Oleh :
Kelompok 2
Kelas A2 Kep’2019
1. Derline tiara Zoema 1911312044 13. Cantika Dwi Putri 1911312065
2. Bunga Angrayni 1911312026 14. Khairunisa Hazira 1911313001
3. Ariesta Dwi Putri 1911312047 15. Cindy Aviola 1911313004
4. Suci Faisal 1911312041 16. Fitria Vanesa 1911313010
5. Dilla Rahman 1911312050 17. Nurul Irhamna 1911313013
6. Dinia Hendi Agesti 1911312056 18. Gezi Maretha 1911313019
7. Salma nur rahma dany 1911312038 19. Hesty Amelia Mayora 1911313025
8. Radhiatul Hamdi 1911312053 20. Fajar Audio 1911313028
9. Rachma Yulia Putri 1911312032 21. Aida Adila 1911313031
10. Nurul Ashikin 1911312062 22. Miftahur Rahmi 1911313034
11. Nur Afni Eka Fitri 1911312059 23. M. Abdan Syakura 1911313037
12. Ayyasa Amara 1911312029 24. Amanda Echa Putrie 1911313043
Dosen Pembimbing :
Ns. Tiurmaida Simandalahi, S. Kep,, M. Kep
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “ Askep
Kegawatdaruratan Obstetrik Dan Ginekologi “ untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Keperawatan Gawat Darurat tepat pada waktunya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kasus Emergensi adalah kasus yang memerlukan penanganan segera yang bila
terlambat dapat menyebabkan kematian. Didalam bidang ginekologi, terdapat beberapa
kasus yang termasuk ke dalam kegawat daruratan antara lain : 1) Kehamilan ektopik
terganggu, 2) Kista ovarium terpuntir, 3) Kista pecah. Untuk itu kita perlu mengenal dan
dapat memanajemen kasus emergensi ginekologi secara tepat sehingga dapat menjamin
hidup, kesehatan, fungsi seksual dan menjamin fertilitas si pasien.
Mengenal kasus kegawatdaruratan ginekologi secara dini sangat penting agar
pertolongan yang cepat dan tepat dapat dilakukan. Mengingat klinis kasus
kegawatdaruratan ginekologi yang berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas,
mengenal kasus tersebut tidak selalu mudah dilakukan, bergantung pada pengetahuan,
kemampuan daya pikir dan daya analisis, serta pengalaman tenaga penolong. Kesalahan
ataupun kelambatan dalam menentukan kasus dapat berakibat fatal. Dalam prinsip, pada
saat menerima setiap kasus yang dihadapi harus dianggap gawatdarurat atau setidaknya
dianggap gawatdarurat, sampai setelah pemeriksaan selesai kasus itu ternyata bukan
kasus gawatdarurat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
d. Hipotensi, kapilari refil memanjang, tekanan nadi melemah
e. Penurunan tingkat kesadaran
Prosedur Diagnostik
a. Kadar human chorionic gonadotropin(hCG) atau kehamilan
mengindikasikan adanya kehamilan
b. Kadar serum progesterone (lebih tinggi dari 25 ng/mL)
c. Darah lengkap (CBC=Complete Blood Count) dan crossmatch serta
Rhesus
d. Sonografi transvaginal atau abdomen.
Intervensi Terapeutik
4
d. Pastikan informasi apa saja yang dibutuhkan terkait dengan penyebab
aborsi.
e. Sediakan kelompok penyemangat.
f. Rujuk pasien untuk konseling psikologis jika dibutuhkan.
3. Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional merupakan hipertensi komplikasi kehamilan dan
sudah diganti dengan istilah pregnancy-induced hypertension (PIH).
Beberapa pasien terdapat tanda dan gejala menetap dengan gangguan
hipertensi pada kehamilan harus konsultasikan dengan dokter obstetrik
segera. Klasifikasi Gangguan Hipertensi pada Kehamilan
Hipertensi Gestasional
a. Serangan baru hipertensi, umumnya setelah kehamilan 20 minggu
b. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik (SBP) 140 mm Hg atau
lebih tinggi atau tekanan diastolik 90 mm Hg atau lebih.
Preeklampsia
a. Hipertensi gestasional ditambah proteinuria gestasional pada wanita
dengan sebelumnya tekanan darahnya normal.
b. Proteinurine gestasional didefinisikan sebagai adanya protein urine lebih
tinggi dari 300 mg pada spesimen acak atau 1 + atau lebih pada dipstick.
c. Pada kasus tidak adanya protein urine, dicurigai preklampsia jika
ditemukan adanya: Nyeri kepala, pandangan kabur, nyeri abnormal, hasil
khususnya tombositopenia, peningkatan enzim hati, ditemukan awal
disseminated intravascular coagulation (DIC)
d. Sindrom HELLP.
e. Diagnosis didasarkan pada adanya Hemolisis.
Preeklampsia adalah gangguan multisistem berhubungan dengan
penurunan oksigenasi dan kekurangan perfusi. Preeklampsia dapat ringan
atau berat; preeklampsia dan sindrom HELLP dapat juga terjadi pada
periode postpartum.
Tanda dan gejala: Sistolik lebih dari 140 mmHg, diastolik lebih dari 90
mmHg, proteinuria, oliguria, edema di wajah, tangan dan sakrum, berat
badan
5
naik 0,9 kilogram atau lebih perminggu, sindrom HELPP, perubahan
penglihatan, pusing. mual Nyeri epigastrium atau pada kuadran kanan atas.
