Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN NUTRISI

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

DI SUSUN OLEH
MUHAMMAD GADAFI
113063C117021

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN X


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2020-2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN PRESEPTOR

Laporan Pendahuluan Kebutuhan Nutrisi disusun oleh Muhamad Gadafi, NIM


113063C117021. Laporan Pendahuluan ini telah diperiksa dan disetujui oleh
Preseptor Akademik dan Preseptor Klinik.

Banjarmasin, 15 September 2020


Preseptor Akademik

Maria Silvana Dhawo, S.Kep.,Ners,MHPEd

Preseptor Klinik

Verilia Sulistyowati, S.Kep.,Ners

Mengetahui
Kaprodi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners STIKES Suaka Insan Banjarmasin

Sr. Margaretha Martini, SPC, BSN, MSN

ii
DAFTAR ISI

COVER ………………………………...…………………………………………i
LEMBAR PERSETUJUAN PRESEPTOR.........................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
KONSEP TEORITIS.............................................................................................3
2.1 Konsep Kebutuhan Nutrisi........................................................................3
2.1.1 Definisi...............................................................................................3
2.1.2 Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
3
2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi................10
2.1.4 Macam-macam nutrisi......................................................................11
2.1.5 Masalah Kebutuhan Nutrisi.............................................................13
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kebutuhan
Nutrisi.................................................................................................................15
2.2.1 Pengkajian........................................................................................15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................21
2.2.3 Perencanaan Keperawatan...............................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan
oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan diubahkan dalam
aktifitas tubuh (Hidayat, 2006). Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan
untuk proses dan fungsi tubuh. Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai
nutrisi, seperti: karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral
(Potter & Perry, 2005).
Pemenuhan kebutuhan nutrisi bukan hanya sekedar untuk
menghilangkan rasa lapar, melainkan mempunyai banyak fungsi. Adapun
fungsi umum dari nutrisi diantaranya adalah sebagai sumber energi,
memelihara jaringan tubuh, mengganti sel tubuh yang rusak,
mempertahankan vitalitas tubuh, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi perlu diperhatikan zat gizinya (nutrien)
(Asmadi, 2008).
Nutrien merupakan zat kimia organik maupun non-organik yang
ditemukan dalam makanan dan diperlukan agar tubuh dapat berfungsi
dengan sebaik-baiknya. Nutrien tersebut diabsorbsi disaluran pencernaan
kemudian didistribusikan ke sel-sel tubuh. Di dalam sel-sel tubuh, nutrien
digunakan untuk proses fungsional sel tersebut, sumber energi, dan
sintesis protein (Asmadi, 2008).
Intake nutrisi ke dalam tubuh harus adekuat. Artinya nutrisi yang
kita makan harus mengandung nutrien esensial tertentu yang seimbang.
Nutrien esensial tersebut meliputi, karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral, dan air. Makanan yang masuk kedalam tubuh sampai dikeluarkan
dari tubuh dalam bentuk sampah metabolisme terjadi melalui proses
pencernaan. Gangguan pada proses pencernaan dapat menyebabkan
individu mengalami gangguan nutrisi (Asmadi, 2008).

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa konsep dari kebutuhan nutrisi ?
1.2.2 Apa konsep asuhan keperawatan klien dengan gangguan kebutuhan
nutrisi ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Untuk mengetahui konsep kebutuhan nutrisi
1.3.2 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan klien dengan
gangguan kebutuhan nutrisi

2
BAB II

KONSEP TEORITIS

2.1 Konsep Kebutuhan Nutrisi


2.1.1 Definisi
Nutrisi adalah ilmu gizi dan bagaimana tubuh menggunakan zat gizi
dalam makanan. Nutrisi memiliki dampak besar dalam kesejahteraan,
perilaku, dan lingkungan manusia (Roshdahl & Caroline Bunker,
2015). Nutrisi adalah komponen vital bagi keberadaaan manusia.
Asupan nutrien yang adekuat penting untuk kelangsungan hidup sistem
tubuh (Muralitharan & Ian, 2015). Nutrisi adalah elemen yang
dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh. Kebutuhan energi
didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein, lemak,
air, vitamin, dan mineral (Potter & Perry, 2005).
Nutrien merupakan zat kimia organik dan an-organik yang ditemukan
dalam makanan dan diperlukan agar tubuh dapat berfungsi dengan
sebaikbaiknya. Nutrien tersebut diabsorbsi disaluran pencernaan
kemudian didistribusikan ke sel - sel tubuh (Asmadi, 2008). Nutrisi
merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh
yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas
tubuh (Hidayat & Uliyah 2015). Menurut Tarwoto & Wartonah
(2010), ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah
keadaan dimana intake nutrisi kurang dari kebutuhan metabolisme
tubuh.

