Anda di halaman 1dari 61

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSI

KEPERAWATAN MATERNITAS

DSUSUN OLEH:
MILAWATI : (2209 2004 1420 1037)
NILDAYANI S : (

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA KENDARI
2022/2023

[Type text]
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmad-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada System Reproduksi Wanita : Gangguan Haid dan
Endometriosis”. Tanpa ridho-Nya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan tugas ini
tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun agar para pembaca dapat mengetahui gangguan gaya
hidup dan menambah ilmu pengetahuan. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan
sebenar-benarnya. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Reproduksi 1 dan teman-teman yang telah membantu penyusun
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, kritik yang dapat
membangun dari para pembaca sangat diharapkan penyusun. Terima kasih.

Kendari,15 Desember 2023

Penyusun

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................4
2.1 Review Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi................................................4
2.2 Menstruasi........................................................................................................5
2.2.2 Siklus Menstruasi............................................................................................5
2.2.3 Kelainan Menstruasi (Haid)............................................................................9
2.3 Disminore.......................................................................................................12
2.3.2 Klasifikasi Dismenorea.................................................................................12
2.3.3 Etiologi Dismenorea.....................................................................................14
2.3.4 Patofisiologi Dismenorea..............................................................................15
2.3.5 Manifestasi Klinis Dismenorea.....................................................................16
2.3.6 Pemeriksaan Penunjang Dismenorea............................................................16
2.3.7 Penatalaksanaan Dismenorea........................................................................17
2.3.8 Komplikasi Dismenorea...............................................................................17
2.4 Endometriosis.................................................................................................19
2.4.2 Etiologi dan Faktor Resiko Endometriosis...................................................20
2.4.3 Patofisiologi Endometriosis..........................................................................20
2.4.4 Klasifikasi Endometriosis.............................................................................22
2.4.5 Tingkatan Endometriosis..............................................................................22
2.4.6 Manifestasi Klinis Endometriosis.................................................................22
2.4.7 Penatalaksanaan Endometriosis....................................................................23
2.4.8 Prognosis Endometriosis...............................................................................25

iii
2.4.9 WOC Endometriosis.....................................................................................27
BAB 3.......................................................................................................................29
3.1 Asuhan Keperawatan Dismenore...................................................................29
3.1.2 Analisa Data..................................................................................................31
3.1.4 Intervensi Keperawatan................................................................................33
3.2 Asuhan Keperawatan Endometriosis..............................................................36
3.2.2 Pemeriksaan Fisik.........................................................................................37
3.2.3 Diagnosa Keperawatan.................................................................................38
3.2.4 Analisa Data..................................................................................................38
BAB 4 SIMPULAN..................................................................................................45
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................46

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan sesuatu yang vital. Kesehatan reproduksi salah
satunya. Sistem reproduksi tidak dapat luput dari perhatian kita. Banyak
penyakit reproduksi yang saat ini sedang menjadi tren di masyarakat terutama
pada kaum wanita. Fungsi sistem reproduksi wanita adalah untuk
pertumbuhan seks sekunder salah satunya yaitu menstruasi. Menstruasi atau
haid adalah proses luruhnya lapisan dinding rahim yang banyak mengandung
pembuluh darah, dimana terjadi setiap bulan dan berlangsung kurang lebih 3-7
hari (Menteri Negara/BKKBN, 1998). Menstruasi terkadang terjadi disertai
dengan rasa sakit di bagian bawah abdomen yang disebut dismenorea.
Menstruasi juga tidak lepas dari salah satu lapisan rahim yaitu endometrium.
Endometrium merupakan susunan dari lapisan epitelium dan dihubungkan
dengan kelanjar dengan jaringan penghubung stroma yang dikelilingi oleh
arteri berbentuk spiral. Endometriosis merupakan penyakit yang
dikarakteristikkan dengan pertumbuhan endometrium di luar rongga uterin
atau miometrium (Giudice dkk, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Qomaruddin pada tahun 2006 tentang
gangguan haid dengan jumlah responden 40 orang menunjukkan bahwa 38
orang (95%) merasakan sakit pada waktu menstruasi yang disebut
dysmenorrhea. 3 orang (7,5%) mengalami siklus menstruasi <22 hari, 9 orang
(22,5%) siklus menstruasinya >35 hari. 9 orang (35%) mempunyai siklus tidak
teratur. Penelitian yang dilakukan oleh The Endometriosis Association
Research Registry terhadap 3020 kasus endometriosis menemukan bahwa 2-
4% pada usia reproduksi, 40,6% usia <20 tahun, 42,9% pada usia 20-29 tahun
dan 16,5% pada usia 30-39 tahun.

1
1.1 Rumusan Masalah
1) Bagaimana anatomi fisiologi sistem reproduksi?
2) Apa definisi dari menstruasi?
3) Bagaimana siklus dari menstruasi?
4) Apa saja kelainan pada menstruasi (haid)?
5) Apa definisi gangguan haid dan endometriosis?
6) Bagaimana etiologi gangguan haid dan endometriosis?
7) Bagaimana patofisiologi gangguan haid dan endometriosis?
8) Bagaimana klasifikasi pada gangguan haid dan endometriosis?
9) Bagaimana manifestasi klinis gangguan haid dan endometriosis?
10) Bagaimana komplikasi dan prognosis klien dengan gangguan haid dan
endometriosis?
11) Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan gangguan
haid dan endometriosis?

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem reproduksi: Gangguan haid dan endometriosis.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sistem reproduksi.
2) Mengetahui dan memahami definisi, siklus, dan kelainan pada
menstruasi

2
7) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis gangguan haid dan
endometriosis.
8) Mengetahui dan memahami komplikasi dan prognosis klien dengan
ganguan gangguan haid dan endometriosis.
9) Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan gangguan haid dan endometriosis.

1.3 Manfaat
1) Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan haid dan endometriosis.
2) Dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat pada klien
dengan gangguan haid dan endometriosis.
3) Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan haid dan endometriosis.
4) Sebagai referensi tambahan dalam proses pembelajaran mata kuliah sistem
reproduksi.
5) Memberikan informasi tentang penyakit gangguan haid dan endometriosis,
penyebab gangguan haid dan endometriosis, manifestasi klinis gangguan
haid dan endometriosis, serta cara perawatan dan pengobatan pada klien
dengan gangguan haid dan endometriosis.

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi

Sistem reproduksi wanita terdiri dari internal dan eksternal alat kelamin. Alat
kelamin internal terdiri dari ovarium, saluran rahim (fallopi), uterus (termasuk
leher rahim) dan vagina. Alat kelamin eksternal terdiri dari vulva, yang terdiri
dari labia majora, labia minora, klitoris, bola vestibular, mons veneris (pubis),
saluran kelenjar uretra dan peri-uretra. Vulva berfungsi sebagai pintu masuk ke
vagina dan dalam keadaan normal menutupi dan melindungi uretra lubang.
Payudara bisa dikatakan termasuk sistem reproduksi

a. Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri dari bagian kanan dan kiri,
lonjong mengecil ke bawah. Disebelah bawah dan belakang kedua
labia mayora bertemu dan membentuk komisura posterior.
b. Labia minora (bibir-bibir kecil) adalah suatu lipatan tipis dari kulit
sebelah bibir dalam. Kedepan kedua bibir kecil bertemu dan
membentuk preputium klitoridis diatas
c. klitoris dan frenulum klitoridis dibawah klitoris. Kebelakang kedua
bibir kecil bersatu dan membentuk fossa vanikulare. Kulit yang
meliputi bibir kecil mengandung banyak kelenjar lemak dan ujung-
ujung urat saraf menyebabkan bibir kecil amat sensitif. Jaringan
ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot polos
4
yang menyebabkan bibir bibir kecil dpat mengembang.
d. Kliroris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil terletak
tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang bagian
yang terlihat kira-kira sebesar kacang hijau = terdiri dari glans dan
korpus klitoridis
e. Bulbus vestibuli kri dan kanan terletak dibawah selaput lendir vulva,
mengandung banyak pembuluh darah. Pada waktu persalinan biasanya
kedua bulbus tertarik ke atas ke bawah arkus pubis akan tetapi bagian
bawahnya yang melingari vagina sering mengalami cedera, kadang-
kadang timbul hematoma vulva atau perdarahan
f. Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda
pada setiap individu. Pada wanita introitus dilindungi oleh labia
minora baru dapat dilihat jika bibir kecil dibuka ditutupi oleh himen
atau selaput dara
g. Parineum, terletak anata vulva dan anus ditutupi kulit. Panjangnya
kira-kira 4 cm