Preeklampsia berat terjadi ketika salah satu berikut ada: Sistolik 160
mmHg atau lebih, distolik 110 mm Hg atau lebih, protein urine lebih dari 2
g per 24 jam, serum kreatinin lebih dari 1,2 mg/dL, trombosit kurang dari
100.000, peningkatan LDH sebagai bukti adanya hemolisis, peningkatan
ALT atau AST, nyeri kepala persisten, gangguan penglihatan persisten,
nyeri epigastrik persisten/terus-menerus, oliguria kurang dari 500 ml. per 24
jam, edema pulmo, angguan fungsi hati dari etiologi yang kurang jelas,
pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion (kekurangan cairan amnion),
eklampsia
Intervensi Terapeutik
a. Berikan konsultasi obstetrik segera
b. Lanjutkan monitoring janin secara elektronik
c. Minimalkan stimulasi eksternal dengan memberikan ruangan gelap dan
batasi pengunjung
d. Berikan hydralazine atau labetalol secara intravensi untuk hipertensi
setelah melakukan konsultasi dengan dokter spesialis obstetrik.
e. Berikan infus magnesium sulfate untuk mencegah kejang setelah
konsultasi dengan unit obstetrik.
Eklampsia
a. Kejadian kejang pada pasien dengan tanpa penyebab kejang
b. Pada risiko tertinggi terjadinya mortalitas dan morbiditas, khususnya
perdarahan otak
Gangguan hipertensi selanjutnya pada kehamilan, eklampsi
menggambarkan preeklampsi yang berkembang menjadi fase kejang.
Tanda dan gejala: Gejala preeklampsia, kejang berdurasi sepanjang 15
sampai 20 menit, peningkatan tekanan darah secara signifikan (sistole 140
sampai 200 mmHg, diastol> 90 mmHg), penurunan heart rate janin seperti
tercatat dalam monitor janin, khususnya selama kejang berlangsung.
Intervensi Terapeutik
a. Pastikan patensi jalan napas
6
b. Berikan tambahan oksigen dengan aliran tinggi
c. Posisikan pasien pada posisi kiri lateral
d. Lanjutkan monitor janin elektronik
e. Berikan 4 sampai 6 g bolus IV magnesium sulfate lebih 15 menit, diikuti
dengan infus maintenance 2 g per jam.
f. Berikan hydralazine atau labetalol secara intravena untuk hipertensi.
g. Monitor tekanan darah, pernapasan, refleks tendon setiap jam atau ketika
diindikasikan.
h. Rencanakan untuk perawatan di unit risiko tinggi obstetrik.
Hipertensi Kronik
7
Intervensi
b. Abrupsio Plasenta
Abrupsio plasenta adalah penyebab utama perdarahan obstetrik dan syok
hipovolemik. Abrupsio plasenta paling sering menjadi penyebab kematian
janin dikuti trauma ibu. Ruptur pembuluh darah kecil menyebabkan
terpisahnya plasenta dari dinding uteri. Hal tersebut akhirnya akan
menghambat suplai oksigen dan nutrisi ke janin. Area yang terlepas bisa
sebagian kecil atau luas. Jika terlepasnya terjadi pada margin plasenta,
perdarahan pervagina akan muncul. Tetapi, area yang terlepas menuju ke
arah plasenta tengah tidak akan menyebabkan perdarahan yang jelas. Ibu dan
janin dapat meninggal karena kondisi tersebut.
Nyeri pinggang
Kontraksi uterus dengan sangat nyeri
Kekakuan uterus atau frekuensi tinggi, kontraksi dengan amplitude rendah
Nyeri kolik abdomen tiba-tiha
Frank perdarahan pervagina merah gelap atau perdarahan tersembunyi di
balik plasenta sebagian terlepas
8
Syok perdarahan pada ibu (hipotensi, takikardi, capillary refill jelek)
Potensial komplikasi terjadi disseminated nitravascular coagulopathy
- Pedarahan pada sisi venipuncture
- Mikroemboli didukung iskemia jaringan
- Peningkatan D-dimer dan pecahnya produk fibrin
- Penurunan jumlah trombosit
Jika bagian plasenta yang lepas luas, suara jantung janin akan abnormal
atau tidak ada
Pasien dengan bagian terlepas kecil, pedarahan tersamar mungkin
asimtomatik
Intervensi
D. Persalinan Emergensi
Kelahiran di instalasi gawat darurat jarang dan dipertimbangkan untuk
persalinan risiko tinggi. Pasien harus dikirim ke fasilitas yang memiliki sumber
9
daya obstetrik dan neonatus yang baik. Tetapi, persalinan selama transportasi
dapat menjadi bencana bagi ibu dan neonatus. Pengkajian secara hati-hati pada
pasien yang akan segera melahirkan (Turunnya kepala, ibu sudah siap
mengejan) harus menjadi dasar pengambilan keputusan untuk di transport.
Walaupun proses alami, melahirkan adalah pengertian munculnya sebuah
kondisi. Beberapa tambahan komplikasi dan proses dapat membahayakan dua
atau lebih nyawa. Berikut ini menyediakan secara ringkas, langkah demi langkah
pendekatan untuk merawat ibu bersalin dan neonatus. Tabel 45-4 garis besar
tahap tahap persalinan, tabel 45-4 Daftar untuk memperoleh informasi dari ibu
bersalin atau anggota keluarga.
Jika tanda dan gejala di bawah ini ada, siapkan persalinan segera.
Kelahiran pada lingkungan yang steril diperlukan sekali. Tetapi, jika persalinan
sudah dekat, jangan ambil risiko membahayakan ibu dan neonatus ketika
mencoba menyiapkan situasi steril.
