Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN ELIMINASI URIN DI RUANG IRNA IIIB


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM

DISUSUN
OLEH:
TSABITUL ISMI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, Rabb
Penguasa alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan dan
karunia kepada semua makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang
mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah dengan izin Allah kami telah menyelesaikan tugas tentang
“Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Kebutuhan Eliminasi Urin di Ruang
Irna IIIB Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram”. Kami menyadari dalam
masih banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan maupun pengalamani.
Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
memperbaiki kekurangan ataupun kekeliruan yang ada. Harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan
dalam bidang kesehatan.
Kami mohon maaf apabila dalam masih terdapat kesalahan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari pembaca.

Mataram, 1 November 2022

3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................
..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 LatarBelakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 1
1.3 Tujuan masalah..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................... 2
2.1...............................................................................................................Kons
ep Dasar Teori....................................................................................... 2
2.1.1 Definisi........................................................................................ 2
2.1.2 Pola Eliminasi Urin...................................................................... 2
2.1.3 Anatomi Fisiologi........................................................................ 3
2.1.4 Faktor........................................................................................... 7
2.1.5 Patofisiologi................................................................................. 8
2.1.6 Masalah Eliminasi Urin............................................................... 9
2.1.7 Pathway........................................................................................ 12
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang............................................................... 12
2.2...............................................................................................................Kons
ep Asuhan Keperawatan....................................................................... 13
..............................................................................................................
2.2.1 Pengkajian.................................................................................... 13
2.2.2 Diagnosis..................................................................................... 18
2.2.3 Intervensi..................................................................................... 19
2.2.4 Implementasi................................................................................ 21
2.2.5 Evaluasi....................................................................................... 21
BAB III PENUTUP......................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 23
3.2 Saran .................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan dasar adalah unsur penting yang harus diperhatikan oleh
manusia yang dibekali pemikiran untuk tetap menjaga keseimbangan hidup,
menjaga agar kondisi tubuh tetap dalam keadaan sehat baik fisik maupun
psikologis. Salah satu kebutuhan fisiologis manusia adalah kebutuhan
eliminasi yang bertujuan untuk mengeluarkan produk limbah dari dalam
tubuh. Sangat penting untuk menghilangkan produk limbah secara teratur
untuk mempertahankan normal fungsi tubuh. Jika ada perubahan dalam pola
eliminasi, itu mempengaruhi tubuh. Ketika orang sakit, penyakit cenderung
mengubah kebiasaan eliinasi orang tersebut. Nocturnal enerusis, inkontinensia
urine, inkontinensia fekal, konstipasi merupakan gangguan kebutuhan
eliminasi yang sering terjadi.
Gangguan eliminasi lebih banyak dikaitkan dengan tingkat gangguan
emosi dan perilaku. Studi epidemiologi menunjukkan hal tersebut 20% hingga
30% dari semua anak yang mengalami nocturnal enuresis memiliki perilaku
yang relevan secara klinis. Gangguan kormobiditas paling tinggi pada anak-
anak dengan nocturnal enuresis yaitu Attention deficit hyperactivity disorder
(ADHD) (Nurko, S., & Scott, S. M. ,2011).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Konsep teori dan konsep asuhan keperawatan pada kebutuhan
dasar manusia berupa eliminasi urin?
1.3 Tujuan
Mengetahui konsep teori dan konsep asuhan keperawatan pada kebutuhan
dasar manusia berupa eliminasi urin

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Teori
2.1.1 Definisi Kebutuhan Dasar Eliminasi
Pola eliminasi sangat penting untuk menjaga kesehatan. Sistem
perkemihan dan pencernaan bersama-sama berfungsi untuk
menghilangkan limbah dari tubuh. Sistem perkemihan menyaring dan
mengeluarkan urine dari tubuh, sehingga menjaga keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam-basa. Sedangkan Fungsi usus yang normal bertugas
dalam pembuangan rutin limbah yang padat (feses). Selama periode stres
dan sakit, klien mengalami perubahan dalam pola eliminasi. Perawat
menilai adanya perubahan, mengidentifikasi masalah, dan melakukan
intervensi untuk membantu klien dengan mempertahankan pola
eliminasi yang tepat. Peran perawat mencakup mengajar kegiatan
perawatan diri klien untuk meningkatkan kemandirian dan kesehatan
(DeLaune, 2011).
2.1.2 Pola Eliminasi Urin
Eliminasi dari saluran kemih membantu membersihkan tubuh dari
produk limbah dan bahan yang melebihi kebutuhan tubuh (Taylor,
2011). Sistem kemih terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan
uretra. Ginjal membentuk urine, ureter membawa urine ke kandung
kemih, kandung kemih bertindak sebagai reservoir untuk urine, dan
uretra adalah jalan bagi urine untuk keluar dari tubuh (DeLaune, 2011).

6
Mekanisme fisiologis yang mengatur eliminasi urin kompleks dan
belum sepenuhnya dipahami. Kontinensi pada orang dewasa
membutuhkan integritas anatomi sistem perkemihan, kontrol nervus dari
otot detrusor, dan mekanisme sfingter yang kompeten. Inkontinensia
urine terjadi ketika kelainan satu atau lebih dari faktor-faktor ini
menyebabkan hilangnya urine yang tidak terkontrol yang menghasilkan
kesulitan sosial, fisiologis, atau kebersihan bagi klien (DeLaune, 2011).
2.1.3 Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Susunan sistem perkemihan terdiri dari: dua ginjal (ren) yang
menghasilkan urin, dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika
urinaria (kandung kemih, satu vesika urinaria tempat urin dikumpulkan
dan satu uretra urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

1. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum
pada kedua sisi vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-
3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dextra yang besar
(Panahi, 2010).

7
Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam
pengeluaran zat-zattoksis atau racun, mempertahankan suasana
keseimbangan cairan, mempertahankan keseimbangan kadar asam
dan basa dari cairan tubuh, dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak (Panahi, 2010).
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula
fibrosa, terdapat korteks renalis di bagian luar, yang berwarna
cokelat gelap, medulla renalis di bagian dalam yang berwarna
cokelat lebih terang dibandingkan korteks. Bagian medulla
berbentuk kerucut yang disebut piramides renalis, puncak kerucut
tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil yang
disebut papilla renalis (Panahi, 2010).
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai
pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.
Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi
ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang
masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis
minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang
merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron
dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari: glomerulus, tubulus
proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius (Panahi,
2010). Proses pembentukan urin terdiri diantaranya:
a. Proses filtrasi, di glomerulus.
Terjadi penyerapan darah yang tersaring adalah bagian cairan
darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh
simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida,
sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang
disaring disebut filtrat glomerulus.
b. Proses reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa, sodium, klorida fosfat dan beberapa ion bikarbonat.
Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus

8
proximal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali
penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh.
Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya
dialirkan pada papilla renalis
c. Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal
dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar
(Rodrigues, 2008).
2. Ureter
Ureter terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari
ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ±25-34 cm, dengan penampang
0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian
lagi terletak pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter
menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin
masuk ke dalam kandung kemih. Lapisan dinding ureter terdiri dari:
a) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b) Lapisan tengah lapisan otot polos
c) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa (Barry, 2011).
3. Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini
berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis
pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang
dan mengempis seperti balon karet (Barry, 2011).
4. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria
yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki
panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
a. Uretra pars prostatikab.
b. Uretra pars membranosac.
c. Uretra pars spongiosa
Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter
uretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan
uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi (Panahi, 2010).

9
5. Urin
a. Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a) Jumlah ekskresi dalam 24 jam ±1.500 cc tergantung dari
pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.
b) Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi
keruh.
c) Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet, obat-obatan
dan sebagainya.
d) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau
amoniak.
e) Berat jenis 1,015-1,020.
f) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung
daripada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein
member reaksi asam).
b. Komposisi air kemih, terdiri dari:
a) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
b) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam
urea, amoniak dan kreatinin.
c) Elektrolit natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan
sulfat.
d) Pigmen (bilirubin dan urobilin).
e) Toksin.
f) Hormon (Velho, 2013).
c. Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi
dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a) Kandung kemih terisi secara progesif hingga tegangan pada
dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas,
keadaan ini akan mencetuskan tahap ke-2.
b) Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan
mengosongkan kandung kemih. Pusat saraf miksi berada
pada otak dan spinal cord(tulang belakang). Sebagian besar

10
pengosongan diluar kendali tetapi pengontrolan dapat
dipelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat
vesika urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot
detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf
parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi,
sebaliknya spinchter relaksasi terjadi mikturisi.
d. Ciri-ciri urin normal.
a) Rata-rata dalam satu hari l-2 liter tapi berbeda-beda sesuai
dengan jumlah cairan yang masuk.
b) Warnanya bening tanpa ada endapan.
c) Baunya tajam.
d) Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata
6 (Velho, 2013).
2.1.4 Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Pola Eliminasi
Menurut DeLaune (2011), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola
eliminasi adalah sebagai berikut:
1. Usia
Usia atau tingkat perkembangan klien akan mempengaruhi kontrol
atas pola berkemih dan defekasi. Bayi pada awalnya tidak memiliki
pola eliminasi. Kontrol atas kandung kemih dan buang air besar
dapat dimulai sejak usia 18 bulan tetapi biasanya tidak dikuasai
sampai usia 4 tahun. Kontrol eliminasi pada malam hari biasanya
lebih lama untuk dicapai, dan anak laki-laki biasanya membutuhkan
waktu lebih lama untuk mengembangkan kontrol atas eliminasi
daripada anak perempuan. Kontrol eliminasi umumnya konstan
sepanjang tahun-tahun dewasa, dengan pengecualian tahap-tahap
penyakit dan kehamilan, ketika kehilangan kontrol, urgensi, dan
retensi sementara dapat terjadi. Dengan meningkatnya usia,
hilangnya tonus otot dan karenanya kontrol kandung kemih dapat
berpengaruh pada pola eliminasi.

