Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

“ ASKEP KEGAWATDARURATAN OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI “


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah keperawatan Gawat Darurat

Oleh :
Kelompok 2
Kelas A2 Kep’2019
1. Derline tiara Zoema 1911312044 13. Cantika Dwi Putri 1911312065
2. Bunga Angrayni 1911312026 14. Khairunisa Hazira 1911313001
3. Ariesta Dwi Putri 1911312047 15. Cindy Aviola 1911313004
4. Suci Faisal 1911312041 16. Fitria Vanesa 1911313010
5. Dilla Rahman 1911312050 17. Nurul Irhamna 1911313013
6. Dinia Hendi Agesti 1911312056 18. Gezi Maretha 1911313019
7. Salma nur rahma dany 1911312038 19. Hesty Amelia Mayora 1911313025
8. Radhiatul Hamdi 1911312053 20. Fajar Audio 1911313028
9. Rachma Yulia Putri 1911312032 21. Aida Adila 1911313031
10. Nurul Ashikin 1911312062 22. Miftahur Rahmi 1911313034
11. Nur Afni Eka Fitri 1911312059 23. M. Abdan Syakura 1911313037
12. Ayyasa Amara 1911312029 24. Amanda Echa Putrie 1911313043

Dosen Pembimbing :
Ns. Tiurmaida Simandalahi, S. Kep,, M. Kep

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “ Askep
Kegawatdaruratan Obstetrik Dan Ginekologi “ untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Keperawatan Gawat Darurat tepat pada waktunya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu dosen, selaku pembimbing


mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 30 Maret 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI........................................................................................................Error!
Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................Error!
Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang........................................................................................Error!
Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................Error!
Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................Error!
Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................Error!
Bookmark not defined.
2.1 Konsep Teori Kegawatdaruratan Obstetrik ............................................ 3
2.2 Konsep Teori Kegawatdaruratan Ginekologi ......................................... 19
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................. 30
3.1 Asuhan Keperawatan Teoritis Kegawatdaruratan Obstetrik dan
Ginekologi .............................................................................................. 30
3.2 Asuhan Keperawatan Kasus Kegawatdaruratan Obstetrik dan
Ginekologi .............................................................................................. 33
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 46
............................................................
4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 46
4.2 Saran ...................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................47

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegawatdaruratan obstetri adalah suatu keadaan yang datangnya tiba-tiba, tidak


diharapkan, mengancam jiwa, sehingga perlu penanganan yang cepat dan tepat untuk
mencegah morbiditas maupun mortalitas. Kegawatdaruratan obstetri diantaranya
disebabkan oleh pendarahan, eklampsia, infeksi, persalinan lama akibat distosia, dan
keguguran.
Perdarahan merupakan penyebab kematian tertinggi pada kegawatdaruratan
obstetri, yaitu sebanyak 28%. Persentase tertinggi kedua disebabkan oleh eklampsia,
yaitu sebanyak 24%. Sebab-sebab lainnya antara lain infeksi (14,9 %), abortus (12,9 %),
partus lama (6,9 %), emboli (2,1 %), serta komplikasi pasca persalinan (9,2 %).
Perdarahan postpartum (pasca salin) merupakan penyebab kematian maternal
tertinggi di seluruh dunia terutama di negara-negara miskin dan berkembang, dengan
perkiraan sebanyak 140.000 wanita meninggal setiap tahun akibat komplikasi
perdarahan atau sebanyak 2% dari seluruh wanita yang melahirkan, yang berarti
terdapat seorang wanita yang meninggal setiap 4 menit.
Angka kejadian preklampsia di dunia berkisar 5-7% dari seluruh kehamilan.
Sebaliknya di negara berkembang, angkanya cukup tinggi dan di Indonesia berkisar 5-
10%.5 Sibai et al, (2003), menyatakan bahwa preeklampsia adalah sindroma yang
merupakan komplikasi 3-5% dari seluruh kehamilan dan berkontribusi terhadap
tingginya tingkat morbiditas dan mortalitas ibu dan janin.
Di Indonesia permasalahan gawat darurat obstetri tersebut terjadi karena
mengalami empat hal keterlambatan yaitu terlambat mengenali tanda bahaya dan risiko,
terlambat mengambil keputusan untuk mencari pertolongan, terlambat mendapatkan
transportasi untuk mencapai sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu, dan
terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas rujukan. Oleh karena itu pelayanan
obstetri memerlukan kontinuitas pelayanan serta akses terhadap pelayanan obstetri
emergensi ketika timbul komplikasi. Sehingga setiap persalinan harus ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih, peningkatan terhadap pelayanan obstetri emergensi ketika
timbul komplikasi, serta sistem rujukan yang efektif.

1
Kasus Emergensi adalah kasus yang memerlukan penanganan segera yang bila
terlambat dapat menyebabkan kematian. Didalam bidang ginekologi, terdapat beberapa
kasus yang termasuk ke dalam kegawat daruratan antara lain : 1) Kehamilan ektopik
terganggu, 2) Kista ovarium terpuntir, 3) Kista pecah. Untuk itu kita perlu mengenal dan
dapat memanajemen kasus emergensi ginekologi secara tepat sehingga dapat menjamin
hidup, kesehatan, fungsi seksual dan menjamin fertilitas si pasien.
Mengenal kasus kegawatdaruratan ginekologi secara dini sangat penting agar
pertolongan yang cepat dan tepat dapat dilakukan. Mengingat klinis kasus
kegawatdaruratan ginekologi yang berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas,
mengenal kasus tersebut tidak selalu mudah dilakukan, bergantung pada pengetahuan,
kemampuan daya pikir dan daya analisis, serta pengalaman tenaga penolong. Kesalahan
ataupun kelambatan dalam menentukan kasus dapat berakibat fatal. Dalam prinsip, pada
saat menerima setiap kasus yang dihadapi harus dianggap gawatdarurat atau setidaknya
dianggap gawatdarurat, sampai setelah pemeriksaan selesai kasus itu ternyata bukan
kasus gawatdarurat.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa konsep dari teori kegawatdaruratan obstetrik ?

b. Apa konsep dari teori kegawatdaruratan genekologi ?

c. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis kegawatdaruratan obstetrik ?

d. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis kegawatdaruratan Genekologi ?

e. Bagaimana asuhan keperawatan kasus kegawatdaruratan obstetrik ?

f. Bagaimana asuhan keperawatan kasus kegawatdaruratan genekologi?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui konsep dari teori kegawatdaruratan obstetrik.

b. Untuk mengetahui konsep dari teori kegawatdaruratan genekologi .

c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis kegawatdaruratan obstetrik.

d. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis kegawatdaruratan genekologi.

e. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kasus kegawatdaruratan obstetrik.

f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kasus kegawatdaruratan genekologi

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Kegawatdaruratan Obstetri


A. Definisi Kegawatdaruratan Obstetri
Kegawatdaruratan obstetri adalah suatu keadaan yang datangnya tiba-
tiba, tidak diharapkan, mengancam jiwa, sehingga perlu penanganan yang cepat
dan tepat untuk mencegah morbiditas maupun mortalitas. Kegawatdaruratan
obstetri diantaranya disebabkan oleh pendarahan, eklampsia, infeksi, persalinan
lama akibat distosia, dan keguguran. Kedaruratan obstetrik adalah suatu keadaan
klinik yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kesakitan yang berat
bahkan kematian ibu dan janinnya.
B. Komplikasi Pada Kehamilan
1. Kehamilan Ektopik
Terjadi ketika fertilisasi sel telur menempel di luar rongga endometium,
biasanya dalam tuba falopi (95%). Jika fetus terus berkembang, tidak dapat
dihindari tuba falopii akan rupture. Umumnya gejala yang muncul pada usia
kehamilan 6 minggu.
Tanda dan gejala:
a. Menstruasi terlambat / tidak teratur
b. Pendarahan pervagina abnormal
c. Nyeri hebat pada pelvis unilateral secara tiba-tiba
d. Abdomen lunak
e. Palpasi teraba massa di pelvis
f. Test kehamilan positif
g. Sensasi dengan gerakan abdomen dapat membantu menghilangkan
kenyamanan
h. Mual dan muntah
Jika terjadi rupture, maka ada penambahan tanda dan gejala, yaitu:
a. Nyeri pada bahu
b. Takikardi
c. Kulit dingin dan pucat

3
d. Hipotensi, kapilari refil memanjang, tekanan nadi melemah
e. Penurunan tingkat kesadaran

Prosedur Diagnostik
a. Kadar human chorionic gonadotropin(hCG) atau kehamilan
mengindikasikan adanya kehamilan
b. Kadar serum progesterone (lebih tinggi dari 25 ng/mL)
c. Darah lengkap (CBC=Complete Blood Count) dan crossmatch serta
Rhesus
d. Sonografi transvaginal atau abdomen.

Intervensi Terapeutik

a. Terapi intrevena (IV)


b. Berikan Rho (D) imunoglobulin (Human RhoGAM) jika ibu memiliki
rhesus negatif.
c. Siapkan pasien untuk operasi jika dicurigai terjadi ruptur.
d. Pertimbangkan injeksi methotrexate intra muscular untuk kehamilan
ektopik yang tidak ruptur.
e. Rujuk pasien untuk perawatan tindak lanjut dengan ahli ginekologi
2. Aborsi
Didefenisikan sebagai kematian atau keluarnya janin (atau produk
konsepsi) sebelum usia dapat bertahan hidup. Komplikasi utama adalah
pendarahan dan infeksi. Kehilangan kehamilan pada trimester pertama
adalah sangat besar diakibatkan karena kelainan kromosom embrionik.
Kehilangan kehamilan setelah trimester pertama lebih sering berhubungan
dengan infeksi, penyakit endokrin si ibu, atau kelainan anatomi saluran
reproduksi ibu.
Aborsi spontan diklasifikasikan sebagai, ancaman, inevitabel/insipiens,
inkomplete, komplete, missed abortion dan septic abortion.
Perawatan Umum Post Aborsi
a. Jika prosedur sedasi diberikan untuk evakuasi uterine, pastikan bahwa
pasien benar-benar telah sembuh sebelum pulang.
b. Jelaskan kemungkinan efek pengobatan.
c. Kaji jumlah dan karakteristik dari perdarahan pervagina.