Temukan hal hal yang terjadi pada hari atau menit sebelum persalinan:
- Terlihat pendarahan: bercak mukosa yang diwarnai dengan darah
- Pecahnya membran amnion (Kemungkinan ketuban pecah: air ketuban
memencar atau mengucur
- Nyeri kontraksi yang sering terjadi
Ada keinginan ibu untuk mengejan
Ibu mengungkapkan bahwa ia akan buang air besar atau bayinya akan lahir
Membran menonjol dan terlihat di vulva
Penurunan dari kepala Janin
1
TAHAP DESKRIPSI Primipara Multipara
Tahap satu: dilatasi dari mulai kontraksi uterus 12,5 jam 7 jam
regular sampai dilatasi servis
penuh
Tahap dua : Dari dilatasi servik komplet 80 menit 30 menit
Ekspulsi sampai bayi lahir
tahap tiga: Plasenta dari waktu segera setelah bayi 5 sampai 30 5 sampai 30
lahir sampai lepasnya Plasenta menit menit
Kecuali untuk Isolette atau Inkubator, peralatan berikut dapat disimpan bersama
secara mudah pada kotak persalinan emergensi supaya mudah diambil. Pertimbangkan
memiliki kotak pada area triage dan di beberapa ruang pengobatan instalasi gawat
darurat. Sebaiknya kotak berisi:
1
Pads penyerap cairan (ukuran besar)
Sarung tangan steril
Selimut bayi bersih
Pembalut atau handuk
Sebuah penghangat bayi (bahan Rajutan dapat digunakan untuk membuat hangat)
Gelang identitas untuk ibu dan bayi
Tempat penghangat jika memungkinkan atau selimut hangat
Fotocopy lembar apgar skor
1
11. Jika kantong amnion msh utuh, gunting cepat segera pada Tengkuk Janin dan
lepaskan membran dari wajah bayi.
12. Suction pada Perineum tidak lebih dari standar waktu perawatan, dan tidak
melakukan section juga telah terbukti aman sama seperti melakukan suction
13. Melahirkan bahuDengan membimbing Kepala ke arah bawah (untuk melahirkan
bahu anterior) dan kemudian ke atas (untuk membebaskan bahu posterior)
14. Setelah kepala dan bahu bebas bagian yang tersisa akan lahir secara cepat tarik
dengan lembut mungkin dapat diterapkan
15. Catat waktu atau jam kelahiran
16. Setelah bayi lahir bayi harus diletakkan setinggi uterus dan oropharing harus
disuction untuk mencegah aspirasi
17. Klem tali pusat pada dua Sisi 4 sampai 5 cm dari bayi. Pastikan klaim terkunci
dengan erat. Gunakan gunting steril, potong di antara dua klaim.
18. Keringkan bayi segera secara keseluruhan. Sambil mengeringkan bayi, Kaji
adanya usaha nafas. Buang selimut atau handuk yang basah.
19. Bayi baru lahir harus dibuat untuk usaha bernapas dengan menangis secara
Spontan. Jika Pernapasan Spontan tidak terjadi lakukan stimulasi lembut
(punggung Telapak kaki), siapkan Resusitasi bayi
20. Pastikan apgar skor pada menit pertama dan 5 menit berikutnya
21. Pertahankan bayi baru lahir tetap hangat dengan meletakkan bayi pada tempat
penghangat. Jika persiapan penghangat tidak siap ibu dapat menggendong bayi
baru lahir pada dadanya atau perutnya untuk penghangatan kontak kulit dengan
kulit. Bungkus ibu dan bayi baru lahir dengan baik. jika memungkinkan, pasang
topi pada bayi baru lahir
22. Kirim ibu dan bayi baru lahir ke unit Obstetri untuk perawatan selanjutnya dan
evaluasi.
Melahirkan Plasenta
1
lembut dapat membantu Pelepasan Plasenta dari dinding uterus. Sekali lagi, kirim ibu
dan bayi ke unit Obstetri untuk evaluasi dan perawatan selanjutnya.
Tali pusat sepanjang dua sampai tiga inci (5 sampai 8 cm) keluar vagina
Fundus meningkat di atas abdomen
Uterus menjadi lembek dan bulat
Sejumlah aliran darah keluar dari vagina (perdarahan ini normal)
Perawatan Ibu
1
Berikan agen Oksitosin sesuai indikasi. Oksitosin (pitocin) dalam cairan renjer
laktat dapat menurunkan per Darahan secara efektif
Jaga ibu tetap hangat
Observasi ibu Secara ketat: monitor tanda vital secara teratur setiap 15 min
sampai stabil
Pasang gelang identifikasi bayi di pergelangan tangan ibu
Pindahkan ibu ke unit obstetrik atau rumah sakit khusus ibu Womens Hospital
Perawatan awal bayi baru lahir selalu sesuai program petunjuk Resusitasi
Neonatal saat ini
Panggil Tim obstetrik dan neonatus untuk membantu perawatan dan evaluasi
dari neonatus.
Keringkan bayi.
Jaga bayi tetap hangat. Jika alat lampu penghangat tidak tersedia tempatkan bayi
langsung pada kulit ibu, jika ini tidak praktis (contoh bila Resusitasi sedang
berlangsung) bisa juga menggunakan pad penghangat kimia yang besar. Tetapi
jangan pernah menempatkan neonatus langsung pada pad penghangat. Selalu
meletakkan beberapa lapis selimut antara pad kimia dengan neonatus. Cek suhu
Dari pad secara teratur untuk menghindari terbakar.
Pada saat bayi berwarna merah muda dan bernafas dengan baik, lanjutkan
monitor Pernapasan
Observasi perdarahan dari tali pusat pastikan ikatan terikat kencang
Pasang gelang identifikasi pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki bayi
atau keduanya
observasi baik secara ketat dan monitor tanda vital
siapkan untuk memindahkan baik ke ruang obstetrik atau kamar bayi
1
E. Komplikasi Persalinan
1. Tertelan Cairan Mekonium
Perawatan bayi dengan aspirasi mekonium harus selalu mengikuti
petunjuk resusitasi neonatus saai ini. Kecuali pada persalinan yang segera
berlangsung, kirim ibu ke fasilitas unit obstetrik tersier atau panggil anggota
staf obstetrik untuk datang ke IGD.
a. Cairan akan berwarna hijau atau kuning gelap. Hal itu mungkin seperti
"sup kacang" kental.
b. Kemungkinan tidak pasti atau detak jantung janin abnormal.
c. Monitoring janin secara keseluruhan harus dilakukan oleh tim obstetrik
berpengalaman dalam menginterpretasikan detak jantung janin.
