KEPERAWATAN MATERNITAS
DSUSUN OLEH:
MILAWATI : (2209 2004 1420 1037)
NILDAYANI S : (
[Type text]
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmad-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada System Reproduksi Wanita : Gangguan Haid dan
Endometriosis”. Tanpa ridho-Nya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan tugas ini
tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun agar para pembaca dapat mengetahui gangguan gaya
hidup dan menambah ilmu pengetahuan. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan
sebenar-benarnya. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Reproduksi 1 dan teman-teman yang telah membantu penyusun
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, kritik yang dapat
membangun dari para pembaca sangat diharapkan penyusun. Terima kasih.
Penyusun
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................4
2.1 Review Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi................................................4
2.2 Menstruasi........................................................................................................5
2.2.2 Siklus Menstruasi............................................................................................5
2.2.3 Kelainan Menstruasi (Haid)............................................................................9
2.3 Disminore.......................................................................................................12
2.3.2 Klasifikasi Dismenorea.................................................................................12
2.3.3 Etiologi Dismenorea.....................................................................................14
2.3.4 Patofisiologi Dismenorea..............................................................................15
2.3.5 Manifestasi Klinis Dismenorea.....................................................................16
2.3.6 Pemeriksaan Penunjang Dismenorea............................................................16
2.3.7 Penatalaksanaan Dismenorea........................................................................17
2.3.8 Komplikasi Dismenorea...............................................................................17
2.4 Endometriosis.................................................................................................19
2.4.2 Etiologi dan Faktor Resiko Endometriosis...................................................20
2.4.3 Patofisiologi Endometriosis..........................................................................20
2.4.4 Klasifikasi Endometriosis.............................................................................22
2.4.5 Tingkatan Endometriosis..............................................................................22
2.4.6 Manifestasi Klinis Endometriosis.................................................................22
2.4.7 Penatalaksanaan Endometriosis....................................................................23
2.4.8 Prognosis Endometriosis...............................................................................25
iii
2.4.9 WOC Endometriosis.....................................................................................27
BAB 3.......................................................................................................................29
3.1 Asuhan Keperawatan Dismenore...................................................................29
3.1.2 Analisa Data..................................................................................................31
3.1.4 Intervensi Keperawatan................................................................................33
3.2 Asuhan Keperawatan Endometriosis..............................................................36
3.2.2 Pemeriksaan Fisik.........................................................................................37
3.2.3 Diagnosa Keperawatan.................................................................................38
3.2.4 Analisa Data..................................................................................................38
BAB 4 SIMPULAN..................................................................................................45
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................46
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan sesuatu yang vital. Kesehatan reproduksi salah
satunya. Sistem reproduksi tidak dapat luput dari perhatian kita. Banyak
penyakit reproduksi yang saat ini sedang menjadi tren di masyarakat terutama
pada kaum wanita. Fungsi sistem reproduksi wanita adalah untuk
pertumbuhan seks sekunder salah satunya yaitu menstruasi. Menstruasi atau
haid adalah proses luruhnya lapisan dinding rahim yang banyak mengandung
pembuluh darah, dimana terjadi setiap bulan dan berlangsung kurang lebih 3-7
hari (Menteri Negara/BKKBN, 1998). Menstruasi terkadang terjadi disertai
dengan rasa sakit di bagian bawah abdomen yang disebut dismenorea.
Menstruasi juga tidak lepas dari salah satu lapisan rahim yaitu endometrium.
Endometrium merupakan susunan dari lapisan epitelium dan dihubungkan
dengan kelanjar dengan jaringan penghubung stroma yang dikelilingi oleh
arteri berbentuk spiral. Endometriosis merupakan penyakit yang
dikarakteristikkan dengan pertumbuhan endometrium di luar rongga uterin
atau miometrium (Giudice dkk, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Qomaruddin pada tahun 2006 tentang
gangguan haid dengan jumlah responden 40 orang menunjukkan bahwa 38
orang (95%) merasakan sakit pada waktu menstruasi yang disebut
dysmenorrhea. 3 orang (7,5%) mengalami siklus menstruasi <22 hari, 9 orang
(22,5%) siklus menstruasinya >35 hari. 9 orang (35%) mempunyai siklus tidak
teratur. Penelitian yang dilakukan oleh The Endometriosis Association
Research Registry terhadap 3020 kasus endometriosis menemukan bahwa 2-
4% pada usia reproduksi, 40,6% usia <20 tahun, 42,9% pada usia 20-29 tahun
dan 16,5% pada usia 30-39 tahun.
1
1.1 Rumusan Masalah
1) Bagaimana anatomi fisiologi sistem reproduksi?