4
d. Pastikan informasi apa saja yang dibutuhkan terkait dengan penyebab
aborsi.
e. Sediakan kelompok penyemangat.
f. Rujuk pasien untuk konseling psikologis jika dibutuhkan.

3. Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional merupakan hipertensi komplikasi kehamilan dan
sudah diganti dengan istilah pregnancy-induced hypertension (PIH).
Beberapa pasien terdapat tanda dan gejala menetap dengan gangguan
hipertensi pada kehamilan harus konsultasikan dengan dokter obstetrik
segera. Klasifikasi Gangguan Hipertensi pada Kehamilan
Hipertensi Gestasional
a. Serangan baru hipertensi, umumnya setelah kehamilan 20 minggu
b. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik (SBP) 140 mm Hg atau
lebih tinggi atau tekanan diastolik 90 mm Hg atau lebih.
Preeklampsia
a. Hipertensi gestasional ditambah proteinuria gestasional pada wanita
dengan sebelumnya tekanan darahnya normal.
b. Proteinurine gestasional didefinisikan sebagai adanya protein urine lebih
tinggi dari 300 mg pada spesimen acak atau 1 + atau lebih pada dipstick.
c. Pada kasus tidak adanya protein urine, dicurigai preklampsia jika
ditemukan adanya: Nyeri kepala, pandangan kabur, nyeri abnormal, hasil
khususnya tombositopenia, peningkatan enzim hati, ditemukan awal
disseminated intravascular coagulation (DIC)
d. Sindrom HELLP.
e. Diagnosis didasarkan pada adanya Hemolisis.
Preeklampsia adalah gangguan multisistem berhubungan dengan
penurunan oksigenasi dan kekurangan perfusi. Preeklampsia dapat ringan
atau berat; preeklampsia dan sindrom HELLP dapat juga terjadi pada
periode postpartum.
Tanda dan gejala: Sistolik lebih dari 140 mmHg, diastolik lebih dari 90
mmHg, proteinuria, oliguria, edema di wajah, tangan dan sakrum, berat
badan

5
naik 0,9 kilogram atau lebih perminggu, sindrom HELPP, perubahan
penglihatan, pusing. mual Nyeri epigastrium atau pada kuadran kanan atas.
Preeklampsia berat terjadi ketika salah satu berikut ada: Sistolik 160
mmHg atau lebih, distolik 110 mm Hg atau lebih, protein urine lebih dari 2
g per 24 jam, serum kreatinin lebih dari 1,2 mg/dL, trombosit kurang dari
100.000, peningkatan LDH sebagai bukti adanya hemolisis, peningkatan
ALT atau AST, nyeri kepala persisten, gangguan penglihatan persisten,
nyeri epigastrik persisten/terus-menerus, oliguria kurang dari 500 ml. per 24
jam, edema pulmo, angguan fungsi hati dari etiologi yang kurang jelas,
pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion (kekurangan cairan amnion),
eklampsia
Intervensi Terapeutik
a. Berikan konsultasi obstetrik segera
b. Lanjutkan monitoring janin secara elektronik
c. Minimalkan stimulasi eksternal dengan memberikan ruangan gelap dan
batasi pengunjung
d. Berikan hydralazine atau labetalol secara intravensi untuk hipertensi
setelah melakukan konsultasi dengan dokter spesialis obstetrik.
e. Berikan infus magnesium sulfate untuk mencegah kejang setelah
konsultasi dengan unit obstetrik.
Eklampsia
a. Kejadian kejang pada pasien dengan tanpa penyebab kejang
b. Pada risiko tertinggi terjadinya mortalitas dan morbiditas, khususnya
perdarahan otak
Gangguan hipertensi selanjutnya pada kehamilan, eklampsi
menggambarkan preeklampsi yang berkembang menjadi fase kejang.
Tanda dan gejala: Gejala preeklampsia, kejang berdurasi sepanjang 15
sampai 20 menit, peningkatan tekanan darah secara signifikan (sistole 140
sampai 200 mmHg, diastol> 90 mmHg), penurunan heart rate janin seperti
tercatat dalam monitor janin, khususnya selama kejang berlangsung.
Intervensi Terapeutik
a. Pastikan patensi jalan napas

6
b. Berikan tambahan oksigen dengan aliran tinggi
c. Posisikan pasien pada posisi kiri lateral
d. Lanjutkan monitor janin elektronik
e. Berikan 4 sampai 6 g bolus IV magnesium sulfate lebih 15 menit, diikuti
dengan infus maintenance 2 g per jam.
f. Berikan hydralazine atau labetalol secara intravena untuk hipertensi.
g. Monitor tekanan darah, pernapasan, refleks tendon setiap jam atau ketika
diindikasikan.
h. Rencanakan untuk perawatan di unit risiko tinggi obstetrik.

Hipertensi Kronik

a. Hipertensi yang ada dan dapat diobservasi sebelum kehamilan atau


diagnosa utama sebelum usia kehamilan 20 minggu.
b. Preeklampsia atau eklampsia dapat ditempatkan di atas hipertensi kronis.

C. Perdarahan Dalam Kehamilan


a. Plasenta Previa
Plasenta previa didefinisikan sebagai penanaman plasenta pada segmen
bawah uterin atau di diatas osteum uteri internum. plasenta previa
dikatagorikan berdasarkan luas osteum uteri internum. Osteum uteri dapat
tertutup total oleh plasenta atau hanya tertutupi sebagian. Plasenta previa
marginal adalah salah satu yang dalam 2 sampai 3 cm osteum uteri tidak
tertutupi. Janin tumbuh dan uterus mengembang, implantasi mungkin
terganggu, menyebabkan plasenta berdarah melalui osteum uteri. Plasenta
previa berhubungan dengan kemungkinan perdarahan yang mengancam jiwa
dan kehilangan janin.

Tanda dan Gejala

 Nyeri mendadak disertai perdarahan (biasanya setelah bulan ke 7


kehamilan)
 Darah warna merah terang (lawan gelap) dari vagina
 Syok perdarahan pada ibu (hipotensi, takikardi, kapilari refil jelek)

7
Intervensi

 Panggil tim obstetrik untuk membantu perawatan pasien dengan plasenta


previa. Jika memerlukan persalinan emergensi, konsultasikan dengan ahli
neonatal dan perawat yang handal untuk resusitasi neonate.
 Pasang satu atau lebih vena cateter ukuran besar dan berikan bolus cairan
Ringer laktat dan cairan normal saline.
 Kirim sampel darah lengkap dan crossmatch dengan rhesus.
 Pertahankan posisi pasien pada lateral kiri rekumben untuk meningkatkan
aliran balik darah ke jantung.
 Tunda pemeriksaan dalam vagina sampai ultrasonografi mengiidikasikan
lokasi plasenta (pemeriksaan manual dapat penganggu plasenta).
 Antisipasi sectio caesarea tergantung pada usia kehamilan, banyaknya
perdarahan, dan kondisi ibu.

b. Abrupsio Plasenta
Abrupsio plasenta adalah penyebab utama perdarahan obstetrik dan syok
hipovolemik. Abrupsio plasenta paling sering menjadi penyebab kematian
janin dikuti trauma ibu. Ruptur pembuluh darah kecil menyebabkan
terpisahnya plasenta dari dinding uteri. Hal tersebut akhirnya akan
menghambat suplai oksigen dan nutrisi ke janin. Area yang terlepas bisa
sebagian kecil atau luas. Jika terlepasnya terjadi pada margin plasenta,
perdarahan pervagina akan muncul. Tetapi, area yang terlepas menuju ke
arah plasenta tengah tidak akan menyebabkan perdarahan yang jelas. Ibu dan
janin dapat meninggal karena kondisi tersebut.

Tanda dan Gejala

 Nyeri pinggang
 Kontraksi uterus dengan sangat nyeri
 Kekakuan uterus atau frekuensi tinggi, kontraksi dengan amplitude rendah
 Nyeri kolik abdomen tiba-tiha
 Frank perdarahan pervagina merah gelap atau perdarahan tersembunyi di
balik plasenta sebagian terlepas

8
 Syok perdarahan pada ibu (hipotensi, takikardi, capillary refill jelek)
 Potensial komplikasi terjadi disseminated nitravascular coagulopathy
- Pedarahan pada sisi venipuncture
- Mikroemboli didukung iskemia jaringan
- Peningkatan D-dimer dan pecahnya produk fibrin
- Penurunan jumlah trombosit
 Jika bagian plasenta yang lepas luas, suara jantung janin akan abnormal
atau tidak ada
 Pasien dengan bagian terlepas kecil, pedarahan tersamar mungkin
asimtomatik

Intervensi

 Panggil tim obstetrik untuk membantu perawatan pasien dengan abrupsio


plasenta. Jika persalinan emergensi dibutuhkan, konsultasikan dengan
staff neonatal dan perawat yang mampu untuk memberikan resusitasi
emergensi pada neonatus.
 Pertimbangan transportasi ke fasilitas perawatan tersier jika
memungkinkan.
 Berikan oksigen aliran tinggi.
 Pasang satu atau lebih IV kateter dan berikan bolus cairan Ringer laktat
dan cairan normal saline
 Kirim sampel darah lengkap dan type crossmatch dengan rhesus.
 Pertimbangkan pemberian tranfusi sesuni crossmatch atau darah O
negatif packed red cell
 Segera kirim pasien ke ruang operasi atan unit obstetri (tergantung pada
kemampuan janin hertahan hidup atau tingkat syok ibu)
 Kecuali pasien melahirkan emergensi. Lanjutkan monitoring janin secara
elektronik. Prosedur ini harus dilakukan oleh perawat obstetrik yang ahli.