2. Pola Diet

11
Asupan cairan dan serat yang adekuat adalah faktor penting bagi
kesehatan saluran kemih dan defekasi klien. Asupan cairan yang
tidak adekuat merupakan penyebab utama konstipasi, seperti
konsumsi makanan yang menyebabkan sembelit seperti produk susu
tertentu. Diare dan perut kembung (pelepasan gas dari rektum)
adalah akibat langsung dari makanan yang dicerna, dan klien perlu
dididik tentang makanan dan cairan yang mempromosikan eliminasi
yang sehat dan makanan mana yang dapat menghambatnya. Seperti
protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi
meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan,
akibatnya output urine lebih banyak.
3. Latihan/aktivitas
Latihan/aktivitas dapat meningkatkan tonus otot, yang mengarah ke
kontrol kandung kemih dan sfingter yang lebih baik. Peristaltik juga
dibantu oleh aktivitas, sehingga dapat membantu pola eliminasi yang
sehat.
4. Pengobatan
Obat-obatan dapat berdampak pada kesehatan dan pola eliminasi
klien dan harus dinilai selama wawancara riwayat kesehatan. Klien
dengan penyakit jantung, biasanya diresepkan obat diuretik, yang
meningkatkan produksi urine. Antidepresan dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine. Beberapa obat yang tanpada resep
(OTC), terutama antihistamin, juga dapat menyebabkan retensi urine.
Obat-obatan OTC lainnya dirancang secara khusus untuk
meningkatkan eliminasi usus atau untuk melunakkan feses; perawat
perlu menanyakan tentang semua obat yang diminum untuk
memberikan perawatan yang tepat bagi klien yang mengalami
perubahan dalam pola eliminasi.
2.1.5 Patofisiologi
Proses berkemih melibatkan 2 proses yang berbeda yaitu pengisian
dan penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. Hal ini saling
berlawanan dan bergantian secara normal. Aktivitas otot-otot kandung

12
kemih dalam hal penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh
sistem saraf otonom dan somatik. Selama fase pengisian, pengaruh
sistem saraf simpatis terhadap kandung kemih menjadi bertekanan
rendah dengan meningkatkan resistensi saluran kemih. Penyimpanan
urin dikoordinasikan oleh hambatan sistem simpatis dari aktivitas
kontraktil otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot
dari leher kandung kemih dan proksimal uretra.
Pengeluaran urine secara normal timbul akibat dari kontraksi yang
simultan otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi
oleh sistem saraf parasimpatis yang mempunyai neurotransmiter utama
yaitu asetilkholin, suatu agen kolinergik. Selama fase pengisian, impuls
afferen ditransmisikan ke saraf sensoris pada ujung ganglion dorsal
spinal sakral segmen 2-4 dan informasikan ke batang otak. Impuls saraf
dari batang otak menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sakral
spinal. Selama fase pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran
parasimpatis sakral dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor.
Hambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan
relaksasi pada otot uretra trigonal dan proksimal. Impuls berjalan
sepanjang nervus pudendus untuk merelaksasikan otot halus dan skelet
dari sphincter eksterna. Hasilnya keluarnya urine dengan resistensi
saluran yang minimal. Pasien post operasi dan post partum merupakan
bagian yang terbanyak menyebabkan retensi urine akut. Fenomena ini
terjadi akibat dari trauma kandung kemih dan edema sekunder akibat
tindakan pembedahan atau obstetri, epidural anestesi, obat-obat narkotik,
peregangan atau trauma saraf pelvik, hematoma pelvik, nyeri insisi
episiotomi atau abdominal, khususnya pada pasien yang mengosongkan
kandung kemihnya dengan manuver Valsalva. Retensi urine pos operasi
biasanya membaik sejalan dengan waktu dan drainase kandung kemih
yang adekuat.
2.1.6 Masalah-Masalah yang Dapat Terjadi Pada Pola Eliminasi Urine
1. Perubahan eliminasi urine

13
Meskipun produksi urine normal, ada sejumlah faktor atau kondisi
yang dapat memengaruhi eliminasi urine. Beberapa perubahan yang
terjadi pada pola eliminasi urine akibat kondisi tersebut antara lain
inkontinensia, retensi, enuresis, frekuensi, urgensi, dan disuria.
a. Inkontinensia urine adalah kondisi ketika dorongan berkemih
tidak mampu dikontrol oleh sfingter eksternal. Sifatmya bisa
menyeluruh (inkontinensia parsial). Ada dua jenis inkontinensia,
yakni inkontinensia stres dan inkontinensia urgensi.
a) Inkontinensia stres terjadi saat tekanan intraabdomen
meningkat dan menyebabkan kompresi kandung kemih.
Kondisi ini biasanya terjadi ketika seseorang batuk atau
tertawa. Penyebabnya antara lain peningkatan tekanan
intraabdomen, perubahan degeneratif terkait usia, dan lain-
lain.
b) Inkontinensia urgensi terjadi saat klien mengalami
pengeluaran urine involunter karena desakan yang kuat dan
tiba-tiba untuk berkemih. Penyebabnya antara lain infeksi
saluran kemih bagian bawah, spasme kandung kemih,
overdistensi, penurunan kapasitas kandung kemih,
peningkatan konsumsi kafein atau alkohol, serta
peningkatkan konsentrasi.
b. Retensi urine adalah kondisi tertahannya urine di kandung kemih
akibat terganggunya proses pengosongan kandung kemih
sehingga kandung kemih menjadi regang. Kondisi ini antara lain
disebabkan oleh obstuksi (Misal: hipertrofi prostat),
pembedahan, otot sfingter yang kuat, peningkatan tekanan uretra
akibat otot detrusor yang lemah.
c. Enuresis (mengompol) adalah peristiwa berkemih yang tidak
disadari pada anak yang usianya melampaui batas usia normal
kontrol kandung kemih seharusnya tercapai. Enuresis lebih
banyak terjadi pada anak-anak di malam hari (enuresis
nokturnal). Faktor penyebabnya antara lain kapasitas kandung

14
kemih yang kurang dari normal, infeksi saluran kemih, konsumsi
makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, takut
keluar malam, dan gangguan pola miksi.
d. Sering berkemih (frekuensi) adalaah meningkatnya frekuensi
berkemih tanpa disertai peningkatan asupan cairan. Kondisi ini
biasanya terjadi pada wanita hamil (tekanan rahim pada kandung
kemih), kondisi stres, dan infeksi saluran kemih.
e. Urgensi adalah perasaan yang sangat kuat untuk berkemih. Ini
biasa terjadi pada anak-anak karena kemampuan kontrol sfingter
mereka yang lemah. Gangguan ini biasanya muncul pada kondisi
stres psikologis dan iritasi uretra.
f. Disuria adalah rasa nyeri dan kesulitan saat berkemih. Ini
biasanya terjadi pada kasus infeksi uretra, infeksi saluran kemih,
trauma kandung kemih.
2. Perubahan produksi urine
Selain perubahan eliminasi urine, masalah lain yang kerap dijumpai
pada pola berkemih adalah perubahan produksi urine. Perubahan
tersebut meliputi poliuria, oliguria, dan anuria.
a. Poliuria adalah produksi urine yang melebihi batas normal tanpa
disertai peningkatan asupan cairan. Kondisi ini dapat terjadi pada
penderita diabetes, ketidakseimbangan hormonal (misal : ADH),
dan nefritis kronik. Poliuria dapat menyebabkan kehilangan
cairan yang berlebihan yang mengarah pada dehidrasi.
b. Oliguria adalah produksi urine yang rendah, yakni 100-500 ml/24
jam. Kondisi ini bisa disebabkan oleh asupan cairan yang sedikit
atau pengeluaran cairan yang abnormal, dan terkadang ini
mengindikasikan gangguan pada aliran darah menuju ginjal.
Sedangkan anuria adalah produksi urine kurang dari 100 ml/24
jam.
2.1.7 Pathway

15
Ketidakcukupan asupan cairan
Kehilangan Intake
Hipovolemia cairan aktif cairan Faktor eliminasi urine Konstipasi

Usia Kelemahan Pengobatan


otot pelvis
Kemampuan Degeneratif Efek agen
mengontrol Inkontinensia farmakologi
kandung stress s
Kondisi
kemih
fisiologis Ketidakbugaran Gangguan
fisik mobilitas
Keletihan fisik
Efek Kelemahan Iritasi
tindakan otot pelvis Kandung
medis dan Kemih
diagnosti
Kk

Gangguan eliminasi urin Agen pencedera


fisiologis

Nyeri akut

PPNI, 2017

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Jenis pemeriksaan yang biasa dilakukan berupa urinalisis. Urin
manusia dapat memberikan petunjuk mengenai apa yang terjadi di dalam
tubuh. Misalnya, urine berwarna pekat bisa menjadi tanda dehidrasi,
urine yang terlihat keruh menunjukkan infeksi, atau urine yang berbau
manis bisa menjadi tanda diabetes. Dalam urine terkandung ratusan
limbah tubuh yang berbeda. Dari situ, informasi mengenai apa yang

16
Anda konsumsi, seberapa banyak Anda berolahraga, serta seberapa baik
ginjal Anda bekerja dapat diketahui. 
Pemeriksaan urine lengkap dilakukan dengan prosedur yang cukup
sederhana. Pasien akan diminta untuk menampung air kencing dalam
wadah khusus. Selanjutnya, petugas lab akan memeriksa sampel urine
untuk dianalisis
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
1. Biodata
1) Nama (Inisial)
2) Jenis kelamin: Pada penderita gangguan pada eliminasi urin, pria
ataupun wanita dapat menderita gangguan tersebut. Tetapi,
wanita lebih cenderung menderita gangguan ini daripada pria
dikarenakan uretra yang lebih pendek (Potter&Perry, 2020).
3) Usia: Lansia lebih cenderung mengalami gangguan eliminasi urin
karena kapasitas vesika urinaria yang menurun serta otot yang
menjadi lemah.
4) Agama
5) Pendidikan: Pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup dan
pola pikir klien tentang apa yang sedang dialaminya.
6) Pekerjaan: pekerjaan yang membuat seseorang jarang
menggerakkan badan ataupun orang yang jarang beraktivitas
lebih sering mengalami gangguan eliminasi
7) Status: Gangguan eliminasi urine yang salah satunya karena
penyakit benigna prostat hiperplasia dihubungkan dengan
kegiatan seks berlebihan. Saat kegiatan seksual, kelenjar prostat
mengalami peningkatan tekanan darah sebelum terjadi ejakulasi.
Jika suplai darah ke prostat selalu tinggi, akan terjadi hambatan
prostat yang mengakibatkan kalenjar tersebut bengkak permanen.