a. vagina vagina (liang kemaluan) ditemukan setelah melewati introitus vagina yang
menghubungkan introitusdan uterus, terletak di depan rektum dan dibelakang
kandung kemih dan uretra. Dinding depan lebih pendek (sekitar 7,5 cm) dari
dinding belakang (sekitar 9 cm) dan berdekatan satu sama lain . bagian sebelah
dalam vagina berlipat-lipat disebut rugae, ditengahnya ada bagian lebih keras
disebut kolumna rugarum. Lipatan-lipatan tersebut memungkinkan vagina dapat
melebar pada waktu persalinan.
b. Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular dan pipih tampak seperti buah
peer terbalik, dalam keadaan fisiologis posisi uterus adalah anteversiofleksio
(serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina begitu juga dengan korpus
uteri kedepan dan membentuk sudut dengan serviks uteri) uterus terletak
5
dipanggul kecil di antara rektum dan didepannya terletak kandung kemih.
c. Tuba fallopi sepasanga tuba fallopi melekat pada fundus uteri, memajang ke arah
lateral bukan merupakan saluran lurus tetapi mempunyai bagian yang lebar.
Panjangnya 12 cm dibedakan atas empat bagian yaitu infundibulum, ampula,
istmus dan interstitial
d. Ovarium (indung telur) wanita umumnya mempunyai dua ovarium terletak dikiri
dan kanan antara uterus dan dinding panggul. Digantung ke uterus oleh
ligamentum ovarii propriem dan kedinding panggul oleh ligamentum
infundibulum pelvikum. Besarnya kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan
panjang 4 cm lebar dan tebalnya kira-kira 1,5 cm. Struktur ovarium terdiri dari
korteks di sebelah luar dan medulla di sebelah dalam. Fungsi utama ovarium
adalah menyelenggarakan ovulasi dan menghasilakan hormon seks steroid
(estrogen, progesteron dan androgen) dalam jumlah yangdibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal

6
a. Menstruasi
i. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah periode pengeluaran cairan darah dari uterus, yang
disebabkan oleh rontoknya endometrium. Keluaran terdiri dari sel-sel pecahan
endometrium dan stromal, sel-sel darah tua, dan sekresi kelenjar. Lamanya rata-
rata sekitar 5 hari. Pada awal menstruasi, kadar estrogen, progesteron, dan LH
menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus, dan kadar FSH baru mulai
meningkat. Pada ovarium, ovum baru mulai matur dalam vesikula atau ovisak
yang disebut folikel graafian.
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang
terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini
penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan
antara usia pubertas dan menopause. Menstruasi pada wanita adalah suatu
perdarahan rahim yang sifatnya fisiologik (normal) yang datangnya teratur setiap
bulan (siklus menstruasi), dan timbulnya perdarahan tersebut sebagai akibat
perubahan hormonal yaitu esterogen dan progesteron.
Siklus menstruasi adalah serangkaian periode dari perubahan yang terjadi
berulang pada uterus dan organ-organ yang dihubungkan pada saat pubertas dan
berakhir pada saat menopause

7
ii. Siklus Menstruasi

8
Panjang siklus menstruasi ialah jarak tanggal mulainya haid yang lalu
dan mulainya haid berikutnya. Hari pertama terjadinya perdarahan dihitung
sebagai awal setiap siklus menstruasi (hari ke-1), siklus berakhir tepat sebelum
siklus menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari, hanya
10- 15% wanita yang memiliki siklus 28 hari. Lama haid biasanya antara 3-5 hari,
ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian ada yang 7-8 hari.
Jumlah darah yang keluar rata-rata ±16 cc, pada wanita yang lebih tua darah yang
keluar lebih banyak begitu juga dengan wanita yang anemi.
Pada awalnya, siklus mungkin tidak teratur, jarak antar 2 siklus bisa
berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan mungkin terjadi 2 siklus. Hal ini
adalah normal, setelah beberapa lama siklus akan menjadi lebih teratur. Siklus dan
lamanya menstruasi bisa diketahui dengan membuat catatan pada kalender dengan
menggunakan kalender tersebut, tandailah siklus anda setiap bulannya. Setelah
beberapa bulan, anda bisa mengetahui pola siklus anda dan hal ini akan membantu
anda dalam memperkirakan siklus yang akan datang. Tandai setiap hari ke-1
dengan tanda silang, lalu hitung sampai tanda silang berikutnya dengan demikian
anda dapat mengetahui siklus anda.
Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium mulai
tumbuh dan menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya
kehamilan. Sekitar hari ke-14, terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi). Sel
telur ini masuk ke dalam salah satu tuba falopi dan didalam tuba bisa terjadi
pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan masuk kedalam
rahim dan mulai tumbuh menjadi janin.
Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka endometrium
akan dilepaskan dan terjadi perdarahan (siklus menstruasi). Siklus ini berlangsung
selama 3-5 hari kadang sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan
endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus berikutnya.
Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase:
1. Fase Folikuler
Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan
terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada
saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan

9
Fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang
pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel
telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada
suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap
penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron. Endometrium terdiri
dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan
lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk
kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan
menstruasi berlangsung selama 3-7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang
hilang sebanyak 28-283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku
kecuali jika perdarahannya sangat hebat.
2. Fase Ovulasi
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel
atelur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi
peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan
ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini
beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya, nyeri
ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa menit
sampai beberapa jam.
3. Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari.
Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan
membentuk korpus luteum yang menghasilkan sebagian besar progesteron.
Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama selama fase
luteal dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Psningkatan suhu
ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari,
korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika
terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan
HCG (hormone chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus
luteum yang menghasilkan progesterone sampai janin bisa menghasilkan
hormonnya sendiri. Tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan
kadar HCG.

10
Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu:
a. Fase menstruasi atau dekuaminasi
Dalam fase ini endometrium dilepskan dari dinding uterus disertai
perdarahan hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid
mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam
hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan strauma yang mengalami
disintegerasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, cervik, dan kelenjar-
kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.
b. Fase pasca haid atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar
berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir yang
tumbuh dari sel-sel endometrium. Fase ini telah dimulai sejak fase
menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari.
c. Fase proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini
berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase
poliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu:
i. Fase proliferasi dini (early proliferation phase)
Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat
dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi
epitel, terutama dari mulut kelenjar.
ii. Fase proliferasi madya (mid proliferation
phase)
Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini
merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan
yang berbentuk torak dan tinggi. Tampak adanya banyak mitosis
dengan inti berbentuk telanjang (nake nukleus)
iii. Fase proliferasi akhir (late proliferation)
Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase
ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan
banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi.
Stoma bertumbuh aktif dan padat

11
d. Fase pra haid atau fase sekresi
Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai
ke-28. Pada fase ini endometrium tebalnya tetap, bentuk kelenjar
berubah menjadi panjang, berlekuk-lekuk, dan mengeluarkan getah yang
makin lama makin nyata. Didalam endometrium tertimbun glikogen dan
kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.
iii. Kelainan Menstruasi (Haid)
Kelainan haid yang dijumpai dapat berupa kelainan siklus atau kelainan dari
jumlah darah yang diluarkan dan lamanya perdarahan.
1. Kelainan siklus
a. Amenore
Amonore (tidak ada haid) bukan suatu penyakit tetapi merupakan
gejala. Amonore ialah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih. Ada
2 jenis amenore:
1) Primer: tidak pernah haid dari lahir (mandul, hymen tertutup
rapat)
2) Sekunder: pernah haid kemudian berhenti lebih dari 3 bulan
(hamil, menyusui)
b. Oligomenore
Haid jarang, siklus panjang. Oligomenore terjadi kalau siklus lebih
dari 35 hari. Sering terdapat pada wanita yang astenis. Oligomenore
yang menetap dapat terjadi akibat dari: perpanjanagan stadium
folikuler, perpanjangan stadium luteal, dan kedua stadia tersebut
manjadi panjang.
Jika siklus tiba-tiba menjadi panjang maka dapat disebabkan oleh
pengaruh psikis dan pengaruh panyakit (TB). Pada umumnya
oligomenore yang ovulator tidak memerlukan terapi. Bila mendekati
amenore maka dapat diusahakan mengadakan ovulasi.
Banyaknya perdarahan ditentukan oleh: (1) Lebarnya pembuluh
darah: pada hipoplasia uteri, asteni, tumor yang mengurangi daya
kontraksi seperti mioma, (2) Banyaknya pembuluh darah yang terbuka
atau luasnya luka: pada uterus miomatosus, endometriosis interna, (3)