2) Apa definisi dari menstruasi?
3) Bagaimana siklus dari menstruasi?
4) Apa saja kelainan pada menstruasi (haid)?
5) Apa definisi gangguan haid dan endometriosis?
6) Bagaimana etiologi gangguan haid dan endometriosis?
7) Bagaimana patofisiologi gangguan haid dan endometriosis?
8) Bagaimana klasifikasi pada gangguan haid dan endometriosis?
9) Bagaimana manifestasi klinis gangguan haid dan endometriosis?
10) Bagaimana komplikasi dan prognosis klien dengan gangguan haid dan
endometriosis?
11) Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan gangguan
haid dan endometriosis?
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem reproduksi: Gangguan haid dan endometriosis.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sistem reproduksi.
2) Mengetahui dan memahami definisi, siklus, dan kelainan pada
menstruasi
2
7) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis gangguan haid dan
endometriosis.
8) Mengetahui dan memahami komplikasi dan prognosis klien dengan
ganguan gangguan haid dan endometriosis.
9) Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan gangguan haid dan endometriosis.
1.3 Manfaat
1) Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan haid dan endometriosis.
2) Dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat pada klien
dengan gangguan haid dan endometriosis.
3) Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan haid dan endometriosis.
4) Sebagai referensi tambahan dalam proses pembelajaran mata kuliah sistem
reproduksi.
5) Memberikan informasi tentang penyakit gangguan haid dan endometriosis,
penyebab gangguan haid dan endometriosis, manifestasi klinis gangguan
haid dan endometriosis, serta cara perawatan dan pengobatan pada klien
dengan gangguan haid dan endometriosis.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
Sistem reproduksi wanita terdiri dari internal dan eksternal alat kelamin. Alat
kelamin internal terdiri dari ovarium, saluran rahim (fallopi), uterus (termasuk
leher rahim) dan vagina. Alat kelamin eksternal terdiri dari vulva, yang terdiri
dari labia majora, labia minora, klitoris, bola vestibular, mons veneris (pubis),
saluran kelenjar uretra dan peri-uretra. Vulva berfungsi sebagai pintu masuk ke
vagina dan dalam keadaan normal menutupi dan melindungi uretra lubang.
Payudara bisa dikatakan termasuk sistem reproduksi
a. Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri dari bagian kanan dan kiri,
lonjong mengecil ke bawah. Disebelah bawah dan belakang kedua
labia mayora bertemu dan membentuk komisura posterior.
b. Labia minora (bibir-bibir kecil) adalah suatu lipatan tipis dari kulit
sebelah bibir dalam. Kedepan kedua bibir kecil bertemu dan
membentuk preputium klitoridis diatas
c. klitoris dan frenulum klitoridis dibawah klitoris. Kebelakang kedua
bibir kecil bersatu dan membentuk fossa vanikulare. Kulit yang
meliputi bibir kecil mengandung banyak kelenjar lemak dan ujung-
ujung urat saraf menyebabkan bibir kecil amat sensitif. Jaringan
ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot polos
4
yang menyebabkan bibir bibir kecil dpat mengembang.
d. Kliroris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil terletak
tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang bagian
yang terlihat kira-kira sebesar kacang hijau = terdiri dari glans dan
korpus klitoridis
e. Bulbus vestibuli kri dan kanan terletak dibawah selaput lendir vulva,
mengandung banyak pembuluh darah. Pada waktu persalinan biasanya
kedua bulbus tertarik ke atas ke bawah arkus pubis akan tetapi bagian
bawahnya yang melingari vagina sering mengalami cedera, kadang-
kadang timbul hematoma vulva atau perdarahan
f. Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda
pada setiap individu. Pada wanita introitus dilindungi oleh labia
minora baru dapat dilihat jika bibir kecil dibuka ditutupi oleh himen
atau selaput dara
g. Parineum, terletak anata vulva dan anus ditutupi kulit. Panjangnya
kira-kira 4 cm
a. vagina vagina (liang kemaluan) ditemukan setelah melewati introitus vagina yang
menghubungkan introitusdan uterus, terletak di depan rektum dan dibelakang
kandung kemih dan uretra. Dinding depan lebih pendek (sekitar 7,5 cm) dari
dinding belakang (sekitar 9 cm) dan berdekatan satu sama lain . bagian sebelah
dalam vagina berlipat-lipat disebut rugae, ditengahnya ada bagian lebih keras
disebut kolumna rugarum. Lipatan-lipatan tersebut memungkinkan vagina dapat
melebar pada waktu persalinan.
b. Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular dan pipih tampak seperti buah
peer terbalik, dalam keadaan fisiologis posisi uterus adalah anteversiofleksio
(serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina begitu juga dengan korpus
uteri kedepan dan membentuk sudut dengan serviks uteri) uterus terletak
5
dipanggul kecil di antara rektum dan didepannya terletak kandung kemih.
c. Tuba fallopi sepasanga tuba fallopi melekat pada fundus uteri, memajang ke arah
lateral bukan merupakan saluran lurus tetapi mempunyai bagian yang lebar.