D. Persalinan Emergensi
Kelahiran di instalasi gawat darurat jarang dan dipertimbangkan untuk
persalinan risiko tinggi. Pasien harus dikirim ke fasilitas yang memiliki sumber

9
daya obstetrik dan neonatus yang baik. Tetapi, persalinan selama transportasi
dapat menjadi bencana bagi ibu dan neonatus. Pengkajian secara hati-hati pada
pasien yang akan segera melahirkan (Turunnya kepala, ibu sudah siap
mengejan) harus menjadi dasar pengambilan keputusan untuk di transport.
Walaupun proses alami, melahirkan adalah pengertian munculnya sebuah
kondisi. Beberapa tambahan komplikasi dan proses dapat membahayakan dua
atau lebih nyawa. Berikut ini menyediakan secara ringkas, langkah demi langkah
pendekatan untuk merawat ibu bersalin dan neonatus. Tabel 45-4 garis besar
tahap tahap persalinan, tabel 45-4 Daftar untuk memperoleh informasi dari ibu
bersalin atau anggota keluarga.
Jika tanda dan gejala di bawah ini ada, siapkan persalinan segera.
Kelahiran pada lingkungan yang steril diperlukan sekali. Tetapi, jika persalinan
sudah dekat, jangan ambil risiko membahayakan ibu dan neonatus ketika
mencoba menyiapkan situasi steril.

Tanda dan Gejala Persalinan Segera Terjadi

Berikut ini adalah indikasi persalinan segera terjadi:

 Temukan hal hal yang terjadi pada hari atau menit sebelum persalinan:
- Terlihat pendarahan: bercak mukosa yang diwarnai dengan darah
- Pecahnya membran amnion (Kemungkinan ketuban pecah: air ketuban
memencar atau mengucur
- Nyeri kontraksi yang sering terjadi
 Ada keinginan ibu untuk mengejan
 Ibu mengungkapkan bahwa ia akan buang air besar atau bayinya akan lahir
 Membran menonjol dan terlihat di vulva
 Penurunan dari kepala Janin

Tabel 45-3 TAHAP PERSALINAN

Durasi Rata- Rata

1
TAHAP DESKRIPSI Primipara Multipara
Tahap satu: dilatasi dari mulai kontraksi uterus 12,5 jam 7 jam
regular sampai dilatasi servis
penuh
Tahap dua : Dari dilatasi servik komplet 80 menit 30 menit
Ekspulsi sampai bayi lahir
tahap tiga: Plasenta dari waktu segera setelah bayi 5 sampai 30 5 sampai 30
lahir sampai lepasnya Plasenta menit menit

TABEL 45-4 PERTANYAAN UNTUK PASIEN MELAHIRKAN


 Berapa minggu usia ke hamilan? Kapan persangkaan tanggal kelahiran?
 Kapan nyeri mulai dirasakan?
 Bagaimana jarak kontraksi?
 Apakah sudah keluar air?
 Apakah sekarang mengeluarkan darah?
 Apakah Anda memiliki komplikasi dalam kehamilan ini?
 Berapa jumlah anak yang pernah ibu Lahirkan?
 Apakah lebih dari satu bayi?
 Apakah anda merasa ingin mengejan atau mau buang air besar?
 Apakah Anda telah minum obat?

Peralatan Penting untuk Persalinan Emergensi

Kecuali untuk Isolette atau Inkubator, peralatan berikut dapat disimpan bersama
secara mudah pada kotak persalinan emergensi supaya mudah diambil. Pertimbangkan
memiliki kotak pada area triage dan di beberapa ruang pengobatan instalasi gawat
darurat. Sebaiknya kotak berisi:

 Bascom atau tas plastik


 Gunting atau pisau bedah (steril)
 Dua buah klem tali pusat atau dua buah Kelly klem (steril)
 Satu buah alat penghisap lendir (bulb syringe)

1
 Pads penyerap cairan (ukuran besar)
 Sarung tangan steril
 Selimut bayi bersih
 Pembalut atau handuk
 Sebuah penghangat bayi (bahan Rajutan dapat digunakan untuk membuat hangat)
 Gelang identitas untuk ibu dan bayi
 Tempat penghangat jika memungkinkan atau selimut hangat
 Fotocopy lembar apgar skor

Prosedur Persalinan Emergensi

1. Jika ada waktu dan orang berkualifikasi ditempatkan di pelayanan, panggil


asisten persalinan dan asisten Resusitasi neonatus
2. Tempatkan ibu pada posisi Fowller rendah dengan mengganjal pada Sisi lain
dari punggung bawah atau abdomen bagian atas, dengan lutut meneguk atau
pada posisi miring. Melahirkan bahu anterior sering lebih mudah jika posisi ibu
miring. Tetapi, posisi ini membutuhkan orang untuk menopang paha atas ibu
3. Cek tanda vital (termasuk denyut jantung Janin) jika waktu memungkinkan
4. Jelaskan pada ibu proses persalinan yang sedang berlangsung
5. Letakkan pada penghisap cairan di bawah pantat ibu
6. Gunakan sarung tangan steril
7. Anjurkan ibu untuk bernapas tengah engah dan menghembuskan perlahan setiap
kontraksi
8. Ketika kepala tampak, letakkan dengan tekanan lembut pada crown klien untuk
mencegah Janin keluar dengan cepat. Tahan Perineum untuk mencegah Sobekan
9. Tahan kepala bayi dengan kedua tangan dan biarkan melakukan Rotasi secara
natural
10. Rasakan adanya tali Pusar sekitar leher bayi. Jika bayi terlilit, lakukan hal
sebagai berikut:
- Usahakan untuk melepas tali pusat dari atas kepala bayi
- Jika tali pusat mengikat terlalu kuat, segera claim tali pusat pada dua tempat
dan potong di antara dua klem. Panggil petugas yang mampu untuk
meresusitasi bayi

1
11. Jika kantong amnion msh utuh, gunting cepat segera pada Tengkuk Janin dan
lepaskan membran dari wajah bayi.
12. Suction pada Perineum tidak lebih dari standar waktu perawatan, dan tidak
melakukan section juga telah terbukti aman sama seperti melakukan suction
13. Melahirkan bahuDengan membimbing Kepala ke arah bawah (untuk melahirkan
bahu anterior) dan kemudian ke atas (untuk membebaskan bahu posterior)
14. Setelah kepala dan bahu bebas bagian yang tersisa akan lahir secara cepat tarik
dengan lembut mungkin dapat diterapkan
15. Catat waktu atau jam kelahiran
16. Setelah bayi lahir bayi harus diletakkan setinggi uterus dan oropharing harus
disuction untuk mencegah aspirasi
17. Klem tali pusat pada dua Sisi 4 sampai 5 cm dari bayi. Pastikan klaim terkunci
dengan erat. Gunakan gunting steril, potong di antara dua klaim.
18. Keringkan bayi segera secara keseluruhan. Sambil mengeringkan bayi, Kaji
adanya usaha nafas. Buang selimut atau handuk yang basah.
19. Bayi baru lahir harus dibuat untuk usaha bernapas dengan menangis secara
Spontan. Jika Pernapasan Spontan tidak terjadi lakukan stimulasi lembut
(punggung Telapak kaki), siapkan Resusitasi bayi
20. Pastikan apgar skor pada menit pertama dan 5 menit berikutnya
21. Pertahankan bayi baru lahir tetap hangat dengan meletakkan bayi pada tempat
penghangat. Jika persiapan penghangat tidak siap ibu dapat menggendong bayi
baru lahir pada dadanya atau perutnya untuk penghangatan kontak kulit dengan
kulit. Bungkus ibu dan bayi baru lahir dengan baik. jika memungkinkan, pasang
topi pada bayi baru lahir
22. Kirim ibu dan bayi baru lahir ke unit Obstetri untuk perawatan selanjutnya dan
evaluasi.

Melahirkan Plasenta

Lepasnya Plasenta umumnya terjadi dalam beberapa menit persalinan tetapi


dapat mundur sampai 30 menit. Tidak ada alasan untuk mempercepat proses ini.
Biarkan Plasenta keluar secara natural. Jangan pernah menarik tali pusat untuk
mempercepat Pelepasan karena hal itu bisa menyebabkan inversi Uteri. Memijat bagian
fundus secara

1
lembut dapat membantu Pelepasan Plasenta dari dinding uterus. Sekali lagi, kirim ibu
dan bayi ke unit Obstetri untuk evaluasi dan perawatan selanjutnya.

Tanda dan Gejala Persalinan Plasenta Segara Terjadi

 Tali pusat sepanjang dua sampai tiga inci (5 sampai 8 cm) keluar vagina
 Fundus meningkat di atas abdomen
 Uterus menjadi lembek dan bulat
 Sejumlah aliran darah keluar dari vagina (perdarahan ini normal)

Prosedur Melahirkan Plasenta

1. Anjurkan ibu untuk mengejan


2. Jangan menarik tali pusat dengan keras. Biarkan Plasenta lahir secara Spontan
3. Pijat fundus segera setelah Plasenta lahir. Fundus harus terasa lembut seperti
anggur. Berikan Suport pada segmen bawah Uteri ketika melakukan Massage
fundus.
4. Setelah Plasenta lepas, inspeksi adanya bagian yang hilang.
5. Tempatkan Plasenta pada bascom Atau kantong plastik dan serahkan pada ibu
ke unit obstetrik.
6. Observasi ibu secara ketat dari tanda-tanda perdarahan. Ketika plasenta telah
keluar, perdarahan akan turun secara signifikan.