8) Alamat
9) Penanggung jawab

17
2. Keluhan Utama
Keluhan gangguan eliminasi urin yang bisa pasien alami
diantaranya:
a. Inkontinensia urine atau pasien mengeluh dorongan berkemih
tidak mampu dikontrol.
b. Retensi urine atau pasien mengeluh tertahannya urine di kandung
kemih.
c. Enuresis (mengompol) atau pasien mengeluh berkemih tanpa
disadari.
d. Sering berkemih (frekuensi) atau pasien mengeluh meningkatnya
frekuensi berkemih tanpa disertai peningkatan asupan cairan.
e. Urgensi atau pasien mengeluh bahwa ia merasa ingin berkemih
yang sangat kuat.
g. Disuria atau pasien mengeluh rasa nyeri dan kesulitan saat
berkemih.
3. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang: Berisi keluhan pasien dari
awal ia memiliki gangguan eliminasi urin sampai dengan saat ini.
4. Riwayat Penyakit Dahulu: Apakah pasien pernah mengalami
gangguan eliminasi urin sebelumnya dan apakah pasien pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya.
5. Genogram: Untuk mengetahui masalah yang dialami pasien dan
keluarganya.
6. Riwayat Penyakit Keluarga: Mungkin diantara keluarga pasien
sebelumnya ada yang menderita penyakit yang sama dengan
penyakit pasien sekarang.
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan eliminasi urin difokuskan pada:
1) Integumen : keadaan turgor kulit buruk, edema, kelelahan, serta
sensasi rasa.
2) Kardiovaskuler : Pada saat pemberian cairan, jika cairan yang
diberikan dapat di serap dengan efektif maka akan menurunkan
kepadatan volume darah (Williams, 2007)

18
3) Mata : cekung, air mata kering menandakan bahwa pasien
kekurangan cairan.
4) Neurologi : Hidrosefalus merupakan penyakit akibat gangguan
aliran cairan dlam otak disekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf
(Darto Suharso, 2009).
5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut keing, mulut terasa
kering, muntah-muntah, dan bising usus.
6) Abdomen, kaji dengan cermat adanya pembesaran, distensi
kandung kemih , pembesaran ginjal, nyeri tekan pada kandung
kemih .
7) Genitalia. Kaji kebersihan daerah genetalia. Amati adanya
bengkak , rabas, atau radang pada meatus uretra .
8) Urine, kaji karakteristik urine klien bandingkan dengan
karakteristik urine normal.
a. Volume Urin
Mengukur volume urin bermanfaat untuk ikut menetukan
adanya faal ginjal, kelainan dalam keseimbangan cairan
badan dan berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan
kuantitatif dan semi kuantitatif urin. Volume urin dewasa
normal daerah tropis dalam 24 jam antara 800-1300 ml,
banyak faktor yang berpengaruh kepada diueresis seperti
umur, berat badan, kelamin, makanan dan minuman, suhu
badan, iklim dan aktifitas seseorang yang bersangkutan.
b. Warna Urin
Warna urin yang dikeluarkan tergantung dari konsentrasi dan
sifat bahan yang larut dalam urin. Warna urin dapat berubah
oleh karena obat-obatan, makanan, serta penyakit yang
diderita. Warna urin normal putih jernih, kuning muda atau
kuning. Warna urin berhubungan dengan derasnya diuresis
(banyak kencing), lebih besar diueresis lebih condong putih
jernih. Warna urin kuning normal disebabkan antara lain oleh

19
urocrom dan urobilin. Pada keadaan dehidrasi atau demam,
warna urin lebih kuning dan pekat dari biasa ginjal normal.
a) Warna kuning coklat (seperti teh) penyebabnya adalah
bilirubin.
b) Warna merah coklat penyebabnya hemoglobinuria dan
porpyrin.
c) Warna merah dengan kabut coklat penyebabnya darah
dengan pigmen-pigmen darah.
d) Warna coklata hitam penyebabnya melanin dan warna
hitam disebabkan oleh pengaruh obat-obatan
c. Kekeruhan
Urin yang baru dikemihkan biasanya jernih. Kekeruhan yang
timbul bila urin didiamkan beberapa jam disebabkan oleh
berkembangnya kuman. Kekeruhan ringan bisa disebabkan
oleh nubecula. Pada infeksi saluran kemih, urin akan keruh
sejak dikemihkan yang disebabkan lender, sel-sel epitel dan
lekosit lama-lama mengendap.
d. Bau urin
Biasanya spesifik. Normalnya baunya tidak keras. Bau
khusus pada urin dapat disebabkan oleh makanan misalnya :
jengkol, pete, durian dan yang disebabkan obat-obatan,
misalnya : mentol, terpentin. Pada karsinoma saluran kemih,
urin akan berbau amoniak karena adanya kuman yang
menguraikan ureum dalam urin.
e. Derajat Keasaman Urin (pH)
Derajat keasaman urin harus diukur pada urin baru, pH urin
dewasa normalnya adalah 4,6-7,5 pH urin 24 jam biasanya
asam, hal ini disebabkan karena zat-zat sisa metabolise badan
yang biasanya bersifat asam. Penelitian pH urin berguna pada
gangguan cairan badan elektrolit serta pada infeksi saluran
kemih yang disebabkan oleh kuman yang menguraikan
ureum. Adanya bakteriurea urin akan bersifat alkalis.

20
8. Pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar manusia menurut Gordon
1) Pola Kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan,
kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur.
2) Pola metabolik-nutrisi
Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik
dan suplai gizi : meliputi pola konsumsi makanan dan cairan,
keadaan kulit, rambut, kuku dan membran mukosa, suhu tubuh,
tinggi dan berat badan.
3) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung
kemih, dan kulit), termasuk pola individu seharihari, perubahan
atau gangguan, dan metode yang digunsksn untuk
mengendalikan ekskresi.
4) Pola aktivitas-olahraga
Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu
senggang, dan rekreasi ; termasuk aktivitas kehidupan sehari-
hari, tipe dan kualitas olahraga, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pola aktivitas (seperti otot-saraf, respirasi, dan
sirkulasi)

5) Pola tidur-istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, relaksasi dan setiap bantuan
untuk merubah pola tersebut.
6) Pola persepsi-kognitif
Menggambaekan pola persepsi-sensori dan pola kognitif;
meliputi keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengarsn,
perabaan, pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai
persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif.
7) Pola persepsi diri-konsep diri

21
Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya
sendiri ; kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.
8) Pola Hubungan peran
Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan;
meliputi persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab
dalam situasi kehidupan saat ini.
9) Pola Reproduksi-seksualitas
Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas;
termasuk status reproduksi wanita, pada anak-anak bagaimana
dia mampu membedakan jenis kelamin dan mengetahui alat
kelaminnya.
10) Pola koping-toleransi stress
Menggambarkan pola koping umum, dan keefektifan ketrampilan
koping dalam mentoleransi stress.
11) Pola nilai dan keyakinan
Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk
kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan
gaya hidup.
2.2.2 Diagnosis Keperawatan
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Gejala dan Tanda Mayor 1. Berkurangnya Gangguan
Subjektif: rasa ingin kapasitas vesika eliminasi
berkemih, urine menetes, urinaria. urine
poliuri., nokturia, enuresis. 2. Iritasi pada vesika
Objektif: Distensi kandung urinaria.
kemih, Berkemih tidak 3. Berkurangnya
tuntas, Volume residu urine sensitifitas
bertambah. menyadari
symptom
Gejala dan Tanda Minor gangguan pada
Subjektif:- vesika urinaria.
Objektif:- 4. Pengaruh tindakan
medis dan
diagnostik.
5. Penurunan
kekuatan otot
pelvis.

22
6. Ketidakmampuan
mengakses toilet.
7. Hambatan
lingkungan
2. Gejala dan tanda mayor 1. Peningkatan Retensi
Subjektif: sensasi penuh tekanan uretra Urin
pada kandung kemih 2. Kerusakan arkus
Objektif: Disuria atau reflex
anuria, distensi kandung 3. Blok spingter
kemih 4. Disfungsi
neurologis
Gejala dan tanda minor 5. Efek agen
Subjektif: Dribbing farmakologis
Objektif: inkontinensia
berlebih, residu urin 150 ml
atau lebih
3. Gejala dan tanda mayor 1. Agen pencedera Nyeri akut
Subjektif: Mengeluh nyeri fisiologis
Objektif: Tampak meringis, 2. Agen pencedera
bersikap protektif, gelisah, kimiawi
frekuensi nadi meningkat, 3. Agen pencedera
sulit tidur fisik

Gejala dan tanda minor


Subjektif: -
Objektif: tekanan darah
meningkat, pola napas
berubah, nafsu makan
berubah, proses berfikir
terganggu, menarik diri,
berfokus pada diri sendiri,
diaforesis
Diagnosis keperawatan yang biasanya muncul pada eliminasi urin
diantaranya gangguan eliminasi urin, retensi urin, nyeri akut, gangguan
eliminasi, dan lain-lain.

2.2.3 Rencana Keperawatan


Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

23
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi
eliminasi urin keperawatan pasien 1. Identiifikasi tanda
diharapkan eliminasi urine dan gajala retensi
membaik dengan kriteria atau inkontinensial
hasil: urine.
1. Berkemih tidak tuntas 2. Identifikasi faktor
menurun yang menyebabkan
2. Distensi kandung kemih retensi atau
menurun inkontinensial
3. Frekuensi buang air urine.
kecil membaik 3. Monitor eliminasi
urine (misalnya
frekuensi,
konsistensi, aroma,
volume, dan
warna).
Terapeutik
1. Catat waktu-waktu
dan haluran
berkemih.
2. Batasi asupan
cairan.
3. Ambil sampel urine
tegah (midstream)
atau kultur
Edukasi
1. Ajarkan tanda dan
gejala infeksi
saluran kemih.
2. Ajarkan mimum
yang cukup, jika
tidak ada
kontraindikasi.
Kolaborasi
Pemberian obat
supositoria uretra, jika
perlu
Retensi urin Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan pasien 1. Identifikasi
diharapkan eliminasi urine penyebab retensi
membaik dengan kriteria urin (missal
hasil: peningkatan
1. Berkemih tidak tuntas tekanan uretra,
menurun kerusakan arkus
2. Distensi kandung kemih reflex, disfungsi
menurun neurologis, efek
3. Frekuensi buang air agen farmakologis).
kecil membaik 2. Monitor efek agen

24
farmakologis
(missal atropine,
belladonna,
psikotik, opiate,
calcium channel
blocker)
3. Monitor intake dan
output cairan
4. Monitor tingkat
distensi kandung
kemih dengan
palpasi/perkusi
Trapeutik
1. Sediakan privasi
untuk berkemih
2. Berikan ransangan
berkemih (misalnya
mengalirkan air
keran, membilas
toilet, kompres
dingin pada
abdomen)
3. Lakukan maneuver
crede, jika perlu
4. Pasang kateter
urine, jika perlu
5. Fasilitasi berkemih
dengan interval
yang teratur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab
retensi urine
2. Anjurkan pasien
atau keluarga
mencatat output
urine
3. Anjurkan cara
melakukan
ransangan berkemih
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana intervensi yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien. (Nursalam, 2011).

25
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan proses akhir untuk membandingkan keberhasilan
dari proses keperawatan yang telah perawat lakukan. Evaluasi juga
diperlukan pada tahap intervensi untuk menentukan apakah tujuan
intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif (Nursalam, 2011)
Waktu NO. DX Evaluasi TTD
Waktu berisi urutan S: Berisi data subjektif Tanda
pelaksanaan diagnosa yang (keluhan pasien) tangan
tindakan akan O: Berisi data objektif perawat
keperawaan diidentifikasi A: Assesment (masalah
teratasi atau tidak)
P: Planning (intervensi
dilanjutkan atau tidak)
I: Implementasi
E: Evaluasi
R: Reasismen (Komponen
evaluasi yang menjadi
petunjuk perlunya
perbaikan dari
perubahan intervensi
dan
tindakan/menunjukan
perubahan dari
rencana awal/perlu
/kolaborasi
baru/rujukan)

26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses
pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine
seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah
dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder
urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan
melalui uretra.
3.2 Saran
Agar terhindar dari gangguan eliminasi urin, sebaiknya kita
menerapkan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi, minum yang cukup ±1500 ml, mengatur pola makan, mengatur pola
aktivitas dan mengatur pola istrahat.