Panjangnya 12 cm dibedakan atas empat bagian yaitu infundibulum, ampula,
istmus dan interstitial
d. Ovarium (indung telur) wanita umumnya mempunyai dua ovarium terletak dikiri
dan kanan antara uterus dan dinding panggul. Digantung ke uterus oleh
ligamentum ovarii propriem dan kedinding panggul oleh ligamentum
infundibulum pelvikum. Besarnya kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan
panjang 4 cm lebar dan tebalnya kira-kira 1,5 cm. Struktur ovarium terdiri dari
korteks di sebelah luar dan medulla di sebelah dalam. Fungsi utama ovarium
adalah menyelenggarakan ovulasi dan menghasilakan hormon seks steroid
(estrogen, progesteron dan androgen) dalam jumlah yangdibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal
6
a. Menstruasi
i. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah periode pengeluaran cairan darah dari uterus, yang
disebabkan oleh rontoknya endometrium. Keluaran terdiri dari sel-sel pecahan
endometrium dan stromal, sel-sel darah tua, dan sekresi kelenjar. Lamanya rata-
rata sekitar 5 hari. Pada awal menstruasi, kadar estrogen, progesteron, dan LH
menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus, dan kadar FSH baru mulai
meningkat. Pada ovarium, ovum baru mulai matur dalam vesikula atau ovisak
yang disebut folikel graafian.
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang
terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini
penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan
antara usia pubertas dan menopause. Menstruasi pada wanita adalah suatu
perdarahan rahim yang sifatnya fisiologik (normal) yang datangnya teratur setiap
bulan (siklus menstruasi), dan timbulnya perdarahan tersebut sebagai akibat
perubahan hormonal yaitu esterogen dan progesteron.
Siklus menstruasi adalah serangkaian periode dari perubahan yang terjadi
berulang pada uterus dan organ-organ yang dihubungkan pada saat pubertas dan
berakhir pada saat menopause
7
ii. Siklus Menstruasi
8
Panjang siklus menstruasi ialah jarak tanggal mulainya haid yang lalu
dan mulainya haid berikutnya. Hari pertama terjadinya perdarahan dihitung
sebagai awal setiap siklus menstruasi (hari ke-1), siklus berakhir tepat sebelum
siklus menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari, hanya
10- 15% wanita yang memiliki siklus 28 hari. Lama haid biasanya antara 3-5 hari,
ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian ada yang 7-8 hari.
Jumlah darah yang keluar rata-rata ±16 cc, pada wanita yang lebih tua darah yang
keluar lebih banyak begitu juga dengan wanita yang anemi.
Pada awalnya, siklus mungkin tidak teratur, jarak antar 2 siklus bisa
berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan mungkin terjadi 2 siklus. Hal ini
adalah normal, setelah beberapa lama siklus akan menjadi lebih teratur. Siklus dan
lamanya menstruasi bisa diketahui dengan membuat catatan pada kalender dengan
menggunakan kalender tersebut, tandailah siklus anda setiap bulannya. Setelah
beberapa bulan, anda bisa mengetahui pola siklus anda dan hal ini akan membantu
anda dalam memperkirakan siklus yang akan datang. Tandai setiap hari ke-1
dengan tanda silang, lalu hitung sampai tanda silang berikutnya dengan demikian
anda dapat mengetahui siklus anda.
Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium mulai
tumbuh dan menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya
kehamilan. Sekitar hari ke-14, terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi). Sel
telur ini masuk ke dalam salah satu tuba falopi dan didalam tuba bisa terjadi
pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan masuk kedalam
rahim dan mulai tumbuh menjadi janin.
Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka endometrium
akan dilepaskan dan terjadi perdarahan (siklus menstruasi). Siklus ini berlangsung
selama 3-5 hari kadang sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan
endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus berikutnya.
Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase:
1. Fase Folikuler
Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan
terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada
saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan
9
Fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang
pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel
telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada
suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap
penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron. Endometrium terdiri
dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan
lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk
kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan
menstruasi berlangsung selama 3-7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang
hilang sebanyak 28-283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku
kecuali jika perdarahannya sangat hebat.
