Oleh :
dr. Atikha Aprilia Harahap
Pembimbing :
Dr. dr. Khairani Sukatendel, S.H, M.H(Kes), M.Ked(OG),
Sp.OG, Subsp. Obginsos
DAFTAR ISI............................................................................................................. i
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 3
2.1. Fisiologi Kehamilan....................................................................... 3
2.1.1. Perubahan Sistem Organ pada Kehamilan......................... 3
2.1.2. Perubahan Biopsikososial pada Kehamilan....................... 6
2.2. Kehamilan Incest........................................................................... 7
2.2.1. Definisi............................................................................... 7
2.2.2. Epidemiologi...................................................................... 7
2.2.3. Klasifikasi.......................................................................... 8
2.2.4. Faktor Penyebab................................................................. 8
2.2.5. Psikodinamika Keluarga Incest.......................................... 10
2.2.6. Dampak Incest.................................................................... 11
2.2.7. Komplikasi......................................................................... 12
2.2.8. Prinsip Pemeriksaan Korban Incest................................... 12
2.2.9. Aspek Biopsikokultural...................................................... 13
2.2.10. Upaya Penanggulangan Incest........................................... 16
2.2.11. Aspek Hukum Kehamilan Incest....................................... 18
BAB 3 LAPORAN KASUS............................................................................... 20
BAB 4 ANALISA KASUS................................................................................. 25
BAB 5 KESIMPULAN...................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 29
i
1
BAB 1
PENDAHULUAN
dengan ayah atau keluarga sendiri. Tingkat sosial ekonomi dan pendidikan yang
rendah, keluarga yang terfragmentasi, serta struktur masyarakat yang tertutup
dianggap sebagai faktor risiko terjadinya incest. Lingkungan sosial yang religius
dan represif menyebabkan korban incest takut untuk berbagi informasi mengenai
kekerasan seksual yang dialaminya. Kekhawatiran akan perpecahan keluarga
menyebabkan kekerasan seksual sedarah dapat berlangsung lama dan
menyebabkan kehamilan yang tidak dikehendaki. Kerentanan perempuan menjadi
korban hubungan seksual sedarah, akan semakin berlapis ketika mereka berusia
anak atau penyandang disabilitas yang memiliki hambatan untuk
mengkomunikasikan apa yang telah terjadi terhadapnya.3,4
Kehamilan incest memiliki konsekuensi biopsikososial yang kompleks dan
memerlukan perhatian yang serius dari masyarakat dan pihak-pihak yang
berwenang. Penanganan kasus ini harus dilakukan secara holistik dan
mempertimbangkan aspek biologis, psikologis, dan sosial. Perempuan yang
mengalami kehamilan incest harus mendapatkan dukungan dan akses kepada
layanan kesehatan yang tepat, serta perlindungan dari diskriminasi dan stigma
sosial.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
kedua. Radikal bebas superoksida dihasilkan melalui beberapa jalur salah satunya
adalah jalur plasenta. Beberapa penelitian menunjukkan bukti stres oksidatif yang
meningkat pada wanita yang diberikan suplementasi besi berlebihan yang
bersamaan dengan vitamin C.6
Ukuran uterus pada wanita yang tidak hamil mempunyai berat sekitar 70
g. Selama kehamilan, uterus berubah menjadi organ otot berdinding tipis dengan
kapasitas yang cukup besar untuk menampung janin, plasenta, dan cairan amnion.