27
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. (2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek.
Jakarta : Salemba Medika.
Nurko,S & Scott,S.M. 2011. Coexistence of constipation and incontinence in
children and adults. Best practice & research, 25 (1), 29-41.
Panahi. 2010. Sistem perkemihan. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Potter&Perry. 2010. Dasar-Dasar Keperawatan Volume 2. Jakarta: EGC.
Risnah, dkk. 2022. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: Cv. Trans Info Media

28
Asuhan Keperawatan Pada Tn.M dengan Masalah Pemenuhan Kebutuhan
Cairan dan Elektrolit di Ruang Irna 3B RSUD Kota Mataram

Nama mahasiswa : Tsabitul Ismi


Tempat praktek : Irna 3B

Tanggal : 3 November 2022

 Identitas diri klien


Nama : Tn. M Suku : Sasak
Umur : 72 Tahun Pendidikan : Tidak
Sekolah
Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan :
Wiraswasta
Alamat : Pagesangan
Tanggal masuk RS : 2 November 2022
Status perkawinan : Kawin Tanggal pengkajian : 3
November 2022
Agama : Islam Sumber Informasi : Anak
Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. S
Hubungan dengan klien : Anak
Alamat : Pagesangan
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh

29
I. Riwayat penyakit
1. Keluhan utama saat masuk RS: Klien mengatakan ia merasa lemas
2. Riwayat penyakit sekarang: Anak klien mengatakan sejak jumat 21 oktober
2022 Tn.M tidak mau makan, tidak mau bicara, dan badan lemas. Pasien
mengeluhkan BAB cair 5xsehari, warna kehitaman sejak 1 november 2022.
Pasien hanya mau makan 2 sendok dan sangat jarang minum ±400ml/hari.
Pada 2 november 2022 pukul 17.53 pasien langsung dibawa ke IGD RSUD
Kota Mataram. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan tekanan
darah 76/44 mmHg, nadi 79x/menit, respirasi 24x/menit, suhu 36,7 oC, SpO2
99%, GDS 100 mg/dl, serta GCS= E3 V4 M6 atau apatis. Di IGD pasien diberi
terapi berupa NaCl 0,9%, injeksi pantoprazole 40 mg, O 2 nasal kanul 4 lpm,
cefoperazone 2x1 gram, dan vascon 0,1 mcg/menit. Pada 2 november 2022
pasien dipindahkan ke Irna 3B pukul 23.00 hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital tekanan darah 108/69 mmHg, nadi 116, respirasi 24x/menit, suhu 36,4oC
serta GCS= E4 M6 V5 atau compos mentis. Hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital pada 3 november 2022 pukul 12.00 yaitu tekanan darah /73 mmHg,
113

nadi 85x/menit, respirasi 21x/menit, suhu 36oC, SpO2 99%, serta terpasang
nasal kanul 3 lpm.
3. Riwayat Penyakit Keluarga: Anak klien mengatakan bahwa tidak ada
keluarga yang menderita penyakit seperti Tn. M ataupun penyakit menular
seperti TBC dan penyakit genetic seperti DM
4. Riwayat Penyakit Dahulu: Anak klien mengatakan bahwa sebulan yang lalu
Tn. M dirawat di ruang ICU RSUD Kota Mataram karena penyakit pada
parunya.
5. Diagnosa medik pada saat MRS: General weakness, low intake, geriatric
problem, melena
6. Genogram

30
: Klien
: Meninggal
: Perempuan/ laki laki
: Nikah
: Tinggal serumah
: Keturunan

II.Pengkajian saat ini


1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Sebelum sakit: Anak klien mengatakan Tn. M termasuk orang yang
keras kepala karena sering tidak mau memeriksakan dirinya ke tempat
pelayanan kesehatan jika ia sedang tidak enak badan dan susah untuk
diatur untuk menjaga kesehatannya seperti contohnya Tn.M tidak mau
berhenti merokok dan terus terusan merokok.
b. Selama sakit: Anak klien mengatakan Tn. M selalu pasrah disaat akan
diberi pengobatan yang telah ditentukan.
2. Pola nutrisi/metabolik
1) Intake makanan
sebelum sakit : Sebelum sakit, Tn. M makan dengan lahap
3x sehari
Saat sakit : Tn. M hanya mau makan 6 sendok dalam
sehari dari makanan yang disiapkan rumah sakit
2) Intake cairan

31
Sebelum sakit : Tn M mengkonsumsi air putih ±1300-1500 cc
perhari
Saat sakit : Tn M tidak mau mengosumsi banyak air putih dan
dalam sehari hanya menghabiskan ±500 cc.
3) Balance cairan= Cairan Masuk-Cairan Keluar Total
Cairan masuk= 500+1500+40+2+144= 2186cc
Cairan keluar=500+100= 600cc
IWL= 10cc x 60kg= 600cc
Cairan keluar total= cairan keluar-IWL= 600+600= 1200cc
Balance cairan= cairan masuk-cairan keluar total= 2186-1200=
786cc/24jam.
3. Pola eliminasi
 Buang air besar
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan biasanya BAB 1x
dalam dua hari dengan konsistensi lembek, warna tinja normal kuning,
bau feses normal seperti belerang

Saat sakit : Tinja pasien berwarna kehitaman dan encer ±5


kali dalam sehari

 Buang air kecil


Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan ± 5-6 kali sehari dengan
lancar dan berwarna kuning jernih
Saat sakit : Tn. M mengeluarkan urin melalui selang kateter
yang terpasang ±500 cc dalam sehari, agak keruh.

4.  Pola aktifitas dan latihan:


 Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum           
Mandi           
Toileting           
Berpakaian           
Mobilitas di tempat tidur         
Berpindah           
ROM         
5. Pola tidur dan istirahat

32
Sebelum sakit : Tn. M tidur 10 jam dalam sehari, tidak punya
gangguan tidur, juga jarang begadang, dan merasa segar setiap bangun
tidur

Saat sakit : Tn. M selalu tidur dan selalu merasa lelah


walaupun sudah lama tertidur

6. Pola persepsual
Penglihatan : Tn.M masih dapat melihat dan mengenali orang yang
berada disekitarnya

Pendengaran : Tn.M mempunyai gangguan pendengaran dan tidak


terlalu jelas mendengar orang yang suaranya agak jauh dari telinganya

Pengecap : Tn. M masih bisa membedakan rasa makanan atau


minuman yang satu dengan yang lainnya.

Sensasi : Tn. M masih bisa merasakan ransangan yang diberikan


seperti nyeri.

7. Pola persepsi diri


Pasien merasa pasrah dengan apa yang ia derita dan selalu berdoa agar
diberi kesembuhan.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
a. Sebelum sakit
Tn. M mengatakan tidak memiliki masalah mengenai reproduksi dan
saat sebelum sakit, pasien jarang tidur dengan istri karena keduanya
dalam keadaan sakit sehingga pemenuhan dasar seksualitasnya
terganggu.

b. Saat sakit
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah reproduksi dan pasien juga
mengatakan selama sakit ini pasien tidak pernah tidur dengan istrinya
sehingga pemenuhan dasar seksualitasnya terganggu.

33
9. Pola peran hubungan
Pasien merasa lemas untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan pada
saat pengkajian pasien menjawab pertanyaan dengan singkat.
10. Pola managemen koping-stess
Pasien mengatakan akhir-akhir ini ia merasa stress karena memikirkan
istrinya yang sedang sakit, ia menghibur dirinya dengan merenung dan
mengingat tuhan.
11. Sistem nilai dan keyakinan
Tn. M selalu beribadah sebelum ia sakit, tetapi disaat ia sakit seperti
sekaang, ia hanya berdoa menyerahkannya kembali ke Allah untuk diberi
kesembuhan untuk ia dan istrinya.
III. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
2. GCS: 15 Eyes 4 Verbal 5 Motorik 4
3. TTV
a. Tekanan darah: 113/73 mmHg
b. Nadi: 85x/menit
c. Suhu: 36oC
d. Respirasi: 21x/menit
e. SpO2: 99%
4. Kekuatan Otot
4 4
4 4
5. Pemeriksaan Head To Toe
1) Kepala
a. Inspeksi: Bentuk kepala agak lonjong, tidak ada luka, jejas atau
cedera kepala, kulit kepala bersih, dan rambut berwarna putih
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
2) Mata, Telinga, Hidung, Mulut
a. Mata : Hasil inspeksi didapatkan kedua mata simetris kiri dan
kanan, konjungtiva anemis, sklera berwarna putih kekuningan,

34
tidak ada menggunakan alat bantu penglihatan (kacamata), reflek
pupil isokor. Serta setelah dipalpasi tidak ada nyeri tekan.
b. Telinga : Hasil inspeksi didapatkan kedua telinga simetris antara
kiri dan kanan, tidak ada pembekakan, tidak ada serumen, tidak ada
kelainan dan tidak ada masa. Serta hasil palpasi tidak ada nyeri
tekan.
c. Hidung : Hasil inspeksi didapatkan tidak ada secret tidak ada jejas,
terpasang nasal kanul 3 lpm. Serta hasil palpasi tidak ada nyeri
tekan.
d. Mulut : selaput mulkosa kering, bibir tidak kebiruan, tidak terdapat
jejas, terdapat gigi 6 buah. Tidak ada nyeri tekan.
3) Leher
a. Inspeksi = tidak ada terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
lesi/ jejas
b. Palpasi = tidak ada benjolan, simetris saat menelan ludah
4) Dada/ Thorax
a. Inspeksi= Dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada
cepat dengan frekuensi nafas 21x permenit, tidak ada penonjolan
tulang dan lesi, tidak ada terdapat sianosis, tidak ada bekas luka
lecet.
b. Palpasi = tidak ada nyeri tekan ataupun benjolan.
c. Perkusi = terdengan suara sonor dikedua lapang paru
d. Auskultasi = tidak terdapat suara nafas tambahan, suara jantung
normal S1 S2 Tunggal.
5) Abdomen
a. Inspeksi : Perut tampak kembung, tidak tampak adanya jejas/ luka
pada area kulit, tidak ada ascites.
b. Auskultasi : Bising usus 11x/menit
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran hepar,
tidak teraba pembesaran limpa, dan tidak teraba masa.
d. Perkusi : Timpani
6) Genetalia