2.1.2 Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah
sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ
aksesori. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus
bagian distal, sedangkan organ aksesori terdiri atas hati, kantung
empedu, dan pankreas. Ketiga organ ini membantu terlaksananya
sistem pencernaan makan secara kimiawi. (Hidayat & Uliyah 2015).

3
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap
yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem
pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis, asam,
asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-
potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang
lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara
jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut
dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang keatas bagian
depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan
lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi
dengan hidung, bagian media yaitu bagian yang sama tinggi
dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi

4
dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring
bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke
depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring
yang menghubungkan orofaring dengan laring.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah
(campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior
(terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga
bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi
sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :
a) Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh
asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.
b) Asam klorida (HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang
sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah
protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.
c) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
e. Usus halus (usus kecil)

5
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya
akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke
hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-
pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan
sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam),
lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa.
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a) Usus Dua Belas Jari (Duodenum) Usus dua belas jari atau
duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada
derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
b) Usus Kosong (Jejenum) Usus kosong atau jejunum adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan

6
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan
dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
c) Usus Penyerapan (Illeum) Usus penyerapan atau ileum adalah
bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit
basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garamgaram
empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum,
kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan
rektum) Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar
berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan
zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat
zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air, dan terjadilah diare.
g. Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada
usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar
h. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah
dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis
(infeksi rongga abdomen). Umbai cacing terbentuk dari caecum

7
pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran
sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun
lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa
berbeda - bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas
tetap terletak di peritoneum.
i. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu
pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk
ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar
(BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan
material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar,
di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi
tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan
feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa
menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda
mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting
untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter.
Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar)
yang merupakan fungsi utama anus.
j. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian
posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua

8
belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu asini yang
berfungsi menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan pulau
pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon. Pankreas
melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh
pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim
proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat
digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim
ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan.
Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang
berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam
lambung.
k. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan
manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya
berhubungan dengan pencernaan. Organ ini berperan penting
dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh
termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam
dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil
(kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang
bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk
ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi
pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk
diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi,
setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke
dalam sirkulasi umum. 12. Kandung empedu Kandung empedu
adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50
ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada
manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7- 10 cm dan
berwarna hijau gelap (bukan karena warna jaringannya, melainkan
karena warna cairan empedu yang dikandungnya). Organ ini

9
terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran
empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu membantu
pencernaan dan penyerapan lemak serta bererperan dalam
pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin
(Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi


a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
memengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebebkan
oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam
memahami kebutuhan gizi (Hidayat, 2014).
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi
tinggi dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya,
dibeberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang
paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk
dimakan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi
makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka (Hidayat,
2014).
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap
makanan tertentu juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya, di
beberapa daerah, terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi
para gadis remaja. Padahal, makan tersebut merupakan sumber
vitamin yang sangat baik. Ada pula larangan makan ikan bagi
anak-anak karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan,
padahal ikan merupakan sumber protein yang sangat baik bagi
anal-anak (Hidayat, 2014).
d. Kesukaan

10
Saat ini, para remaja di kota-kota besar di negara kita memiliki
kecenderungan menyenangi makanan tertentu secara berlebihan,
seperti makanan cepat saji (junkfood), bakso, dan lain-lain.
Makanan-makanan ini tentu saja dapat berdampak buruk bagi
kesehatan mereka jika dikonsumsi terlalu sering dan berlebihan
karena tidak memiliki asupan gizi yang baik (Hidayat, 2014).
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat memenuhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian
yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi
keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi
perekonomian rendah (Hidayat, 2014).