2. Fase Ovulasi
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel
atelur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi
peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan
ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini
beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya, nyeri
ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa menit
sampai beberapa jam.
3. Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari.
Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan
membentuk korpus luteum yang menghasilkan sebagian besar progesteron.
Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama selama fase
luteal dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Psningkatan suhu
ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari,
korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika
terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan
HCG (hormone chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus
luteum yang menghasilkan progesterone sampai janin bisa menghasilkan
hormonnya sendiri. Tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan
kadar HCG.
10
Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu:
a. Fase menstruasi atau dekuaminasi
Dalam fase ini endometrium dilepskan dari dinding uterus disertai
perdarahan hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid
mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam
hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan strauma yang mengalami
disintegerasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, cervik, dan kelenjar-
kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.
b. Fase pasca haid atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar
berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir yang
tumbuh dari sel-sel endometrium. Fase ini telah dimulai sejak fase
menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari.
c. Fase proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini
berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase
poliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu:
i. Fase proliferasi dini (early proliferation phase)
Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat
dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi
epitel, terutama dari mulut kelenjar.
ii. Fase proliferasi madya (mid proliferation
phase)
Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini
merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan
yang berbentuk torak dan tinggi. Tampak adanya banyak mitosis
dengan inti berbentuk telanjang (nake nukleus)
iii. Fase proliferasi akhir (late proliferation)
Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase
ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan
banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi.
Stoma bertumbuh aktif dan padat
11
d. Fase pra haid atau fase sekresi
Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai
ke-28. Pada fase ini endometrium tebalnya tetap, bentuk kelenjar
berubah menjadi panjang, berlekuk-lekuk, dan mengeluarkan getah yang
makin lama makin nyata. Didalam endometrium tertimbun glikogen dan
kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.
iii. Kelainan Menstruasi (Haid)
Kelainan haid yang dijumpai dapat berupa kelainan siklus atau kelainan dari
jumlah darah yang diluarkan dan lamanya perdarahan.
1. Kelainan siklus
a. Amenore
Amonore (tidak ada haid) bukan suatu penyakit tetapi merupakan
gejala. Amonore ialah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih. Ada
2 jenis amenore:
1) Primer: tidak pernah haid dari lahir (mandul, hymen tertutup
rapat)
2) Sekunder: pernah haid kemudian berhenti lebih dari 3 bulan
(hamil, menyusui)
b. Oligomenore
Haid jarang, siklus panjang. Oligomenore terjadi kalau siklus lebih
dari 35 hari. Sering terdapat pada wanita yang astenis. Oligomenore
yang menetap dapat terjadi akibat dari: perpanjanagan stadium
folikuler, perpanjangan stadium luteal, dan kedua stadia tersebut
manjadi panjang.
Jika siklus tiba-tiba menjadi panjang maka dapat disebabkan oleh
pengaruh psikis dan pengaruh panyakit (TB). Pada umumnya
oligomenore yang ovulator tidak memerlukan terapi. Bila mendekati
amenore maka dapat diusahakan mengadakan ovulasi.
Banyaknya perdarahan ditentukan oleh: (1) Lebarnya pembuluh
darah: pada hipoplasia uteri, asteni, tumor yang mengurangi daya
kontraksi seperti mioma, (2) Banyaknya pembuluh darah yang terbuka
atau luasnya luka: pada uterus miomatosus, endometriosis interna, (3)
12
Tekanan intravaskuler: tekanan arteri meninggi, pada dekompensasi
kordis, tumor, kelainan letak, (4) Daya beku darah (diatesa
hemoragika): pada penyakit werlfoff atau hemofili.
Kita tahu bahwa darah haid terlalu banyak kalau ada bekuan darah
dalam darah haid. Lamanya perdarahan ditentukan olehh daya
regenerasi endometrium. Daya regenerasi berkurang pada infeksi, pada
mioma atau polip dan pada karsinoma.
c. Polimenore/metrorragi
Haid sering datang, jadi siklusnya pendek, kurang dari 25 hari.