12
Tekanan intravaskuler: tekanan arteri meninggi, pada dekompensasi
kordis, tumor, kelainan letak, (4) Daya beku darah (diatesa
hemoragika): pada penyakit werlfoff atau hemofili.
Kita tahu bahwa darah haid terlalu banyak kalau ada bekuan darah
dalam darah haid. Lamanya perdarahan ditentukan olehh daya
regenerasi endometrium. Daya regenerasi berkurang pada infeksi, pada
mioma atau polip dan pada karsinoma.
c. Polimenore/metrorragi
Haid sering datang, jadi siklusnya pendek, kurang dari 25 hari.
Kalau siklus pendek tapi teratur ada kemungkinan: stadium proliferasi
pendek, stadium sekresi pendek, dan keduanya pendek. Yang paling
sering dijumpai ialah pemendekan stadium proliferasi. Bila siklus lebih
pendek dari 21 hari maka kemungkinan besar juga stadium sekresi
pendek. Hal ini menyebabkan infertilitas. Siklus yang tadinya normal
menjadi pendek. Gejala ini biasanya disebabkan pemendekan stadium
sekresi karena korpus luteum lekas mati. Ini sering terjadi karena
disfungsi ovarium pada klimakterium, pubertas, dan penyakit (TB)
2. Kelainan jumlah aliran darah
a. Hipermenore/menoragia
Pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya disertai dengan
bekuan darah sewaktu menstruasi, jadi pada siklus yang teratur, disebut
menoragia. Sebab-sebabnya adalah: hipoplasia uteri, asteni, mioma
uteri, hipertensi, infeksi dan hemofilia.
b. Hipomenore
Menstruasi teratur tetapi jumlah darahnya sedikit. Pada hipoplasia
uteri, karena uterus kecil. Secara normal haid sudah berhenti dalam 7
hari. Bila haid lebih lama dari 7 hari maka daya regenerasi selaput
lendir kurang, misalnya pada endometritis, mioma atau karsinoma dari
korpus uteri.

13
3. Nyeri
Nyeri sewaktu haid, disebut dismenore. Nyeri ini terasa diperut bagian
bawah. Nyeri dapat terasa sebelum, selama dan sesudah haid. Dapat bersifat
kolik atau terus menerus. Nyeri diduga karena kontraksi.
4. Gangguan yang lain
a. Pseudoamenore (kriptomenore)
Pada keadaan ini haid ada, tapi darah haid tidak keluar karena
tertutupnya serviks, vagina atau himen. Ginatresia ini dibagi: (1)
Kongenital, paling sering terjadi atresia himenalis dimana himen tidak
berlobang, (2) Akuisita, perlekatan saluran serviks atau vagina karena
radang GO, difteri, partus, senilitas
b. Menstruasi praekoks
Perdarahan pervagina pada anak muda belum tentu suatu
menstruasi, karena dapat disebabkan oleh sarkoma dari uterus atau
vagina. Yang dimaksud dengan menstruasi praekoks ialah perdarahan
pada anak muda kurang dari 8-10 tahun yang disertai dengan timbulnya
tanda-tanda kelamin sekunder sebelum waktunya. Tanda-tanda kelamin
sekunder ialah timbulnya rambut kemaluan, pertumbuan buah dada dan
haid.
c. Polisistik ovaries
Ini adalah kondisi terbentuknya banyak kista kecil dalam rahim
atau ovarium wanita yang bisa terjadi. Sindrom ini terjadi pada satu dari
sepuluh wanita. Beberapa wanita tersebut akan mengalami berbagai
masalah hormonal, termasuk ketidaksuburan.
Wanita dengan sindrom ini mungkin tidak akan menunjukkan
gejala apapun, akibatnya mereka baru menetahui bahwa mereka
memiliki masalah kesuburan setelah tes dilakukan. Terapi obat
digunakan untuk merangsang ovulasi pada wanita dengan sindrom ini.
Atau dengan membakar kista-kista yang ada menggunakan jarum.
Prosedur ini dilakukan melalui laparoskopi, dengan memasukkan
sebuah selang fiber-optic kedalam area panggul melalui sayatan kecil
dibawah pusar. Prosedur ini memungkinkan dokter memeriksa organ-

14
organ reproduksi wanita tersebut, mengambil sampel-sampel yang
dibutuhkan, dan melakukan operasi kecil. Pembiusan total digunakan
dalam prosedur ini.

b. Disminore
i. Definisi Dismenorea
Dismenorhea merupakan rasa sakit dibagian bawah abdomen pada saat
menstruasi yang mengganggu aktivitas wanita. Selama dismenorhea terjadi
kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga menyebabkan
vasospasme dari arteriol urin yang menyebabkan terjadinya iskemia dan kram
pada abdomen bagian bawah yang akan merangsang rasa nyeri disaat menstruasi
(Llewellyn,2001).
Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat
wanita tersebut tidak dapatbekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan
dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Suzannec
(2001) mendeskripsikan dysmenorrhea sebagai nyeri saat menstruasi pada
perut bagian bawah yang terasa seperti kram. Menurut Manuaba dkk (2006)
dysmenorrhea adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat
menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Dysmenorrhea merupakan
menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah
dan punggung bawah yang terasa seperti kram (Varney, 2004).
ii. Klasifikasi Dismenorea
1. Dismenorea primer
Dysmenorrhea primer merupakan nyeri haid tanpa kelainan anatomis
genitalis yang dapat diidentifikasi. Dysmenorrhea primer timbul pada masa
remaja, yaitu sekitar usia 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai
maksimal antara usia 15-25 tahun. Akan tetapi, dysmenorrhea primer juga
mengenai sekitar 50-70% wanita yang masih menstruasi. Dysmenorrhea
primer diduga sebagai akibat dari pembentukan prostaglandin yang
berlebih, yang menyebabkan uterus untuk berkontraksi secara berlebihan
dan juga mengakibatkan vasospasme anteriolar. Nyeri dymenorrhea primer
seperti mirip kejang spasmodik, yang dirasakan pada perut bagian bawah

15
(area suprapubik) dan dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah dapat
juga disertai dengan mual, muntah, diare, nyeri kepala, nyeri pinggang
bawah, iritabilitas, rasa lelah dan sebagainya. Nyeri mulai dirasakan 24 jam
saat menstruasi dan bisa bertahan selama 48-72 jam (Baradero, 2006 &
Suzannec, 2001).
2. Dismenorea sekunder
Dysmenorrhea sekunder merupakan nyeri haid sebelum menstruasi
yang disertai kelainan anatomis genitalis. Dysmenorrhea sekunder terjadi
pada wanita berusia 30-45 tahun dan jarang sekali terjadi sebelum usia 25
tahun. Nyeri dysmenorrhea sekunder dimulai 2 hari atau lebih sebelum
menstruasi, dan nyerinya semakin hebat serta mencapai puncak pada akhir
menstruasi yang bisa berlangsung selama 2 hari atau lebih. Secara umum,
nyeri datang ketika terjadi proses yang mengubah tekanan di dalam atau di
sekitar pelvis, perubahan atau terbatasnya aliran darah, atau karena iritasi
peritoneum pelvis. Proses ini berkombinasi dengan fisiologi normal dari
menstruasi sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Ketika gejala ini
terjadi pada saat menstruasi, proses ini menjadi sumber rasa nyeri.
Penyebab dysmenorrhea sekunder seperti: endometriosis, adenomiosis,
radang pelvis, sindrom menoragia, fibroid dan polip dapat pula disertai
dengan dispareuni, kemandulan, dan perdarahan yang abnormal.
Berdasarkan derajat nyerinya dismenorea dibedakan menjadi :
1. Dismenorea ringan
Dysmenorrhea ringan adalah rasa nyeri yang dirasakan waktu
menstruasi yang berlangsung sesaat, dapat hilang tanpa pengobatan, sembuh
hanya dengan cukup istirahat sejenak, tidak mengganggu aktivitas harian,
rasa nyeri tidak menyebar tetapi tetap berlokasi di daerah peruh bawah.
2. Dismenorea sedang
Dysmenorrhea yang bersifat sedang jika perempuan tersebut
merasakan nyeri saat menstruasi yang bisa berlangsung 1-2 hari, menyebar
di bagian perut bawah, memerlukan istirahat dan memerlukan obat
penangkal nyeri, dan hilang setelah mengkonsumsi obat anti nyeri, kadang-
kadang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari.