Volume total dari isi uterus pada saat persalinan mencapai rata-rata 5 L tetapi bisa
mencapai 20 L. Pembesaran uterus pada saat kehamilan melibatkan peregangan
dan hipertrofi sel-sel otot yang ditandai, sementara produksi sel-sel otot baru
terbatas. Jaringan serat juga menumpuk, terutama pada lapisan otot eksternal,
bersamaan dengan peningkatan yang cukup besar dalam kandungan jaringan
elastis. Dinding korpus juga menebal dan menguat selama beberapa bulan pertama
kehamilan, tetapi kemudian secara bertahap menjadi tipis. Pembesaran uterus
yang dominan berada pada bagian fundus. Pada saat persalinan, miometrium
hanya memiliki ketebalan 1 hingga 2 cm, dan janin biasanya dapat diraba melalui
dinding uterus yang lembut dan mudah tertekan. Hipertrofi uterus di awal
kehamilan kemungkinan dipicu oleh aksi estrogen dan mungkin progesteron. Oleh
karena itu, perubahan uterus yang sama dapat diamati pada kehamilan ektopik.
Namun, setelah sekitar 12 minggu kehamilan, pertumbuhan uterus terkait
terutama dengan tekanan yang dihasilkan oleh produk konsepsi yang membesar.7
Serviks merupakan organ yang mengalami perubahan selama kehamilan.
Segera setelah 1 bulan setelah konsepsi, serviks mulai melunak dan mengalami
warna kebiruan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan vaskularitas dan edema
seluruh serviks, perubahan pada jaringan kolagen, serta hiperplasia dan hipertrofi
kelenjar serviks. Meskipun serviks mengandung sedikit otot polos, komponen
utamanya adalah jaringan ikat. Perubahan komposisi jaringan yang kaya akan
kolagen ini berfungsi untuk membantu serviks dalam mempertahankan kehamilan
hingga persalinan, membantu pembukaan serviks saat persalinan, serta dalam
pemulihan dan rekonstitusi postpartum untuk memungkinkan kehamilan
berikutnya yang berhasil. Kelenjar serviks mengalami proliferasi yang signifikan,
dan pada akhir kehamilan. Perubahan ini diinduksi oleh kehamilan mendorong
5
pasangan mereka karena ketakutan yang sangat besar terhadap kehamilan. Mereka
juga berisiko mengalami post traumatic stress disorder yang lebih tinggi.8
2.2.2 Epidemiologi
Belum ada data resmi mengenai jumlah kasus incest di dunia. Meskipun
beberapa studi telah memperkirakan terdapat 4% kasus incest dalam populasi
umum.1 Berdasarkan catatan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan tahun 2020 dilaporkan terdapat 215 kasus incest di Indonesia.
Walaupun sedikit menurun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar
822 kasus.4
Data akurat tentang jumlah kasus kekerasan seksual terhadap perempuan
khususnya incest memang belum tersedia secara akurat, karena jumlah laporan
kasus incest terhadap perempuan tidak setinggi jumlah kasus yang sebenarnya.
Penyebabnya karena perempuan korban incest seringkali takut untuk melapor.
Stigma negatif dari masyarakat, seperti anggapan bahwa perempuan yang pernah
mengalami kekerasan seksual merupakan aib dan seringkali mereka menyalahkan
dan meyakini bahwa korban adalah penyebab dari incest tersebut, sehingga
korban incest tidak melapor.4
8
2.2.3 Klasifikasi
Klasifikasi hubungan seksual sedarah (incest) adalah sebagai berikut:10
a. Parental incest, yaitu hubungan seksual sedarah antara orang tua dan anak
kandung maupun tiri. Klasifikasi ini merupakan hubungan seksual sedarah
yang dilakukan oleh keluarga inti. Orang tua dan anak yang terjebak ke dalam
hubungan semacam ini akan mengalami “learned helplessness” dan menjadi
submisif (penurut). Sehingga, seiring berjalannya waktu, korban hubungan
seksual sedarah cenderung memilih untuk bertahan menghadapi hasrat
seksual dari orang tua dan tidak mampu menolak atau meninggalkan
perbuatan tersebut dengan alasan bahwa keluarga inti yang melakukannya.10
