi tumpul.
Efek penyakit akibat kekurangan protein ini, bisa mempengaruhi tingkah laku dan
fungsi kognitif. Biasanya, apati sering disertai dengan depresi. Namun, kedua hal ini
berbeda. Jika depresi berupa gangguan emosi, maka apati berupa gangguan motivasi.
12. Edema
Penyakit edema ini merupakan nama lain dari retensi air, yakni penyakit kekurangan
protein yang paling sering diderita manusia. Jika darah yang mengalir pada tubuh
tidak memiliki protein yang cukup, maka seseorang bisa mengalami gejala tekanan
darah rendah sehingga gampang pusing, lemas dan malas beraktifitas.
Rambut yang rontok secara tidak normal bisa terjadi akibat tubuh kekurangan protein.
Ketika ratusan helai rambut mengalami kerontokan tiap harinya, maka ini merupakan
tanda bahwa seseorang sedang mengalami penyakit rambut rontok. Hal ini tentu saja
tidak bisa dianggap sepele, sebab lama-kelamaan dapat membuat kepala menjadi
botak, bahkan sulit untuk tumbuh kembali.
Otak merupakan pusat saraf manusia agar dapat berpikir serta mampu menggerakkan
tubuh. Jika seseorang kekurangan protein, maka kecepatan berpikir orang tersebut
akan menjadi rendah bahkan sehingga bisa mengakibatkan gangguan yang parah atau
fatal. Misalnya saja seperti berkurangnya kecepatan motorik, mudah stres atau
depresi, dan lainnya.
15. Kelelahan
Tubuh yang sering mengalami kelelahan merupakan salah satu tanda bahwa
seseorang kekurangan protein. Jika protein ini tidak cukup untuk tubuh, maka
jaringan otot yang mengalami kelelahan bisa rusak sehingga tidak dapat melakukan
regenerasi.
16. Ginjal
Kelebihan protein pada tubuh, dapat menyebabkan seseorang mengalami gagal ginjal.
Sebab, mengkonsumsi protein yang berlebih, maka akan membuat ginjal terpaksa
bekerja lebih ekstra untuk membuang semua kelebihan nitrogen pada tubuh dan
akhirnya membuat seseorang mengalami gagal ginjal.
2.5.
Prinsip Kebutuhan Nutrisi
3. Sarapan
1. Proses filtrasi
Terjadi penyerapan darah yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa,
air, sodium, klorida, bikarbonat, dll diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang di
sebut filtrasi glomerulus. Glomerulus adalah kapiler darah yang bergelung-gelung
di dalam kapsul bowmen ukuran saringan pada glomerulus membuat protein dan
sel darah tidak masuk ke tubulus. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium
yang berfungsi untuk memudahkan proses penyaringan.paa proses filtrasi terjadi
dua proses penyaringan menyisakan dua zat berbeda zat bermolekul besar beserta
protein akan tetap mengalir di pembuluh darah sedangkan zat sisanya akan
tertahan di dalam. Kemudian zat sisa hasil penyaringan ini dsebut urine primer
atau filtrat glomerulus. Zat-zat tersebut akan masuk dan disimpan sementara
didalam sinpai bowmen yang merupakan malpighi.darah disaring oleh
sinpaibowmen dan zat zat terlarut akan masuk kedalam pembuluh lanjutan
sinpaibowmen yang terdapat dalam sum- sum ginjal. Filtrasi menghasilkan urine
primer atau filtrat glomerulus yang masih mengandung zat yang bermanfaat
seperti glukosa, garam, dan asam amino. Urine primer mengandung zat yang saa
dengan cairan yang menembus kapiler menuju ruang antar sel dalam keaadaan
normal urin primer tidak mengandung eritrosit tetapi mengandung protein yang
mengandung kurang dari 0,03%.