16
3. Dismenorea berat
Dysmenorrhea berat adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah pada
saat menstruasi dan menyebar kepinggang atau bagian tubuh lain juga
disertai pusing, sakit kepala bahkan muntah dan diare. Dysmenorrhea berat
memerlukan istirahat sedemikian lama yang bisa mengganggu aktivitas
sehari-hari selama 1 hari atau lebih, dan memerlukan pengobatan
dysmenorrhea.
iii. Etiologi Dismenorea
1. Faktor Psikis
Ada wanita yang secara emosional tidak stabil, dysmenorrhea primer
mudah terjadi. Kondisi tubuh erat kaitannya dengan faktor psikis, faktor ini
dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Seringkali segera setelah
perkawinan dysmenorrhea hilang, dan jarang sekali dysmenorrhea
menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut (perkawinan
dan melahirkan) membawa perubahan fisiologis pada genitalia maupun
perubahan psikis. Disamping itu, psikoterapi terkadang mampu
menghilangkan dysmenorrhea primer.
2. Vasopresin
Kadar vasopresin pada wanita dengan dysmenorrhea primer sangat
tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa dysmenorrhea. Pemberian
vasopresin pada saat menstruasi menyebabkan meningkatnya kontraksi
uterus, menurunnya aliran darah pada uterus, dan menimbulkan nyeri.
Namun, peranan pasti vasopresin dalam mekanisme terjadinya
dysmenorrhea masih belum jelas.
3. Prostaglandin
Prostaglandin memegang peranan penting dalam terjadinya
dysmenorrhea. Prostaglandin yang berperan di sini yaitu prostaglandin E2
(PGE2) dan F2α (PGF2α). Pelepasan prostaglandin di induksi oleh adanya
lisis endometrium dan rusaknya membran sel akibat pelepasan lisosim.
Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-
serabut saraf terminal rangsang nyeri.

17
Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan peningkatan
kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga 400 mmHg
dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya, kontraksi
miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran
darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan
timbulnya nyeri spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah
berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dysmenorrhea timbul
pula diare, mual, dan muntah.
4. Faktor Hormonal
Umumnya kejang atau kram yang terjadi pada dysmenorrhea primer
dianggap terjadi akibat kontraksi uterus yang berlebihan. Tetapi teori ini
tidak menerangkan mengapa dysmenorrhea tidak terjadi pada perdarahan
disfungsi anovulatoar, yang biasanya disertai tingginya kadar estrogen tanpa
adanya progesteron. Kadar progesteron yang rendah menyebabkan
terbentuknya PGF2α dalam jumlah banyak. Kadar progesteron yang rendah
akibat regresi korpus luteum menyebabkan terganggunya stabilitas
membran lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2
yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis prostaglandin melalui
perubahan fosfolipid menjadi asam archidonat. Peningkatan prostaglandin
pada endometrium yang mengikuti turunnya kadar progesteron pada fase
luteal akhir menyebabkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi.
iv. Patofisiologi Dismenorea
1. Dismenorea Primer
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami
regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progresteron.
Penurunan ini akan menyebabkan labilisasi membrane lisosom, sehingga
mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini
akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membrane sel
endometrium dan menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam
arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang
kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan prostaglandin, antara
lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan disminorea primer didapatkan

18
adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang
akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya pningkatan
kontraksi dan disritmi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah
ke uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan
endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan
ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap
rangsang fisik dan kimia.
2. Dismenorea Sekunder
Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis
serviks, malposisi uterus atau adanya IUD akan menyebabkan kram pada
uterus sehingga timbul rasa nyeri.
v. Manifestasi Klinis Dismenorea
Secara umum dismenorea memiliki tanda da gejala sebagai berikut:
1. Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama
dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam
atau lebih. Sifat rasa nyeri ialah kejang yang berjangkit-
jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah. Tetapi dapat
merambat ke daerah pinggang dan paha.
2. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat di jumpai rasa mual,
muntah, sakit kepala, diare, dan mudah tersinggung
vi. Pemeriksaan Penunjang Dismenorea
1. Ultrasonography
Ultrasonography dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan
dalam anatomi rahim, misalnya: posisi, ukuran dan luas ruangan rahim
2. Histerosalphingographi
Histerosalphingographi dilakukan untuk mencari tahu adanya
kelainan dalam rongga rahim, seperti polypendometrium, myoma
submukosa atau adenomyosis.
3. Hesteroscopy
Hesteroscopy dilakukan untuk membuat gambar dalam rongga
rahim, seperti polyp atau tumor lain.

19
4. Laparoscopy
Laparoscopy dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya
endometriosis dan penyakit-penyakit lain dalam rongga panggul.
vii. Penatalaksanaan Dismenorea
Terapi medis untuk klien disminorea diantaranya :
1. Pemberian obat analgesik
2. Terapi hormonal
3. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
4. Dilatasi kanalis serviksalis (dapat memberikan keringanan karena
memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya)
viii. Komplikasi Dismenorea
Komplikasi yang biasa muncul akibat gangguan haid adalah infertilitas dan
stress emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan
haid lebih lanjut. Terutama pada amenorrhea komplikasi yang biasa terjadi ialah
munculnya gejala-gejala lain akibat insufisiensi hormon seperti osteoporosis.
Sedangkan pada dismenorrhea komplikasi yang dapat terjadi adalah syok dan
hilangnya kesadaran.

20
ix. WOC Disminore

Ovulasi

Poliferasi endoemetrium Posisi rahim tidak


dan meluruh pada siklus normal
Peningkatan hormon Hormon Prostaglandin menstruasi
progesteron meningkat
Ukuran rahim terlalu
kecil

Tumor
Kontraksi miometrium dan Dismenore primer Kerusakan Jaringan
pembuluh darah uterus↑
Penyakit lain: TBC,
anemia
MK: Nyeri