Intervensi Terapeutik
Intervensi Terapeutik
1
3. Jangan tarik bayi. Hal tersebut dapat menyebabkan servik menjepit
terlalu kuat di sekitar kepala bayi. Lakukan ketika ibu berkontraksi.
4. Ketika ibu berkontraksi, lakukan tarikan lembut pada janin.
5. Bungkus dengan handuk pada janin sehingga memudahkan memegang
janin.
6. Masukkan jari ke dalam vagina untuk membantu melahirkan bahu satu
dahulu dan kemudian bahu lainnya
7. Untuk melahirkan kepala, lakukan seperti berikut:
Tahan dada bayi dengan lengan dan tangan.
Letakkan jari ke dalam bagian posterior dan temukan mulut bayi.
Ketika ibu berkontraksi, raih sampai mulut bayi, pegang dagu, dan secara
lembut tekan ke atas ke arah kepala dan bahu.
Perlu asisten yang menekan area suprapubic untuk membantu ekspulsi
kepala.
3. Prolaps Tali Pusat
Prolaps tali pusat dinyatakan ketika tali pusat mendahului janin keluar
dari vagina. Ini adalah kondisi emergensi akut karena tali akan menekan antara
tubuh janin dan ibu, mengurangi atau menghilangkan aliran darah.
Intervensi Terapeutik
1
5. Masukkan tangan yang bersarung tangan ke dalam vagina dan elevasikan
kepala janin (atau bagian tubuh) untuk membebaskan tekanan pada tali
pusat; ketika hal itu sudah selesai, keluarkan tangan dari situ.
6. Jangan mencoba mengembalikan tali pusat ke vagina.
7. Rasakan denyutan tali pusat tetapi tangani talipusat sekecil mungkin
mencegah spasme dari pembuluh darah tali pusat.
8. Kirim pasien untuk sectio caesarea segera. Jika waktu pengiriman lama,
jaga tali pusat tetap lembab.
4. Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai perdarahan melalui vagina
yang berlebihan kapanpun setelah melahirkan (atau aborsi) sampai dengan 6
minggu. Perdarahan terjadi dalam 24 jam disebut perdarahan postpartum primer.
Kehilangan darah pada persalinan adalah normal dan ibu telah memiliki
persediaan untuk kehilangan darah. Tetapi, kehilangan lebih dari 500 ml menjadi
pertimbangan perdarahan postpartum. "4 T" menjadi petunjuk pertimbangan
kemungkinan penyebab perdarahan, yaitu sebagai berikut ini.
Tone- atony uteri yaitu penyebab utama perdarahan postpartum serius
Trauma- sering karena sobekan vagina akibat trauma melahirkan,
perineum, dan rektum
Tissue- produk konsepsi yang tertinggal
Thrombin-disseminated intravascular coagulopathy dapat terjadi sebagai
konsekuensi dari abrupsio plasenta, eklampsia, atau emboli air ketuban.
Intervensi Terapeutik
1
2. Massage uterus sambil menekan suprapubic untuk meningkatkan involusi
dan melepaskan bekuan. Fundus harus terasa keras, seperti buah anggur.
Fundus juga seharusnya berada di tengah pada posisi di atas umbilikus.
3. Terapkan tekanan manual pada sobekan perineal, jika ada.
4. Sediakan intervensi yang baik untuk syok hemoragik.
5. Berikan oksigen aliran tinggi.
6. Pasang dua jalur intravena dengan ukuran besar dan berikan bolus cairan
Ringer laktat atau normal saline.
7. Lakukan serial crossmatch untuk tes darah dan jenisnya. Tranfusi produk
darah sesuai indikasi.
8. Berikan agen oxytocin. Oxytocin 20 unit per 1000 mL dalam cairan Ringer
laktat (250 sampai 500 mml per jam) dapat membantu mengurangi
perdarahan secara efektif.
Pengkajian Pasien
1) Riwayat Pasien
Kemungkinan hamil
1
Penggunaan anticoagulant atau gangguan pembekuan
Prosedur Diagnostik
2
Harus dilakukan jika pasien tidak hamil atau hamil kurang dari 20
minggu
Pastikan plasenta previa dengan ultrasonografi sebelum melakukan
pemeriksaan vagina pada wanita hamil lebih dari 20 minggu
Intervensi Terapeutik
2
terutama perut, panggul dan vagina. Pucat, pengecilan, distensi perut, massa
2
di perut dan panggul, dan pertumbuhan abnormal pada saluran genital bawah
harus dicari. Untuk investigasi, ultrasonografi perut dan panggul memainkan
peran kunci. Pertumbuhan pada saluran genital bawah mungkin memerlukan
biopsi, dan skrining penanda tumor untuk antigen kanker 125 (CA-125),
antigen carcino-embrionik (CEA) dan alfa feto-protein (AFP) mungkin
diperlukan untuk tumor panggul. Hitung darah lengkap, protein C-reaktif
dan kultur urin sering diperlukan. Laparoskopi diagnostik, jika tersedia,
merupakan tambahan positif dalam pengelolaan nyeri panggul kronis ketika
ada kesulitan diagnostik, tetapi tidak melupakan nyeri idiopatik.
Kehamilan ektopik
Ruptur kista ovarium
Endometriosis
Pelvic inflammatory disease (PID)
Infeksi saluran kemih
Batu ginal
Diverticulitis
Appendisitis
Neoplasma ovarium
Mittelschmerz (nyeri saat ovulasi)
1) Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana konseptus berimplantasi di
luar lapisan endometrium normal rahim, dengan sebagian besar, lebih dari 95%,
terjadi di tuba fallopi. Ini adalah keadaan darurat ginekologi yang mengancam
jiwa dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu pada paruh awal
kehamilan.
Keterlambatan dalam diagnosis kehamilan ektopik dapat menjadi
bencana karena perdarahan yang terkait. Kehamilan ektopik harus selalu
disingkirkan jika seorang wanita dalam kelompok usia reproduksi datang dengan
gejala terlambat haid dan nyeri perut. Harus ada indeks kecurigaan yang tinggi
untuk intervensi dini dan pengurangan morbiditas dan mortalitas. Presentasi bisa
akut atau kronis.
