KELOMPOK 8 :
1. Harum Noraini
2. Tanti Octaviani
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa pula sholat serta salam
sealu tercurahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan pada
Massa Neonatus, bayi, balita dan pra sekolah pada semester satu Tahun Ajaran
2020/2021 dengan judul “ Asuhan Kebidanan Neonatus Resiko Tinggi dengan Asfiksia
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan baik dalam isi maupun
sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami.
oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca untuk
Penulis,
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................
2.1.4 Patofisiologi.................................................................................. 6
2.1.5 Klasifikasi..................................................................................... 8
2.1.6 Diagnosa....................................................................................... 9
2.2.4 Patofisiologi.................................................................................. 16
ii
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................ 21
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 28
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 32
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 32
5.2 Saran.................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga
bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang
dari tubuhnya. Salah satu faktor kegagalan pernapasan dapat disebabkan oleh adanya
gangguan sirkulasi dari ibu ke janin karena ketuban telah pecah atau ketuban pecah
Menurut World Health Organization (WHO) 2012, setiap tahunnya 120 juta bayi
lahir di dunia, Kira-kira 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi mengalami asfiksia
neonatorum, hampir 1 juta (27,78%) bayi ini meninggal . Di Indonesia, Asfiksia pada
pada bayi baru lahir menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian bayi baru
lahir setiap tahun. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa angka
kematian bayi sebagian besar disebabkan oleh asfiksia (20-60%), infeksi (25-30%),
bayi dengan berat lahir rendah (25-30%), dan trauma persalinan (5-10%) di kawasan
Asia Tenggara menempati urutan kedua yang paling tinggi yaitu sebesar 142
kematian per 1000 kelahiran setelah Afrika. Indonesia merupakan negara dengan
AKB dengan asfiksia tertinggi kelima untuk negara ASEAN pada tahun 2011 yaitu
35 kematian per 1000 kelahiran, dimana Myanmar 48 kematian per 1000 kelahiran,
Laos dan Timor Laste 48 kematian per 1000 kelahiran, Kamboja 36 kematian per
1
Menurut Nurarif dan kusuma (2015) masalah gangguan pernafasan pada asfiksia
neonatorum salah satunya adalah bersihan jalan nafas. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak segera ditangani secara tepat akan
dan membatasi gejala-gejala lanjut yang dapat timbul. Salah satunya adalah gangguan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan adanya cairan yang
pernafasan cepat dan dalam, denyut jantung terus menerus, tekanan darah mulai
CO2, menurunnya Ph dalam darah. Angka kematian bayi baru lahir yang diakibatkan
oleh asfiksia masih tinggi. Oleh karena itu asfiksia memerlukan intervensi dan
Upaya dalam menurunkan angka kematian bayi baru lahir yang diakibatkan
asfiksia salah satunya dengan cara melakukan suatu pelatihan keterampilan resusitasi
kepada para tenaga kesehatan agar lebih terampil dalam melakukan resusitasi dan
ditolong oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan (Depkes
RI, 2013)
Asfiksia pada Bayi Baru lahir merupakan masalah yang penting karena dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir. Selain itu angka
kematian dikarenakan Asfiksia juga masih tinggi dan masih merupakan wewenang
2
1.2 TUJUAN PENULISAN
pernafasan.
pernafasan.
gangguan pernafasan.
pernafasan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
disertai dengan keadaan hipoksia, hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia dapat terjadi
disebabkan oleh usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, penyakit
pembuluh darah ibu yang menganggu pertukaran gas janin seperti hipertensi,
hipotensi, gangguan kontraksi uterus penyakit infeksi akut atau kronis, anemia
berat, keracunan obat bius, uremia, toksemia gravidarum, cacat bawaan atau
trauma. Asfiksia dalam persalinan dapat disebabkan oleh partus lama, ruptur
uteri, tekanan kepala anak yang terlalu kuat pada plasenta, pemberian obat bius
terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya, plasenta previa, solusia plasenta,
2.1.2 ETIOLOGI
1. Faktor Ibu
4
Terdapat gangguan pada aliran darah uterus sehingga menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin. Hal ini sering dijumpai
perdarahan abnormal (plasenta previa dan solusio plasenta), partus lama atau
partus macet, demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,
ibu.