35
a. Inspeksi = Terpasang kateter, memakai pampers, tidak ada luka
sekitar genetalia
b. Palpasi = vesika urinaria tidak kembung, tidak ada nyeri tekan
7) Kulit: Tidak terdapat tanda sianosis / kebiruan, warna kulit sawo
matang, kulit tampak kering, tugor kulit menurun.
8) Ekstermitas: Anggota gerak atas dan bawah lengkap, tidak tampak
adanya oedem, skala kekuatan otot bagian kanan kiri atas dan bawah 4.
Tidak mampu menggerakkan ekstremitas jika ada tahanan.
IV. Program terapi:
No Terapi Cara Dosis Fungsi
Pemberia
n
1. Nacl 0,9% IV 20 tpm Memenuhi kebutuhan cairan
dan elektrolit
2. Pantoprazole IV 40 mg/24 jam Obat asam lambung
3. Cefoperazone IV 1 gr/12 jam Antibiotik
4. Vascon IV 0,1 mcg/menit Meningkatkan tekanan darah
yang diindikasikan pada
penderita tekanan darah
rendah akut

 Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Metode


Hematologi
Hematologi Lengkap
Haemoglobine 14.7 g/dl 14.0-17.5
Jumlah eritrosit 5.00 10ˆ6/uL 4.10-5.90
Hematokrit 47.4 % 40.0-52.0
Jumlah trombosit H 524 10ˆ3/uL 150-450
MCV, MCH, MCHC
MCV 94.7 fL 80.0-96.0
MCH 29.4 Pg 26.0-32
MCHC L 31.1 g/dl 32.0-36.0
RDW-CV 14.5 % 11.0-16.0
Jumlah Leukosit 9.15 10ˆ3/ul 4.50-11.50

36
Hitung Jenis
Basofil% 0.3 % 0.0-2.0
Eosinofil% L 0.2 % 1.0-3.0
Neutrofil% H 71.8 % 50.0-70.0
Limfosit% 22.1 % 18.0-42.0
Monosit% 5.6 % 2.0-11.0
Basofil# 0.03 10ˆ3/ul 0.00-0.10
Eosinofil# 0.02 10ˆ3/ul 0.00-0.40
Neutrofil# H 6.6 10ˆ3/ul 2.3-6.1
Lymphosit# 2.02 10ˆ3/ul 0.80-4.80
Monosit# 0.51 10ˆ3/ul 0.45-1.30
Ratio N/L H 3.27 < 3.13
Kimia Darah
SGPT H 44 U/L 13-40 IFCC
SGOT H 76 U/L 19-48 IFCC
Glukosa 89 mg/dL 80-120
Sewaktu
Urea Darah H 201.2 mg/dL 17.0-43.0 Urease

Kreatinin Darah H 3.65 mg/dL 0.80-1.30 Jaffe


eGFR 243 ml/min/1.73m2 >90 mL/min/1.73m2
Na, K, Cl
Natrium Darah 139 mmol/L 136-145
Kalium Darah H 6.5 mmol/L 3.5-5.1
Klorida Darah 104 mmol/L 98-107

Analisa Data

Data Penyebab Masalah


Ds: Faktor eliminasi urin Hipovolemia
1. Klien mengatakan ia
tidak nafsu untuk makan Intake cairan
dan minum
2. Klien mengatakan ia Kehilangan Cairan aktif

37
hanya makan 6 sendok
bubur dalam sehari serta
minum ±500cc dalam
sehari
3. Anak klien mengatakan
Tn.M sudah BAB cair
kehitaman sejak tanggal 1
november 2022 dan sejak
pengkajian pada tanggal
3 november 2022 pasien
sudah BAB cair
kehitaman sebanyak 5
kali
Do:
1. BAB terlihat cair
kehitaman
2. Urine ±500cc berwarna
kuning agak keruh
3. Terpasang kateter
4. Tugor kulit menurun
5. Akral teraba dingin
6. Membran mukosa kering
7. Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital menunjukkan:
 Tekanan darah: 113/73
mmHg
 Nadi: 85x/menit
 Respirasi: 21x/menit
 Suhu: 36oC
Ds: Usia Keletihan
1. Klien mengatakan ia
masih merasa tidak segar Degeneratif
walaupun telah tidur
2. Klien mengatakan ia Kondisi Fisiologis
kurang bertenaga
3. Klien mengeluh lelah
4. Anak klien mengatakan
klien tidak nafsu untuk
nakan dan minum
Do:
1. Semua kegiatan klien
dibantu oleh keluarga
2. Klien Nampak lemah
dengan nilai kekuatan
otot

3. Klien terlihat kesusahan

38
dah tidak bertenaga untuk
makan dan minum
4. BAB pasien nampak cair
dan kehitaman
5. Jumlah kadar kreatinin
3.65 mg/dL serta urea
darah sebanyak 201.2
mg/dL
6. Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital menunjukkan:
 Tekanan darah: 113/73
mmHg
 Nadi: 85x/menit
 Respirasi: 21x/menit
 Suhu: 36oC
Ds: Usia Gangguan Mobilitas fisik
1. Klien mengatakan ia
masih merasa tidak segar Degeneratif
walaupun telah tidur
2. Klien mengeluh lemas Kondisi Fisiologis
saat akan menggerakkan
tangan ataupun kaki Ketidakbugaran fisik
Do:
1. Klien nampak lemah
dengan nilai kekuatan
otot

2. Jumlah kadar kreatinin


3.65 mg/dL serta urea
darah sebanyak 201.2
mg/dL
3. Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital menunjukkan:
 Tekanan darah: 113/73
mmHg
 Nadi: 85x/menit
 Respirasi: 21x/menit
 Suhu: 36oC

Diagnosis Keperawatan

1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


2. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakbugaran fisik

39
Intervensi Keperawatan

Hari Dx Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


tanggal
1 2 3 4 5
Kamis, I Setelah 3x24 jam Observasi
3 Nov status cairan dapat 1. Periksa tanda- Mengetahui
2022 membaikdengan tanda dan gejala kekurangan
kriteria hasil: hipovolemia cairan yang
1. Tugor kulit  pasien alami
meningkat
2. Perasaan lemah 2. Monitor intake Mengetahui
menurun dan output cairan apakah intake

3. Tekanan darah cairan
membaik membaik
4. Intake cairan Trapeutik

membaik 1. Hitung Meningkat
kebutuhan cairan intake cairan

2. Berikan asupan Tugor kulit
cairan oral meningkat

Edukasi
1. Anjurkan banyak Tekanan darah
asupan cairan membaik
oral
2. Anjurkan Agar kelemahan
menghindari tidak bertambah
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
Kolaborasi Kebutuhan
pemberian cairan cairan terpenuhi
intravena
II Setelah 3x24 jam Observasi Mengetahui

40
tingkat keletihan 1. Monitor kelelahan yang
dapat menurun kelelahan fisik pasien alami
dengan kriteria dan emosional
hasil: 2. Monitor pola dan Mengetahui
1. Verbalisasi  jam tidur pasien pola tidur
kepulihan pasien
meningkat Trapeutik
Verbalisasi
2. Tenaga  1. Berikan aktivitas
meningkat distraksi yang kepulihan
3. Selera makan  menyenangkan energi
membaik meningkat
2. Sediakan media Menambah
dan materi pengetahuan
pengaturan pasien dan
istirahat keluarganya
Edukasi
1. Anjurkan tirah Lesu menurun
baring
2. Anjurkan Memonitor
hubungi perawat pasien
jika gejala dan
tanda kelelahan
tidak berkurang
3. Ajarkan strategi Tenaga pasien
koping untuk meningkat
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi Selera makan
Kolaborasi dengan membaik
ahli gizi
III Setelah 3x24 jam Observasi Melihat
mobilitas fisik Monitor keadaan kesiapan pasien
meningkat dengan fisik dalam
kriteria hasil: melakukan
1. Kekuatan otot  mobilisasi
meningkat
2. Kelemahan fisik Trapeutik Memandirikan
 Libatkan keluarga
menurun pasien dan
dalam melakukan keluarga
pergerakan

Edukasi Meningkatkan
Anjurkan melakukan kekuatan otot
mobilisasi dini
Agar kelemahan
Ajari mobilisasi fisik menurun
sederhana yang
harus dilakukan

41
Implementasi

Hari, Dx Implementasi Respon Hasil Tanda


Tanggal, Tangan
jam
Kamis, 3 I Memeriksa tanda-tanda dan Terdapat tanda-tanda
November gejala hipovolemia hipovolemia diantaranya
2022 08.30 mukosa kering, tugor kulit Ismi
menurun
08.30 Memonitor intake dan output
cairan Pasien tidak nafsu mimum dan
hanya minum ±500cc dalam Ismi
08.35 sehari
Memberikan asupan cairan
oral Pasien hanya minum ±500cc
08.50 Ismi
dalam sehari
Menganjurkan banyak asupan
cairan oral Pasien masih tidak mau
08.55 meningkatkan asupan cairan
Menganjurkan menghindari Ismi
melalui oral
perubahan posisi mendadak Pasein hanya tiduran karena
11.40
belum ada tenaga mobilisasi Ismi
Berkolaborasi pemberian
cairan intravena Kebutuhan cairan dibantu
dengan infuse Nacl 0,9% dan
pasien merasa lebih bertenaga
daripada saat tidak terpasang Ismi
infuse

42
09.00 II Memonitor kelelahan fisik dan Terdeteksi adanya kelelahan
emosional fisik dan emosional dengan
kekuatan otot
Ismi
4 4

4 4

10.00 Memonitor pola dan jam tidur Pasien selalu tidur tetapi tetap
pasien tidak merasa segar Ismi

Memberikan aktivitas distraksi Klien mengikuti perintah


yang menyenangkan untuk melakukan teknik
10.00 distraksi berupa relaksasi
Ismi
nafas dalam
Menganjurkan hubungi Gejala dan tanda kelelahan
perawat jika gejala dan tanda tidak berkurang, pasien masih
10.00 kelelahan tidak berkurang tidak bertenaga bahkan untuk Ismi
berbicara
09.30 Mengajarkan strategi koping Pasien mengikuti tehnik
untuk mengurangi kelelahan distraksi yang diajarkan Ismi
Berkolaborasi dengan ahli gizi Klien hanya memakan bubur
yang diberikan sebanyak 2
sendok makan dan minum Ismi
hanya 6 sendok makan
10.00 III Memonitor keadaan fisik Hasil pengukuran kekuatan
otot
4 4 Ismi
4 4
10.10 Melibatkan keluarga dalam
melakukan pergerakan Semua aktivitas pasien dibantu
keluarga seperti makan, dan
minum Ismi
10.15 Menganjurkan melakukan
mobilisasi dini Keluarga membantu klien
dalam melakukan pergerakan Ismi
10.30 seperti miring kanan, miring
Ajari mobilisasi sederhana kiri
yang harus dilakukan
Pasien belum mampu duduk Ismi
tanda adanya penopang
Jumat, 4 I Memeriksa tanda-tanda dan Mukosa masih kering, tugor
November gejala hipovolemia kulit menurun
2022 20.10 Ismi
Pasien tidak nafsu mimum dan
20.11 Memonitor intake dan output hanya mampu minum ±450/ 2
Ismi