2
Pasien biasanya datang dengan nyeri perut bagian bawah dan perdarahan vagina
minimal setelah 5-8 minggu periode amenore. Mungkin juga ada nyeri ujung
bahu dan pingsan jika perdarahan intraperitoneal masif.
Pembedahan tetap menjadi andalan pengobatan kehamilan ektopik.
Manajemen bedah dilakukan dengan laparoskopi atau laparotomi. Untuk operasi
kehamilan tuba mungkin radikal (salpingektomi) atau konservatif (biasanya
salpingostomi). Untuk pasien dengan kehamilan ektopik terganggu, terutama
mereka yang datang terlambat, resusitasi dan laparotomi darurat dan
salpingektomi sering diperlukan.
2) Ruptur Kista Ovarium
Kista ovarium sering terjadi selama usia masa subur karena perubahan
siklus pada ovarium berhubungan dengan menstruasi. Biasanya kista benigna
dan tidak ada gejala sampai perdarahan, ruptur, atau terjadi puntiran. Ruptur
kista ovarium mungkin mengeluarkan cairan putih atau dapat perdarahan dan
dapat membingungkan dengan kehamilan ectopic karena tanda dan gejalanya
sama. Appendicitis, diverticulitis, torsi ovarium, dan pelvic inflammantory
disease juga menjadi pertimbangan.
Tanda dan Gejala
Nyeri pelpis atau nyeri abdomen
Tiba-tiba, tajam, unilateral
Ruptur dan nyeri dapat terjadi selama hubungan seksual atau
mengikuti exercise atau trauma
Perdarahan pervagina bisa ada atau tidak ada
Tanda iritasi peritoneal
Melindung secara tidak sadar dari palpasi
Nyeri tekan
Demam tingkat rendah
Jika perdarahan banyak, tanda syok perdarahan
Prosedur Diagnostik
Urine atau serum beta hCG untuk memastikan kehamilan
Darah lengkap, jika mungkin golongan darah dan crossmatch
Palpasi adanya massa pada pemeriksaan panggul
2
Ultrasonografi transvaginal
Abdominal computed tomography (CT)memastikan penyebab lain nyeri
panggul
Intervensi Terapeutik
Berikan suplemen oksigen.
Awali pemberian terapi intravena dengan cairan laktat atau normal saline.
Berikan analgetik
Antibiotik jika dipertimbangkan
Siapkan pasien untuk tindakan pembedahan jika hemodinamik tidak stabil.
3) Endometriosis
Endometriosis adalah penyebab utama disabilitas dan penurunan kualitas
hidup pada beberapa wanita dan gadis remaja. Penyebab utama nyeri pelvis,
endometriosis terjadi ketikan jaringan cell endometrium tumbuh keluar uterus,
primer di peritoneum, ovarium, dan septum retrovaginal. Akibatnya terjadi
respons peradangan menyebabkan adhesi, fibrosis, scar, nyeri dan infertilitas.
Tanda dan Gejala
Dysmenorrhea
Nyeri pangul kronis dengan eksaserbasi akut
Tidak dapat diprediksi, intermiten, atau berkelanjutan
Tumpul, berdenyut, atau tajam
Menyebar dengan aktivitas fisik²
Dysuria, hematurial
Dyspareunia (nyeri ketika berhubungan
seksual) Prosedur Diagnostik
Diagnosis endometriosis tidak dibuat di ruang IGD; jenis, pemeriksaan di
IGD termasuk test kehamilan, CBC, dan urinalisis. Laparoskopi dan biopsi
endometrium yang dilakukan oleh dokter ginekologi dan digunakan untuk
kepastian diagnosis endometriosis.
Intervensi Terapeutik
Obat Nonsteroidal Antiinflamantory (NSAIDs)
Kontrasepsi oral (siklus atau berkelanjutan)
2
Rujuk pasien ke dokter ginekologi untuk tindak lanjut; tindakan
pembedahan mungkin diperlukan
4) Penyakit Kehamilan Tropoblastik
Penyakit kehamilan trophoblastic mengacu pada kelompok tumor yang
jarang berkembang dari sel abnormal ke dalam jaringan yang pada kondisi
normalnya menjadi plasenta. Tumor ini bisa saja benigna, seperi biasanya pada
kasus mola hydatidosa. Atau invansif lokal dan metastase, seperti pada kasus
choriocarsinoma.2 Mola hidatidosa, juga disebut kehamilan anggur, hal itu
sering terjadi pada penyakit kehamilan tropoblastik.
Choriocarcinoma mungkinberasal dari mola hidatidosa atau dari jaringan
yang tersisa di uterus pada aborsi atau persalinan normal. Tumor ini dapat
menyebar dari uterus ke bagian tubuh lain. Untungnya, choriocarcinoma
diantara kanker lain paling sensistif terhadap kemotherapi, dan bahkan dengan
metastasis dapat diobati sampai dengan 90-95% . Pada tahap awal manifestasi
klinis pada penyakit ini tidak dapat dikenali dari kehamilan normal. Selanjutnya,
terjadi perdarahan pervagina dalam kasus yang sering terjadi.
2
Foto dada untuk memastikan metastasis ke paru
Intervensi Terapeutik
Jika perdarahan hebat atau pasien dehidrasi akibat muntah, monitor tanda
vital dan berikan cairan intravena.
Pasien mungkin membutuhkan tranfusi karena anemia Sipakan evakuasi
uterus (dilatasi dan curettage atau atau koagulopati dilatasi dan evakuasi)
Tangani gejala dari preeklampsia, sebagian hipertensi
C. Infeksi Ginekologi
a. Pelvic inflammantory disease
Pelvic inflammantory disease (PID) merujuk pada infeksi akut
dari struktur saluran genitalia bagian atas termasuk tuba falopi, ovarium,
peritoneum pelvic, atau beberapa kombinasi tempat ini. PID terjadi
sebagai akibat migrasi bakteri dari saluran reproduksi bagian bawah ke
bagian atas. Hal tersebut dapat disebabkan oleh transmisi organisme
seksual atau flora yang berasal dari saluran genitalia bagian bawah.