2. Faktor Plasenta
sehingga dapat menyebabkanasfiksia pada bayi baru lahir antara lain lilitan
tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat.
3. Faktor Fetus
Gangguan ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbang, tali
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi dikarenakan oleh
pemakaian obat seperti anestesi atau analgetika yang berebihan pada ibu yang
Asfiksia yang dapat terjadi tanpa didahului dengan tanda gejala gawat janin
5
2. Pernapasan tidak teratur
6. Nadi cepat
7. Denyut jantung lambat (bradikardi kurang dari 100 kali per menit)
8. Menurunnya O2
9. Meningginya CO2
10. Penurunan pH
menunjukkan pernapasan yang cepat dalam periode yang singkat apabila asfiksia
apnue primer. Adapun gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain
pernapasan cepat, pernapasan cuping hidung dan nadi berdenyut cepat, anak
yang digunakan sebagai sumber glikogen bagi tubuh anak dan metabolisme
selanjutnya, juga akan terjadi perubahan yang disebabkan oleh beberapa keadaan.
kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus kurang adekuat sehingga darah
mengalami gangguan.
6
2.1.4 PATOFISIOLOGI
karbondioksida diikuti oleh asidosis respiratorik apabila proses ini berlanjut maka
sumber utama glikogen pada jantung dan hati akan berkurang dan akan
awal asfiksia ditandai dengan pernafasan cepat dan dalam selama tiga menit
(periode hiperapnue) diikuti dengan apnea primer kira-kira satu menit dimana
denyut jantung dan tekanan darah menurun. Kemudian bayi akan memulai
sehingga akan timbul apneu sekunder. Pada keadaan ini tidak terlihat jelas setelah
dilakukannya pembersihan jalan nafas maka bayi akan bernafas dan menangis
kuat. Pemakaian sumber glikogen untuk energi dalam waktu singkat dapat
kerusakan membran sel terutama susunan sel saraf pusat sehingga mengakibatan
gangguan elektrolit, hiperkalemi dan pembengkakan sel. Kerusakan pada sel otak
berlangsung setelah asfiksia terjadi 8-10 menit. Manifestasi kerusakan sel otak
setelah terjadi pada 24 jam pertama didapatkan gejala seperti kejang subtel, fokal
klonik manifestasi ini dapat muncul sampai hari ke tujuh maka perlu
elektroensefaografi.
7
2.1.5 KLASIFIKASI
keadaan pada bayi dengan asfiksia berat memerlukan resusitasi segera secara
tepat dan pemberian oksigen secara terkendali, apabila bayi dengan asfiksia
berat maka berikan terapi oksigen 2–4 ml per kg berat badan karena pada
tanda :
a. Denyut jantung janin lebih dari 100x/menit atau dari 100 menit tidak
teratur
c. Apnea
d. Pucat
e. Sianosis
8
Sedangkan penanganan dan penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam
akibat berhentinya fungsi jantung dan paru yang berorientasi pada otak.
2.1.6 DIAGNOSA
frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan
semula.
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
mnenimbulkan kewaspadaan
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin.
2. Persiapan keluarga
4. Persiapan alat
9
5. Obat-obat
6. Lain-lain
RESUSITASI BAYI
Untuk mendapatkan hasil sempurna dalam resusitasi, prinsip dasar yang perlu
diingat ialah:
pernapasan buatan;
10
URUTAN PELAKSANAAN RESUSITASI
trakea)
Untuk bayi sangat kecil (berat badan kurang dari 1500 gram) atau
Bayi diletakkan terlentang di alas yang datar, kepala lurus dan leher
11
hisapan pada hidung akan menimbulkan pernapasan megap-megap
(gasping)
endotrakea
Usaha bernapas
Warna kulit
melalui pipa yang ditutup tangan diatas muka bayi dan aliran oksigen
12
panas dan pengeringan mukosa saluran napas oksigen yang diberikan
besar
bayi
diberikan dan pada saat yang sama VTP dan kompresi dada dimulai
lamba, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin, bukan
akibat hipoksemia
13
Agar VTP efektif, kecepatan memompa (kecepatan ventilasi) dan
berikut.