43
cairan gelas narmada dalam sehari
20.15
Memberikan asupan cairan Pasien hanya minum ±450cc/
oral 2 gelas narmada dalam sehari Ismi
20.30
Menganjurkan banyak asupan Pasien masih tidak mau
cairan oral meningkatkan asupan cairan Ismi
20.35 melalui oral
Menganjurkan menghindari Pasien masih menghindari
perubahan posisi mendadak perubahan posisi dan hanya Ismi
20.55 tidur terlentang

Berkolaborasi pemberian Pasien terpasang infuse Nacl


cairan intravena 0,9% dan pasien merasa lebih Ismi
bertenaga daripada saat tidak
terpasang infuse, tapi masih
merasa lemas
20.15 II Memonitor kelelahan fisik dan kelelahan fisik dan emosional
emosional masih dirasakan klien dengan
kekuatan otot Ismi
4 4

20.15 4 4

Menyediakan media dan Klien selalu beristirahat tapi


20.30 materi pengaturan istirahat tidak kunjung merasa segar Ismi

20.30 Menganjurkan tirah baring Klien masih merasa lemah


Ismi
Memberikan aktivitas distraksi Klien mengikuti perintah
yang menyenangkan untuk melakukan teknik
distraksi berupa relaksasi
20.30 nafas dalam Ismi

Menganjurkan hubungi Pasien masih tidak bertenaga


perawat jika gejala dan tanda bahkan untuk berbicara
20.31 kelelahan tidak berkurang Ismi

Mengajarkan strategi koping Klien masih merasa lelah


20.00 untuk mengurangi kelelahan Ismi

Berkolaborasi dengan ahli gizi Klien hanya mengosumsi susu


yang disiapkan sebanyak 5 Ismi
sendok makan, karena pasien
juga kesusahan untuk makan
Sabtu, 5 III Memonitor keadaan fisik Hasil pengukuran kekuatan
november otot masih sama, pasien tidak
2022 06.30 mampu melawan tahanan
Ismi

44
4 4
4 4
Melibatkan keluarga dalam
06.40 melakukan pergerakan Keluarga pasien mampu Ismi
membantu pasien melakukan
pergerakan tanpa bantuan
perawat
Menganjurkan melakukan
06.45 mobilisasi dini Keluarga membantu klien
Ismi
dalam melakukan pergerakan
seperti miring kanan, miring
Ajari mobilisasi sederhana kiri
yang harus dilakukan
07.00 Ismi
Pasien masih sama seperti
sebelumnya, belum mampu
duduk tanda adanya penopang.
Bahkan masih lemas untuk
miring kanan dan kiri
Sabtu, 5 I Memeriksa tanda-tanda dan Tidak ada oerubahan dari hari
November gejala hipovolemia sebelumnya, mukosa masih
2022 14.05 kering, tugor kulit menurun, Ismi
akral teraba dingin

14.10 Memonitor intake dan output Pasien kesusahan minum


cairan melalui oral dan hanya minum
±220cc/ 1 gelas narmada Ismi
dengan dibantu minum
14.15 menggunakan sendok
Memberikan asupan cairan
oral Pasien hanya minum ±220cc/
1 gelas narmada dengan Ismi
14.20
dibantu minum menggunakan
Menganjurkan banyak asupan
sendok
cairan oral
14.30
Pasien kesusahan menelan air Ismi
Menganjurkan menghindari
yang diminumkannya
perubahan posisi mendadak
15.00
Pasien terlalu temah untuk Ismi
Berkolaborasi pemberian
mengganti posisi
cairan intravena
Walau sudah diberi bantuan
infuse Nacl 0,9% pasien masih Ismi
merasa lemas, akral dingin,
tugor menurun, serta mukosa
kering
14.10 II Menyediakan media dan Klien masih merasa lesu
14.10 materi pengaturan istirahat
Ismi
Menganjurkan tirah baring Klien sudah melakukan tirah

45
baring tetapi tidak merasa
14.30 segar Ismi

Memberikan aktivitas distraksi Klien masih merasa letih


15.00 yang menyenangkan Ismi

Menganjurkan hubungi Gejala dan tanda kelelahan


perawat jika gejala dan tanda belum berkurang Ismi
15.30 kelelahan tidak berkurang

Mengajarkan strategi koping


untuk mengurangi kelelahan Klien selalu melakukan
relaksasi nafas dalam yang
digabungkan berfikir sesuatu
yang menyenangkan untuk Ismi
16.00
menurunkan keletihan tapi
pasien masih merasa letih
Berkolaborasi dengan ahli gizi
Selera makan klien belum
meningkat karena pasien juga Ismi
kesusahan untuk makan
\16.30 III Memonitor keadaan fisik Hasil pengukuran kekuatan
otot masih sama, pasien tidak
mampu melawan tahanan dan
masih lemas Ismi
4 4
4 4
17.00 Melibatkan keluarga dalam Keluarga membantu
melakukan pergerakan pergerakan pasien Ismi
17.20 Menganjurkan melakukan Keluarga membantu klien
mobilisasi dini dalam melakukan pergerakan
seperti miring kanan, miring Ismi
17.30 Ajari mobilisasi sederhana kiri
yang harus dilakukan
Pasien tidak mampu
melakukan mobilisasi karena Ismi
merasa lemah

46
Evaluasi

Hari/ DX Evaluasi TTD


Tanggal/
Jam
Sabtu, 5 I S: Anak klien mengatakan Tn.M masih mengalami
November BAB cair kehitaman
2022 O: Tugor kulit menurun, akral teraba dingin, membrane
19.50 mukosa kering, masih terpasang kateter dengan Ismi
hasil pengukuran tanda-tanda vital:
Tekanan darah 73/53 mmHg
Nadi 124x/menit
Suhu 36oC
Respirasi 21x/menit
SpO2 93%
A: Masalah keperawatan hipovolemia tidak teratasi
P: Intervensi dihentikan, pasien meninggal dunia
Sabtu, 5 II S: Anak klien mengatakan Tn.M masih merasa lemas
November O:Klien terlihat lemas, bahkan merasa lemah untuk
2022 berbicara, nilai kekuatan otot pada ekstremitas atas
19.55 dan bawah masih 4 dengan hasil pengukuran tanda- Ismi
tanda vital:
Tekanan darah 73/53 mmHg
Nadi 124x/menit
Suhu 36oC
Respirasi 21x/menit
SpO2 93%
A: Masalah keperawatan keletihan tidak teratasi
P: Intervensi dihentikan, pasien meninggal dunia
Sabtu, 5 III S: Anak klien mengatakan Tn.M masih dibantu dalam
November melakukan pergerakan
2022 O: Tugor kulit menurun demgan nilai 4 pada Ismi
20.00 ekstremitas atas dan bawah dengan hasil
pengukuran tanda-tanda vital:

47
Tekanan darah 73/53 mmHg
Nadi 124x/menit
Suhu 36oC
Respirasi 21x/menit
SpO2 93%
A: Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik tidak
teratasi
P: Intervensi dihentikan, pasien meninggal dunia

48
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN TN “J” DENGAN MASALAH GANGGUAN
MOBILITAS FISIK DENGAN DIAGNOSA MEDIS NSTEMI DI RUANG
IRNA 3B RSUD KOTA MATARAM

DISUSUN
OLEH:
TSABITUL ISMI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

41
42
Resume Asuhan Keperawatan Tn “J” dengan Masalah Gangguan Mobilitas
Fisik dengan Diagnosa Medis Nstemi di Ruang Irna 3B RSUD Kota Mataram

Nama mahasiswa : Tsabitul Ismi


Tempat praktek : Irna 3B

Tanggal : 3 November 2022

 Identitas diri klien


Nama : Tn. J Suku : Sasak
Umur : 60 Tahun Pendidikan : SMA
Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Gunung sari
Tanggal masuk RS : 30 Oktober 2022
Status perkawinan : Kawin Tanggal pengkajian : 8 November 2022
Agama : Islam Sumber Informasi : Istri
Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.Y
Hubungan dengan klien : Anak
Alamat : Jatisela Gunung Sari
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
V. Riwayat penyakit
2. Keluhan utama saat masuk RS: Klien mengatakan ia merasa lemas
3. Riwayat penyakit sekarang: istri klien mengatakan sejak sebulan yang lalu Tn. J tiba-
tiba pingsan dan dibawa ke RSUD Kota Mataram terdiagnosa menderita nstemi. Pada
30 november 2022 Tn.J tiba-tiba merasa lemas dan dibawa ke IGD RSUD Kota
Mataram, sampai pada pukul 22.16 GCS= E3 V5 M 6 atau compos mentis dengan
hasil pengukuran tanda-tanda vital diantaranya tekanan darah 95/75 mmHg, nadi
80x/menit, nafas 20x/menit, suhu 36,6oC, serta Spo2 98%. Terapi yang diberikan Nacl
0,9% 20 tpm, pantoprazole 1 vial/ 12 jam, bisoprolol 2,5 mg, citicoline 3x24 jam.
Selanjutnya pasien dipindahkan ke ruangan pelayanan jantung terpadu. Terapi yang
diberikan diantaranya Nacl 0,9% 20 tpm, pantoprazole 40mg/12 jam, citicoline
250mg/8 jam, diviti 2,5 mg/24 jam, bisoprolol 2,5 mg/24 jam, asam folat 1 tablet/12

43
jam. Pada tanggal 31 oktober 2022 dipindah ke ruang Irna 3B GCS= E3 V5 M 6 atau
compos mentis dengan hasil pengukuran tanda-tanda vital diantaranya tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 83x/menit, nafas 20x/menit, suhu 36 oC, serta Spo2 97%. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital pada 8 november 2022 pukul 20.00 saat pengkajian
yaitu tekanan darah 115
/69 mmHg, nadi 79x/menit, respirasi 16x/menit, suhu 36oC, dan
SpO2 99%, serta terpasang kateter.
4. Riwayat Penyakit Keluarga: Anak klien mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang
menderita penyakit seperti Tn. J ataupun penyakit menular seperti TBC dan penyakit
genetic seperti DM.
5. Riwayat Penyakit Dahulu: Anak klien mengatakan bahwa sebulan yang lalu Tn. J
dirawat di ruang PJT RSUD Kota Mataram karena terdiagnosa nstemi.
7. Diagnosa medik pada saat MRS: nstemi
8. Genogram

: Klien
: Meninggal
: Perempuan/ laki laki
: Nikah
: Tinggal serumah
: Keturunan

44
VI. Pengkajian saat ini
12. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
c. Sebelum sakit: Klien mengatakan ia menjaga kesehatannya dengan mencoba pola
hidup yang sehat seperti menghindari makanan berminyak dan terkadang jalan-
jalan santai
d. Selama sakit: Klien mengikuti semua terapi pengobatan yang telah ditentukan.
13. Pola nutrisi/metabolik
4) Intake makanan
sebelum sakit : Sebelum sakit, Tn. J makan dengan lahap 3x sehari
Saat sakit : Tn. J hanya mau makan 10 sendok dalam sehari dari
makanan yang disiapkan rumah sakit
5) Intake cairan
Sebelum sakit : Tn J mengkonsumsi air putih ±1500-1800 cc perhari
Saat sakit : Tn J hanya mengosumsi air putih dalam sehari ±840 cc/4
gelas narmada
6) Balance cairan= Cairan Masuk-Cairan Keluar Total
Cairan masuk= 1500+40+750+20+3+200+25= 2538cc
Cairan keluar=840cc
IWL= 10cc x 80kg= 800cc
Cairan keluar total= cairan keluar-IWL=840+800= 1640cc
Balance cairan= cairan masuk-cairan keluar total= 2538-1640= 898cc/24jam.
14. Pola eliminasi
 Buang air besar
Sebelum sakit : Tn. J mengatakan biasanya BAB 1x dalam dua hari dengan
konsistensi lembek, warna tinja normal kuning, bau feses normal seperti belerang

Saat sakit : Saat di rumah sakit, pasien sudah tidak pernah BAB selama
3 hari

 Buang air kecil


Sebelum sakit : Tn J mengatakan ± 5-6 kali sehari dengan lancar dan
berwarna kuning jernih
Saat sakit : Tn. J mengeluarkan urin melalui selang kateter yang terpasang
±840 cc dalam sehari, agak keruh.