2.1.4 Macam-macam nutrisi


a. Karbohidrat
Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan namakelompok zat-zat
organik yang mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda
meski terdapat persamaan-persamaan dari sudut kimia dan
fungsinya. Didalam tumbuhan karbohidrat mempunyai dua fungsi
utama, ialah sebagai simpanan energi dan sebagai penguat struktur
tumbuhan tersebut. Yang merupakan sumber energi terutama
terdapat dalam bentuk zat tepuntng (amylum) dan zat gula (mono
dan disakarida). Karbohidrat nabati didalam makanan manusia
terutama berasal dari tumbuhan, yaitu biji, batang dan akar.
Sumber yang kaya akan karbohidrat umunya termasuk bahan
makanan pokok (Rahayu, 2016).
b. Lipid
Pencernaan lemak dimulai dalam lambung (walaupun hanya
sedikit), karena dalam mulut tidak ada enzim pemecah lemak.
Lambung mengeluarkan enzim lipase untuk mengubah sebagian
kecil lemak menjadi asam lemak dan gliserin, kemudian di angkut

11
melalui getah bening dan selanjutnya masuk kedalam peredaran
darah untuk kemudian tiba di hati. Sintesis kembali terjadi dalam
saluran getah bening, mengubah lemak gliserin menjadi lemak
seperti aslinya. (Rahayu, 2016).
c. Protein
Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan
protoplasmasel, selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang
cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan
sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik. Protein ini terdiri
dari 24 asam amino diantaranya 9 asam amino esensial
diantaranya thrionin, valin, leusin, isoleusin, lisin, triftofan,
penilalanin, metionin dan histidin, selebihnya asam amino non
esensial. Jumlah protein dalam tubuh tersebut harus tersedia dalam
jumlah yang cukup apabila jumlahnya berlebih atau tinggi dapat
memperburuk insufisiensi ginjal demikian juga apabila jumlahnya
kurang maka dapat menyebabkan kelemahan, edema, dapat
kwhashiokor apabila kekurangan protein saja tetapi jika
kekurangan protein dan kalori menyebabkan marasmus (Rahayu,
2016).
d. Mineral
Mineral adalah unsur logam dalam jumlah yang sedikit yang
sangat penting untuk pertumbuhan gigi dan tulang yang sehat.
Mineral juga membantu dalam aktifitas sel yang berfungsi seperti
enzim, kontraksi otot, reaksi dan transmisi syaraf, kekebalan tubuh,
dan pembekuan darah. (Rahayu, 2016).
Berdasarkan jumlah yang ada dan dibutuhkan tubuh, mineral
dibagi menjadi tiga golongan :
1) Macromineral : yaitu mineral yang dibutuhkan tubuh lebih dari
100 miligram perhari. Terdiri dari Kalsium, Fosfor,
Magnesium, Sulfur, Sodium, Chloride dan Potassium.
2) Micromineral : yaitu mineral yang dibutuhkan tubuh sekitar 15
miligram perhari. Terdiri dari zat besi, zinc, tembaga, mangan,

12
yodium, selenium, fluoride, molybdenum, chromium dan
Kobalt (sebagai bagian dari molekul vitamin B12).
3) Ultratracemineral : istilah yang digunakan untuk menamakan
mineral yang terdapat dalam makanan dalam jumlah yang
sangat kecil (microgram sehari). Contohnya adalah arsenic,
boron, nickel, silicon, dan vanadium. Fungsi dan kegunaan dari
kelompok mineral ini sampai sekarang belum jelas.
e. Vitamin
Vitamin merupakan nutrien organik yang dibutuhkan dalam jumlah
kecil untuk berbagai fungsi biokimiawi dan yang umumnya tidak
disintesis oleh tubuh sehingga harus dipasok dari makanan.
Vitamin yang pertama kali ditemukan adalah vitamin A dan B, dan
ternyata masing-masing larut dalam lemak dan larut dalam air
(Rahayu, 2016).