Perawatan Ibu

 Jika fasilitas memungkinkan, panggil Tim Obstetrik untuk membantu perawatan


dan evaluasi.
 Untuk involusi uterus dan Pelepasan Bekuan, massage bagian fundus sambil
melakukan tekanan ringan daerah Suprapubik,
 bersikan area Perineum dengan lembut menggunakan handuk bersih,
 Buang pad penyerap cairan dan semua linen yang basah yang terletak di bawah
ibu.
 Pasang pembalut atau handuk di Perineum
 Pasang infus (biasanya cairan ringer laktat) paling tidak 125 ml perjam (lebih
cepat pada per Darahan yang banyak)

1
 Berikan agen Oksitosin sesuai indikasi. Oksitosin (pitocin) dalam cairan renjer
laktat dapat menurunkan per Darahan secara efektif
 Jaga ibu tetap hangat
 Observasi ibu Secara ketat: monitor tanda vital secara teratur setiap 15 min
sampai stabil
 Pasang gelang identifikasi bayi di pergelangan tangan ibu
 Pindahkan ibu ke unit obstetrik atau rumah sakit khusus ibu Womens Hospital

Perawatan Bayi Baru Lahir

 Perawatan awal bayi baru lahir selalu sesuai program petunjuk Resusitasi
Neonatal saat ini
 Panggil Tim obstetrik dan neonatus untuk membantu perawatan dan evaluasi
dari neonatus.
 Keringkan bayi.
 Jaga bayi tetap hangat. Jika alat lampu penghangat tidak tersedia tempatkan bayi
langsung pada kulit ibu, jika ini tidak praktis (contoh bila Resusitasi sedang
berlangsung) bisa juga menggunakan pad penghangat kimia yang besar. Tetapi
jangan pernah menempatkan neonatus langsung pada pad penghangat. Selalu
meletakkan beberapa lapis selimut antara pad kimia dengan neonatus. Cek suhu
Dari pad secara teratur untuk menghindari terbakar.
 Pada saat bayi berwarna merah muda dan bernafas dengan baik, lanjutkan
monitor Pernapasan
 Observasi perdarahan dari tali pusat pastikan ikatan terikat kencang
 Pasang gelang identifikasi pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki bayi
atau keduanya
 observasi baik secara ketat dan monitor tanda vital
 siapkan untuk memindahkan baik ke ruang obstetrik atau kamar bayi

Tanda Vital Normal Bayi Baru Lahir

 nadi 100 - 160 kali per menit


 Pernapasan 40 - 60 kali per menit
 suhu lebih dari 35,6 ° Celcius

1
E. Komplikasi Persalinan
1. Tertelan Cairan Mekonium
Perawatan bayi dengan aspirasi mekonium harus selalu mengikuti
petunjuk resusitasi neonatus saai ini. Kecuali pada persalinan yang segera
berlangsung, kirim ibu ke fasilitas unit obstetrik tersier atau panggil anggota
staf obstetrik untuk datang ke IGD.

Tanda dan Gejala

a. Cairan akan berwarna hijau atau kuning gelap. Hal itu mungkin seperti
"sup kacang" kental.
b. Kemungkinan tidak pasti atau detak jantung janin abnormal.
c. Monitoring janin secara keseluruhan harus dilakukan oleh tim obstetrik
berpengalaman dalam menginterpretasikan detak jantung janin.

Intervensi Terapeutik

1. Berikan oksigen pada ibu.


2. Jika mungkin, ada perawat neonatus, terapi pernapasan, dan dokter.
3. Segera lakukan resusitasi bayi jika dibutuhkan.
2. Janin dengan Posisi Bokong
Tiga persen dari seluruh presentasi adalah posisi bokong. Hal itu dapat
terlihat presentasi pantat pertama (frank atau full breech) atau kaki yang pertama
(footling breech). Posisi itu sangat berbahaya untuk janin karena peningkatan
kemungkinan sulit lahir dan prolap tali pusat. Optimalnya, janin presentasi
bokong akan dilahirkan dengan sectio caesarea. Namun, ibu mungkin telah
dalam proses persalinan dengan presentasi bokong.

Intervensi Terapeutik

1. Beritahu segera dokter obstetrik dan spesialis anak.


2. Tahan kaki bayi dan pantat. Jangan biarkan menggantung bebas.

1
3. Jangan tarik bayi. Hal tersebut dapat menyebabkan servik menjepit
terlalu kuat di sekitar kepala bayi. Lakukan ketika ibu berkontraksi.
4. Ketika ibu berkontraksi, lakukan tarikan lembut pada janin.
5. Bungkus dengan handuk pada janin sehingga memudahkan memegang
janin.
6. Masukkan jari ke dalam vagina untuk membantu melahirkan bahu satu
dahulu dan kemudian bahu lainnya
7. Untuk melahirkan kepala, lakukan seperti berikut:
 Tahan dada bayi dengan lengan dan tangan.
 Letakkan jari ke dalam bagian posterior dan temukan mulut bayi.
 Ketika ibu berkontraksi, raih sampai mulut bayi, pegang dagu, dan secara
lembut tekan ke atas ke arah kepala dan bahu.
 Perlu asisten yang menekan area suprapubic untuk membantu ekspulsi
kepala.
3. Prolaps Tali Pusat
Prolaps tali pusat dinyatakan ketika tali pusat mendahului janin keluar
dari vagina. Ini adalah kondisi emergensi akut karena tali akan menekan antara
tubuh janin dan ibu, mengurangi atau menghilangkan aliran darah.

Tanda dan Gejala

1. Tali pusat terlihat menonjol dari vagina.


2. Frekuensi denyut jantung janin kurang dari 100 kali per menit (palpasi
tali pusat untuk mengecek denyutan).

Intervensi Terapeutik

1. Panggil dokter obstetrik dan spesialis anak segera.


2. Posisikan ibu knee-chest (wajah dan lutut di atas stretcher, pantat
dibiarkan melayang).
3. Berikan oksigen aliran tinggi.
4. Jaga ibu tetap hangat.

1
5. Masukkan tangan yang bersarung tangan ke dalam vagina dan elevasikan
kepala janin (atau bagian tubuh) untuk membebaskan tekanan pada tali
pusat; ketika hal itu sudah selesai, keluarkan tangan dari situ.
6. Jangan mencoba mengembalikan tali pusat ke vagina.
7. Rasakan denyutan tali pusat tetapi tangani talipusat sekecil mungkin
mencegah spasme dari pembuluh darah tali pusat.
8. Kirim pasien untuk sectio caesarea segera. Jika waktu pengiriman lama,
jaga tali pusat tetap lembab.
4. Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai perdarahan melalui vagina
yang berlebihan kapanpun setelah melahirkan (atau aborsi) sampai dengan 6
minggu. Perdarahan terjadi dalam 24 jam disebut perdarahan postpartum primer.
Kehilangan darah pada persalinan adalah normal dan ibu telah memiliki
persediaan untuk kehilangan darah. Tetapi, kehilangan lebih dari 500 ml menjadi
pertimbangan perdarahan postpartum. "4 T" menjadi petunjuk pertimbangan
kemungkinan penyebab perdarahan, yaitu sebagai berikut ini.
 Tone- atony uteri yaitu penyebab utama perdarahan postpartum serius
 Trauma- sering karena sobekan vagina akibat trauma melahirkan,
perineum, dan rektum
 Tissue- produk konsepsi yang tertinggal
 Thrombin-disseminated intravascular coagulopathy dapat terjadi sebagai
konsekuensi dari abrupsio plasenta, eklampsia, atau emboli air ketuban.

Tanda dan Gejala

1. Darah berwarna terang mengalir terus-menerus


2. Mual Pucat, kulit basah berkeringat
3. Palpasi uterus lembek
4. Tanda hypovolemi dan syok perdarahan.

Intervensi Terapeutik

1. Panggil tim obstetrik untuk evaluasi dan pengobatan.

1
2. Massage uterus sambil menekan suprapubic untuk meningkatkan involusi
dan melepaskan bekuan. Fundus harus terasa keras, seperti buah anggur.
Fundus juga seharusnya berada di tengah pada posisi di atas umbilikus.
3. Terapkan tekanan manual pada sobekan perineal, jika ada.
4. Sediakan intervensi yang baik untuk syok hemoragik.
5. Berikan oksigen aliran tinggi.
6. Pasang dua jalur intravena dengan ukuran besar dan berikan bolus cairan
Ringer laktat atau normal saline.
7. Lakukan serial crossmatch untuk tes darah dan jenisnya. Tranfusi produk
darah sesuai indikasi.
8. Berikan agen oxytocin. Oxytocin 20 unit per 1000 mL dalam cairan Ringer
laktat (250 sampai 500 mml per jam) dapat membantu mengurangi
perdarahan secara efektif.

2.2 Konsep Teori Kegawatdaruratan Ginekologi

A. Pendarahan Uteri Abnormal

Pendarahan Uteri Abnormal adalah salah satu masalah ginekologi yang


sering terjadi di ruang gawat darurat. Penyelamatan hidup akibat perdarahan
harus cepat dan sama baiknya pada kehamilan berhubungan dengan
penyebab perdarahan pervagina. Pengobatan medis pada pasien dengan
perdarahan pervagina dipengaruhi oleh jumlah factor klinis, termasuk usia
pasien status kehamilan, perdarahan yang besar, komorbiditas, dan
pengobatan saat ini. fokus manajemen kegawatan pada identifikasi masalah
yang ada dan penanganan segera untuk kesejahteraan pasien. pendarahan
disfungsional dan yang lain yang bukan upaya penyelamatan nyawa yang
terbaik adalah disarankan untuk rawat jalan.