Dismenore Dismenore Udara terlalu dingin


Hipoksia ↑ sekunder

Keluhan pada seluruh bagian tubuh


Nyeri

Cemas dan tegang


MK: Ansietas
MK: Intoleransi aktivitas Nyeri haid 18
c. Endometriosis

i. Defenisi Endometriosis

Endometriosis adalah kasus jaringan endometrium (lapisan dinding Rahim) yang


tumbuh di luar rahim (implant endometrium). Kata endometrium sendiri berasal dari Bahasa
Latin (Yunani) endo (di dalam) dan metra ( Rahim). Endometriosis paling sering ditemukan
di ovarium. Endometriosis juga dapat terjadi di luar uterus, pada ligamen sakro-uterinum
dan ligamen latum, serta peritoneum. Area lain yang lebih jarang terjadi endometriosis
antara lain adalah dinding usus, kandung kemih, serviks, vagina, vulva, dan umbilicus
serta jaringan parut. Endometriosis terkadang terjadi di paru. (Andrews, 2009)
Endometriosis merupakan jaringan mirip selaput lendir yang menutupi permukaan
rongga rahim (endometrium) yang berada di luar rongga rahim pada tempat yang tidak
semestinya (Center for Young Women’s Health, 2006 dalam Oepomo, 2007)
Endometriosis adalah kondisi abnormal dimana jaringan endometrium ditemukan pada
lokasi internal selain uterus. Lokasi relokasi jaringan yang paling umum adalah rongga
pelvis, terutama ovarium dan bagian peritoneum pelvis yang menggantung. Jaringan jarang
ditemukan di luar pelvis, seperti pada parut bedah dan paru-paru.
Dalam siklus haid, endometrium menebal dengan tumbuhnya pembuluh darah dan
jaringan untuk mempersiapkan diri menerima sel telur yang akan dilepaskan oleh indung
telur. Rahim (uterus) dan indung telur (ovarium)
terhubungkan dengan saluran telur, yang juga disebut sebagai tuba falopii
(fallopian tube). Apabila telur yang sudah matang itu tidak dibuahi oleh sperma,
maka lapisan dinding rahim tadi akan mengelupas pada akhir siklus. Lepasnya
lapisan dinding rahim itulah yang disebut peristiwa haid. Keseluruhan proses itu
diatur hormon reproduksi, dan biasanya memerlukan waktu antara 28 sampai 30
hari, dan kembali lagi ke awal proses.
ii. Etiologi dan Faktor Resiko Endometriosis
Penyebab endometriosis tidak diketahui, walaupun telah dikemukakan
beberapa teori. Mestruasi retrogad, teori yang paling diterima menyatakan bahwa
sekresi menstruasi mengalir balik melalui tuba fallopi dan mengendapkan partikel
jaringan endometrium hidup di luar rongga uterus yang menyebabkan fragmen-
fragmen kecil endometrium normal tertanam di rongga peritoneum bawah.
Wanita dengan periode menstruasi lebih lama (lebih dari 8 hari) dan siklus
menstruasi yang lebih pendek (kurang dari 27 hari) beresiko tinggi mengalami
endometriosis. Kondisi ini tergantung estrogen, terjadi pada wanita berusia 15
sampai 44 tahun, dan jarang terjadi pada wanita sebelum masa puber atau setelah
menopause. Sering melakukan olahraga aerobik terbukti memberi perlindungan
terhadap endometriosis karena dapat menurunkan tingkat produksi estrogen.
(Barbieri, 1990 dalam Reeder, 2011)
Endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang menunda kehamilan
sampai usia tiga puluhan, walaupun keadaan ini dapat pula timbul pada usia
remaja. Terdapat peningkatan prevalensi sebanyak 7% pada saudara kandung dan
anak dari ibu yang mendapat gangguan ini.
iii. Patofisiologi Endometriosis
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu
atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar
terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang
diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat
mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa
gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan
pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa,
sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan
progesteron dalam tubuh.Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan
menyebabkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan
menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan
faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan
perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometrium yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke
ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian
pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel
endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke
bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus
endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan
progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada
saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan
endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvis.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan
nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan
menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan
nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat
latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di
sekitar uterus dan tuba fallopii.
Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba
fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbria untuk membawa ovum ke
uterus menjadi terhambat.Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada
endometrios
.
iv. Klasifikasi Endometriosis
Menurut letaknya endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :
a. Endometriosis genetalia interna, yaitu endometriosis yang letaknya di dalam
uterus
b. Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di dinding belakang
uterus, di bagian luar tuba dan di ovarium
c. Endometriosis genetalia eksterne, yaitu endometriosis yang letaknya di pelvio
peritoneum dan di kavum douglas, rekto sigmoid, kandung kencing
v. Tingkatan Endometriosis
Secara garis besar endometriosis ini dibagi menjadi empat tingkatan
berdasarkan beratnya penyakit(American Fertility Society):
1. Stage 1 (minimal) : lesi bersifat superficial, ada perlengketan
di permukaan saja
2. Stage 2 (ringan) : adanya pelengketan sampai di daerah cul-de-
sac
3. Stage 3 (sedang) : sama seperti stage 2, namun disertai
endometrioma yang kecil pada ovarium da nada perlengketan juga yang lebih
banyak
4. Stage 4 (berat) : sama seperti stage 3, namun disertai
endometrioma yang besar dan perlengketan yang sangat luas

Pada endometriosis berat, ovarium, tuba fallopi, uterus, dan usus menyatu
dan dapat terfiksasi adhesi yang padat. Satu ovarium dapat berubah posisi di
belakang uterus atau kavum Douglas. Kondisi ini menimbulkan dyspareunia dalam
dengan nyeri menetap selama beberapa jam. Pasangan wanita yang menderita
endometriosis ikut terganggu akibat kenyataan bahwa mereka yang memicu nyeri
tersebut sehingga kondisi ini seringkali berpengaruh buruk pada kondisi mereka,
terutama dalam segi seksual. Pelepasan ovum dan perjalanan ovum selanjutnya
melalui tuba pada situasi tersebut dapat sangat sulit sehingga wanita dapat
mengalami masalah konsepsi.
vi. Manifestasi Klinis Endometriosis
Manifestasi klinis endometriosis berkaitan lebih kepada lokasi di bandingkan
terhadap beratnya penyakit Gejala endometriosis meliputi:

i. Nyeri, adalah manifestasi yang paling khas. Nyeri secara khas dimulai sebelum
periode menstruasi mencapai puncaknya tepat sebelum onset atau selama 1 atau
2 hari pertama menstruasi. Nyeri dapat berlangsung selama durasi menstruasi
dan kadang-kadang hingga beberapa hari setelahnya. Nyeri dapat berlokasi di
berbagai tempat, menyebabkan diagnosis lebih sulit dikonfirmasi.

ii. Disparaunia, adalah menstruasi tidak teratur


2. Menoragi. Pasien yang menderita endometriosis sering mengalami
menstruasi yang diawali dengan perdarahan bercak berwarna gelap
selama dua atau tiga hari. Selain itu menstruasi pasien tersebut sangat
banyak
3. Infertilitas, sekitar sepertiga pasien endometriosis mengalami infertilitas.
Infertilitas mungkin merupakan satu-satunya gejala yang muncul.
vii. Penatalaksanaan Endometriosis
1. Pengobatan medis
Endometriosis jarang terjadi setelah menopause sehingga hanya terjadi
pada wanita yang menjalani terapi sulih hormone. Kehamilan memiliki
efek yang terbatas, bahkan sering kali berefek kuratif pada penyakit ini,
tetapi infertilitas merupakan salah satu gejala penyakit ini, andaipun
wanita menginginkan seorang bayi. Dengan demikian, pengobatan medis
dilakukan dengan menekan fungsi ovarium.
a. Danol (Danazol). Danol dapat digunakan hingga 9 bulan dan jika efek
samping dapat ditoleransi, obat ini meringankan endometriosis.
Endometriosis dapat kambuh jika siklus menstruasi normal kembali
terjadi meski beberapa wanita mengalami perbaikan gejala
b. Pil kontrasepsi kombinasi. Pil kontrasepsi ini dapat bekerja efektif untuk
pengobatan kasus ringan, terutama jika kontrasepsi juga diperlukan.
Perdarahan lepas obat dan perdarahan bercak dapat terjadi, tetapi tidak
terlalu bermasalah jika dibandingkan dengan endometriosis yang terjadi
c. Progesterone, noretisteron, didrogesteron, atau medroksiprogesteron
asetat yang diberikan dalam dosis tinggi memiliki efek hormonal yang

sama seperti kehamilan. Efek samping progesterone hampir sama dengan


gejala sindrom pramenstruasi, serta dapat terjadi perdarahan lepas obat
yang mengganggu.
d. Analog GnRH. Obat ini efektif dalam menekan endometriosis, tetapi
hanya dapat diberikan dalam jangka pendek karena beresiko
menimbulkan osteoporosis
e. Terapi pelengkap dan terapi alternatif. Banyak wanita melaporkan
perbaikan gejala dengan mengonsumsi vitamin, unsur renik mineral, atau
ramuan herbal. Terapi pelengkap dan terapi alternatif merupakan area
yang belum “dilirik” untuk diteliti, tetapi manfaat terapi ini dalam
pengobatan sindrom pramenstruasi mendorong penderita endometriosis
untuk mencobanya. Perubahan alam perasaan, vagina kering yang nyeri,
dan nyeri menyerupai kram, dilaporkan berkurang dengan penggunaan
minyak evening primrose. Vitamin B (terutama B6) serta unsur renik,
seperti zink dan magnesium juga terbukti efektif. Tanpa dukungan
penelitian ilmiah ternama, peran efek placebo dalam pengobatan ini tidak
diketahui.
2. Pengobatan melalui pembedahan
Teknik yang menggunakan pengobatan ablative local, dengan diaterni
atau laparoskop laser, dikembangkan di beberapa klinik ginekologis
dengan laporan keberhasilan bervariasi. Ooforektomi atau sistektomi
ovarium dapat direkomendasikan. Waktu pemulihan yang diperlukan
setelah dilakukan teknik pembedahan mikro lebih singkat, tetapi peralatan
yang diperlukan sangat mahal dan ketersediaannya terbatas. Akibatnya
banyak wanita harus menjalani pembedahan mayor. Masalah kekambuhan
masih tetap ada walaupun terapi supresif sebelum pembedahan dapat
membantu mengurangi masalah tersebut.
Histeroktomi dan salpingo-ooforektomi bilateral dapat dipertimbangkan
sebagai pilihan terakhir bagi wanita yang mengeluh nyei dan konsekuensi
nyeri tersebut selama beberapa tahun. Keputusan untuk menjalani
pembedahan mungkin membuat pasien lebih tenang, tetapi akan
lebih bijaksana jika sebelumnya petugas kesehatan membantu pasien
mengkaji perasaannya terhadap fertilitasnya.
3. Laparoscopy
Laparoscopy adalah prosedur operasi yang paling umum untuk diagnosis
dari endometriosis. Laparoscopy adalah prosedur operasi minor (kecil)
yang dilakukan dibawah pembiusan total, atau pada beberapa kasus-kasus
dibawah pembiusan lokal. Ia biasanya dilakukan sebagai suatu prosedur
pasien rawat jalan. Laparoscopy dilakukan dengan pertama memompa
perut dengan karbondioksida melalui sayatan kecil pada pusar.
Sebuah alat penglihat (laparoscope) yang panjang dan tips kemudian
dimasukan kedalam rongga perut yang sudah dipompa untuk memeriksa
perut dan pelvis. Endometrial implants kemudian dapat dilihat secara
langsung. Selama laparoscopy, biopsi-biopsi (pengeluaran dari contoh-
contoh jaringan kecil untuk pemeriksaan dibawah mikroskop) dapat juga
dilakukan untuk diagnosis. Adakalanya biopsi-biopsi yang diperoleh
selama laparoscopy menunjukan endometriosis meskipun tidak ada
endometrial implants yang terlihat selama laparoscopy.
4. Ovarektomi (pengangkatan ovarium)
Tindakan ini hanya dilakukan jika nyeri perut atau panggul tidak dapat
dihilangkan dengan obat-obatan dan penderita tidak ada rencana untuk
hamil lagi. Setelah pembedahan, diberikan terapi sulih estrogen. Terapi
bisa dimulai segera setelah pembedahan atau jika jaringan endometrium
yang tersisa masih banyak, maka terapi baru akan dilakuka