2.1.5 Masalah Kebutuhan Nutrisi


Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan
kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi,
jantung koroner, kanker, dan anoreksia nervosa.
a. Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang
dalam keadaan tidak berpuasa (normal) risiko penurunan berat
badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan
metabolisme (Hidayat & Uliyah 2015).
Tanda klinis:
1) Berat badan 10-20% dibawah normal.
2) Tinggi badan dibawah ideal.
3) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot.
4) Adanya penurunan albumin serum.
b. Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami
seseorang yang mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat

13
asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih (Hidayat & Uliyah
2015).
Tanda klinis:
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal.
2) Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).
3) Adanya jumlah asupan yang berlebihan.
4) Aktivitas menurun atau monoton.
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang
mencapai lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya
adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena kalebihan
asupaasupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori
(Hidayat & Uliyah 2015).
d. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan
(Hidayat & Uliyah 2015).
e. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab
dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya
hidup yang berlebihan (Hidayat & Uliyah 2015).
f. Penyakit jantung coroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering
disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan
merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya
perilaku atau gaya hidup yang tidk sehat, obesitas, dan lain-lain
(Hidayat & Uliyah 2015).
g. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan
oleh konsumsi lemak secara berlebihan (Hidayat & Uliyah 2015).

14
h. Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara
mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya kontipasi,
pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan
kelebihan energi (Hidayat & Uliyah 2015).
.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Nutrisi


2.2.1 Pengkajian
a. Identifikasi Masalah
Data dasar pengkajian keperawatan klien mengenal status gizi
klien saat ini, efek penyakit, dan terapi, serta status gizi masa lalu.
Task Force Nutrition in AIDS (1989) dalam Astuti (2011),
menyampaikan pengkajian gizi cermat mencakup riwayat diet,
perhitungan asupan nutrien, pengukuran antropometrik, dan
pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kekurangan kalori
protein jangka panjang, dan perlunya pengukuran fungsional
kekuatan otot dan pemeriksaan laboratorium serta prealbumin
harus dilakukan untuk menilai deficit protein visceral jangka
pendek.
b. Faktor yang Mempengaruhi Pola Diit
1. Status kesehatan Nafsu makan yang baik merupakan kondisi
sehat. Anoreksia atau tidak nafsu makan biasanya gejala dari
suatu penyakit atau efek samping dari obat.
2. Budaya dan agama.
3. Status sosioekonomi.
4. Umur.
5. Jenis kelamin.
c. Riwayat Gizi Kaji tiga hal :
1. Faktor resiko malnutrisi. Pengkajian resiko malnutrisi, antara
lain:

15
a) Penurunan berat badan ≥ 5% dalam satu bulan, ≥ 10%
dalam 6 bulan.
b) Asupan oral tidak optimal selama ≥ tujuh hari.
c) Albumin serum < 3,5 gram/dl.
d) Lingkaran otot lengan atas < 90% dari nilai standar.
e) Lipatan kulit trisep < 90% dari nilai standar. F
f) nfeksi berat yang baru setelah pembedahan.
g) Radioterapi atau kemoterapi yang baru dijalani.
h) Adanya gejala yang berlangsung lebih dari 2 mingggu,
seperti, mual/muntah, diare, anoreksia.
i) Penurunan kemandirian.
j) Demensia.
k) Ekonomi rendah.
2. Adiksi terhadap alcohol dan atau obat. Penyakit klien dan
gejala yang ada.
3. Masalah psikososial yang mempengaruhi, termasuk
pengetahuan gizi klien dan keluarga.
d. Pemeriksaan Fisik
Perawat mengobservasi tanda klinis terhadap perubahan nutrisi.
Tanda klinis yang diidentifikasi perawat adalah:
1. Penampilan umum
Tanda penampilan umum yang menunjukan status nutrisi yang
baik yaitu sadar, dan responsif. Namun tanda klinis yang
menunjukan nutrisi yang buruk seperti lesu, apatis, kakeksia.
2. Berat badan
Berat badan yang normal proporsional dengan tinggi badan,
sesuai usia, dan bentuk tubuh. Pada kondisi berat badan yang
tidak normal menunjukan obesitas atau kurus.
3. Postur
Postur tubuh yang normal dengan kondisi tegak, dimana lengan
dan tungkai lurus. Pada kondisi yang tidak normal postur tubuh
bahu kendur, dada cekung, dan punggung membungkuk.

16
4. Otot
Kondisi otot yang normal otot berkembang dengan baik, kuat,
tonus baik, terdapat bebrapa lemak dibawah kulit. Kondisi otot
yang buruk seperti penampilan lemah, tonus otot buruk, tonus
tidak berkembang, nyeri, edema, tidak mampu berjalan dengan
baik.