Pengkajian Pasien

1) Riwayat Pasien

 Riwayat kebiasaan menstruasi , termasuk tanggal dan periode


menstruasi terakhir

 Kemungkinan hamil

1
 Penggunaan anticoagulant atau gangguan pembekuan

 Episode perdarahan saat ini


 Durasi perdarahan saat ini
 Warna dari darah (merah terang, gelap)
 Frekuensi mengganti balutan atau tampon diatas 12
sampai 24 jam terakhir
 Kuantitas perdarahan (contoh apakah pembalut penuh?)
 Ada atau tidak bekuan
 Riwayat medis atau ginekologi
 Penggunaan kontrasepsi data ini, jika mengguunakan alat
kontrasepsi intraurine
 Pernah melakukan hubungan seks tanpa pelindung
2) Riwayat obstetric
 Persalinan saat ini atau aborsi
3) Gejala yang muncul
 Nyeri abdomen bagian bawah
 Demam atau menggigil
 Gejala saluran kemih—cysitis perdarahan mungkin bisa menjadi
penyebab perdarahan

Prosedur Diagnostik

 Darah lengkap, golongan darah dan crossmatch


 Waktu perdarahan, pembekuan, jumlah platelet
 Urine atau serum kuantitatif beta human chorionic gonadotropin (Hcg)
pada wanita usia subur
 Jika test kehamilan positif, pastikan Rh
 Urinalisis
 Fase guaiac
 Ultrasonografi panggul atau transvaginal
 Pemeriksaan vagina

2
 Harus dilakukan jika pasien tidak hamil atau hamil kurang dari 20
minggu
 Pastikan plasenta previa dengan ultrasonografi sebelum melakukan
pemeriksaan vagina pada wanita hamil lebih dari 20 minggu

Intervensi Terapeutik

 Jika hemodinamik pasien tidak stabil, lakukan segera untuk menstabilkan


airway, breathing, dan circulation
 Berikan produk darah, termasuk packed red blood cells, platelet, atau
fresh frozen plasma, mungkin diindikasikan jika perdarahan banyak
sekali
 Curettage uteri mungkin diindikasikan
 Pilihan pengobatan adalah terapi estrogen dosis tinggi untuk perdarahan
pervagina akut.
B. Nyeri Panggul
Berdasarkan sejarah nyeri panggul dapat berupa siklus atau non-siklus.
Nyeri siklik biasanya sebagai akibat dari sindrom pra-menstruasi,
endometriosis panggul, dismenorea primer dan nyeri ovulasi
(Mittelschmerz). Untuk nyeri non-siklus penyebab umum termasuk penyakit
radang panggul (PID), endometriosis parah, tumor panggul, sindrom
kemacetan panggul dan penyebab bedah seperti radang usus buntu dan
divertikulitis.
Anamnesis yang baik diperlukan untuk membuat diagnosis yang
mungkin terjadi. Sifat nyeri, apakah siklik atau non-siklus, akut atau kronis
(jika ada selama 6 bulan atau lebih), tingkat keparahan dan faktor
eksaserbasi dan pereda harus dicatat. Asosiasi lain yang perlu diperhatikan
termasuk paritas, keputihan, perdarahan vagina abnormal, dispareunia, gejala
saluran kemih, gejala gastrointestinal, kehilangan nafsu makan, penurunan
berat badan dan apusan serviks.
Pemeriksaan pasien akan melibatkan pemeriksaan umum dan sistemik,

2
terutama perut, panggul dan vagina. Pucat, pengecilan, distensi perut, massa

2
di perut dan panggul, dan pertumbuhan abnormal pada saluran genital bawah
harus dicari. Untuk investigasi, ultrasonografi perut dan panggul memainkan
peran kunci. Pertumbuhan pada saluran genital bawah mungkin memerlukan
biopsi, dan skrining penanda tumor untuk antigen kanker 125 (CA-125),
antigen carcino-embrionik (CEA) dan alfa feto-protein (AFP) mungkin
diperlukan untuk tumor panggul. Hitung darah lengkap, protein C-reaktif
dan kultur urin sering diperlukan. Laparoskopi diagnostik, jika tersedia,
merupakan tambahan positif dalam pengelolaan nyeri panggul kronis ketika
ada kesulitan diagnostik, tetapi tidak melupakan nyeri idiopatik.

Kemungkinan penyebab nyeri pelvis :

 Kehamilan ektopik
 Ruptur kista ovarium
 Endometriosis
 Pelvic inflammatory disease (PID)
 Infeksi saluran kemih
 Batu ginal
 Diverticulitis
 Appendisitis
 Neoplasma ovarium
 Mittelschmerz (nyeri saat ovulasi)
1) Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana konseptus berimplantasi di
luar lapisan endometrium normal rahim, dengan sebagian besar, lebih dari 95%,
terjadi di tuba fallopi. Ini adalah keadaan darurat ginekologi yang mengancam
jiwa dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu pada paruh awal
kehamilan.
Keterlambatan dalam diagnosis kehamilan ektopik dapat menjadi
bencana karena perdarahan yang terkait. Kehamilan ektopik harus selalu
disingkirkan jika seorang wanita dalam kelompok usia reproduksi datang dengan
gejala terlambat haid dan nyeri perut. Harus ada indeks kecurigaan yang tinggi
untuk intervensi dini dan pengurangan morbiditas dan mortalitas. Presentasi bisa
akut atau kronis.

2
Pasien biasanya datang dengan nyeri perut bagian bawah dan perdarahan vagina
minimal setelah 5-8 minggu periode amenore. Mungkin juga ada nyeri ujung
bahu dan pingsan jika perdarahan intraperitoneal masif.
Pembedahan tetap menjadi andalan pengobatan kehamilan ektopik.
Manajemen bedah dilakukan dengan laparoskopi atau laparotomi. Untuk operasi
kehamilan tuba mungkin radikal (salpingektomi) atau konservatif (biasanya
salpingostomi). Untuk pasien dengan kehamilan ektopik terganggu, terutama
mereka yang datang terlambat, resusitasi dan laparotomi darurat dan
salpingektomi sering diperlukan.
2) Ruptur Kista Ovarium
Kista ovarium sering terjadi selama usia masa subur karena perubahan
siklus pada ovarium berhubungan dengan menstruasi. Biasanya kista benigna
dan tidak ada gejala sampai perdarahan, ruptur, atau terjadi puntiran. Ruptur
kista ovarium mungkin mengeluarkan cairan putih atau dapat perdarahan dan
dapat membingungkan dengan kehamilan ectopic karena tanda dan gejalanya
sama. Appendicitis, diverticulitis, torsi ovarium, dan pelvic inflammantory
disease juga menjadi pertimbangan.
Tanda dan Gejala
 Nyeri pelpis atau nyeri abdomen
 Tiba-tiba, tajam, unilateral
 Ruptur dan nyeri dapat terjadi selama hubungan seksual atau
mengikuti exercise atau trauma
 Perdarahan pervagina bisa ada atau tidak ada
 Tanda iritasi peritoneal
 Melindung secara tidak sadar dari palpasi
 Nyeri tekan
 Demam tingkat rendah
 Jika perdarahan banyak, tanda syok perdarahan
Prosedur Diagnostik
 Urine atau serum beta hCG untuk memastikan kehamilan
 Darah lengkap, jika mungkin golongan darah dan crossmatch
 Palpasi adanya massa pada pemeriksaan panggul

2
 Ultrasonografi transvaginal
 Abdominal computed tomography (CT)memastikan penyebab lain nyeri
panggul
Intervensi Terapeutik
 Berikan suplemen oksigen.
 Awali pemberian terapi intravena dengan cairan laktat atau normal saline.
 Berikan analgetik
 Antibiotik jika dipertimbangkan
 Siapkan pasien untuk tindakan pembedahan jika hemodinamik tidak stabil.
3) Endometriosis
Endometriosis adalah penyebab utama disabilitas dan penurunan kualitas
hidup pada beberapa wanita dan gadis remaja. Penyebab utama nyeri pelvis,
endometriosis terjadi ketikan jaringan cell endometrium tumbuh keluar uterus,
primer di peritoneum, ovarium, dan septum retrovaginal. Akibatnya terjadi
respons peradangan menyebabkan adhesi, fibrosis, scar, nyeri dan infertilitas.
Tanda dan Gejala
 Dysmenorrhea
 Nyeri pangul kronis dengan eksaserbasi akut
 Tidak dapat diprediksi, intermiten, atau berkelanjutan
 Tumpul, berdenyut, atau tajam
 Menyebar dengan aktivitas fisik²
 Dysuria, hematurial
 Dyspareunia (nyeri ketika berhubungan
seksual) Prosedur Diagnostik
Diagnosis endometriosis tidak dibuat di ruang IGD; jenis, pemeriksaan di
IGD termasuk test kehamilan, CBC, dan urinalisis. Laparoskopi dan biopsi
endometrium yang dilakukan oleh dokter ginekologi dan digunakan untuk
kepastian diagnosis endometriosis.
Intervensi Terapeutik
 Obat Nonsteroidal Antiinflamantory (NSAIDs)
 Kontrasepsi oral (siklus atau berkelanjutan)

2
 Rujuk pasien ke dokter ginekologi untuk tindak lanjut; tindakan
pembedahan mungkin diperlukan
4) Penyakit Kehamilan Tropoblastik
Penyakit kehamilan trophoblastic mengacu pada kelompok tumor yang
jarang berkembang dari sel abnormal ke dalam jaringan yang pada kondisi
normalnya menjadi plasenta. Tumor ini bisa saja benigna, seperi biasanya pada
kasus mola hydatidosa. Atau invansif lokal dan metastase, seperti pada kasus
choriocarsinoma.2 Mola hidatidosa, juga disebut kehamilan anggur, hal itu
sering terjadi pada penyakit kehamilan tropoblastik.
Choriocarcinoma mungkinberasal dari mola hidatidosa atau dari jaringan
yang tersisa di uterus pada aborsi atau persalinan normal. Tumor ini dapat
menyebar dari uterus ke bagian tubuh lain. Untungnya, choriocarcinoma
diantara kanker lain paling sensistif terhadap kemotherapi, dan bahkan dengan
metastasis dapat diobati sampai dengan 90-95% . Pada tahap awal manifestasi
klinis pada penyakit ini tidak dapat dikenali dari kehamilan normal. Selanjutnya,
terjadi perdarahan pervagina dalam kasus yang sering terjadi.