Kalau siklus pendek tapi teratur ada kemungkinan: stadium proliferasi
pendek, stadium sekresi pendek, dan keduanya pendek. Yang paling
sering dijumpai ialah pemendekan stadium proliferasi. Bila siklus lebih
pendek dari 21 hari maka kemungkinan besar juga stadium sekresi
pendek. Hal ini menyebabkan infertilitas. Siklus yang tadinya normal
menjadi pendek. Gejala ini biasanya disebabkan pemendekan stadium
sekresi karena korpus luteum lekas mati. Ini sering terjadi karena
disfungsi ovarium pada klimakterium, pubertas, dan penyakit (TB)
2. Kelainan jumlah aliran darah
a. Hipermenore/menoragia
Pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya disertai dengan
bekuan darah sewaktu menstruasi, jadi pada siklus yang teratur, disebut
menoragia. Sebab-sebabnya adalah: hipoplasia uteri, asteni, mioma
uteri, hipertensi, infeksi dan hemofilia.
b. Hipomenore
Menstruasi teratur tetapi jumlah darahnya sedikit. Pada hipoplasia
uteri, karena uterus kecil. Secara normal haid sudah berhenti dalam 7
hari. Bila haid lebih lama dari 7 hari maka daya regenerasi selaput
lendir kurang, misalnya pada endometritis, mioma atau karsinoma dari
korpus uteri.
13
3. Nyeri
Nyeri sewaktu haid, disebut dismenore. Nyeri ini terasa diperut bagian
bawah. Nyeri dapat terasa sebelum, selama dan sesudah haid. Dapat bersifat
kolik atau terus menerus. Nyeri diduga karena kontraksi.
4. Gangguan yang lain
a. Pseudoamenore (kriptomenore)
Pada keadaan ini haid ada, tapi darah haid tidak keluar karena
tertutupnya serviks, vagina atau himen. Ginatresia ini dibagi: (1)
Kongenital, paling sering terjadi atresia himenalis dimana himen tidak
berlobang, (2) Akuisita, perlekatan saluran serviks atau vagina karena
radang GO, difteri, partus, senilitas
b. Menstruasi praekoks
Perdarahan pervagina pada anak muda belum tentu suatu
menstruasi, karena dapat disebabkan oleh sarkoma dari uterus atau
vagina. Yang dimaksud dengan menstruasi praekoks ialah perdarahan
pada anak muda kurang dari 8-10 tahun yang disertai dengan timbulnya
tanda-tanda kelamin sekunder sebelum waktunya. Tanda-tanda kelamin
sekunder ialah timbulnya rambut kemaluan, pertumbuan buah dada dan
haid.
c. Polisistik ovaries
Ini adalah kondisi terbentuknya banyak kista kecil dalam rahim
atau ovarium wanita yang bisa terjadi. Sindrom ini terjadi pada satu dari
sepuluh wanita. Beberapa wanita tersebut akan mengalami berbagai
masalah hormonal, termasuk ketidaksuburan.
Wanita dengan sindrom ini mungkin tidak akan menunjukkan
gejala apapun, akibatnya mereka baru menetahui bahwa mereka
memiliki masalah kesuburan setelah tes dilakukan. Terapi obat
digunakan untuk merangsang ovulasi pada wanita dengan sindrom ini.
Atau dengan membakar kista-kista yang ada menggunakan jarum.
Prosedur ini dilakukan melalui laparoskopi, dengan memasukkan
sebuah selang fiber-optic kedalam area panggul melalui sayatan kecil
dibawah pusar. Prosedur ini memungkinkan dokter memeriksa organ-
14
organ reproduksi wanita tersebut, mengambil sampel-sampel yang
dibutuhkan, dan melakukan operasi kecil. Pembiusan total digunakan
dalam prosedur ini.
b. Disminore
i. Definisi Dismenorea
Dismenorhea merupakan rasa sakit dibagian bawah abdomen pada saat
menstruasi yang mengganggu aktivitas wanita. Selama dismenorhea terjadi
kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga menyebabkan
vasospasme dari arteriol urin yang menyebabkan terjadinya iskemia dan kram
pada abdomen bagian bawah yang akan merangsang rasa nyeri disaat menstruasi
(Llewellyn,2001).
Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat
wanita tersebut tidak dapatbekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan
dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Suzannec
(2001) mendeskripsikan dysmenorrhea sebagai nyeri saat menstruasi pada
perut bagian bawah yang terasa seperti kram. Menurut Manuaba dkk (2006)
dysmenorrhea adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat
menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Dysmenorrhea merupakan
menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah
dan punggung bawah yang terasa seperti kram (Varney, 2004).