2. Proses reabsorbsi
Reabsorbsi adalah proses penyerapan kemabli urine primer yang telah diproses di
badan malpigi. Setelah mengalami proses filtrasi kemudian urine yang masih
terdapat zat yang dibutuhkan oleh tubuh diserap kembali oleh muskulus tubulus
kontortus proksima. Zat-zat tersebut antara lain air, glukosa, asam amino, vitamin
serta berbagai jenis ion, sementara itu zat-zat sisa yang tidak dapat digunakan,
seperti urea dan kelebihan garam akan dikeluarkan dalam bentuk urine. Proses
reabsorbsi berfungsi untuk mempertahanan kompsisi air serta garam dalam cairan
tubuh. Proses tersebut dimulai ditubulu kontortus proksimal dan dilanjut di
lengkug henley tubulus kontotusdistal dan kemudian mengumpul dengan proses
reabsorbi sekitar 50% urea dari jumlah yang ada dalam urine primer berdifusi
dalam darah karena ada perbedaan konsentrasi yang disebabkan oleh reabsorbsi
air antara urine primer, sel-sel tubulus konvolusi proksimal juga secara aktif
mengeksresi bahan-bahan beracun dari dalam darah menuju urine primer bersama
beberapa bahan-bahan yang mengandung nitrogen, seperti kreatinin. Sebagian
besar zat-zat yang masih berguna tadi dapat mengalami proses reabsorbsi
beberapa kali. Dari proses reabsorbsi akan dihasilkan filtrat tubulus atau urine
sekunder. Didalam urine sekunder sudah tidak ditemukan lagi zat-zat yang masih
berguna bagi tubuh. Volume urine sekunder yang dihasilkan lebih sedikit
daripada volume urine primer, bersifat isotonis terhadap cairan tubuh dan
mengandung uria serta beberapa ion mineral.
3. Proses augmentasi
Augmentasi adalah proses yang terjadi setelah proses filtrasi dan reabsorbsi.
Proses augmentasi adalah proses akir dari proses pembentukan urine dimana urine
dan sisa-sisa zat makanan yang tidak di butuhkan oleh tubuh akan di buang pada
proses ini. Augmentasi menghasilkan urin yang sesungguhnya, setalah urine di
proses dan di serap kembali pada proses reabsorpsi. Proses augmentasi yang
merupakan proses terakhir pembuatan urine ini terjadi di nefron ginjal tepatnya di
tubulus kontortus distal yaitu bagian nefron ginjal yang berupa saluran setelah
gelung henle dan sebelum tubulus kolektivus artinya tubulus kontortus distal itu
menerima urine berupa urine sekunder yang datang dari tubulus kontortus
proximal melalui gelung henle yang kemudian akan dibuang ke tubulus
kolektivus sebagai urine sesungguhnya setelah mengalami augmentasi di tubulus
kontortus distal ini.
3.3. Anatomi Eliminasi Urin
1. Ginjal
Ginjal bentuknya seperti kacang terdiri dari 2, yaitu ginjal kanan dan ginjal
kiri dimana letak ginjal kanan lebih rendah dibandingkan ginjal kiri. Produk
buangan atau limbah merupakan hasil metabolisme yang terkumpul dalam
darah melewati arteri renalis kemudian difiltrasi di ginjal. Sekitar 20% - 25%
curah jantung bersirkulasi setiap hari melalui ginjal. Setiap satu ginjal
mengandung 1-4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urine di
Glomerulus. Kapiler glomerulus memiliki pori-pori sehingga dapat
memfiltrasi air dan substansi seperti glukosa, asam amino, urea, kreatinin dan
elektrolit. Kondisi normal protein ukuran besar dan selsel darah tidak
difiltrasi. Bila dalam urine mengandung protein (proteinuria), hal ini bertanda
adanya cedera atau gangguan pada glomerulus. Rata-rata Glomerular Filtrasi
Rate (GFR) normal pada orang dewasa 125 ml permenit atau 180 liter per 24
jam. Sekitar 99 % filtrat direabsorpsi seperti ke dalam plasma, sedang 1 % di
ekskresikan seperti ion hidrogen, kalium dan amonia sebagai urin.