5. Pengobatan melalui pembedahan


Teknik yang menggunakan pengobatan ablative local, dengan diaterni
atau laparoskop laser, dikembangkan di beberapa klinik ginekologis
dengan laporan keberhasilan bervariasi. Ooforektomi atau sistektomi
ovarium dapat direkomendasikan. Waktu pemulihan yang diperlukan
setelah dilakukan teknik pembedahan mikro lebih singkat, tetapi peralatan
yang diperlukan sangat mahal dan ketersediaannya terbatas. Akibatnya
banyak wanita harus menjalani pembedahan mayor.
i. WOC Endometriosis
Gangguan menstruasi Faktor eksternal: Toksik
Faktor genetik (hipermenorea dan
menoragia)

Mikroorganisme masuk ke
dalam tubuh
System hormonal tubuh

Mikroorganisme
menghasilkan makrofag
Gangguan sekresi estrogen &
progesteron

Respon imun↓

Gangguan pertumbuhan sel


endometrium
Pertumbuhan sel-sel
abnormal ↑

Perkembangbiakan
sel abnormal ↑ Respon imun↓

Jaringan endometrium terdiri


dari fragmen endometrial

Tumbuh di ovarium dan organ


lain

ENDOMETRIOSIS
ENDOMETRIOSIS

Iritasi peritonium

Perdarahan di daerah pelvis Penggumpalan darah

Nyeri saat menstruasi Adhesi di pelvis Adhesi di uterus Adhesi di tuba


(Dysminore) falopi

Retroversi
MK: Risk for MK: Nyeri Akut Uteri Gerakan
bleeding Nyeri saat Nyeri saat BAK
hubungan
seksual

MK: Gangguan
Pola Eliminasi Membawa
MK: Gangguan Pola Urine ovum ke
Seksual uterus
terhambat

Infertil

MK: Gangguan Citra


MK: Ansietas
Tubuh
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN REPRODUKSI

3.1 Asuhan Keperawatan Dismenore


3.1.1 Proses Keperawatan
1. Identitas
Identitas nama pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, alamat
2. Keluhan Utama : Keluhan umum yang sering muncul pada pasien dismenore, pasien
mengeluh nyeri dibagian abdomen dan daerah sekitar abdomen
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Biasanya pasien mengeluhkan merasakan nyeri pada
abdomen ketika haid dan sampai menjalar pada pinggang bawah, mengalami sakit
kepala/pusing kepala, badan lemas/rasa letih, mual, muntah, sakit daerah bawah
pinggang
4. Riwayat Penyakit Dahulu : Tanyakan atau perlu dikaji apakah pasien mempunyai
riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan dismenore, dan kaji riwayat
nyeri yang serupa timbul pada saat setiap siklus haid. Disminore primer biasanya
mulai saat setelah menarche. Riwayat gejala neurologis seperti kelelahan yang
berlebihan ketika siklus haid
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Tanyakan atau perlu dikaji apakah ada keluarga yang
memiliki gejala penyakit gangguan mestruasi sama seperti pasien, atau adakah
penyakit keturunan dari keluarga
6. Riwayat Menstruasi
Menarche : Umur 12 tahun Siklus : Teratur 28
hari
Banyaknya : Normal Lamanya : 7 hari
Keluhan : Disminore

7. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi : Status nutrisi pasien
b. Tidur / Istirahat : Kecukupan pola istirahat pasien
c. Aktivitas : Aktivitas atau latihan pasien
d. Konsep Diri : Keadaan psikososial pasien terhadap
disminore yang dialaminya, seperti pengetahuan klien mengenai
penyakitnya
8. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan secara Head to Toe
a. Kepala : Bentuk normal, tidak ada pembengkakan dan tidak
ada keluhan

b. Mata : Kulit kelopak mata normal, gerakan mata deviasi


normal dan mistagmus, konjungtiva normal, sklera normal,
reflek cahaya normal

c. Hidung : Tidak ada reaksi alergi, tidak ada nyeri tekan sinus

Mulut dan Tenggorokan : Gigi geligi normal, tidak


adakesulitanmenelan

d. Dada dan Aksila

Mammae : Membesar ( ) ya (√)


tidakAreolla mammae : Normal Papila mammae : Normal
e. Pernapasan : Jalan nafas normal, Suara nafas normal, tidak
menggunakan otot-otot bantu pernafasan
f. Sirkulasi Jantung
Kecepatan denyut apikal : Takikardi
Irama: Normal teratur
Kelainan bunyi jantung: Tidak ada
g. Abdomen
Mengecil : -
Linea dan Striae : -
Luka bekas Operasi : -
Kontraksi : -
Lainnya : Nyeri pada abdomen bawa
h. Pemeriksaan Abdomen : Abdomen lunak tanpa adanya
rangsangan peritoneum atau suatu keadaan patologik yang
terlokalisir. Bising usus normal
i. Pemerkisaan Pelvis : Pada kasus disminore primer,
pemeriksaan pelvis adalah normal
3.1.2 Analisa Data
Masalah
No Data Etiologi
keperaw
atan
1 DS : Menstruasi
1. Klien mengeluh pucat
Nyeri haid
Ansietas
DO : Kurang pengetahuan
1. Klien terlihat nampak
gelisah Ansietas
2 DS : Menstruasi
1. Klien mengeluh nyeri pada
abdomen bawah hingga Korpus luteum regresi
menjalar ke bawah
pinggang dan punggung Penurunan kadar progestron

DO : Labilisasi membram lisosom


Nyeri
1. Klien mengeluarkan (mudah pecah) Akut
keringat banyak, dan sikap
tubuh menekuk memegang Enzim fosfolipase A2 meningkat
bagian tubuh yang sakit
2. Wajah tampak Hidrolisis senyawa fosfolipid
menahan nyeri
3. TD menjadi rendah 90/60 Terbentuk asam arakhidonat
mmHg
Prostaglandin meningkat
P – Penyebab timbulnya nyeri:
disminore karena adanya Myometrium terangsang
kontraksi distritmik lapisan
miometrium Meningkatkan kontraksi dan
Q – Nyeri dirasakan distrimi uterus
meningkat saat aktivitas, nyeri
seperti ditusuk-tusuk Menurunkan aliran darah ke
R – Nyeri terjadi pada daerah uterus
sekitar abdomen bawah hingga
menjalar ke daerah bawah Iskemia
pinggang dan punggung
S – Skala nyeri 4 – 6. Nyeri Nyeri
sampai menangis, merintih
dan menekan-nekan bagian
yang nyeri
T – Nyeri timbul sebelumnya
atau bersama-sama ketika
haid, nyeri sering dan terus-
menerus
3 DS : Menstruasi
1. Klien mengeluh pusing,
lemas Anemia
2. Klien mengatakan tidak
mampu melakukan Nyeri Intolera
nsi
aktivitas
Aktivit
haid as
Kelemahan
DO :
1. Klien terlihat lemas, pucat Intolerensi Aktivitas
3.1.2 Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas (00146) berhubungan dengan kurang pengetahuan penyebab nyeri