45
15.  Pola aktifitas dan latihan:
 Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum           
Mandi           
Toileting           
Berpakaian           
Mobilitas di tempat tidur         
Berpindah           
ROM         
16. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit : Tn. J tidur 9 jam dalam sehari, tidak punya gangguan tidur,
juga jarang begadang, dan merasa segar setiap bangun tidur

Saat sakit : Tn. J tertidur 10 jam dalam sehari, tetapi masih lemas

17. Pola persepsual


Penglihatan : Tn.J masih dapat melihat dan mengenali orang yang berada
disekitarnya

Pendengaran : Tn.J tidak mempunyai gangguan pendengaran

Pengecap : Tn. J masih bisa membedakan rasa makanan atau minuman

Sensasi : Tn. J masih bisa merasakan ransangan yang diberikan seperti nyeri.

18. Pola persepsi diri


Pasien merasa pasrah dengan apa yang ia derita dan selalu berdoa agar diberi
kesembuhan.
19. Pola seksualitas dan reproduksi
c. Sebelum sakit
Tn. M mengatakan tidak memiliki masalah mengenai reproduksi dan saat sebelum
sakit, pasien tetap tidur dengan istrinya.
d. Saat sakit
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah reproduksi dan pasien juga
mengatakan selama sakit ini pasien selalu ditemani tidur dengan istrinya, hanya
saja bedanya Tn. J tisur di bed pasien dan istrinya tidur di tikar menjaganya.
20. Pola peran hubungan
Pasien merasa lemas dan selalu diajak berkomunikasi oleh istri dan anaknya

46
21. Pola managemen koping-stess
Pasien mengatakan akhir-akhir ini ia merasa stress karena takut menyusahkan orang
lain, ia menghibur dirinya dengan merenung dan mengingat tuhan.
22. Sistem nilai dan keyakinan
Tn. J selalu beribadah sebelum ia sakit, tetapi disaat ia sakit seperti sekaang, ia hanya
berdoa menyerahkannya kembali ke Allah untuk diberi kesembuhan
VII.Pemeriksaan Fisik
6. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
7. GCS: 15 Eyes 4 Verbal 5 Motorik 4
8. Tanda-tanda vital= tekanan darah 115
/69 mmHg, nadi 79x/menit, respirasi 16x/menit,
suhu 36oC, SpO2 99%.
9. Kekuatan Otot
4 4
4 4
10. Pemeriksaan Head To Toe
9) Kepala
c. Inspeksi: Bentuk kepala agak lonjong, tidak ada luka, jejas atau cedera kepala,
kulit kepala bersih, dan rambut berwarna putih
d. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
10) Mata, Telinga, Hidung, Mulut
e. Mata : Hasil inspeksi didapatkan kedua mata simetris kiri dan kanan,
konjungtiva anemis, sklera berwarna putih kekuningan, tidak ada
menggunakan alat bantu penglihatan (kacamata), reflek pupil isokor. Serta
setelah dipalpasi tidak ada nyeri tekan.
f. Telinga : Hasil inspeksi didapatkan kedua telinga simetris antara kiri dan
kanan, tidak ada pembekakan, tidak ada serumen, tidak ada kelainan dan tidak
ada masa. Serta hasil palpasi tidak ada nyeri tekan.
g. Hidung : Hasil inspeksi didapatkan tidak ada secret tidak ada jejas. Serta hasil
palpasi tidak ada nyeri tekan.
h. Mulut : selaput mulkosa kering, bibir tidak kebiruan, tidak terdapat jejas.
Tidak ada nyeri tekan.
11) Leher
c. Inspeksi = tidak ada terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi/ jejas
d. Palpasi = tidak ada benjolan, simetris saat menelan ludah

47
12) Dada/ Thorax
e. Inspeksi= Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada penonjolan tulang dan lesi,
tidak ada terdapat sianosis, tidak ada bekas luka lecet.
f. Palpasi = tidak ada nyeri tekan ataupun benjolan.
g. Perkusi = terdengan suara sonor dikedua lapang paru
h. Auskultasi = tidak terdapat suara nafas tambahan, suara jantung normal S1 S2
Tunggal.
13) Abdomen
e. Inspeksi : terdapat distensi abdomen, tidak tampak adanya jejas/ luka pada
area kulit, tidak ada ascites.
f. Auskultasi : Bising usus 13x/menit
g. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran hepar, tidak teraba
pembesaran limpa, dan tidak teraba masa.
h. Perkusi : Timpani
14) Genetalia
c. Inspeksi = Terpasang kateter, memakai pampers, tidak ada luka sekitar
genetalia
d. Palpasi = vesika urinaria tidak kembung, tidak ada nyeri tekan
15) Kulit: Tidak terdapat tanda sianosis / kebiruan, warna kulit sawo matang, kulit
tampak kering terutama pada tangan dan telapak kaki terdapat kulit yang
mengelupas, tugor kulit menurun.
16) Ekstermitas: Anggota gerak atas dan bawah lengkap, tidak tampak adanya oedem,
skala kekuatan otot bagian kanan kiri atas dan bawah 4. Tidak mampu
menggerakkan ekstremitas jika ada tahanan.
VIII. Program terapi:
No Terapi Cara Dosis Fungsi
Pemberia
n
1. Nacl 0,9% IV 20 tpm Memenuhi kebutuhan cairan
dan elektrolit
2. Pantoprazole IV 40 mg/24 jam Obat asam lambung
3. Citicoline IV 250 gr/8jam Meningkatkan aliran darah
4. Furosemide IV 20 gr/24 jam Mengatasi penumpukan
cairan
5. Meropenem IV 1gr/8jam Menangani penyakit infeksi
bakteri
6. Resfar IV 100gr/12 jam Mengatasi keracunan atau

48
overdosis paracetamol
7. Spironolactone IV 25gr/24 jam Menurunkan tekanan darah
8. Vaseline Oles 3xsehari Melembabkan kulit yang
(topikal) kering

 Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Metode


Hematologi
Hematologi Lengkap
Haemoglobine L 10.2 g/dl 14.0-17.5
Jumlah eritrosit L 2.99 10ˆ6/uL 4.10-5.90
Hematokrit L 30.1 % 40.0-52.0
Jumlah trombosit 254 10ˆ3/uL 150-450
MCV, MCH, MCHC
MCV H 100.7 fL 80.0-96.0
MCH H 34.1 Pg 26.0-32
MCHC 33.9 g/dl 32.0-36.0
RDW-CV H 17.9 % 11.0-16.0
Eritrosit Berinti% 0 %
Jumlah Leukosit H 12.72 10ˆ3/ul 4.50-11.50
Hitung Jenis
Basofil% 0.1 % 0.0-2.0
Eosinofil% L 0.0 % 1.0-3.0
Neutrofil% H 86.0 % 50.0-70.0
Limfosit% L 7.1 % 18.0-42.0
Monosit% 6.8 % 2.0-11.0
Basofil# 0.01 10ˆ3/ul 0.00-0.10
Eosinofil# 0.00 10ˆ3/ul 0.00-0.40
Neutrofil# H 11.0 10ˆ3/ul 2.3-6.1
Lymphosit# 0.90 10ˆ3/ul 0.80-4.80
Monosit# 0.86 10ˆ3/ul 0.45-1.30
Ratio N/L H 12.22 < 3.13
Kimia Darah
Albumin L 2.3 g/dL 3.2-4.6 BCG

49
Bilirubin total H 2.02 mg/dL 0.2-1.1 Diaz

Bilirubin direk H 1.24 mg/dL <0.2 Diaz


Bilirubin indirek H 0.78 mg/dL 0.0-0.75
SGPT 30 U/L 13-40
SGOT 25 U/L 19-48
Kreatinin darah L 0.46 mg/dl 0.80-1.30
eGFR (CKD-EPI) 122 ml/min/1.73 m2 >90mL/min/1.73m2

Analisa Data

Data Penyebab Masalah


Ds: Usia Keletihan
1. Klien mengatakan ia merasa lemas
2. Klien mengatakan ia kurang bertenaga Degeneratif
3. Klien mengeluh lelah
Do: Kondisi Fisiologis
1. Semua kegiatan klien dibantu oleh keluarga
2. Klien Nampak lemah dengan nilai
kekuatan otot

3. Jumlah kadar kreatinin 0,46 mg/dL,


bilirubin direk 1.24 mg/dL bilirubin indirek
0.78 mg/dL, hemoglobin 10.2 g/dL,
eritrosit 2.99 10ˆ6/uL, hematokrit 30.1%,
MCV 100.7fL, MCH 34.1pg, leukosit
12.72 10ˆ3/ul, neutrofil 86%, serta albumin
2.3 g/dL
4. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
menunjukkan: tekanan darah 115/69 mmHg,
nadi 79x/menit, respirasi 16x/menit, suhu
36oC, SpO2 99%.

Ds: Intake cairan tidak Hipovolemia


1. Klien mengatakan saat sakit, ia hanya adekuat
minum 4 gelas narmada
2. Klien mengatakan ia tidak nafsu makan Kekurangan intake cairan
Do:
8. Urine ±840cc berwarna kuning agak keruh
9. Terpasang kateter
10. Tugor kulit menurun
11. Tangan dan kaki bersisik/ mengelupas
karena kering
12. Nadi teraba lemah

50
13. Membran mukosa kering
14. Hematokrit 30.1%
15. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
menunjukkan: tekanan darah 115/69 mmHg,
nadi 79x/menit, respirasi 16x/menit, suhu
36oC, SpO2 99%.
Ds: Intake cairan menurun Konstipasi
1. Klien mengatakan ia sudah tidak BAB 3
hari Ketidakcukupan asupan
2. Klien mengatakan sejak ia dirawat di cairan
ruamh sakit, saat BAB pengeluaran
fesesnya lama dan sulit karena keras
Do:
1. Saat di rumah sakit, pasien sudah tidak
pernah BAB selama 3 hari
2. Klien mengatakan saat sakit, minumnya
berkurang yang sebelumnya ±1500-1800cc
perhari sekarang menjadi 840cc perhari
3. Terlihat kulit tangan dan kaki mengelupas
4. Tugor kulit menurun
5. Terdapat distensi abdomen
6. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
menunjukkan: tekanan darah 115/69 mmHg,
nadi 79x/menit, respirasi 16x/menit, suhu
36oC, SpO2 99%.