ii. Klasifikasi Dismenorea
1. Dismenorea primer
Dysmenorrhea primer merupakan nyeri haid tanpa kelainan anatomis
genitalis yang dapat diidentifikasi. Dysmenorrhea primer timbul pada masa
remaja, yaitu sekitar usia 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai
maksimal antara usia 15-25 tahun. Akan tetapi, dysmenorrhea primer juga
mengenai sekitar 50-70% wanita yang masih menstruasi. Dysmenorrhea
primer diduga sebagai akibat dari pembentukan prostaglandin yang
berlebih, yang menyebabkan uterus untuk berkontraksi secara berlebihan
dan juga mengakibatkan vasospasme anteriolar. Nyeri dymenorrhea primer
seperti mirip kejang spasmodik, yang dirasakan pada perut bagian bawah
15
(area suprapubik) dan dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah dapat
juga disertai dengan mual, muntah, diare, nyeri kepala, nyeri pinggang
bawah, iritabilitas, rasa lelah dan sebagainya. Nyeri mulai dirasakan 24 jam
saat menstruasi dan bisa bertahan selama 48-72 jam (Baradero, 2006 &
Suzannec, 2001).
2. Dismenorea sekunder
Dysmenorrhea sekunder merupakan nyeri haid sebelum menstruasi
yang disertai kelainan anatomis genitalis. Dysmenorrhea sekunder terjadi
pada wanita berusia 30-45 tahun dan jarang sekali terjadi sebelum usia 25
tahun. Nyeri dysmenorrhea sekunder dimulai 2 hari atau lebih sebelum
menstruasi, dan nyerinya semakin hebat serta mencapai puncak pada akhir
menstruasi yang bisa berlangsung selama 2 hari atau lebih. Secara umum,
nyeri datang ketika terjadi proses yang mengubah tekanan di dalam atau di
sekitar pelvis, perubahan atau terbatasnya aliran darah, atau karena iritasi
peritoneum pelvis. Proses ini berkombinasi dengan fisiologi normal dari
menstruasi sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Ketika gejala ini
terjadi pada saat menstruasi, proses ini menjadi sumber rasa nyeri.
Penyebab dysmenorrhea sekunder seperti: endometriosis, adenomiosis,
radang pelvis, sindrom menoragia, fibroid dan polip dapat pula disertai
dengan dispareuni, kemandulan, dan perdarahan yang abnormal.
Berdasarkan derajat nyerinya dismenorea dibedakan menjadi :
1. Dismenorea ringan
Dysmenorrhea ringan adalah rasa nyeri yang dirasakan waktu
menstruasi yang berlangsung sesaat, dapat hilang tanpa pengobatan, sembuh
hanya dengan cukup istirahat sejenak, tidak mengganggu aktivitas harian,
rasa nyeri tidak menyebar tetapi tetap berlokasi di daerah peruh bawah.
2. Dismenorea sedang
Dysmenorrhea yang bersifat sedang jika perempuan tersebut
merasakan nyeri saat menstruasi yang bisa berlangsung 1-2 hari, menyebar
di bagian perut bawah, memerlukan istirahat dan memerlukan obat
penangkal nyeri, dan hilang setelah mengkonsumsi obat anti nyeri, kadang-
kadang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari.
16
3. Dismenorea berat
Dysmenorrhea berat adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah pada
saat menstruasi dan menyebar kepinggang atau bagian tubuh lain juga
disertai pusing, sakit kepala bahkan muntah dan diare. Dysmenorrhea berat
memerlukan istirahat sedemikian lama yang bisa mengganggu aktivitas
sehari-hari selama 1 hari atau lebih, dan memerlukan pengobatan
dysmenorrhea.
iii. Etiologi Dismenorea
1. Faktor Psikis
Ada wanita yang secara emosional tidak stabil, dysmenorrhea primer
mudah terjadi. Kondisi tubuh erat kaitannya dengan faktor psikis, faktor ini
dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Seringkali segera setelah
perkawinan dysmenorrhea hilang, dan jarang sekali dysmenorrhea
menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut (perkawinan
dan melahirkan) membawa perubahan fisiologis pada genitalia maupun
perubahan psikis. Disamping itu, psikoterapi terkadang mampu
menghilangkan dysmenorrhea primer.
2. Vasopresin
Kadar vasopresin pada wanita dengan dysmenorrhea primer sangat
tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa dysmenorrhea. Pemberian
vasopresin pada saat menstruasi menyebabkan meningkatnya kontraksi
uterus, menurunnya aliran darah pada uterus, dan menimbulkan nyeri.
Namun, peranan pasti vasopresin dalam mekanisme terjadinya
dysmenorrhea masih belum jelas.
3. Prostaglandin
Prostaglandin memegang peranan penting dalam terjadinya
dysmenorrhea. Prostaglandin yang berperan di sini yaitu prostaglandin E2
(PGE2) dan F2α (PGF2α). Pelepasan prostaglandin di induksi oleh adanya
lisis endometrium dan rusaknya membran sel akibat pelepasan lisosim.
Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-
serabut saraf terminal rangsang nyeri.
17
Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan peningkatan
kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga 400 mmHg
dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya, kontraksi
miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran
darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan
timbulnya nyeri spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah
berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dysmenorrhea timbul
pula diare, mual, dan muntah.
4. Faktor Hormonal
Umumnya kejang atau kram yang terjadi pada dysmenorrhea primer
dianggap terjadi akibat kontraksi uterus yang berlebihan. Tetapi teori ini
tidak menerangkan mengapa dysmenorrhea tidak terjadi pada perdarahan
disfungsi anovulatoar, yang biasanya disertai tingginya kadar estrogen tanpa
adanya progesteron. Kadar progesteron yang rendah menyebabkan
terbentuknya PGF2α dalam jumlah banyak. Kadar progesteron yang rendah
akibat regresi korpus luteum menyebabkan terganggunya stabilitas
membran lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2
yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis prostaglandin melalui
perubahan fosfolipid menjadi asam archidonat. Peningkatan prostaglandin
pada endometrium yang mengikuti turunnya kadar progesteron pada fase
luteal akhir menyebabkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi.
iv. Patofisiologi Dismenorea
1. Dismenorea Primer
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami
regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progresteron.
Penurunan ini akan menyebabkan labilisasi membrane lisosom, sehingga
mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini
akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membrane sel
endometrium dan menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam
arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang
kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan prostaglandin, antara
lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan disminorea primer didapatkan
18
adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang
akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya pningkatan
kontraksi dan disritmi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah
ke uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan
endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan
ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap
rangsang fisik dan kimia.
2. Dismenorea Sekunder
Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis
serviks, malposisi uterus atau adanya IUD akan menyebabkan kram pada
uterus sehingga timbul rasa nyeri.
v. Manifestasi Klinis Dismenorea
Secara umum dismenorea memiliki tanda da gejala sebagai berikut:
1. Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama
dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam
atau lebih. Sifat rasa nyeri ialah kejang yang berjangkit-
jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah. Tetapi dapat
merambat ke daerah pinggang dan paha.
2. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat di jumpai rasa mual,
muntah, sakit kepala, diare, dan mudah tersinggung
vi. Pemeriksaan Penunjang Dismenorea
1. Ultrasonography
Ultrasonography dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan
dalam anatomi rahim, misalnya: posisi, ukuran dan luas ruangan rahim
2. Histerosalphingographi
Histerosalphingographi dilakukan untuk mencari tahu adanya
kelainan dalam rongga rahim, seperti polypendometrium, myoma
submukosa atau adenomyosis.
3. Hesteroscopy
Hesteroscopy dilakukan untuk membuat gambar dalam rongga
rahim, seperti polyp atau tumor lain.
19
4. Laparoscopy
Laparoscopy dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya
endometriosis dan penyakit-penyakit lain dalam rongga panggul.
vii. Penatalaksanaan Dismenorea
Terapi medis untuk klien disminorea diantaranya :
1. Pemberian obat analgesik
2. Terapi hormonal
3. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
4. Dilatasi kanalis serviksalis (dapat memberikan keringanan karena
memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya)
viii. Komplikasi Dismenorea
Komplikasi yang biasa muncul akibat gangguan haid adalah infertilitas dan
stress emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan
haid lebih lanjut. Terutama pada amenorrhea komplikasi yang biasa terjadi ialah
munculnya gejala-gejala lain akibat insufisiensi hormon seperti osteoporosis.
Sedangkan pada dismenorrhea komplikasi yang dapat terjadi adalah syok dan
hilangnya kesadaran.
20
ix. WOC Disminore
Ovulasi
Tumor
Kontraksi miometrium dan Dismenore primer Kerusakan Jaringan
pembuluh darah uterus↑
Penyakit lain: TBC,
anemia
MK: Nyeri
i. Defenisi Endometriosis
Pada endometriosis berat, ovarium, tuba fallopi, uterus, dan usus menyatu
dan dapat terfiksasi adhesi yang padat. Satu ovarium dapat berubah posisi di
belakang uterus atau kavum Douglas. Kondisi ini menimbulkan dyspareunia dalam
dengan nyeri menetap selama beberapa jam. Pasangan wanita yang menderita
endometriosis ikut terganggu akibat kenyataan bahwa mereka yang memicu nyeri
tersebut sehingga kondisi ini seringkali berpengaruh buruk pada kondisi mereka,
terutama dalam segi seksual. Pelepasan ovum dan perjalanan ovum selanjutnya
melalui tuba pada situasi tersebut dapat sangat sulit sehingga wanita dapat
mengalami masalah konsepsi.