2. Ureter
4. Urethtra
Otot detrusor merupakan otot polos kandung kemih dan termasuk otot
volunter sehingga memungkinkan orang dewasa dapat menunda atau menahan
berkemih atau buang air kecil (BAK) sampai waktu dan lokasi yang tepat
secara sosial, misalnya di kamar mandi. Area spesifik otak, sumsum tulang
belakang, dan sistem saraf perifer memodulasi aktivitas refleks otot detrusor.
Traktus retikulospinalis di sumsum tulang belakang atau spinal cord mengirim
pesan dari otak dan batang otak ke saraf perifer kandung kemih. Pengisian
kandung kemih dan penyimpanan urin dipengaruhi oleh eksitasi sistem saraf
simpatetik melalui serabut efferent. Nukleus spinal simpatis pada segmen
thorakal ke-10 (T10) sampai lumbal ke-2 (L2). Eksitasi neuron-neuron ini
melemaskan otot detrusor dan mengkontraksi elemen-elemen otot mekanisme
sfingter. Pengosongan urin dilakukan melalui sistem saraf parasimpatik.
Eksitasi neuron yang terletak di segmen sakrum ke-2 (S2) sampai sakrum
k4-4 (S4) menyebabkan terjadinya proses berkemih (buang air kecil) oleh
kontraksi otot detrusor dan relaksasi elemen otot mekanisme sfingter. Dua
saraf perifer mengirimkan pesan dari sistem saraf pusat ke otot detrusor.
Pleksus pelvis mengirimkan impuls parasimpatis ke otot polos detrusor.
Perangsangan saraf parasimpatik menyebabkan pelepasan neurotransmiter,
asetilkolin yang sehingga terjadi kontraksi sel-sel otot detrusor. Substansi lain
juga dapat mempengaruhi kontraksi otot detrusor, tetapi semua mekanisme di
bawah pengaruh sistem saraf pusat.
b. Pusat miksi mengirim sinyal ke otot kandung kemih maka spinter ekterna
relaksasi berusaha mengosongkan kandung kemih, sebaliknya bila
memilih tidak berkemih spinter eksterna berkontraksi. Kerusakan pada
medulla spinalis menyebabkan hilangnya kontrol volunter berkemih, tetapi
jalur refleks berkemih dapat tetap sehingga terjadinya berkemih secara
tetap, maka kondisi ini disebut refleks kandung kemih.
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output
atau jumlah urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang
dibentuk. Selain itu kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
2. Respons
3. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi
dalam kaitannya dengan ketersediaan fasilitas toilet.
4. Stress psikologis
5. Tingkat aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk
fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan
kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot
didapatkan dengan beraktivitas.
6. Tingkat perkembangan
7. Kondisi penyakit
Kodisi penyakit tertentu seperti diabetes melitus, ginjal dan lain-lain dapat
memengaruhi produksi urine.
8. Sosiokultural
9. Kebiasaan seseorang
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih
adalah kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan
dalam kontaksi pengontrolan pengeluara urine.
11. Pengobatan
1. Retensi
2. Inkontinensi urin
3. Enuresis
Yaitu peristiwa berkemih yang tidak disadari. Sering terjadi pada anak-anak,
umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali
atau lebih dalam semalam.
4. Urgency
5. Dysuria
Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.
6. Polyuria
Produksi urin abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal seperti 2500 ml/hari
tanpa adanya peningkatan intake cairan.
7. Urinary suppresi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau feses. Eliminasi fekal adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa
metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.
Perawat sering kali menjadi tempat konsultasi atau terlibat dalam membantu klien
yang mengalami eliminasi.