Sebagian besar bakteri sering disendirikan adalah Neisseria gonorrhoeae
(25% sampai 80% kasus) dan Chlamydia trachomatis. PID dapat
menyebabkan nyeri abdomen kronis, kehamilan ektopik, atau infertilitas.
2
Nyeri tekan atau spasme dinding abdomen mungkin
mengindikasikan peritonitis
Pengeluaran cairan abnormal mucopurulent dari vagina
Suhu lebih dari 39°C (100,4°F).
Mual dan muntah .
Prosedur Diagnostik
CBC menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.
Peningkatan rata-rata eritrosit sedimen (ESR) dan C-reactive
protein (CRP)
Urinalisa untuk memastikan infeksi saluran kemih
Tes kehamilan
Pemeriksaan panggul
Uterus lunak
Adnexa lunak
Gerakan servik lunak
Pemeriksaan sel darah putih mikroscopik pada sekresi vaginal
Ultrasound transvaginal mungkin menunjukkan tuba terisi cairan
atau cairan bebas di rongga pelvis atau identifikasi abses tubo-
ovarian.
Intervensi Terapeutik
2
menyerap, insiden sindrom syok tosik menurun drastik. Nonmenstrual TTS
sekarang dilaporkan hanya kurang dari setengah dari kasus. Infeksi grup A
Streptococcus juga dapat menghasilkan TSS, biasanya sekunder terhadap
infeksi jaringan lunak seperti necrotizing fasciitis dan luka bakar. Lihat Bab
20, untuk diskusí lebih lengkap tentang manajemen pasien dengan sepsis
berat.
Prosedur Diagnostik
Darah lengkap
Lekosistosis, trobositopenia dan anemia
Kimia, panels koagulasi, dan kadar laktat .
Peningkatan kreatinin, hypokalsemia, asidosis metabolik
Urinalisis mungkin terdapat hemoglobinuria
Kultur darah dan luka
Foto dada, jika tanda gagal napas
Intervensi Terapeutik
2
5. Singkirkan tampon atau luka atau penyumbat hidung dan lakukan
debridemen luka
6. Berikan antibiotik segera
7. Antisipasi pemasangan jalur arterial dan kateter vena central
8. Pertimbangkan vasopressor untuk meningkatkan tekanan darah
9. Fasilitasi rawat inap atau kirim ke unit critical care.
3
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3
b) Payudara
Kaji adanya abses
Kaji adanya nyeri tekan
c) Abdomen/ uterus
Observasi kesimetrisan
Observasi ukuran kandung kemih
d) Vulva atau perineum
Observasi pengeluaran lokhea
Kaji adanya pembengkakan
Kaji adanya luka
Kaji adanya hemorod
3) Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi b.d dengan kerusakan integritas kulit
2. Hambatan mobilitas fisik b.d program pembatasan gerak post op
3. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri b.d proses
pemulihan
4. Perubahan perfusi jaringan b/d preeklampsi atau komplikasinya
(DIC, edema paru)
5. Resiko tinggi terjadi luka pada janin b/d ketidakcukupan
uteroplasenta, kelahiran prematur, pecahnya plasenta
6. Resiko tinggi terjadi luka pda ibu b/d edema otak, vasospasme,
penurunan perfusi ginjal
7. Gangguan pertukaran gas b/d depresi pernafasan, edema
paru,konvulsi.
4) Rencana Keperawatan
No Ds NOC NIC
3
Tidak ada tanda Jaga kebersihan luka
infeksi 4 Lakukan perawatan luka
WBC dalam batas dengan benar
normal (5) Berikan antibiotic sesuai
indikasi apabila terdapat
tanda infeksi
2. Setelah dilakukan Kaji tingkat kemampuan
tindakan keperawatan mobilitas pasien
3x24jam , diharapkan Anjurkan pasien
kemampuan mobilitas melakukan aktivitas
pasien meningkat dengan sesuai program latihan
KH: Anjurkan keluarga untuk
Dapat melakukan selalu mendampingi
aktifitas ditempat pasien
tidur secara Anjurkan latihan dari
mandiri (5) gerakan ringan terlebih
Mampu dahulu
mengidentifikasi Tingkatkan latihan pasien
keterbatasan sesuai kemampuan
kemampuan
selama proses
pemulihan (5)
3. Setelah dilakukan Identifikasi kebutuhan
tindakan keperawatan pasien
selama 2x24 jam, Fasilitasi apa yang
diharapkan pasien dapat dibutuhkan pasien
lebih siap untuk Kaji motivasi pasien
meningkatkan Anjurkan pasien
kesehatannya dengan KH: melakukan pemeriksaan
Mampu mencari kesehatan secara rutin
informasi untuk atau apabila muncul
meningkatkan tanda
3
kesehatan (5) gejala masalah kesehatan
Mencegah
tibdakanyang
berisiko
mengganggu
kesehatan (5)
3
mengangkat kedua kakinya dan tangannya dan mampu menahan dorongan.