14
arus udara terhambat
arus bebas diberikan. Kalau wajah bayi tampak merah, oksigen dapat
15
2.2 SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN
2.2.1 PENGERTIAN
2.2.2 PENYEBAB
2.2.4 PATOFISIOLOGI
b. Syndrome gangguan nafas pada bayi yang belum imatur menyebabkan gagal
16
c. Pada bayi dengan syndrome gangguan nafas disebabkan oleh menurunnya
d. Secara alamiah perbaikan mulai setelah 24 jam – 48 jam, sel yang rusak akan
diganti kemudian akan terjadi perkembangan sel kapiler baru pada alveoli.
a) Frekuensi nafas 60-90x / menit tanpa tarikan dinding dada atau merintih
b) Frekuensi nafas 60-90x / menit dengan sianosis sentral tetapi hanya tanpa
c) Frekuensi napas >90 kali/menit tanpa tarikan dinding dada atau merintih
a) Frekuensi nafas > 60 x / menit dengan tarikan dinding dada atau merintih
17
b) Frekuensi nafas < 30 x /menit dengan atau tanpa gejala lain dari
gangguan nafas.
The New Born (TTN)”. Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan
nafas.
Berikan bayi ASI bila bisa menghisap, bila tidak berikan ASI peras dengan
Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya (selama 24 jam).
Bila gangguan nafas memburuk, tetapi untuk kemungkinan besar sepsis dan
Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi napas menetap antara
30-60 x/menit, tidak ada tandatanda sepsis dan tidak ada masalah lain yang
18
Pemberian oksigen dengan kecepatan aliran sedang.
Jika ada tanda berikut, ambil sample darah untuk kultur dan berikan
sepsis:
Riwayat infeksi intra uterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban
pecah dini (>18ºC) Bila suhu aksiler 34ºC-36ºC atau 37,5ºC - 39ºC di
tangani untuk masalah suhu abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam:
Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada
Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam.
19
Amati terhadap tanda-tanda kegawatan atau sakit berat, rujuk ke RS.
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
a. Data Subjektif
1) Identitas bayi
b) Umur : 10 menit
3) Anamnesa
b. Data Ojektif
21
1. Denyut jantung 135x/menit, nilai : 2
2) Pemerisaan fisik
3. Mulut : kebiruan
3) Vital sign
Suhu : 36oC
Rr : 28x/menit
4) Pemeriksaan reflek
5) Pemeriksaan antropometri
22
c. Assesment
b) Diagnose potensial
Asfiksia berat
c) Masalah
d) Kebutuhan
e) Tindakan segera
Perawatan bayi, pembersihan jalan nafas, pemberian O2, menjaga agar suhu
d. Planning
3. Memberikan lampu sorot kepada bayi. Telah diberikan lampu sorot pada
bayi.
4. Mengganti kain basah dengan kain kering yang bersih untuk menjaga agar
suhu tubuh bayi tetap hangat dan mencegah terjadinya hipotermi. Kain telah
diganti.
5. Membersihkan jalan nafas dari mulut hingga hidung, jalan nafas telah
dibersihkan.
23
6. Memberikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi,
menit, injeksi Vit K 1 mg secara IM, dan cefotaxim 1x125 mg. terapi telah
diberikan.