Proses mekanisme eliminasi fekal berawal dari mulit dan berakir dianus. Usus
halus yang panjangnya mencapai 22 kaki bertanggunggung jawab dalam
penyerapan nutrisi, vitamin, mineral,cairan dan elektrolit. Kime sebagai hasil dari
makanan yang dicerna bergerak melalui usus halus dengan bantuan gerakan
peristaltik. Usus halus dan usus besar dibatasi oleh katup leocekal, katup ini
bertugas untuk menjaga agar tidak terjadi refluks dari usus besar ke usus halus.
Pada usus besar/kolon yang panjangnya mencapai 125- 150 cm dan memiliki 7
bagian yaitu sekum, kolon assendens, kolon transversal, kolon desendens, kolon
sigmoid, rektum dan anus. Kolon bertugas untuk absorbsi air dan zat gizi,
perlindungan mukosa dinding usus dan eliminasi fekal.Sebanyak 1500 kime
mengalir ke kolon setiap hari ini, namun 100 ml cairan yang dieksresikan di
dalam feses. Sekresi lendir pada kolon distimulasi oleh saraf parasimpatis. Kolon
akan mengangkut produksinya yang berupa feses dan flatus ke anus.
3.9. Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
meningkatkan tekanan abdomen dan oleh kontraksi otot dasar panggul, yang
memindahkan feses ke saluran anus.
1. Mulut
2. Faring
3. Esophagus
Esofagus adalah saluran berotot yang relatif lurus yang terbentang antara
faring dan lambung. Pada saat menelan, makanan akan dipicu oleh gelombang
peristaltik yang akan mendorong bolus menelusuri esofagus dan masuk ke
lambung.
4. Lambung
Lambung adalah organ yang terletak antara esofagus dan usus halus. Di dalam
lambung makanan yang masuk akan disimpan lalu disalurkan ke usus halus.
Sebelum makanan masuk ke usus halus, makanan terlebih dahulu akan
dihaluskan dan dicampurkan kembali sehingga menjadi campuran cairan
kental yang biasa disebut dengan kimus. Lambung menyalurkan kimus ke
usus halus sesuai dengan kapasitas usus halus dalam mencerna dan menyerap
makanan dan biasanya satu porsi makanan menghabiskan waktu dalam
hitungan menit.
5. Usus halus
6. Usus besar
Usus besar adalah organ pengering dan penyimpan makanan. Kolon
mengekstrasi H2O dan garam dari isi lumennya untuk membentuk masa padat
yang disebut feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan feses
sebelum defekasi. Kolon terdiri dari 7 bagian yaitu sekum, kolon asendens,
kolon transversal, kolon desendens, kolon sigmoid, rektum dan anus. Usus
besar adalah sebuah saluran otot yang dilapisi oleh mukosa. Serat otot yang
dilapisi oleh membrane mukosa. Serat otot berbentuk sikular dan longitudinal
yang memungkinkan usus membesar dan berkontraksi melebar dan
memanjang. Otot longitudinal lebih pendek dibandingkan kolon, oleh karena
itu usus besar membentuk kantung atau yang biasa disebut dengan haustra.
Kolon juga memberi fungsi perlindungan karena mensekresikan lendir. Lendir
ini berperan untuk melindungi usus besar dari trauma akibat pembentukan
asam di dalam feses dan berperan sebagai pengikat yang akan menyatukan
materi fekal. Lendir ini juga akan melindungi usus besar dari aktifitas bakteri.
Di dalam usus besar terdapat 3 tipe pergerakan yaitu gerakan haustral
churning, peristalsis kolon, peristalsis masa.
1. Perkembangan
b. Balita
Mekonium adalah materi feses pertama yang dikeluarkan oleh bayi
baru lahir normalnya terjadi dalam 24 jam pertama setelah lahir. Bayi
sering mengeluarkan feses sering kali setiap sesudah makan. Karena
usus belum matur air tidak diserap dengan baik dan feses menjadi
lunak, cair, dan sering dikeluarkan. Apabila usus telah matur, flora
bakteri meningkat. Setelah makanan padat diperkenalkan, feses
menjadi lebih keras dan frekuensi defekasi berkurang. Sedikit kontrol
defekasi telah mulai dimiliki pada usia 1,5 sampai 2 tahun. Pada saat
ini anak-anak telah belajar berjalan dan sistem saraf dan sistem otot
telah terbentuk cukup baik untuk memungkinkan kontrol defekasi.