vi. Manifestasi Klinis Endometriosis
Manifestasi klinis endometriosis berkaitan lebih kepada lokasi di bandingkan
terhadap beratnya penyakit Gejala endometriosis meliputi:
i. Nyeri, adalah manifestasi yang paling khas. Nyeri secara khas dimulai sebelum
periode menstruasi mencapai puncaknya tepat sebelum onset atau selama 1 atau
2 hari pertama menstruasi. Nyeri dapat berlangsung selama durasi menstruasi
dan kadang-kadang hingga beberapa hari setelahnya. Nyeri dapat berlokasi di
berbagai tempat, menyebabkan diagnosis lebih sulit dikonfirmasi.
Mikroorganisme masuk ke
dalam tubuh
System hormonal tubuh
Mikroorganisme
menghasilkan makrofag
Gangguan sekresi estrogen &
progesteron
Respon imun↓
Perkembangbiakan
sel abnormal ↑ Respon imun↓
ENDOMETRIOSIS
ENDOMETRIOSIS
Iritasi peritonium
Retroversi
MK: Risk for MK: Nyeri Akut Uteri Gerakan
bleeding Nyeri saat Nyeri saat BAK
hubungan
seksual
MK: Gangguan
Pola Eliminasi Membawa
MK: Gangguan Pola Urine ovum ke
Seksual uterus
terhambat
Infertil
7. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi : Status nutrisi pasien
b. Tidur / Istirahat : Kecukupan pola istirahat pasien
c. Aktivitas : Aktivitas atau latihan pasien
d. Konsep Diri : Keadaan psikososial pasien terhadap
disminore yang dialaminya, seperti pengetahuan klien mengenai
penyakitnya
8. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan secara Head to Toe
a. Kepala : Bentuk normal, tidak ada pembengkakan dan tidak
ada keluhan
c. Hidung : Tidak ada reaksi alergi, tidak ada nyeri tekan sinus
Ovum tertahan di
saluran ekstra
uterine
Infertil
Ansietas
Data Subjektif : Endometriosis Nyeri Akut
Adanya keluhan nyeri
saat menstruasi. Peningkatan respon thd
FH
Data Objektif : dan LSH
Terlihat klien sedang
memegangi perut Kontraksi otot-otot
bagian kiri bawahnya rahim
sambil menunjukan
ekspresi kesakitan Nyeri saat menstruasi
(dysminorea)
P : Menstruasi
Q : Nyeri seperti Nyeri akut
tertusuk dan terbakar
R : Perut bagian bawah
hingga ke punggung
S:6
T : Sebelum-saat-
sesudah menstruasi
(fluktuatif)
Data Subjektif : Endometriosis Risk for bleeding
Klien mengatakan
gejala anemia (lelah,
lemah, letih, lesu,lunglai Iritasi peritoneum
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menstruasi adalah pengeluaran cairan darah dari uterus yang disebabkan oleh
rontoknya endometrium. Menstruasi membawa perubahan fisiologis dalam tubuh
wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi.
Dismenorea merupakan rasa sakit di bagian bawah abdomen pada saat menstruasi
yang mengganggu aktivitas wanita. Terjadi peningkatan kontraksi otot rahim akibat
peningkatan prostaglandin yang dapat menyebabkan nyeri. Penatalaksanaan dapat
dilaksanakan dengan pemberian obat analgesik, obat nonsteroid antiprostaglandin,
terapi hormonal, dan terapi dilatasi kanalis servikalis.
Endometriosis adalah kondisi abnormal dimana jaringan endometrium
ditemukan pada lokasi internal selain uterus. Endometriosis adalah kasus jaringan
endometrium (lapisan dinding Rahim) yang tumbuh di luar rahim (implant
endometrium). Endometriosis merupakan jaringan mirip selaput lendir yang
menutupi permukaan rongga rahim (endometrium) yang berada di luar rongga
rahim. Penatalaksanaan endometriosis dilakukan dengan pembedahan, laparoskopi,
ovarektomi, dan pengobatan medis.
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, Gilly. 2010. Buku Ajar Kesehatan reproduksi Wanita. Jakarta: EGC
Black, Joyce M dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah:
Manajemen Klinis untuk Hasil yang DIharapkan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Bulechek, Gloria M., [et al.]. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Sixth
Edition. United States of America: Mosby Elsevier
Giudice, Linda C., Johannes L. H. Evers, & David L. Healy. 2012. Endometriosis
Science and Practice. USA: Wiley Blackwell. Page: 108 & 117