Diagnosis Keperawatan

1. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis


2. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
3. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan cairan
Intervensi Keperawatan

Hari Dx Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


tanggal
1 2 3 4 5
Rabu, 9 I Setelah 2x24 jam Observasi Mengetahui
november tingkat keletihan 3. Monitor kelelahan yang
2022 dapat menurun kelelahan fisik pasien alami
dengan kriteria dan emosional
hasil: 4. Monitor pola dan Mengetahui
 pola tidur
4. Verbalisasi jam tidur pasien
kepulihan pasien
meningkat Trapeutik
5. Tenaga 3. Berikan aktivitas Verbalisasi
meningkat  distraksi yang kepulihan
6. Selera makan menyenangkan energi

51
membaik  meningkat
4. Sediakan media Menambah
dan materi pengetahuan
pengaturan pasien dan
istirahat keluarganya
Edukasi
4. Anjurkan tirah Lesu menurun
baring
5. Anjurkan Memonitor
hubungi perawat pasien
jika gejala dan
tanda kelelahan
tidak berkurang
6. Ajarkan strategi Tenaga pasien
koping untuk meningkat
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi Selera makan
Kolaborasi dengan membaik
ahli gizi
Rabu, 9 II Setelah 2x24 jam Observasi
november status cairan dapat 3. Periksa tanda- Mengetahui
2022 membaikdengan tanda dan gejala kekurangan
kriteria hasil: hipovolemia cairan yang
5. Tugor kulit  pasien alami
meningkat
6. Perasaan lemah 4. Monitor intake Mengetahui
menurun dan output cairan apakah intake

7. Tekanan darah cairan
membaik membaik
8. Intake cairan Trapeutik

membaik 3. Hitung Meningkat
kebutuhan cairan intake cairan

4. Berikan asupan Tugor kulit
cairan oral meningkat

Edukasi
3. Anjurkan banyak Tekanan darah
asupan cairan membaik
oral
4. Anjurkan Agar kelemahan
menghindari tidak bertambah
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
Kolaborasi Kebutuhan
pemberian cairan cairan terpenuhi
intravena

52
Rabu, 9 III Setelah 2x24 jam Observasi
november eliminasi fekal Monitor tanda gejala Menambah
2022 membaik dengan konstipasi pengetahuan
kriteria hasil: pasien dan
1. Keluhan keluarga

defekasi lama
dan sulit Trapeutik
menurun Sediakan makanan Melunakkan
2. Distensi tinggi serat feses
abdomen 
menurun Edukasi
3. Konsistensi 1. Jelaskan Membantu
feses membaik makanan yang pencernaan
 membantu
meningkatkan
keteraturan
peristaltik usus Feses lebih
2. Anjurkan gampang keluar
mengosumsi
makanan tinggi Agar feses tidak
serat keras
3. Anjukan
meningkatkan
asupan cairan
Implementasi

Hari, Dx Implementasi Respon Hasil Tanda


Tanggal, Tangan
jam
Rabu, 9 I Memonitor kelelahan fisik dan Terdeteksi adanya kelelahan
november emosional fisik dan emosional dengan
2022 kekuatan otot Ismi
4 4
14.00
4 4

14.05 Memonitor pola dan jam tidur Selama di rawat, pasien tidur
pasien 10 jam dalam sehari tetapi Ismi
masih merasa lemas

15.00 Memberikan aktivitas distraksi Klien mengikuti perintah


yang menyenangkan untuk melakukan teknik
distraksi berupa memikirkan
sesuatu yang membuatnya Ismi
senang dan mengingat tuhan
sehingga verbalisasi kepulihan
meningkat
15.10 Menganjurkan hubungi
perawat jika gejala dan tanda Gejala dan tanda kelelahan
tidak berkurang, pasien masih Ismi

53
kelelahan tidak berkurang tidak bertenaga dan kegiatan
masih dibantu keluarga

16.00 Mengajarkan strategi koping Pasien mengikuti tehnik Ismi


untuk mengurangi kelelahan distraksi yang diajarkan
16.00 Berkolaborasi dengan ahli gizi Klien hanya memakan bubur
yang diberikan sebanyak 10 Ismi
sendok dan minum hanya 4
gelas narmada dalam sehari
17.00 II Memeriksa tanda-tanda dan Mukosa masih kering, tugor
gejala hipovolemia kulit menurun, kulit tangan
dan kaki juga masih kering
sehingga terkelupas Ismi
17.10
Memberikan asupan cairan Pasien minum 4 gelas air
oral narmada dalam sehari
Ismi
17.20 Menganjurkan banyak asupan Pasien masih berusaha
cairan oral meningkatkan asupan cairan
Ismi
melalui oral
17.30 Menganjurkan menghindari Pasien masih menghindari
perubahan posisi mendadak perubahan posisi dan hanya
tidur terlentang Ismi
17.50 Berkolaborasi pemberian Pasien terpasang infuse Nacl
cairan intravena 0,9% dan pasien merasa lebih
bertenaga daripada saat tidak Ismi
terpasang infuse, tapi masih
merasa lemas
III Monitor tanda gejala Pasien masih kesulitan untuk
18.00 konstipasi buang air besar
Ismi
Keluarga menyediakan
16.00 Sediakan makanan tinggi serat makanan yang tinggi serat
seperti pepaya atau buah naga
Ismi
18.15 Jelaskan makanan yang Keluarga memberi dorongan
membantu meningkatkan agar Tn. J meningkatkan
keteraturan peristaltik usus asupan cairan dan makan
makanan berserat
18.30 Anjurkan mengosumsi Keluarga menyiapkan buah
makanan tinggi serat untuk tuan J Ismi
18.40 Anjukan meningkatkan asupan Keluarga memberi dorongan
cairan agar Tn. J meningkatkan
asupan cairan seperti Ismi
membantu menyuapi Tn.J
Kamis, 10 I Memonitor kelelahan fisik dan Terdeteksi adanya kelelahan
november emosional fisik dan emosional dengan
2022 kekuatan otot

54
4 4
08.00 4 4 Ismi

08.10 Memonitor pola dan jam tidur Pasien tertidur selama 11 jam
pasien dalam sehari pada malam dan
siang hari, tetapi pasien masih
merasa lemas
Ismi
08.20 Memberikan aktivitas distraksi Klien mengikuti perintah
yang menyenangkan untuk melakukan teknik
distraksi dan motivasinya
untuk sembuh meningkat Ismi
08.30 Menganjurkan hubungi
Gejala kelelahan tidak
perawat jika gejala dan tanda
berkurang, pasien masih lemas
kelelahan tidak berkurang
Ismi
Mengajarkan strategi koping Pasien mengikuti tehnik
08.40 untuk mengurangi kelelahan
08.45 distraksi yang diajarkan
Berkolaborasi dengan ahli gizi Klien hanya memakan bubur
yang diberikan sebanyak 9 Ismi
sendok dan buah semangka
08. 55 II Memeriksa tanda-tanda dan Mukosa masih kering, tugor
gejala hipovolemia kulit menurun, kulit tangan
dan kaki juga masih kering
sehingga terkelupas seperti
sebelumnya Ismi

09.05 Memberikan asupan cairan Pasien minum5 gelas air


oral narmada/ 1100cc dalam sehari
Ismi
09.15 Menganjurkan banyak asupan Pasien masih mulai
cairan oral meningkatkan asupan cairan
melalui oral Ismi
10.00 Menganjurkan menghindari Pasien masih menghindari
perubahan posisi mendadak perubahan posisi secara
mendadak, dan terkadang
dibawa berjalan-jalan dengan
kursi roda untuk merefresh Ismi
otak
10.10 Berkolaborasi pemberian
cairan intravena Pasien terpasang infuse Nacl
0,9% dan pasien merasa lebih
bertenaga daripada saat tidak Ismi
terpasang infuse, tapi masih
merasa lemas
10.20 III Monitor tanda gejala Pasien sudah bisa buang air
konstipasi besar, tidak sekeras
sebelumnya di pampersnya Ismi
10.40

55
Sediakan makanan tinggi serat Keluarga tetap menyediakan
makanan yang tinggi serat
Ismi
Jelaskan makanan yang Keluarga memberi dorongan
10.50 membantu meningkatkan agar Tn. J meningkatkan
keteraturan peristaltik usus asupan cairan dan makan
makanan berserat Ismi

Anjurkan mengosumsi Perut pasien sudah tidak


11.15 makanan tinggi serat kembung
Ismi
Anjukan meningkatkan asupan Klien meningkatkan asupan
11.20 cairan cairan dari 840cc menjadi Ismi
1100cc perhari

Evaluasi

56
Hari/ DX Evaluasi TTD
Tanggal/
Jam
Kamis, 10 I S: Tn.J mengatakan ia masih merasa lemas
November O:Klien terlihat lemas dengan nilai kekuatan otot pada
2022 ekstremitas atas dan bawah 4 hasil pengukuran tanda-tanda
12.00 vital:
Tekanan darah 126/81 mmHg
Nadi 101x/menit
Ismi
Suhu 36oC
Respirasi 20x/menit
SpO2 96%
A: Masalah keperawatan keletihan tidak teratasi
P: Intervensi dihentikan, pasien boleh pulang
Kamis, 10 II S: Tn.J mengatakan minumnya sudah meningkat dari 840cc
November menjadi 1100cc perhari
2022 O: Tugor kulit menurun, membrane mukosa kering, kulit
12.05 tangan dan kaki masih terkelupas, terpasang kateter
dengan hasil pengukuran tanda-tanda vital:
Tekanan darah 126/81 mmHg
Ismi
Nadi 101x/menit
Suhu 36oC
Respirasi 20x/menit
SpO2 96%
A: Masalah keperawatan hipovolemia tidak teratasi
P: Intervensi dihentikan, pasien boleh pulang
Kamis, 10 III S: Tn.J mengatakan ia sudah buang air besar di pampersnya
November O: tidak ada distensi abdomen, dengan hasil pengukuran
2022 tanda-tanda vital:
12.10 Tekanan darah 126/81 mmHg
Nadi 101x/menit
Suhu 36oC
Ismi
Respirasi 20x/menit
SpO2 96%
A: Masalah keperawatan konstipasi teratasi
P: Intervensi dihentikan, pasien boleh pulang

57

Anda mungkin juga menyukai