Keinginan untuk mengontrol defekasi di siang hari dan untuk
menggunakan toilet secara umum dimulai pada saat anak menyadari
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh popok yang kotor dan sensasi
yang menunjukkan kebutuhan untuk defekasi. Kontrol di siang hari
umumnya diperoleh pada usia 2,5 tahun., setelah sebuah proses
pelatihan eliminasi.
Anak usia sekolah dan remaja memiliki kebiasaan defekasi yang sama
dengan kebiasaan mereka saat dewasa. Pola defekasi beragam dalam
hal frekuensi, kuantitas, dan konsistensi. Beberapa anak usia sekolah
dapat menunda defekasi karena aktivitas seperti bermain.
d. Lansia
2. Diet
Bagian massa (selulosa, serat) yang besar di dalam diet dibutuhkan untuk
memberikan volume fekal. Diet lunak dan diet rendah serat berkurang
memiliki massa dan oleh karena itu kurang menghasilkan sisa dalam produk
buangan untuk menstimulasi refleks defekasi. Makanan tertentu sulit atau
tidak mungkin untuk dicerna oleh beberapa orang. Ketidakmampuan ini
menyebabkan masalah pencernaan dan dalam beberapa keadaan dapat
menghasilkan feses yang encer.
3. Cairan
Jika asupan cairan atau haluaran (misalnya urine atau muntah) cairan
berlebihan karena alasan tertentu, tubuh terus akan menyerap kembali cairan
dari kime saat bergerak di sepanjang kolon. Kime jadi lebih lebih kering
dibandingkan normal, menghasilkan feses yang keras. Selain itu pengurangan
asupan cairan memperlambat perjalanan kime disepanjang usus, makin
meningkatkan penyerapan kembali cairan dari kime.
4. Aktivitas
5. Factor psikologis
6. Kebiasaan defekasi
Pelatihan defekasi sejak dini dapat membentuk kebiasaan defekasi pada waktu
yang teratur. Banyak orang yang melakukan defekasi setelah sarapan saat
refleks gastrokolik menyebabkan gelombang peristaltik massa di usus besar.
7. Obat-obatan
8. Proses diagnostic
Sebelum prosedur diagnostik tertentu seperti visualisasi kolon, klien dilarang
mengomsumsi makanan atau minuman. Bilas enema dapat dilakukan pada
klien sebelum pemeriksaan. Dalam kondisi ini, defekasi normal biasanya
tidak akan terjadi sampai klien mengomsumsi makanan kembali.
11. Nyeri
1. Konstipasi
Konstipasi dapat didefinisikan sebagai defekasi kurang dari tiga kali per
minggu. Ini menunjukkan pengeluaran feses yang kering, keras atau tanpa
pengeluaran feses. Konstipasi terjadi jika pergerakan feses di usus besar
berjalan lambat, sehingga memungkinkan bertambahnya waktu reabsorpsi
cairan di usu besar. Konstipasi mengakibatkan sulitnya pengeluaran feses
dan bertambahnya upaya atau penekanan otot-otot volunter defekasi.
2. Impaksi fekal
Impaksi fekal adalah suatu massa atau pengumpulan fese yang keras
didalam lipatan rektum. Impaksi terjadi akibat retensi dan akumulasi
materi fekal yang berkepanjangan. Pada impaksi berat, feses terakumulasi
dan meluas sampai ke kolon sigmoid dan sekitarnya. Impaksi fekal dapat
dikenali dengan keluarnya rembesan cairan fekal (diare) dan tidak ad feses
normal. Cairan feses merembes sampai keluar dari massa yang terimpaksi.