b. Sibling incest, yaitu hubungan seksual sedarah antara saudara kandung
maupun tiri (kakak atau adik laki-laki). Fase hubungan seksual sedarah
seperti ini masih dapat dicegah ataupun dihindari dengan dukungan dari
orang tua, sehingga dampak yang ditimbulkan berbeda dengan hubungan
parental incest.10
c. Family incest, yaitu hubungan seksual yang dilakukan oleh kerabat dekat, di
mana orang-orang tersebut mempunyai hubungan kekerabatan terhadap anak
dan masih mempunyai hubungan sedarah, baik garis keturunan lurus ke
bawah, ke atas, maupun menyamping, misalnya paman, bibi, kakek, nenek,
keponakan, sepupu, saudara kakek-nenek. Penyalahgunaan kekuasaan
tersebut mengakibatkan pelaku hubungan seksual sedarah lebih merasa
berkuasa untuk melakukan pelecehan seksual kepada korban, bahkan bisa
mengakibatkan kepada kekerasan seksual.10
1. Lingkungan sosial
Pengaruh lingkungan sosial memengaruhi tumbuh kembang
individu. Jika individu tumbuh dalam lingkungan sosial yang keras,
pergaulan bebas, dan kriminal, maka ia berisiko melakukan tindakan
hubungan seksual sedarah (incest). Hal ini dikarenakan perilaku
seseorang dipengaruhi oleh lingkungannya.
2. Media sosial
Perkembangan media sosial yang pesat dapat membuat individu
dengan mudah mengakses apapun yang mereka inginkan termasuk
konten pornografi. Hal tersebut yang dapat mendorong seseorang untuk
melakukan hubungan seksual.
3. Alkohol
Minum minuman beralkohol dapat menyebabkan penurunan
kesadaran. Bagi seseorang yang mempunyai gangguan orientasi
seksual, meminum alkohol yang melampaui batas dapat menyebabkan
ketidakmampuan dalam menahan dorongan seksual bahkan dapat
melakukan hubungan seksual sedarah (incest).
2.2.6 Dampak
Dari berbagai peristiwa hubungan sedarah yang sering terjadi,
menunjukkan betapa menderitanya perempuan korban hubungan sedarah. Rasa
takut akan ancaman pelaku membuat perempuan tidak bisa menolak diperkosa
oleh ayah, kakek, paman, atau saudara kandung. Sangat sulit bagi mereka untuk
keluar dari kekerasan berlapis-lapis itu karena mereka sangat tergantung hidupnya
pada pelaku dan masih berfikir tidak mau membuka aib laki-laki yang pada
dasarnya disayanginya dan seharusnya menjadi pelindungnya. Akibatnya mereka
mengalami trauma seumur hidup dan gangguan kejiwaan.10,12
12
2.2.7 Komplikasi
Salah satu komplikasi berat yang dapat terjadi akibat hubungan seksual
sedarah adalah kehamilan sedarah. Kehamilan sedarah dapat menimbulkan
beragam risiko komplikasi pada janin antara lain, kelainan genetik dan penyakit
onset lambat (penyakit mendelian, stroke, kanker, uni/bipolar depression,
hipertensi, asma, gout, ulkus peptik) dan bahkan kematian. Mekanisme yang
mendasari terjadinya penyakit onset lambat pada kehamilan sedarah adalah
peningkatan homozigositas pada lokus dan yang menyebabkan akumulasi efek
merugikan pada jalur homeostatis, yang secara kumulatif akan meningkatkan
risiko penyakit onset lambat. Hal ini sejalan dengan studi hewan coba Jiminez dkk
yang menemukan bahwa penurunan kelangsungan hidup dan responsif yang
ditemukan pada hewan coba lebih besar di habitat alami daripada di lingkungan
laboratorium yang terkontrol.15
Selain itu, studi lain menunjukkan bahwa kehamilan sedarah dapat
menyebabkan aborsi spontan. Peningkatan homozigositas memiliki efek
merugikan pada perkembangan janin dan kelangsungan hidup janin. Diperkirakan
13
hal ini disebabkan oleh peningkatan berbagi human leukocyte antigen (HLA) atau
disebabkan oleh HLA-recessive genes yang mengganggu perkembangan embrio
normal. Namun, mekanisme pasti hal tersebut belum jelas.16
pelaku kepada terapis. Tugas utama terapis dalam terapi individu anak
adalah:
1. Meyakinkan korban bahwa keamanannya terjamin setelah ia
mengungkapkan perilaku incest dengan pelaku.