5. Kondisi system saraf


Kondisi normal rentan perhatian baik, kurang iritabilitas, atau
kelelahn, refleks normal, psikologis stabil. Kondisi kontrol
saraf yang buruk dengan tanda klinis kurang perhatian,
iritabilitas, bingung, tangan dan kaki terasa terbakar, dan
parastesia, kehilangan posisi dan rasa vibratorik, kelemahan
dan nyeri otot yang dapat menyebabkan ketidakmampuan
berjalan, penurunan atau kehilangan refleks lutut dan tumit.
6. Fungsi gastrointestinal
Tanda klinis yang normal nafsu makan dan pencernaan baik,
eliminasi teratur normal, tidak ada organ atau masa ynag
teraba. Penemuan tanda klinis yang abnormal pada fungsi
gastrointestinal yaitu anoreksia, tidak dapat mencerna,
konstipasi, atau diare, pembesaran hati atau limfa.
7. Fungsi kardiovaskuler
Tanda klinis yang menunjukan fungsi kardiovaskuler yang
normal yaitu laju denyut dan irama jantung normal, tidak ada
bunyi murmur, tekanan darah normal sesuai usia. Tanda klinis
abnormal pada fungsi kardiovaskuler yaitu laju denyut jantung
cepat diatas 100 x / menit, terjadi pembesaran jantung, irama
jantung tidak normal, tekanan darah meningkat.
8. Vitalitas umum
Kondisi vitalitas umum yang normal memiliki ketahana tubuh
cukup bertenaga, kebiasaan tidur baik, dan penampilan cukup

17
kuat. Vitalitas umum yang abnormal bila klien mudah lelah,
kurang energi, mudah tidur, penampilan kelelahan, dan apatis.
9. Rambut
Kondisi rambut yang normal yaitu bersinar, penampilan rambut
berkilat, helai rambut tidak mudah dicabut, kulit kepala sehat.
Kondisi rambut yang tidak normal seperti rambut berserabut,
kusam, kusut, kering, tipis, dan kasar, penampilan depigmetasi,
helai ramut mudah lepas.
10. Kulit umum
Kondisi normal pada kulit yaitu kondisi kulit halus, dan sedikit
lembab, warna baik. Kondisi kulit yang abnormal yaitu kasar,
kering, pucat, berpigmen, iritasi, lebam, petechiae, kehilangan
lemak pada subkutan.
11. Wajah dan leher
Kondisi klinis wajah dan leher yang normal warna wajah dan
leher merata, halus, merah muda, tidak ada bengkak. Kondisi
yang abnormal pada wajah dan leher yaitu penampilan
berminyak, bersisik, bengkak, kulit gelap di pipi, dan dibawah
mata, tidak halus, atau kasar pada kulit sekitar hidung dan
mulut.
12. Bibir
Kondisi bibir yang normal yang diidentifikasi perawat seperti
halus, warna baik, penampilan lembab, tidak pecah atau
bengkak. Kondisi bibir yang abnormal yaitu penampilan
kering, bersisik, bengkak, kemerahan, atau lesi angular pada
sudut mulut, fisura atau skar.
13. Membran mukosa mulut
Kondisi membran mukosa mulut yang normal berwarana
merah muda sampai kemerahan. Kondisi membran mukosa
mulut yang tidak normal yaitu membran mukosa yang lembut
dan bengkak.
14. Gusi

18
Kondisi gusi normal berwarna merah muda, tidak bengkak dan
tidak ada perdarahan gusi. Kondisi gusi yang tidak normal gusi
bengkak, mudah berdarah, kemerahan dan gusi tertarik ke arah
belakang.
15. Lidah
Kondisi lidah normal yaitu berwarna merah muda, atau
kemerahan gelap, tidak bengkak, halus, terdapat papila dan
tidak ada lesi.

16. Gigi
Gigi normal dengan kondisi tidak berlubang, nyeri, gigi lurus,
bersih, dan tidak ada diskolorasi. Kondisi gigi yang tidak
normal yaitu terdapat karies, gigi tidak ada, posisi gigi tidak
lurus atau salah posisi.
17. Mata
Kondisi mata yang nomal yaitu mata terang, jernih, penampilan
bersinar, tidak ada luka disudut membrane, bulu mata lembab,
pembuluh darah terlihat, tidak ada benjolan pada jaringan atau
scelera, tidak ada lingkaran kelelahan dibawah atau disekitar
mata. Kondisi mata yang tidak normal yaitu conjuctiva pucat,
membran kemerahan, kering, terdapat tandatanda infeksi,
kekeringan membran mata, penampilan buram dari kornea,
kornea lunak, atau keratomalasia.
18. Leher (kelenjar)
Kondisi nomal pada leher yaitu tidak terdapat pembesaran
kelenjar. Kondisi abnormal leher terjadi pembesaran kelenjar
tiroid.
19. Kuku
Kondisi kuku yang normal yaitu struktur kuku keras, dan
berwarna merah muda. Kondisi kuku yang tidak normal dengan
bentuk kuku koilnishia, dan mudah patah.