Kandung kemih tidak teraba, TFU : sulit dinilai, tidak ada massa pada abdomen,
tidak ada nyeri tekan. Suara napas teratur (vesicular), dan ada suara napas
tambahan wheezing. Mukosa mulut tampak lembab, gigi tampak putih, jumlah
gigi 33 dan tidak terdapat Stomatitis. Tidak ada perdarahan subkujungtiva,
konjungtiva tidak anemis, skelera tampak jernih, tidak ada cedera pada kornea,
dan pupil isokor.Kesadaran Apatis dengan GCS 13 (E3 M 6 V4)
1. Pengkajian
Ruangan : IGD OBGYN RSUP M.Djamil
Tanggal : 07-10-2019
Jam : 02.16 wita
a. Identitas pasien
No. Rekam Medis : 897xxx
Nama : Ny. “ N”
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl/ Umur : 50 tahun
Alamat : Pauh
Rujukan dari : RSP UNAND
Diagnosa : CA Ceviks
Nama keluarga yang bisa dihubungi :Tn“U”
Transfortasi waktu datang : Mobil Taxi
b. Alasan masuk :
Keluarga Klien masuk rumah sakit rujukan dari RSP UNAND,
pasien mengeluh nyeri pada perut tembus kebelakang yang dialami sejak
1 minggu yang lalu. Sebelumnya ada darah keluar dari vagina sejak
beberapa bulan terakhir dan sudah 3 hari tidak pernah BAK.
c. Primary survey
A. Airway
1. Pengkajian jalan napas : Bebas
Trachea di tengah : Ya
a) Resusitasi : -
b) Re evaluasi : -
3
2. Masalah keperawatan : -
3. Intervensi/ Implementasi : -
4. Evaluasi : -
B. Breathing
1. Fungsi pernapasan :
a) Dada simetris : Ya
b) Sesak napas : Ya
c) Pola Napas : Dipsneu
d) Respirasi : 26 x/menit, dan terdapat penggunaan otot bantu
pernapasan.
e) Krepitasi : Tidak
f) Suara napas : Teratur (vesicular), dan tidak terdapat suara
napas tambahan seperti Ronchi,wheezing.
g) Saturasi 02 : 99 %
h) Assesment : -
i) Resusitasi : -
j) Re evaluasi :-
2. Masalah keperawatan : Pola nafas Tidak Efektif
C. Circulation
1. Tekanan darah: 148/85 mmHg
2. HR : 73 kali/menit, Reguler
3. Suhu axilla : 36ºC
4. Temperatur Kulit : Dingin
5. Gambaran kulit : Pucat
6. Perdarahan : Ya
Lokasi perdarahan : pada vagina
7. Pengisian Kapiler : >3 detik
8. Assesment : -
9. Resusitasi :Tidak dilakukan resusitasi
10.Re-evaluasi : Tidak dilakukan resusitasi
11. Masalah keperawatan : perfusi perifer tidak efektif
3
D. Disability
1. Penilaian fungsi neurologis
Kesadaran Apatis dengan GCS 13 (E3 M 6 V4)
2. Masalah keperawatan : -
3. Intervensi/Implementasi : -
4. Evaluasi : -
E. Exposure
1. Penilaian Hipotermia/hipertermia
Tidak ada peningkatan dan penurunan suhu, dengan suhu : 36 oC
2. Pengkajian Nyeri :
P : Pada saat bergerak
Q : Tertusuk-tusuk
R : Abdomen bagian bawah
S : Skala 4 NRS
T : 3-5 menit, hilang timbul
2. Masalah keperawatan : Nyeri Akut b/d agen cidera fisiologis
(CA Cerviks)
Skala Triase : 2 (10 menit)
d. Pengkajian Sekunder
a) Riwayat kesehatan
1) S : Sign/Symtom (tanda dan gejala) :
Pada saat pengkajian pasien mengeluh nyeri pada perut
bagian bawah disertai pendaran pada jalan lahir. Keadaan
umum pasien lemah, pasien nampak meringis.
2) A : alergi:
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan.
3) M: pengobatan:
Ketorolac 30mg/8jam/IV
4) P : Riwayat penyakit: -
5) L : Makanan yang dikomsumsi terakhir,sebelum sakit:
Pasien mengatakan makanan terakhir sebelum kejadian yaitu
nasi, ikan dan sayur.
3
6) E : Kejadian sebelum injury/sakit: -
b) Riwayat dan mekanisme trauma
1. O: Onset ( seberapa cepat efek dari suatu interaksi terjadi) :
Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah dan disertai
pendarahan.
2. P : Provokatif (penyebab ) :
Ca Serviks
3. Q : Quality (kualitas ) :
Seperti tertusuk-tusuk\
4. R : Radiation( paparan) :
Abdomen bagian bawah
5. S : Severity (tingkat keparahan) :
Nyeri dengan skala 4 (sedang)
6. T : Timing (waktu) :
Nyeri hilang timbul sekitar 3-5 menit.
c) Tanda – Tanda Vital
1. Frekuensi Nadi : 73 x/menit
2. Tekanan Darah : 148/85 mmHg
3. Pernafasan : 26x/i
4. Suhu tubuh : 36 Oc
d) Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Kulit kepala :
1) Inspeksi : Rambut berwarna hitam, kulit kepala
tampak bersih, dan tidak ada ketombe.
2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada
nyeri tekan
b. Mata
1) Inspeksi : Tidak ada perdarahan subkujungtiva,
konjungtiva tidak anemis, skelera tampak jernih, tidak
ada cedera pada kornea, dan pupil isokor.
3
2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa
c. Telinga
1) Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak tampak
adanya serumen.
2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada
nyeri tekan
d. Hidung
1) Inspeksi : Tampak bersih, posisi septum berada
ditengah, tidak ada benjolan pada hidung, dan tidak
terdapat rinorhea.
2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa
e. Mulut dan gigi
Inspeksi: Mukosa mulut tampak lembab, gigi tampak
f. Wajah
Putih, jumlah gigi 33 dan tidak terdapat stomatitis.
Inspeksi : Wajah tampak meringis.
g. Leher
Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran tonsil.
h. Dada/
thoraks
Paru-paru ;
1) Inspeksi : Simetris antar kedua lapang paru,
menggunakan otot bantu pernapasan dada, frekuensi
napas : 26 x/menit.
2) Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi :Terdengar bunyi sonor.