2. Meyakinkan kembali pasien bahwa perilaku incest bukan kesalahannya.
3. Membangun kembali kemampuan pasien untuk dapat percaya kepada
orang lain.
b. Terapi berkelompok
Terapi ini berguna untuk membantu korban dalam mengatasi rasa malu
karena keyakinan bahwa dirinya tercemar dan merasa berbeda dengan
lainnya. Ikatan dalam kelompok mengembangkan rasa kebersamaan dalam
menghadapi rahasia, ketakutan, dan rasa putus asa. Korban incest dapat
belajar dari kelompok bahwa mereka tidak sendirian dalam penderitaan
akibat incest, dan mulai menolak perasaanya ia harus bertanggung jawab
untuk perilaku incest ayahnya atau pelaku lainnya.
c. Terapi keluarga
Terapi keluarga berguna dalam usaha untuk mengembangkan keluarga
sebagai kesatuan fungsional dan mengembangkan atau menumbuhkan
peranan dalam keluarga yang lebuh sehat untuk setiap anggotanya. Kontrol
eksternal yang didapatkan dari terapis dapat membantu mencegah perilaku
incest. Semenatra individu yang terlibat belajar untuk mengembangkan
kemampuannya menahan diri dengan menggunakan cara yang lebih serasi
dan dapat diterima masyarakat dalam memuaskan kebutuhannya.
d. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis dapat berupa penggunaan antidepressan pada korban
incest untuk mengatasi gangguan stress pasca traumatik, walaupun
penggunaan antidepresan masih kontroversial pada kasus ini. Obat yang
biasa diberikan antara lain, Lithium, Camcolit, dan β-blocker (propranolol,
klonidin, dan karbamazepin).
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Anamnesis
Nn. F, 13 tahun, G1P0000, Tionghoa, Kristen, SMP, Siswi, Belum Menikah.
Pasien merupakan pasien rawat jalan Poliklinik Ibu Hamil RSUP H. Adam Malik
Medan, datang pada tanggal 24 May 2023 dengan :
Keluhan Utama : Antenatal Care
Telaah : Riwayat nyeri perut bawah (-). Riwayat mules-mules
mau melahirkan (-). Riwayat keluar air-air dari kemaluan
(-), Riwayat keluar lendir darah (-). riwayat keputihan
(-), mual dan muntah (-). Riwayat demam, sesak, batuk
(-). BAK dan BAB dalam batas normal. Pasien ini
merupakan pasien rujukan dari RS Luar dengan diagnosa
PG + KDR (16-18) mgg + kehamilan inses. Pasien
mengaku dihamili oleh adik kandung laki-laki yang
duduk di sekolah dasar kelas 6 sebanyak lebih dari 5 kali.
Riwayat dipaksa untuk melakukan hubungan seksual (-).
Riwayat penyakit psikiatri (-). Riwayat perkawinan
sedarah lain di keluarga (-). Pasien mengaku melakukan
hubungan seksual dengan adik kandung laki-laki akibat
rasa penasaran setelah menonton konten pornografi yang
terdapat pada handphone ayah kandung. Pasien dan
pelaku kesehariannya diasuh oleh nenek kandung akibat
kedua orang tua yang bekerja sampai malam.