Tanda dan Gejala

 Sering didiagnosa dengan ultrasound rutin pada trimester pertama


sebelum munculnya tanda dan gejala
 Pembesaran uterus lebih besar dari pada usia kehamilan yang
sesungguhnya
 Tidak ada suara jantung janin
 Perdarahan pervagina intermittent atau berkelanjutan
 Hyperemesis gravidarum
 Tanda preeklampsi mungkin nampak pada awal usia kehamilan
 Nyeri tekan pada pelvis
Prosedur Diagnostik
 Kadar beta hCG tinggi berhubungan dengan proliferasi tropbolastik
 Darah lengkap dan pemeriksaan pembekuan darah untuk mendeteksi
kemungkinan anemia atau koagulopati
 Ultrasonografi transvaginal menunjukkan tidak adanya janin

2
 Foto dada untuk memastikan metastasis ke paru
Intervensi Terapeutik
 Jika perdarahan hebat atau pasien dehidrasi akibat muntah, monitor tanda
vital dan berikan cairan intravena.
 Pasien mungkin membutuhkan tranfusi karena anemia Sipakan evakuasi
uterus (dilatasi dan curettage atau atau koagulopati dilatasi dan evakuasi)
 Tangani gejala dari preeklampsia, sebagian hipertensi

C. Infeksi Ginekologi
a. Pelvic inflammantory disease
Pelvic inflammantory disease (PID) merujuk pada infeksi akut
dari struktur saluran genitalia bagian atas termasuk tuba falopi, ovarium,
peritoneum pelvic, atau beberapa kombinasi tempat ini. PID terjadi
sebagai akibat migrasi bakteri dari saluran reproduksi bagian bawah ke
bagian atas. Hal tersebut dapat disebabkan oleh transmisi organisme
seksual atau flora yang berasal dari saluran genitalia bagian bawah.
Sebagian besar bakteri sering disendirikan adalah Neisseria gonorrhoeae
(25% sampai 80% kasus) dan Chlamydia trachomatis. PID dapat
menyebabkan nyeri abdomen kronis, kehamilan ektopik, atau infertilitas.

Faktor predisposi PID meliputi :


 Pasangan seksual yang banyak
 Usia muda
 Belum lama mengalami aborsi
 Adanya alat di intra uteri
 Terdiagnosis PID sebelumnya
Tanda dan Gejala
 Nyeri abdomen bagian bawah yang paling sering
 Nyeri tumpul, kram, berlangsung terus-menerus
 Dimulai segera setelah serangan pada periode menstruasi terakhir
 Penyebaran terjadi dengan gerakan atau aktivitas sexual

2
 Nyeri tekan atau spasme dinding abdomen mungkin
mengindikasikan peritonitis
 Pengeluaran cairan abnormal mucopurulent dari vagina
 Suhu lebih dari 39°C (100,4°F).
 Mual dan muntah .
Prosedur Diagnostik
 CBC menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.
 Peningkatan rata-rata eritrosit sedimen (ESR) dan C-reactive
protein (CRP)
 Urinalisa untuk memastikan infeksi saluran kemih
 Tes kehamilan
 Pemeriksaan panggul
 Uterus lunak
 Adnexa lunak
 Gerakan servik lunak
 Pemeriksaan sel darah putih mikroscopik pada sekresi vaginal
 Ultrasound transvaginal mungkin menunjukkan tuba terisi cairan
atau cairan bebas di rongga pelvis atau identifikasi abses tubo-
ovarian.
Intervensi Terapeutik

 Berikan agen untuk manajemen nyeri dan awali dengan


penggantian cairan secukupnya
 Berikan antibiotik broad-spectrum
 Obati pasangan saat ini dan sebelumnya
 Mungkin membutuhkan perawatan di rumah sakittergantung pada
keparahan infeksi dan gejala.
D. Toxic Shock Syndrome
Toxic shock syndrome (TSS) merujuk pada respons sistemik perantara-
toksin biasanya disebabkan oleh sebuah peradangan akibat toxin dari bakteri
Staphylococcus aureus." TSS diawali dengan penggunaan tampon
hyperabsorbent atau kotrasepsi spons. Ketika produk itu dibuat kurang

2
menyerap, insiden sindrom syok tosik menurun drastik. Nonmenstrual TTS
sekarang dilaporkan hanya kurang dari setengah dari kasus. Infeksi grup A
Streptococcus juga dapat menghasilkan TSS, biasanya sekunder terhadap
infeksi jaringan lunak seperti necrotizing fasciitis dan luka bakar. Lihat Bab
20, untuk diskusí lebih lengkap tentang manajemen pasien dengan sepsis
berat.

Tanda dan Gejala

 Demam tiba-tiba lebih dari 38,°C (101,8°F) dan menggigil.


 Hipotensi (tekanan darah sistol kurang dari 90 mm Hg)
 Mual dan muntah
 Nyeri kepala dan myalgia
 Diare
 Kemerahan klasik
 Bingung
 Kerusakan multi organ

Prosedur Diagnostik

 Darah lengkap
 Lekosistosis, trobositopenia dan anemia
 Kimia, panels koagulasi, dan kadar laktat .
 Peningkatan kreatinin, hypokalsemia, asidosis metabolik
 Urinalisis mungkin terdapat hemoglobinuria
 Kultur darah dan luka
 Foto dada, jika tanda gagal napas

Intervensi Terapeutik

1. Siapkan isolasi jika memadahi


2. Suport jalan napas pasien, pernapasan, dan sirkulasi
3. Berikan terapi oksigen untuk menjamin PaO₂ lebih besar dari 60
mmHg: kalau perlu intubasi endotracheal
4. Awali resusitasi cairan dengan cairan kristaloid intravena

2
5. Singkirkan tampon atau luka atau penyumbat hidung dan lakukan
debridemen luka
6. Berikan antibiotik segera
7. Antisipasi pemasangan jalur arterial dan kateter vena central
8. Pertimbangkan vasopressor untuk meningkatkan tekanan darah
9. Fasilitasi rawat inap atau kirim ke unit critical care.

3
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan Teoritis Obstetri dan Ginekologi


1) Pengkajian
a. Identitas pasien dan penangung jawab
Meliputi nama, umur,pekerjaan, alamat, agama, suku/bangsa
b. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Tanyakan bagimana keadaan saat ini, bagaimana perasaan setelah operasi
c. Pola nutrisi dan metabolic
Apakah klien merasakan kehausan, merasa lapar, kehilangan nafsu makan
ataupu merasa mual
d. Pola aktifitas setelah melahirkan
Apakah klien tampak kelelahan setelah melahirkan, toleransi terhadap
aktifitas sedang atau ringan, apakah tampak mengantuk atau tidak
e. Pola eliminasi
Apakah ada dieresis setelah operasi, kaji adakah nyeri saat BAB/BAK.
f. Neurosensori
Apakah klien merasa tidak nyaman, merasa nyeri dibagian tubuh
tertentu, kaji menggunakan PQRST, apakah nyeri mengganggu
aktifitasdan istirahat
g. Pola persepsi dan konsep diri
Kaji pandangan klien terhadap dirinya saat ini, apakah ada permasalahan
yang berhububungan dengan perubahan penampilan tubuhnya saat ini.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
 Pemeriksaan TTV
 Pengkajian tanda-tanda anemia
 Kaji adanya tanda-tanda edema atau tromboflebitis
 Pemeriksaan reflek
 Kaji adanya varises
 Kaji CVAT (cortical vertebra area tenderness)

3
b) Payudara
 Kaji adanya abses
 Kaji adanya nyeri tekan
c) Abdomen/ uterus
 Observasi kesimetrisan
 Observasi ukuran kandung kemih
d) Vulva atau perineum
 Observasi pengeluaran lokhea
 Kaji adanya pembengkakan
 Kaji adanya luka
 Kaji adanya hemorod
3) Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi b.d dengan kerusakan integritas kulit
2. Hambatan mobilitas fisik b.d program pembatasan gerak post op
3. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri b.d proses
pemulihan
4. Perubahan perfusi jaringan b/d preeklampsi atau komplikasinya
(DIC, edema paru)
5. Resiko tinggi terjadi luka pada janin b/d ketidakcukupan
uteroplasenta, kelahiran prematur, pecahnya plasenta
6. Resiko tinggi terjadi luka pda ibu b/d edema otak, vasospasme,
penurunan perfusi ginjal
7. Gangguan pertukaran gas b/d depresi pernafasan, edema
paru,konvulsi.
4) Rencana Keperawatan
No Ds NOC NIC

1. Setelah dilakukan  Kaji adanya tanda-tanda


tindakan keperawatan infeksi
3x24 jam diharapakan  Observasi warna kulit
tidak terjadi infeksi  Kaji TTV
dengan KH:  Ganti balut sesuai jadwal

3
 Tidak ada tanda  Jaga kebersihan luka
infeksi 4  Lakukan perawatan luka
 WBC dalam batas dengan benar
normal (5)  Berikan antibiotic sesuai
indikasi apabila terdapat
tanda infeksi
2. Setelah dilakukan  Kaji tingkat kemampuan
tindakan keperawatan mobilitas pasien
3x24jam , diharapkan  Anjurkan pasien
kemampuan mobilitas melakukan aktivitas
pasien meningkat dengan sesuai program latihan
KH:  Anjurkan keluarga untuk
 Dapat melakukan selalu mendampingi
aktifitas ditempat pasien
tidur secara  Anjurkan latihan dari
mandiri (5) gerakan ringan terlebih
 Mampu dahulu
mengidentifikasi  Tingkatkan latihan pasien
keterbatasan sesuai kemampuan
kemampuan
selama proses
pemulihan (5)
3. Setelah dilakukan  Identifikasi kebutuhan
tindakan keperawatan pasien
selama 2x24 jam,  Fasilitasi apa yang
diharapkan pasien dapat dibutuhkan pasien
lebih siap untuk  Kaji motivasi pasien
meningkatkan  Anjurkan pasien
kesehatannya dengan KH: melakukan pemeriksaan
 Mampu mencari kesehatan secara rutin
informasi untuk atau apabila muncul
meningkatkan tanda