19
20. Kaki, tungkai
Kondisi tungkai dan kaki yang normal yaitu tidak nyeri, lemah,
atau bengkak. Kondisi tungkai dan kaki yang tidak normal
yaitu edema, kelelahan.
21. Kerangka Struktur
kerangka normal yaitu tidak ada kelainan bentuk. Kondisi kaki
yang tidak normal, yaitu bentuk kaki bengkok, lutut menyatu,
deformitas dada pada diafragma, scapula dan costa yang
menonjol.

e. Penilaian Antropometrik
Berat badan Penimbangan berat badan dilakukan dengan alat dan
pakaian klien yang sama. Pengukuran berat badan ideal ditentukan
berdasarkan tinggi badan. Lingkar lengan atas (LLA) Lingkar
lengan atas adalah ukuran massa otot rangka terhadap simpanan
protein. Alat yang diperlukan untuk melakukan pengukuran ini
yaitu pita pengukur yang tidak elastis dan daftar nilai standar
ukuran lingkar lengan atas. Lipatan kulit trisep Lipatan kulit trisep
adalah ukuran simpanan lemak subkutan.Alat yang dibutuhkan
untuk mengukur yaitu pita pengukur yang tidak elastis, kaliper dan
daftar nilai standar ukuran lipatan kulit trisep.
f. Pengkajian Laboratorium
1. Albumin serum
Serum albumin berfungsi untuk mengikat berbagai substansi
dan membantu mengangkut asam lemak dan kalsium.
Prealbumin memiliki waktu paruh 2 hari.
2. Transferin
Transferin merupakan protein viscelar dalam serum dengan
paruh waktu lebih pendek (8hari).
3. Fungsi kekebalan tubuh.
4. Jumlah limfosit total.
5. Tes antigen kulit.

20
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
1) Definisi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah
Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.
Batasan Karakteristik
a) Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
b) Membran mukosa dan konjungtiva pucat
c) Kelemahan otot yang digunakan untuk
menelan/mengunyah
d) Luka, inflamasi pada rongga mulut
e) Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah
makanan

Faktor yang berhubungan :

Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau


mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.

b. Diagnosa 2 : Gangguan Menelan


1) Definisi
Abnormal fungsi mekanisme menelan yang dikaitkan dengan
defisit struktur atau fungsi oral, faring, atau esophagus.
Batasan Karakteristik :
a) Gangguan fase esofagus
b) Abnormalitas pada fase esofagus pada pemeriksaan
menelan
c) Pernafasan bau asam
d) Nyeri epigastrik, Nyeri ulu hati
e) Menolak makan
Gangguan fase oral :

21
a) Abnormalitas fase oral pada pemeniksaan menelan
a) Tersedak sebelum menelan
b) Batuk sebelum menelan
Gangguan Fase Faring :
a) Abnormalitas pada fase faring pada pemeriksaan menelan
b) Gangguan posisi kepala
c) Tersedak, Batuk
d) Keterlambatan menelan
e) Menolak makan, Muntah
Faktor yang berhubungan :
a) Defisit congenital
b) Masalah perilaku makan
c) Gangguan dengan hipotonia signifikan
d) Penyakit jantung kongenita
e) Gagal bertumbuh
c. Diagnosa 3 : Obesitas
1) Definisi
Obesitas adalah kondisi kronis akibat penumpukan lemak
dalam tubuh yang sangat tinggi.
Batasan karakteristik :
a) Aktivitas fisik harian rata-rata kurang dari yang disarankan
untuk jenis kelamin manusia
b) Konsumsi gula pasir minuman
c) perilaku makan yang tidak teratur
d) persepsi makan yang tidak teratur
e) Konsumsi alcohol berlebihan
f) Ketakutan tentang kekurangan penyediaan makanan
g) Susu formula atau bayi campuran
h) Sering ngemil
i) Gangguan genetic