RPT :-
RPO :-
Riwayat operasi :-
HPHT : ??/??/2022
TTP : ??/??/2023
ANC : SpOG 3x
22
Riwayat Persalinan :
1. Hamil Ini
2. Pemeriksaan Umum
Status Presents
Sens. : Compos Mentis Anemis (-)
TD : 110/75 mmHg Ikterus (-)
HR : 84 x/i Dyspnoe (-)
RR : 18 x/i Cyanosis (-)
Temp. : 36,50C Oedem (-)
Keadaan Umum : Normal BB : 47 kg
Keadaan Penyakit : Sedang TB : 143 cm
Status Nutrisi : Normal LLA : 23.5 cm
Pemeriksaan Fisik:
Kepala : Palpebra konjungtiva inferior anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran kelenjar Tiroid (-)
Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Thorax : Suara Pernafasan : Vesikular (+/+)
Suara Tambahan : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen : Pada Status Obstetrikus
Extremitas : Dalam batas normal, edema (-/-)
Pemeriksaan Obstetrikus:
Abdomen : Membesar asimetris
Tinggi Fundus Uteri : 2 jari diatas umbilicus
Teregang : Kanan
Terbawah : Kepala
HIS : (-)
DJJ : 150 x/i
Pergerakan janin : (+)
23
3. Diagnosis
PG + KDR (30) mgg + Presentasi Kepala + Anak Hidup + Incest
4. Tatalaksana
• SF tab 2 x 325 mg
• Asam Folat 2 x 400 mcg
5. Rencana
• ANC 1 bulan lagi
26
BAB IV
ANALISIS KASUS
TEORI KASUS
Kehamilan adalah kondisi dimana produk Pada kasus ini pasien tidak
konsepsi yang telah ditanamkan dan mengetahui hari pertama haid
berkembang di dalam rahim atau di tempat terakhir dengan riwayat
lain dalam tubuh. Kehamilan dapat terjadi menstruasi didapati menarche
melalui hubungan seksual atau teknologi usia 12 tahun, dengan durasi 3-5
reproduksi terbantu. Kehamilan biasanya hari, siklus 28 hari, volume 2-3x
berlangsung sekitar 40 minggu sejak periode ganti pembalut/ hari. Pada saat
menstruasi terakhir (last menstrual period, ini setelah dilakukan
LMP) dan berakhir dengan persalinan. pemeriksaan USG diketahui
Kehamilan umumnya dibagi menjadi tiga pasien telah hamil usia 30
trimester. Trimester pertama dimulai dari minggu.
minggu pertama hingga minggu ke-12.
Trimester kedua dimulai dari minggu ke-13
hingga minggu ke-28. Sekitar pertengahan
trimester kedua, gerakan janin dapat
dirasakan. Trimester ketiga dimulai dari
minggu ke-29 hingga sekitar minggu ke-40
dan berakhir dengan persalinan (kelahiran)
Kehamilan dianggap sebagai fenomena Pada kasus ini pasien masih usia
biopsikososial yang kompleks dimana muda yaitu 13 tahun yang masih
perubahan somatik disertai dengan perubahan belum paham tentang konsep
karakter psikologis dan interaksi yang berubah kehamilan. Pasien ada
dengan lingkungan sosial. Setiap kehamilan kecenderungan rasa penolakan
disertai dengan perubahan emosional, terhadap kehamilannya. Pasien
psikologis, dan kognitif. Dalam aspek dan keluarga pasien sempat
psikologis kehamilan dapat dipahami sebagai berencana untuk mengakhiri
keadaan di mana tubuh dan jiwa "membawa kehamilan namun tidak dapat
beban", keadaan yang secara bergantian dilakukan karena pada saat
meredakan dan mempertahankan ketegangan pasien pertama kali terdiagnosa
psikis. Karakteristik wanita dengan hamil sudah pada usia
tokophobia (kecemasan tertentu dalam kehamilan 18 minggu.
kehamilan) meliputi penolakan kehamilan,
ketidakmampuan untuk menjalin ikatan
emosional dengan janin, ketakutan intens
terhadap persalinan yang akan datang, dan
depresi pasca persalinan. Mereka juga berisiko
mengalami post traumatic stress disorder
yang lebih tinggi.