3
kesehatan (5) gejala masalah kesehatan
 Mencegah
tibdakanyang
berisiko
mengganggu
kesehatan (5)

3.2 Asuhan Keperawatan Kasus


Kasus Ginekologi
Ny. N 50 tahun rujukan dari RS Unand datang ke IGD RSUP M.djamil
menggunakan tadi bersam Tn.U. Klien mengeluh nyeri pada perut tembus
kebelakang yang dialami sejak 1 minggu yang lalu. Sebelumnya ada darah
keluar dari vagina sejak beberapa bulan terakhir dan sudah 3 hari tidak pernah
BAK. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan TTV klien : Tekanan darah:
148/85 mmHg, HR : 73 kali/menit, Reguler , Suhu axilla : 36ºC, saturasi
oksigen: 99%, pernapasan 26x / menit pasien tampak sesak dan menggunakan
otot bantu napas, ditemukan bunyi napas tambahan, CRT >3 detik. Pasien
mengeluh nyeri dibagian perut bawah rasanya seperti tertusuk-tusuk, rasa nyeri
makin terasa saat klien bergerak, nyeri dirasakan selama 3-5 menit dan hilang
timbul skala nyeri 4. Pasien tampak lemas dan meringis. Pasien mengalami
pendarahan pervaginaan sebanyak
±150 cc.
Diagnosa medis klien CA serviks, klien mengatakan tidak memiliki
alergi obat dan makanan apapun. Pasien mengatakan makanan terakhir sebelum
kejadian yaitu nasi, ikan dan sayur. Klien mengkonsumsi obat Ketorolac
30mg/8jam/IV dari RS sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
apapun, namun terdapat bebas operasi Caesar pada klien. Turgor kulit baik, tidak
sianosis, terpasang infus pada ektermitas kanan atas dengan cairan Nacl 28
tetes/menit. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil : Pasien dapat
merasakan stimulus berupa sentuhan ringan pada anggota tubuh. Pasien dapat

3
mengangkat kedua kakinya dan tangannya dan mampu menahan dorongan.
Kandung kemih tidak teraba, TFU : sulit dinilai, tidak ada massa pada abdomen,
tidak ada nyeri tekan. Suara napas teratur (vesicular), dan ada suara napas
tambahan wheezing. Mukosa mulut tampak lembab, gigi tampak putih, jumlah
gigi 33 dan tidak terdapat Stomatitis. Tidak ada perdarahan subkujungtiva,
konjungtiva tidak anemis, skelera tampak jernih, tidak ada cedera pada kornea,
dan pupil isokor.Kesadaran Apatis dengan GCS 13 (E3 M 6 V4)
1. Pengkajian
Ruangan : IGD OBGYN RSUP M.Djamil
Tanggal : 07-10-2019
Jam : 02.16 wita
a. Identitas pasien
No. Rekam Medis : 897xxx
Nama : Ny. “ N”
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl/ Umur : 50 tahun
Alamat : Pauh
Rujukan dari : RSP UNAND
Diagnosa : CA Ceviks
Nama keluarga yang bisa dihubungi :Tn“U”
Transfortasi waktu datang : Mobil Taxi
b. Alasan masuk :
Keluarga Klien masuk rumah sakit rujukan dari RSP UNAND,
pasien mengeluh nyeri pada perut tembus kebelakang yang dialami sejak
1 minggu yang lalu. Sebelumnya ada darah keluar dari vagina sejak
beberapa bulan terakhir dan sudah 3 hari tidak pernah BAK.
c. Primary survey
A. Airway
1. Pengkajian jalan napas : Bebas
Trachea di tengah : Ya
a) Resusitasi : -
b) Re evaluasi : -

3
2. Masalah keperawatan : -
3. Intervensi/ Implementasi : -
4. Evaluasi : -
B. Breathing
1. Fungsi pernapasan :
a) Dada simetris : Ya
b) Sesak napas : Ya
c) Pola Napas : Dipsneu
d) Respirasi : 26 x/menit, dan terdapat penggunaan otot bantu
pernapasan.
e) Krepitasi : Tidak
f) Suara napas : Teratur (vesicular), dan tidak terdapat suara
napas tambahan seperti Ronchi,wheezing.
g) Saturasi 02 : 99 %
h) Assesment : -
i) Resusitasi : -
j) Re evaluasi :-
2. Masalah keperawatan : Pola nafas Tidak Efektif
C. Circulation
1. Tekanan darah: 148/85 mmHg
2. HR : 73 kali/menit, Reguler
3. Suhu axilla : 36ºC
4. Temperatur Kulit : Dingin
5. Gambaran kulit : Pucat
6. Perdarahan : Ya
Lokasi perdarahan : pada vagina
7. Pengisian Kapiler : >3 detik
8. Assesment : -
9. Resusitasi :Tidak dilakukan resusitasi
10.Re-evaluasi : Tidak dilakukan resusitasi
11. Masalah keperawatan : perfusi perifer tidak efektif

3
D. Disability
1. Penilaian fungsi neurologis
Kesadaran Apatis dengan GCS 13 (E3 M 6 V4)
2. Masalah keperawatan : -
3. Intervensi/Implementasi : -
4. Evaluasi : -

E. Exposure
1. Penilaian Hipotermia/hipertermia
Tidak ada peningkatan dan penurunan suhu, dengan suhu : 36 oC
2. Pengkajian Nyeri :
P : Pada saat bergerak
Q : Tertusuk-tusuk
R : Abdomen bagian bawah
S : Skala 4 NRS
T : 3-5 menit, hilang timbul
2. Masalah keperawatan : Nyeri Akut b/d agen cidera fisiologis
(CA Cerviks)
Skala Triase : 2 (10 menit)
d. Pengkajian Sekunder
a) Riwayat kesehatan
1) S : Sign/Symtom (tanda dan gejala) :
Pada saat pengkajian pasien mengeluh nyeri pada perut
bagian bawah disertai pendaran pada jalan lahir. Keadaan
umum pasien lemah, pasien nampak meringis.
2) A : alergi:
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan.
3) M: pengobatan:
Ketorolac 30mg/8jam/IV
4) P : Riwayat penyakit: -
5) L : Makanan yang dikomsumsi terakhir,sebelum sakit:
Pasien mengatakan makanan terakhir sebelum kejadian yaitu
nasi, ikan dan sayur.

3
6) E : Kejadian sebelum injury/sakit: -
b) Riwayat dan mekanisme trauma
1. O: Onset ( seberapa cepat efek dari suatu interaksi terjadi) :
Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah dan disertai
pendarahan.
2. P : Provokatif (penyebab ) :
Ca Serviks
3. Q : Quality (kualitas ) :
Seperti tertusuk-tusuk\
4. R : Radiation( paparan) :
Abdomen bagian bawah
5. S : Severity (tingkat keparahan) :
Nyeri dengan skala 4 (sedang)
6. T : Timing (waktu) :
Nyeri hilang timbul sekitar 3-5 menit.
c) Tanda – Tanda Vital
1. Frekuensi Nadi : 73 x/menit
2. Tekanan Darah : 148/85 mmHg
3. Pernafasan : 26x/i
4. Suhu tubuh : 36 Oc

d) Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Kulit kepala :
1) Inspeksi : Rambut berwarna hitam, kulit kepala
tampak bersih, dan tidak ada ketombe.
2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada
nyeri tekan
b. Mata
1) Inspeksi : Tidak ada perdarahan subkujungtiva,
konjungtiva tidak anemis, skelera tampak jernih, tidak
ada cedera pada kornea, dan pupil isokor.

3
2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa
c. Telinga
1) Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak tampak
adanya serumen.
2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada
nyeri tekan
d. Hidung
1) Inspeksi : Tampak bersih, posisi septum berada
ditengah, tidak ada benjolan pada hidung, dan tidak
terdapat rinorhea.
2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa
e. Mulut dan gigi
Inspeksi: Mukosa mulut tampak lembab, gigi tampak
f. Wajah
Putih, jumlah gigi 33 dan tidak terdapat stomatitis.
Inspeksi : Wajah tampak meringis.
g. Leher
Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran tonsil.
h. Dada/
thoraks
Paru-paru ;
1) Inspeksi : Simetris antar kedua lapang paru,
menggunakan otot bantu pernapasan dada, frekuensi
napas : 26 x/menit.
2) Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi :Terdengar bunyi sonor.
4) Auskultasi : Suara napas teratur (vesicular), dan ada
suara napas tambahan wheezing.
i. Jantung
1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
2) Perkusi : Suara pekak, batas atas intekostal 3 kiri,
batas kanan linea paasteral kanan, batas kiri linea mid
clavicularis kiri, batas bawah intercostals 6 kiri

3
3) Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler,
bising tidak ada.
j. Abdomen
1) Inspeksi : Bentuk bulat, warna kulit sawo matang,
Nampak adanya striae dan nampak ada bekas luka
operasi SC.
2) Auskultasi : peristaltic usus 12 kali/menit
3) Palpasi : Kandung kemih tidak teraba, TFU : sulit
dinilai. Klien mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah, tidak ada massa pada abdomen, tidak ada nyeri
tekan.
4) Perkusi : -
k. Genitalia
1) Inspeksi : Nampak perdarahan ±150 cc
2) Palpasi :Tidak dikaji
l. Ekstremitas
1) Status sirkulasi : Pengisian kapiler pada ektermitas
atas dan bawah >3 detik. Terpasang infus pada
ektermitas kanan atas dengan cairan Nacl 28
tetes/menit.
2) Keadaan injury : Tidak ada
m. Neurologis
 Fungsi sensorik: Pasien dapat merasakan stimulus
berupa sentuhan ringan pada anggota tubuh.
 Fungsi Motorik: Pasien dapat mengangkat kedua
kakinya dan tangannya dan mampu menahan
dorongan. Kekuatan otot 5