abdomen ketika haid
2) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agens cedera biologis yang ditandai
dengan iskemia dengan meningkatnya kontraksi uterus
3) Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan imobilitas akibat nyeri
abdomen ketika haid
3.1.2 Intervensi Keperawatan
1) Ansietas (00146) berhubungan dengan kurang pengetahuan penyebab nyeri
abdomen ketika haid
Domain 9 : Koping / Toleransi Stres Class 2 : Respons Koping
NO NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Pengurangan Kecemasan
(5820)
selama 1x24 jam, klien dapat menunjukkan tingkat
1. Gunakan pendekatan
kecemasan dengan kriteria hasil :
yang tenang dan
meyakinkan
Tingkat Kecemasan (1211)
2. Berada disisi klien
1. (121105) Klien dapat menunjukkan
untuk meningkatkan
perasaan gelisah (4)
rasa aman dan
2. (121106) Klien dengan tidak merasakan
mengurangi ketakutan
otot tegang (4)
3. Lakukan usapan pada
3. (121112) Klien dapat mengatasi dalam
punggung dengan cara
kesulitan berkonsentrasi (4)
yang tepat
4. (121117) Klien dapat
4. Dukung
menunjukkan rasa cemas yang disampaikan
penggunaan
secara lisan (4)
mekanisme
koping yang
sesuai
5. Identifikasi pada saat
terjadi perubahan
tingkat kecemasan
6. Instruksikan klien
untuk menggunakan
teknik relaksasi
2) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agens
cedera biologis yang ditandai dengan iskemia
dengan meningkatnya kontraksi uterus
Domain 12 : Kenyamanan Class 1
: Kenyamanan Fisik
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri (1400)
selama 1x24 jam, rasa nyeri klien dapat 1. Lakukan pengkajian nyeri
berkurang dan teratasi dengan kriteria hasil : komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik,
Tingkat Nyeri (2102) onset/durasi, frekuensi,
1. (210201) Klien dapat melaporkan dari kualitas, intensitas atau
tingkat nyeri (4) beratnya nyeri
2. (210206) Klien dapat mengekspresikan 2. Gunakan strategi komunikasi
nyeri wajah (4) terpeutik untuk mengetahui
3. (210209) Ketegangan otot (4) pengalaman nyeri dan
4. (210210) Klien dengan frekuensi nafas sampaikan penerimaan pasien
(RR) normal (4) terhadap nyeri
5. (210211) Klien dengan detak 3. Gali bersama pasien faktor-
jantung (HR) normal (4) faktor yang dapat menurunkan
6. (210220) Klien dengan Nadi atau memperberat nyeri
normal (4) 4. Berikan informasi
7. (210212) Klien dengan TD mengenai nyeri, seperti
normal (4) penyebab nyeri disminore,
berapa lama nyeri akan
dirasakan
5. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respons
pasien terhadap
ketidaknyamanan
6. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
a. Berikan diuresis natural
(vitamin), tidur dan
istirahat
b. Lakukan latihan ringan
c. Lakukan teknik relaksasi
d. Hangatkan bagian perut
7. Dukung istirahat atau tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
8. Beritahu dokter jika jika
tindakan tidak berhasil atau
jika keluhan passien saat ini
berubah signifikan dari
pengalaman nyeri
sebelumnya

3) Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan


imobilitas akibat nyeri abdomen ketika haid
Domain 4 : Aktivitas / Istirahat
Class 4 : Respons kardiovaskular / Pulmonal
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan Terapi Aktivitas (4310)
keperawatan selama 1x24 jam, klien dapat 1. Bantu klien untuk
beraktivitas seperti semula dengan kriteria mengeksplorasi tujuan personal
hasil : dari aktivitas-aktivitas yang bisa
dilakukan
Daya Tahan (0001) 2. Ciptakan lingkungan yang aman
1. (000101) Klien dapat melakukan untuk periode istirahat tanpa
aktivitas rutin (4) gangguan, dorong istirahat
2. (000102) Klien dapat melakukan sebelum makan
aktivitas fisik (4) 3. Tingkatkan aktivitas secara
bertahap
3. (000104) Klien dapat
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
berkonsentrasi (4)
5. Bantu klien untuk
4. (000106) Klien dapat menjaga
meningkatkan motivasi diri
daya tahan otot (4)
dan penguatan
5. (000112) Oksigen darah ketika
beraktivitas (4)
6. (000118) Klien tidak terasa
kelelahan (4)
3.2 Asuhan Keperawatan Endometriosis
3.2.2 Pengkajian
1) Data Demografi
Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/suku, warga negara,
bahasa yang digunakan, dan penanggung jawab yang meliputi nama, alamat,
dan hubungan dengan klien.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu


Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daerah pengolahan
katu dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan
sampah perkotaan

3) Riwayat Kesehatan Sekarang


a. Dysmenore primer ataupun sekunder
b. Nyeri saat latihan fisik
c. Dispareun
d. Nyeri ovulasi
e. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada
bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
f. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
g. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
h. Hipermenorea
i. Menoragia
j. Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
k. Konstipasi, diare, kolik
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang
menderita endometriosis.

5) Riwayat Obstetri dan Menstruasi


Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah
menstruasi yang berwarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau akhir
menstruasi.
3.2.3 Pemeriksaan Fisik
1) Pada pemeriksaan fisik umum
Jarang dilakukan kecuali penderita menunjukkan adanya gejala fokal siklik pada
daerah organ non ginekologi. Pemeriksaan dilakukan untuk mencari penyebab nyeri
yang letaknya kurang tegas dan dalam. Endometrioma pada parut pembedahan dapat
berupa pembengkakan yang nyeri dan lunak fokal dapat menyerupai lesi lain seperti
granuloma, abses dan hematom.
2) Pada pemeriksaan fisik ginekologik
Pada genitalia eksterna dan permukaan vagina biasanya tidak ada kelainan. Lesi
endometriosis terlihat hanya 14,4% pada pemeriksaan inspekulo, sedangkan pada
pemeriksaan manual lesi ini teraba pada 43,1% penderita. Ada keterkaitan antara
stenosis pelvik dan endometriosis pada penderita nyeri pelvik kronik. Paling umum,
tanda positif dijumpai pada pemeriksaan bimanual dan rektovaginal.16 Hasil
pemeriksaaan fisik yang normal tidak menyingkirkan diagnosis endometriosis,
pemeriksaan pelvik sebagai pendekatan non bedah untuk diagnosis endometriosis
dapat dipakai pada endometrioma ovarium. Status Ginekologis
a. Abdomen:
Inspeksi: perut datar, tidak tampak benjolan, striae (-)
Palpasi: teraba massa di regio suprapubis sebesar telur ayam, dengan
konsistensi kistik, permukaan licin, batas tegas, terfiksir, nyeri tekan (-), nyeri
lepas (-)
Perkusi: pekak daerah massa, shifting dullness (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
b. Genitalia:
Inspeksi: vulva dan uretra tenang
Inspekulo: vulva dan vagina tenang, portio kenyal, permukaan licin, OUE
tertutup, fluksus (-), erosi (-), laserasi (-), polip (-), massa (-), fluor albus (-)
c. Pemeriksaan dalam/ bimanual:
- Vagina tenang
- Portio kenyal, permukaan licin, OUE tertutup
- Korpus uteri tidak teraba
- Teraba massa kistik di parametrium sinistra
- Kavum Douglass: menonjol
3) Review of system
a. Breath : Tachikardi
b. Blood : Anemia
c. Brain : -
d. Bladder : Oliguri
e. Bowel : Konstipasi
f. Bone : Nyeri
g. Reproduction system : Nyeri saat menstruasi dan koitus.

3.2.4 Diagnosa Keperawatan


3.2.4.1 Ansietas (00146) berhubungan dengan ancaman status infertile.
3.2.4.2 Nyeri akut (00132) berhubungan dengan dengan agen cedera
biologi, ditandai dengan peluruhan endometrium dan
endometriosis saat menstruasi.
3.2.4.3 Risk for bleeding (00206) berhubungan dengan iritasi peritonium

3.2.5 Analisa Data


Data Pathway Masalah
Keperawatan
Data Subjectif : Endometriosis Ansietas
Klien mengatakan takut karena ada
perdarahan dan rasa nyeri yang hilang
timbul dan tidak seperti sebelum- Adhesi di tuba fallopii
sebelumnya.