27
BAB V
KESIMPULAN
keturunan yang membawa gen homozigot resesif lebih banyak (individu yang
kromosomnya memiliki gen-gen identik pada sepasang atau serangkaian alel/gen
yang berada pada kromosom yang sama, tetapi memiliki sifat yang bervariasi
karena mutasi pada gen asli, kemudian gen tersebut tertutupi oleh gen dominan
sehingga tidak mampu mengekspresikan sifatnya). Hal ini dapat menyebabkan
kematian pada bayi, seperti fatal anemia, gangguan penglihatan pada anak usia 4-
7 tahun yang dapat menyebabkan kebutaan, albino, kecacatan jantung, dan bahkan
kematian. Kelemahan genetik lebih mungkin terjadi dan riwayat genetik yang
buruk akan semakin dominan dan sering muncul ketika lahir dari orang tua yang
memiliki kedekatan keturunan.
Keputusan untuk menggugurkan kehamilan hasil dari incest merupakan
masalah yang rumit bagi remaja dan keluarganya. Setiap keputusan yang diambil
dipengaruhi oleh faktor budaya, agama, dan hukum yang sangat berbeda di setiap
komunitas atau masyarakat. Pada kasus ini dijumpai keinginan mengakhiri
kehamilan oleh pasien dan keluarga pasien namun tidak dapat dilakukan karena
pada saat pasien dan keluarga pasien pertama kali mengetahui kehamilan pada
saat usia kehamilan 18 minggu.
29
DAFTAR PUSTAKA
9. Kemdikbud RI. Incest [Internet]. [cited 2023 May 9]. Available from:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/incest.
10. Muhdi N. The Sibling Incest Management Focus on Family Therapy.
2016.
11. Zalzabella DC. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perkosaan Incest.
Indones J Crim Law Criminol. 2020;1(1):01–9.
12. Dogan M, Oruc M, Celbis O, Ozdemir B, Petekkaya S. Incest Relationship
between a Sister and Mentally Retarded Brother which Resulted in
Pregnancy and Birth: A Case Report. Med Sci | Int Med J. 2016;5(2):709.
13. Stechna SB. Childhood Pregnancy as a Result of Incest: A Case Report
and Literature Review with Suggested Management Strategies. J Pediatr
Adolesc Gynecol [Internet]. 2011;24(3):e83–6. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jpag.2010.11.010
14. Davis S. Incest and Genetic Disorder [Internet]. CPTSD Foundation. 2022.
Available from: https://cptsdfoundation.org/2022/04/18/incest-and-
genetic-disorders/#:~:text=Children of incest are in,in both parents can
cause.
15. Rudan I, Rudan D, Campbell H, Carothers A, Wright A, Smolej-Narancic
N, et al. Inbreeding and risk of late onset complex disease. J Med Genet.
2003;40(12):925–32.
16. Skryabin NA, Vasilyev SA, Nikitina T V, Zhigalina DI, Savchenko RR,
Babushkina NP, et al. Runs of homozygosity in spontaneous abortions
from families with recurrent pregnancy loss. Vavilovskii Zhurnal Genet
Selektsii. 2019;23(2):244–9.
17. Bessa MMM, Drezett J, Adami F, Araújo SDT, Bezerra IMP, Abreu LC.
Characterization of Adolescent Pregnancy and Legal Abortion in
Situations Involving Incest or Sexual Violence by an Unknown Aggressor.
Medicina (Kaunas). 2019;55(8):474. Published 2019 Aug 13.
doi:10.3390/medicina55080474.
18. Thornhill NW. An evolutionary analysis of rules regulating human
inbreeding and marriage. Behav. Brain Sci. 2011; 14: 247–261.
31