Impaksi dapat juga dikaji dengan pemeriksaan rektum menggunakan jari
tangan, yang sering kali dapat mempalpasi massa yang mengeras.
3. Diare
4. Inkontinensia alvi
Inkontinensia alvi atau bowel atau disebut juga inkontinensia fekal adalah
hilangnya kemampuan volunter untuk mengontrol pengeluaran fekal dan
gas dari spingter anal. Inkontinensia dapat terjadi pada waktu-waktu
tertentu, seperti setelah makan, atau dapat terjadi secara tidak teratur. Dua
tipe inkontinensia alvi digambarkan parsial dan mayor. Inkontinensia
parsial adalah ketidakmampuan untuk mengontrol flatus atau mencegah
pengotoran minor.
5. Flatulens
Sebagian besar gas yang tertelan akan dikeluarkan melalui mulut dengan
sendawa. Namun, sejumlah gas dapat terkumpul di perut yang
menyebabkan distensi lambung. Gas yang terbentuk di usus besar
terutama diabsobsi melalui kapiler usus ke sirkulasi. Flatulens adalah
keberadaan flatus yang berlebihan di usus dan menyebabkan peregangan
dan inflasi usus (distensi usus). Flatulens dapat terjadi di kolon akibat
beragam penyebab seperti makanan misal kol dan bawang merah, bedah
abdomen, atau narkotik.
4.1 Rumus Kebutuhan Cairan
a. Menghitung kebutuhan cairan dengan rumus Watson
Selain berdasarkan jenis kelamin, kebutuhan cairan tubuh setiap individu juga dapat diketahui
melalui rumus Watson. Caranya, dengan memakai rumus berdasarkan usia, tinggi dan berat
badan setiap individu.
a). Rumus Watson untuk pria:
2,447 - (0,09145 x usia) + (0,1074 x tinggi dalam cm) + (0,3362 x berat dalam kg) = berat
total tubuh (TBW) dalam liter
b). Rumus Watson untuk wanita:
-2,097 + (0,1069 x tinggi dalam cm) + (0,2466 x berat dalam kg) = berat total tubuh (TBW)
dalam liter
b. Kebutuhan cairan anak menurut IDAI
Anak usia 1 tahun memiliki volume air 65 – 80% dari total berat badannya. Persentase ini akan
berkurang seiring bertambahnya usia, menjadi 55 – 60% pada usia remaja.
Cairan diperlukan untuk menjaga metabolisme tubuh, memperbaiki sistem pencernaan,
membantu fungsi sel, mengatur suhu tubuh, pelarutan berbagai reaksi biokimia, pelumas, dan
pengaturan komposisi elektrolit.
Kebutuhan cairan berbeda pada setiap usia, jenis kelamin, massa otot, dan lemak tubuh.
Diperkirakan:
Bayi usia 0 – 6 bulan memerlukan cairan 700 mL/hari
Bayi 7 – 12 bulan memerlukan cairan 800 mL/hari
Anak 1 – 3 tahun memerlukan 1300 mL/hari
Anak 4 – 8 tahun memerlukan 1700 mL/hari
Anak 9 – 13 tahun memerlukan 2400 mL/hari pada laki – laki dan 2100 mL/hari
pada perempuan
Anak 14 – 18 tahun memerlukan 3300 mL/hari (laki – laki) dan 2300 mL/hari untuk
perempuan
Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor, diantaranya Berat Badan
dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan dewasa berbeda. Menghitung balance
cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake cairan dan mana yang output
cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid Therapy do (PT. Otsuka
Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift.
Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 – usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari
CONTOH :
An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut ibunya:
“rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat; gusinya tadi malam
berdarah” Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum terlihat lemah,
kesadaran composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 °C; petechie di kedua tungkai kaki,
Makan /24 jam hanya 6 sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc,
mendapat Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah
balance cairan anak ini!