2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1. DS: Pernapasan cepat Nyeri pada perut Pola napas tidak

4
DO: efektif b.d penurunan
 Pernapasn 26x/menit Keletihan/kelemahan energi d.d dispnea 26
 Nampak tampak x/menit, (+)
sesak (Dipsneu) Energi penggunaan otot
 Terpasang nasal bantu napas , (+)
kanul (4 liter) bunyi napas
wheezing
2. DS: - Ca serviks Perfusi perifer tidak
DO: Invasi ke vaskuler efektif b.d penurunan
 akral teraba dingin Perdarahan spontan aliran arteri/vena d.d
 warna kulit pucat anemia (kekurangan Hb) pengisian kapiler > 3
 CRT >3 detik detik, akral teraba
O2 ke jaringan menurun dingin, warna kulit
pucat
penurunan aliran
arteri/vena
3. DS: Ca serviks Nyeri akut b.d agen
 pasien mengatakn pencidera fisiologis
nyeri yang dirasakan Invasi ke serabut saraf ca serviks d.d
pada perut sampai tampak meringis,
kebelakang Nyeri akut mengeluh nyeri, pola
 Suami pasien napas berubah
mengatakan nyeri di
rasakan sejak
seminggu yang lalu
DO:
 Pasien nampak
meringis
 TTV
 TD : 148/85 mmHg
 N : 71 x/i
 RR : 26 x/i

4
 S : 360 C
 Pengkajian nyeri
 P : nyeri saat
bergerak maupun
tidak bergerak
 Q : Tertusuk-tusuk
 R : Abdomen bagian
bawah
 S: Skala 4 NRS
(sedang)
 T: 3-5 menit, hilang
timbul

3. Diagnosa
1) Pola napas tidak efektif b.d penurunan energi d.d dispnea 26 x/menit, (+)
penggunaan otot bantu napas , (+) bunyi napas wheezing
2) Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri/vena d.d
pengisian kapiler > 3 detik, akral teraba dingin, warna kulit pucat
3) Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologis ca serviks d.d tampak meringis,
mengeluh nyeri, pola napas berubah
4. Intervensi dan Outcome
NO. SDKI SLKI SIKI
1. Pola nafas tidak Pola nafas Manajement jalan napas
efektif Setalah tindakan Observasi :
keperawatan 1 x 45 1. Monitor jalan napas (
menit diharapkan frekuens, kedalaman, usaha
kriteria hasil : napas )
1. Penggunaan otot 2. Monitor bunyi napas
bantu nafas dari 2 tambahan ( wheezing)
cukup meningkat 3. Monitor sputum ( jumlah,
diturunkan ke 4 cukup warna, aroma)

4
menurun Terapeutik:
2. Frekuensi nafas dari 1. Pertahankan kepatenanan
3 sedang diturunkan jalan napas
ke 4 cukup menurun 2. Posisikan semifowler atau
fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada
5. Berikan oksigen jika
diperlukan.
Edukasi :
1. Anjurkan asupan caiiran
2000ml / hari
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
bronkhodilator, ekspektoran
dan mukolitik.

2. Perfusi perifer Perfusi perifer Manajemen Syok Anafilaktif


tidak efektif Setelah dilakukan Tindakan
tindakan keperawatan 1. Monitor status
selama 1x45 menit kardiopulmonal (frekuensi
diharapkan Kriteria dan kekuatan nadi, frekuensi
hasil: nafas)
1. Denyut nadi perifer 2. Mengontrol memonitor
dari 2 cukup menurun status oksigen
ditingkat ke 3 sedang 3. Monitor tingkat kesadaran
2. tekanan darah Terapeutik
sistolik dari 3 sedang 1. Pertahankan jalan nafas
memburuk Paten
ditingkatkan ke 4 2. Pemasangan jalur IV

4
cukup membaik 3. Pasang kateter urine untuk
3. tekanan darah menilai Produksi urine
diastolik dari 2 cukup
memburuk ditingkat
ke 3 sedang

3. Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri


Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
selama 1x45 menit, Frekuensi, Kualitas nyeri
diharapkan kriteria 2. Identifikasi Skala nyeri
hasil : 3. Identifikasi respon non
a. Keluhan nyeri dari 2 verbal
cukup meningkat 4. Identifikasi faktor yang
diturunkan ke 3 memperberat dan
sedang memperingan nyeri
b. meringis 2 cukup Terapeutik
meningkat diturunkan 1. Berikan tehnik
ke 3 sedang nonfarmakologis untuk
c. Nyeri berkurang mengurangi rasa nyeri
dari skala 4 (sedang) (relaksasi nafas dalam)
menjadi skala 2 2. Fasiltasi istirahat dan tidur
(ringan) Edukasi
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri

5. Implementasi dan Evaluasi

No. Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan

4
1. Pola Napas 1) Mengobservasi frekuensi nafas S:-
tidakefektifan Hasil : pernafasan pasien 26x/menit O:
2) Mengobeservasi penggunaan otot - Pasien nampak sesak
bantu - Terpasang nasal kanul
pernafasan - Pernafasan 26x/menit
Hasil : pasien tidak menggunakan otot A : Masalah belum teratasi
bantu P : Lanjutkan intervensi
pernafasan 1) Mengobservasi frekuensi
3) Memberikan posisi hend up 30 nafas
jerajat 2) Mengobeservasi
Hasil : pasien masih sesak penggunaan otot bantu
4) Penatalaksanaapemberian O2 (4 pernafasan
liter/menit) 3) Memberikan pengembangan
Hasil : sesak pasien nampak dinding dada
berkurang

2. Ketidakefektif Manajemen Syok Anafilaktif S:-


a Tindakan O:
n perfusi 1) Monitor status kardiopulmonal - Akrak dingin
perifer (frekuensi - Penurunan kesadaran
dan kekuatan nadi, frekuensi nafas) - Tidak ada pengeluaran urine
Hasil : Nadi 71 x/i dan Nafas 26 x/i - Pasien nampak pucat
2) Mengontrol memonitor status A : Masalah belum teratasi
oksigen P : Lanjutkan intervensi
Hasil : Pemberian O2 dengan 4
Liter/menit
3) Monitor tingkat kesadaran
Hasil : GCS 13
Terapeutik
1) Pertahankan jalan nafas Paten
Hasil : Jalan nafas bebas
2) Pemasangan jalur IV

4
Hasil : Terpasangn Infus RL
3) Pasang kateter urine untuk menilai
Produksi
urine
Hasil : terpasang kateter urine dan
tidak
ada produksi urine yang keluar

3. Nyeri Akut Manajemen Nyeri S:


Tindakan - Pasien mengeluh nyeri pada
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, perut tembus ke belakang
durasi, - Suami pasien mengatak
Frekuensi, Kualitas nyeri nyeri dirasakan sejak 1
Hasil : pada daerah perut tembus minggu yang lalu
kebelakang, Tertusuk-tusuk, 3-5 O :
menit, - Klien Nampak meringis
hilang timbul - S skor 4NRS
2) Identifikasi Skala nyeri A : Masalah Nyeri belum
Hasil : Skala 4 NRS teratasi
3) Identifikasi respon non verbal P : Lanjutkan intervensi
Hasil : Pasien nampak meringis
4) Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
Hasil : saat bergerak maupun tidak
bergerak
Terapeutik
1) Berikan tehnik nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa nyeri (relaksasi
nafas dalam)
Hasil : Skala Nyeri tidak berkurang

4
2) Fasiltasi istirahat dan tidur
Hasil : pasien bering di tempat tidur
yang telah disediakan

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Kegawatdaruratan obstetri adalah suatu keadaan yang datangnya tiba-tiba, tidak


diharapkan, mengancam jiwa, sehingga perlu penanganan yang cepat dan tepat untuk
mencegah morbiditas maupun mortalitas, diantaranya disebabkan oleh pendarahan,
eklampsia, infeksi, persalinan lama akibat distosia, dan keguguran. Kedaruratan
obstetrik adalah suatu keadaan klinik yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat
kesakitan yang berat bahkan kematian ibu dan janinnya. Sedangkan pada
Kegawatdaruratan ginekologi diantaranya disebabkan oleh Pendarahan Uteri Abnormal
Nyeri Panggul. pada nyeri pannggul,Toxic Shock Syndrome dimana, Kemungkinan
penyebab nyeri pelvis diantaranya Kehamilan ektopik, Ruptur kista ovarium,
Endometriosis, Pelvic inflammatory disease (PID), Infeksi saluran kemih, Batu ginjal,
Diverticulitis, Mittelschmerz (nyeri saat ovulasi).
Kasus kegawatdaruratan obstetri merupakan salah satu panyebab kematian ibu
terbanyak akibat perdarahan yang tidak teratasi. Diagnosis secara dini dapat
mempermudah tenaga kesehatan untuk memberikan penanganan secara cepat terhadap
perdarahan yang dialami ibu dalam kehamilannya sehingga dapat meminimalisir
komplikasi yang akan terjadi bila tidak ditangani dengan cepat.

4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi
mahasiswa-mahasiswi keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan
kegawatdaruratan obstetri dan ginekologi.

4
DAFTAR PUSTAKA

Callen, P. W. (2008). Ultrasonography in obstetric and ginecology (5th ed.).


Philadelphia, PA: Saunders

Mars, J., Hockberger, R., & Walls, R. (2010). Rosen’s emergency medicine: Consepts
and clinical pactice (7th ed.). St. Louis, MO: Mosby

Manuaba IBG., Perdarahan Postpartum, Operasi Kebidanan Kandungan danKeluarga


Berencana untuk Dokter Umum, PP. 298-302, Penerbit Buku KedokteranEGC,
Jakarta, 2004

Prawiroharjo., Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal,Yayasan Bina Pustaka, Jakarta, 2008

Anda mungkin juga menyukai