4) Auskultasi : Suara napas teratur (vesicular), dan ada
suara napas tambahan wheezing.
i. Jantung
1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
2) Perkusi : Suara pekak, batas atas intekostal 3 kiri,
batas kanan linea paasteral kanan, batas kiri linea mid
clavicularis kiri, batas bawah intercostals 6 kiri
3
3) Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler,
bising tidak ada.
j. Abdomen
1) Inspeksi : Bentuk bulat, warna kulit sawo matang,
Nampak adanya striae dan nampak ada bekas luka
operasi SC.
2) Auskultasi : peristaltic usus 12 kali/menit
3) Palpasi : Kandung kemih tidak teraba, TFU : sulit
dinilai. Klien mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah, tidak ada massa pada abdomen, tidak ada nyeri
tekan.
4) Perkusi : -
k. Genitalia
1) Inspeksi : Nampak perdarahan ±150 cc
2) Palpasi :Tidak dikaji
l. Ekstremitas
1) Status sirkulasi : Pengisian kapiler pada ektermitas
atas dan bawah >3 detik. Terpasang infus pada
ektermitas kanan atas dengan cairan Nacl 28
tetes/menit.
2) Keadaan injury : Tidak ada
m. Neurologis
Fungsi sensorik: Pasien dapat merasakan stimulus
berupa sentuhan ringan pada anggota tubuh.
Fungsi Motorik: Pasien dapat mengangkat kedua
kakinya dan tangannya dan mampu menahan
dorongan. Kekuatan otot 5
2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1. DS: Pernapasan cepat Nyeri pada perut Pola napas tidak
4
DO: efektif b.d penurunan
Pernapasn 26x/menit Keletihan/kelemahan energi d.d dispnea 26
Nampak tampak x/menit, (+)
sesak (Dipsneu) Energi penggunaan otot
Terpasang nasal bantu napas , (+)
kanul (4 liter) bunyi napas
wheezing
2. DS: - Ca serviks Perfusi perifer tidak
DO: Invasi ke vaskuler efektif b.d penurunan
akral teraba dingin Perdarahan spontan aliran arteri/vena d.d
warna kulit pucat anemia (kekurangan Hb) pengisian kapiler > 3
CRT >3 detik detik, akral teraba
O2 ke jaringan menurun dingin, warna kulit
pucat
penurunan aliran
arteri/vena
3. DS: Ca serviks Nyeri akut b.d agen
pasien mengatakn pencidera fisiologis
nyeri yang dirasakan Invasi ke serabut saraf ca serviks d.d
pada perut sampai tampak meringis,
kebelakang Nyeri akut mengeluh nyeri, pola
Suami pasien napas berubah
mengatakan nyeri di
rasakan sejak
seminggu yang lalu
DO:
Pasien nampak
meringis
TTV
TD : 148/85 mmHg
N : 71 x/i
RR : 26 x/i
4
S : 360 C
Pengkajian nyeri
P : nyeri saat
bergerak maupun
tidak bergerak
Q : Tertusuk-tusuk
R : Abdomen bagian
bawah
S: Skala 4 NRS
(sedang)
T: 3-5 menit, hilang
timbul
3. Diagnosa
1) Pola napas tidak efektif b.d penurunan energi d.d dispnea 26 x/menit, (+)
penggunaan otot bantu napas , (+) bunyi napas wheezing
2) Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri/vena d.d
pengisian kapiler > 3 detik, akral teraba dingin, warna kulit pucat
3) Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologis ca serviks d.d tampak meringis,
mengeluh nyeri, pola napas berubah
4. Intervensi dan Outcome
NO. SDKI SLKI SIKI
1. Pola nafas tidak Pola nafas Manajement jalan napas
efektif Setalah tindakan Observasi :
keperawatan 1 x 45 1. Monitor jalan napas (
menit diharapkan frekuens, kedalaman, usaha
kriteria hasil : napas )
1. Penggunaan otot 2. Monitor bunyi napas
bantu nafas dari 2 tambahan ( wheezing)
cukup meningkat 3. Monitor sputum ( jumlah,
diturunkan ke 4 cukup warna, aroma)
4
menurun Terapeutik:
2. Frekuensi nafas dari 1. Pertahankan kepatenanan
3 sedang diturunkan jalan napas
ke 4 cukup menurun 2. Posisikan semifowler atau
fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada
5. Berikan oksigen jika
diperlukan.
Edukasi :
1. Anjurkan asupan caiiran
2000ml / hari
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
bronkhodilator, ekspektoran
dan mukolitik.
4
cukup membaik 3. Pasang kateter urine untuk
3. tekanan darah menilai Produksi urine
diastolik dari 2 cukup
memburuk ditingkat
ke 3 sedang
4
1. Pola Napas 1) Mengobservasi frekuensi nafas S:-
tidakefektifan Hasil : pernafasan pasien 26x/menit O:
2) Mengobeservasi penggunaan otot - Pasien nampak sesak
bantu - Terpasang nasal kanul
pernafasan - Pernafasan 26x/menit
Hasil : pasien tidak menggunakan otot A : Masalah belum teratasi
bantu P : Lanjutkan intervensi
pernafasan 1) Mengobservasi frekuensi
3) Memberikan posisi hend up 30 nafas
jerajat 2) Mengobeservasi
Hasil : pasien masih sesak penggunaan otot bantu
4) Penatalaksanaapemberian O2 (4 pernafasan
liter/menit) 3) Memberikan pengembangan
Hasil : sesak pasien nampak dinding dada
berkurang
4
Hasil : Terpasangn Infus RL
3) Pasang kateter urine untuk menilai
Produksi
urine
Hasil : terpasang kateter urine dan
tidak
ada produksi urine yang keluar
4
2) Fasiltasi istirahat dan tidur
Hasil : pasien bering di tempat tidur
yang telah disediakan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi
mahasiswa-mahasiswi keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan
kegawatdaruratan obstetri dan ginekologi.
4
DAFTAR PUSTAKA
Mars, J., Hockberger, R., & Walls, R. (2010). Rosen’s emergency medicine: Consepts
and clinical pactice (7th ed.). St. Louis, MO: Mosby