22
j) Heritabilitas saling terkait faktor (mis., jaringan adiposa
distribusi, energi pengeluaran, lipoprotein lipase aktivitas,
sintesis lipid, lipolisis)
k) Frekuensi makan makanan berminyak tinggi
l) Diabetes mellitus ibuhamil
m) Ibu hamil perokok
n) Kegemukan pada masa bayi
o) Parental obesity
p) Ukuran porsi cenderung besar
Faktor yang berhubungan :
a) Faktor genetik
b) Faktor psikologis
c) Pola hidup yang kurang tepat

2.2.3 Perencanaan Keperawatan


a. Diagnosa I: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh Tujuan dan Kriteria Hasil
NIC
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam/selama
perawatan klien dapat menunjukan pemenuhan kebutuhan nutrisi
yang adekuat.
kriteria Hasil:
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda tanda malnutrisi
Intervensi Keperawatan dan Rasional: berdasarkan NIC
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan
2. Kaji status nutrisi klien umum klien
3. Kaji berat badan klien 2. Untuk mengetahui status

23
4. Berikan makanan peroral nutrisi klien
5. Berikan informasi yang tepat 3. Untuk mengetahui berat
terhadap klien tentang badan klien
kebutuhan nutrisi yang 4. Untuk memenuhi kebutuhan
sesuai nutrisi klien
6. Ajarkan untuk selalu 5. Informasi yang diberkan
menjaga kebersihan mulut dapat memotivasi klien
7. Anjurkan klien makan untuk meningkatkan intake
sedikit demi sedikit tapi nutrisi
sering 6. Mulut yang bersih dapat
8. Kolaborasi dengan ahli gizi meningkatkan nafsu makan
7. Makan sedikit demi sedikit
untuk meningkatkan intake
nutrisi
8. Untuk memenuhi nutrisi
yang adekuat

b. Diagnosa II :Gangguan Menelan


Tujuan Dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam/selama
perawatan klien dapat mempertahankan intake nutrisi dengan
Kriteria Hasil :
1) Dapat mempertahankan makanan dalam mulut
2) Kemampuan menelan adekuat
3) Mampu mengontrol mual & muntah
4) Imobilitas konsekuensi : fisiologis
5) Pengetahuan tentang prosedur pengobatan
6) Tidak ada kerusakan otot tenggorong atau otot wajah, menelan,
menggerakkan lidah, atau refleks muntah
7) NGT
Intervensi Keperawatan dan Rasional: berdasarkan NIC
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan

24
2. Kaji status nutrisi klien umum klien
3. Berikan perawatan mulut klien 2. Untuk mengetahui status
4. Kolaborasi pemasangan NGT nutrisi klien
5. Kolaborasi dengan ahli gizi 3. Untuk meningkatkan nafsu
makan klien
4. Untuk meningkatkan masukan
makanan
5. Untuk menentukan kebutuhan
nutrisi

c. Diagnosa 3: Obesitas
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 1x24 jam/selama
perawatan ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan pada
klien teratasi dengan
Kriteria hasil :
1) Mengerti faktor yang meningkatkan berat badan
2) Memodifikasi diet dalam waktu yang lama
3) Menggunakan energy untuk aktivitas sehari-hari

Intervensi Keperawatan dan Rasional: berdasarkan NIC


Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda vital 1. untuk mengetahui keadaan
2. Kaji berat badan klien umum klien
3. Berikan informasi yang tepat 2. untuk mengetahui berat badan
terhadap klien tentang diet klien
4. Ajurkan klien untuk 3. agar klien mengetahui
berolahraga bagaimana cara diet
4. untuk menurunkan berat badan

25
klien

26
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep & Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A.A & Musrifatul U. (2015). Pengantar Kebutuhan dasar Manusia .
Jakarta: SalembaMedika.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan Edisi 3. Jakarta: ECG
Rahayu, S.,Harnanto,A.M.(2016). Kebutuhan dasar manusia II. Kementrian
Kesehatan repbublik Indonesia.
Rosdahl, C.B, et all. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar Edisi 10. Jakarta:
EGC.
Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan DasarManusia Dan Proses
Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika.

27

Anda mungkin juga menyukai