Gerakan spontan ujung-


ujung fimbriae
Data Objektif : Klien terlihat
gelisah Klien tampak pucat
Gerakan ovum ke uterus
lambat

Ovum tertahan di
saluran ekstra
uterine

Infertil

Ansietas
Data Subjektif : Endometriosis Nyeri Akut
Adanya keluhan nyeri
saat menstruasi. Peningkatan respon thd
FH
Data Objektif : dan LSH
Terlihat klien sedang
memegangi perut Kontraksi otot-otot
bagian kiri bawahnya rahim
sambil menunjukan
ekspresi kesakitan Nyeri saat menstruasi
(dysminorea)
P : Menstruasi
Q : Nyeri seperti Nyeri akut
tertusuk dan terbakar
R : Perut bagian bawah
hingga ke punggung
S:6
T : Sebelum-saat-
sesudah menstruasi
(fluktuatif)
Data Subjektif : Endometriosis Risk for bleeding
Klien mengatakan
gejala anemia (lelah,
lemah, letih, lesu,lunglai Iritasi peritoneum

Data Objektif : Perdarahan di pelvic


Hb : <11
Klien tampak pucat
Klien terlihat lemas Risk for bleeding

3.2.6 Intervensi Keperawatan


1) Ansietas (00146) berhubungan dengan ancaman status infertile.
Domain 9 : Koping / Toleransi Stres
Class 2 : Respons Koping
NOC NIC
Tujuan: Pemberian analgesik (2210)
Setelah diberikan asuhan keperawatan 1) Periksa kembali
1x24 jam, nyeri klien akan berkurang dengan kriteria instruksi dokter,
hasil: berikan obar dengan
Level Nyeri (2102) : prinsip 5S
1) Ekspresi wajah menahan nyeri berkurang 2) Evalusi respon klien
(210206) (3-5) terhadap
2) Lama waktu episode nyeri (210204) (4) analgesik yang diberikan
3) Tidak mengerang dan menangis (210217) (3-5) 3) Cek riwayat alergi
4) Ketegangan otot berkurang (210209) (3-4) 4) Monitor TTV sebelum
Kontrol Nyeri (1605) : dan sesudah pemberian
1) Mengenali timbulnya nyeri (160502) (4-5) analgesik
2) Laporkan gejala yang tidak Manajemen
terkontrol kepada perawat/dokter (160507) (3-4)
Lingkungan :
Kenyamanan (6482)
1) Berikan lingkungan
yang bersih dan aman
bagi klien
2) Jelaskansumber-sumber
kenyamanan bagi klien
3) Hindaripencahayaanyang
berlebihan
4) Posisikan klien senyaman
mungkin
Manajemen Nyeri (1400)
1) Berikan informasi
tentang nyeri,
3) Menggunakan langkah-langkah mengantisipasinya
pencegahan (160503) (3-4) 2) Dampingi klien dan keluarga
4) Menggunakan analgesik sesuai yang dianjurkan untuk bisa memberikan
(160505) (3-5) semangat ketika nyeri timbul
3) Tanyakan kepada klien, hal-hal
apa saja yang bisa
meningkatkan da
memperburuk nyeri
4) Ajarkan teknik-teknik distraksi
nyeri, seperti mendengarkan
musik.
5) Dorong klien untuk bisa
memonitor
nyerinya sendiridan
mengintervensi sebisanya.
penyebab, berapa lama,
dan cara

4 Risk for bleeding (00206) berhubungan dengan iritasi peritonium


Domain 11 : Safety/ Protection Class 2 : Physical Injury
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1. Penurunan pendarahan
(4020)
selama 1x24 jam, perdarahan klien dapat teratasi
a. Mengident
dan jumlah darah klien kembali normal dengan
ifikasi
kriteria hasil :
penyebab
Keparahan Kehilangan Darah (0413)
pendaraha
1. Kehilangan darah terlihat (4)
n
2. Perdarahan vagina (4)
b. Memonitor
3. Kecemasan (4)
jumlah dan
4. Penurunan hemoglobin (Hb) (4)
sifat
5. Penurunan hematokrit (Ht) (4)
kehilangan
darah
c. Perhatikan
hemoglobin
hematokrit
tingkat sebelum
dan setelah
kehilangan darah
d. Mempertahankan
kepatenan akses IV
e. Mengelola produk
darah (misalnya,
trombosit dan
plasma beku
segar), sesuai
f. Hematest semua
ekskresi dan
mengamati darah di
emesis, dahak, tinja,
urine, drainase NG,
dan
drainase luka, yang sesuai
2. Mengevaluasi psikologis
pasien dalam menanggapi
perdarahan dan persepsi
peristiwa
3. Mengajar pasien dan
keluarga tindakan pada
tanda-tanda pendarahan dan
tepat (i.e., memberitahu
perawat), harus lebih lanjut
perdarahan terjadi
4. Menginstruksikan
pasien pada pembatasan
aktivitas
5. Mengajar pasien dan keluarga
pada keparahan kehilangan
darah dan tindakan yang tepat
yang dilakukan
6. Pengajaran: Prosedur /
Pengobatan (5618)
a. Menginformasikan pasien
tentang kapan dan di mana
prosedur / pengobatan akan
berlangsung, yang sesuai
b. Menginformasikan pasien
tentang berapa lama
prosedur / perawatan
diperkirakan berlangsung
c. Menginformasikan pasien
tentang siapa yang akan
melakukan prosedur
/ pengobatan
d. Memperkuat kepercayaan
pasien dalam staf yang terlibat,
yang sesuai
e. Menentukan pengalaman pasien
sebelumnya dan tingkat
pengetahuan yang berkaitan
dengan prosedur /
Perawatan
Menjelaskan tujuan
prosedur / perawatan
f. Menggambarkan
kegiatan preprocedure
/ pengobatan
g. Menjelaskan prosedur / perawatan
h. Mendapatkan saksi / informed
consent pasien untuk prosedur /
pengobatan sesuai dengan
kebijakan lembaga, yang sesuai
J. Anjurkan pasien tentang cara
untuk bekerja sama /
berpartisipasi selama prosedur /
perawatan, yang sesuai
k. Anjurkan pasien untuk
menggunakan teknik diarahkan
untuk mengendalikan aspek-
aspek tertentu dari pengalaman
(misalnya, relaksasidan
mengatasi citra), yang sesuai
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menstruasi adalah pengeluaran cairan darah dari uterus yang disebabkan oleh
rontoknya endometrium. Menstruasi membawa perubahan fisiologis dalam tubuh
wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi.
Dismenorea merupakan rasa sakit di bagian bawah abdomen pada saat menstruasi
yang mengganggu aktivitas wanita. Terjadi peningkatan kontraksi otot rahim akibat
peningkatan prostaglandin yang dapat menyebabkan nyeri. Penatalaksanaan dapat
dilaksanakan dengan pemberian obat analgesik, obat nonsteroid antiprostaglandin,
terapi hormonal, dan terapi dilatasi kanalis servikalis.
Endometriosis adalah kondisi abnormal dimana jaringan endometrium
ditemukan pada lokasi internal selain uterus. Endometriosis adalah kasus jaringan
endometrium (lapisan dinding Rahim) yang tumbuh di luar rahim (implant
endometrium). Endometriosis merupakan jaringan mirip selaput lendir yang
menutupi permukaan rongga rahim (endometrium) yang berada di luar rongga
rahim. Penatalaksanaan endometriosis dilakukan dengan pembedahan, laparoskopi,
ovarektomi, dan pengobatan medis.
DAFTAR PUSTAKA

Alam, S. & Hardibroto, I. 2007. Endometriosis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Andrews, Gilly. 2010. Buku Ajar Kesehatan reproduksi Wanita. Jakarta: EGC

Andriana, Kusuma. 2006. “Profil Penderita Endometriosis RS DR Saiful Anwar


Malang”, http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/97. Diakses pada
tanggal 30 September 2016

Black, Joyce M dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah:
Manajemen Klinis untuk Hasil yang DIharapkan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Bulechek, Gloria M., [et al.]. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Sixth
Edition. United States of America: Mosby Elsevier

Giudice, Linda C., Johannes L. H. Evers, & David L. Healy. 2012. Endometriosis
Science and Practice. USA: Wiley Blackwell. Page: 108 & 117

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing


Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017, Tenth Edition. Oxford: Wiley
Blackwell

Anda mungkin juga menyukai