Input cairan: Minum : 1000 cc
Infus : 1000 cc
AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg)
————————-
2112 cc
Out put cairan: Muntah : 100 cc
Urin : 1000 cc
IWL : 378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg
—————————–
1478 cc
Balance cairan = Intake cairan – Output Cairam
2112 cc – 1478 cc
+ 634 cc
Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C !
yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus:
IWL + 200 ( Suhu Tinggi – 36,8 °C) 36,8 °C adalah konstanta.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
a.Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada
luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b.Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5
L per hari.
c.Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d.Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
e.Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g.Pengobatgan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Gangguan Keseimbangan Cairan dan eletrolit tubuh
1. Dehidrasi
2. Syok hipovolemik
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
1. Hiponatremia
Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (<>
Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
• Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit
kepala dan keram otot.
• Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi,
kejang, disorientasi dan koma.
• Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit
Addison).
• Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok
seperti hipotensi dan takikardi.
2. Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes
insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena
hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder
terhadap hipernatremia.
3. Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (<>
Etiologi
• Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik,
diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
• Diuretik
• Asupan K+ yang tidak cukup dari diet
• Ekskresi berlebihan melalui ginjal
• Maldistribusi K+
• Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi
ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard
terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena,
dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan
depresi segmen ST.
4. Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi :
• Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat
kalium, penghambat ACE.
• beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries),
pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau
rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi
darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
• Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi
insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
• Insufisiensi adrenal
• Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket
terlalu lama
• Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG
memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum.
Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval
PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8
mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel
dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi,
kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.
Penanganan Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
TERAPI CAIRAN
Definisi
Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam batas-batas
fisiologis.
Indikasi, antara lain:
• Kehilangan cairan tubuh akut
• Kehilangan darah
• Anoreksia
• Kelainan saluran cerna
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
1.
Tubuh manusia terbentuk dari zat-zat yang berasal dari makanan. Oleh
karenannya manusia memerlukan asupan makanan guna memperoleh zat-
zat penting yang dikenal dengan istilah nutrisi tersebut. Nutrisi adalah zat-
zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit,
termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makana atau bahan-bahan dari linkungan hidupnya serta menggunakan
bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta
mengeluarkan sisanya. Jumlah dari seluruh interaksi antara organism dan
makanan yang di komsumsinya.
2.
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa
urine atau fekal. Masalah eliminasi urine yaitu retensi, inkotinensia urine,
eneuresis, urgency, dysuria, polyuria, urinari suppresi sedangkan masalah
eliminasi fekal yaitu konstipasi, idiare, inkotinensia fekal, dan flatulens.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine dan fekal yaitu usia dan
perkembangan, diet, pemasukan cairan, aktifitas fisik, faktor psikologis,
kebiasaan, kondisi patologis, pengobatan, dll serta memahami mekanisme
atau proses eliminasi urine maupun fekal atau bowel.
4.2.
Saran
Dalam penyusun makalah ini sangat jauh dari penyempurnaan maka saran,
kritikal, idea dari mahasiswa atau mahasiswi yang bersifat menambah dan
membangun maka penulis sangat mengharapkan demi penyempurnaan
makalah ini.
KONSEP NUTRISI, KONSEP
ELIMINASI URIN DAN FEKAL
KELOMPOK 2 :
ERNAWATI DEWI (211030121747)
ESTER PANJAITAN (211030121820)
FAIRUZ HASNA (211030121763)
GUMELAR (211030121761)
HERDIANAASTI (211030121757)
HEVA HALIZAH (211030121750)
INDI MARAENI (211030121738)
PENGERTIAN NUTRISI
umur
jenis kelamin
gangguan otak
kwasiorkor stroke gagal hati
reabsorbsi adalah proses penyerapan kembali urin primer yang telah dipros
reabsorbsi
ginjal
ureter
urehtra
PROSES ELIMINASI URIN
mulut
faring
esophagus
lambung
usus halus
usus besar
rektum atau anus
GANGGUAN PADA ELIMINASI FEKAL
konstipasi
diare
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI FEKAL
kondisi
patologis nyeri
TERIMA KASIH