9. Melakukan perawatan bayi dengan incubator dengan suhu 36,5 oC. perawatan
a. Data Subjektif
1. Identitas bayi
b. Umur : 10 menit
24
g. Alamat : Jl. Banua Kupang kec. Labuan Amas Utara
3. Penyakit
-Pre eklamsi : ya
-Eklamsi : ya
b. Data Objektif
d. Komplikasi persalinan :
sianosis
Menit 1 :
f. Pemeriksaan umum
a) Kesadaran : samnolen
25
b) Nadi : 60x,menit
c) Pernafasan : 20x/menit
d) Suhu : 35,5oC
g. Antropometri
a) Kepala : 32 cm
b) Lingkar dada : 29 cm
c. Assessment
a) Diagnosa
Masalah
Kebutuhan
b) Diagnosa/masalah potensial
d. Planning
1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya agar ibu dan
keadaan bayinya.
26
2. Melakukan tindakan untuk memperbaiki/mempertahankan jalan nafas karena
selanjutnya.
27
BAB IV
PEMBAHASAN
varney, maka pembahasan akan diuraikan langkah demi langkah sebagai berikut :
4.1.1 Pengkajian
Menurut dewi (2011), bayi baru lahir dengan asfiksia sedang merupakan suatu
keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir. Sehingga bayi tidak dapat memasukkan
subjektif dengan keluhan bayi lemah, dan tidak menangis spontan. Data
normal.
28
Interprestasi data terdiri dari penentuan diagnose, menentukan masalah,
dan kebutuhan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang. Pada kasus ini
asfiksia sedang. Masalah yang ditemukan pada bayi baru lahir Ny. T adalah
bayi agar bayi tetap merasa hangat. Adapun yang mendasari penulis
antropometri.
Menurut FKUI (2002). Pada kasus bayi baru lahir dengan asfiksia sedang
diagnosa potensial bila bayi masih belum bisa bernafas spontan makan akan
potensial terjadi asfiksia berat. Namun pada bayi Ny. T dengan asfiksia
sedang ini tidak terjadi diagnosa potensial karena dapat ditangani dengan baik
4.1.4 Pelaksanaan
Pada kasus ini dilaksanakan secara menyeluruh dari apa yang sudah
pembersihan jalan nafas dan mengeringkan tubuh bayi supaya tidak terjadi
asfiksia berat.
4.1.5 Evaluasi
dengan asfiksia sedang di Klinik bersalin Umi Rahma , maka hasil asuhan
yang didapat yaitu keadaan umum bayi baik, bayi bernafas normal, setelah
29
4.2 SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN
4.2.1 Pengkajian
diperoleh data subjektif dengan keluhan bayi lemah, tidak menangis spontan,
dan kebutuhan pada bayi baru lahir dengan sindrom gangguan pernafasan.
Pada kasus ini penulis mendapatkan diagnose kebidanan bayi Ny. M umur 10
menit dengan gangguan pernafasan. Masalah yang ditemukan pada bayi baru
lahir Ny. M adalah bayi Nampak kebiruan . Kebutuhan yang diberikan adalah
30
mendasari penulis menentukan diagnosa kebidanan tersebut adalah dari
pemeriksaan antropometri.
Pada bayi Ny. M dengan sindrom gangguan pernafasan ini tidak terjadi
diagnosa potensial karena dapat ditangani dengan baik sehingga bayi dapat
4.2.4 Pelaksanaan
Pada kasus ini dilaksanakan secara menyeluruh dari apa yang sudah
bayi .
4.2.5 Evaluasi
hasil asuhan yang didapat yaitu keadaan umum bayi baik, bayi bernafas
normal.
31
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Asfiksia Neonatorum merupakan kegagalan bayi baru lahir untuk memulai dan
dengan keadaan hipoksia, hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia dapat terjadi karena
Gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain pernapasan cepat,
pernapasan cuping hidung dan nadi berdenyut cepat, anak terlihat lemas,
sumber glikogen bagi tubuh anak dan metabolisme anaerob, serta terjadinya
Syndrom gangguan napas atau respiratory distress syndrome (RDS) adalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan
32
Penyebab sindrom ganggaun pernafasan adalah Obstruksi jalan nafas, Penyakit
kelainan susunan saraf pusat, asidosis metabolisme dan aspiksi. Tanda dan gejalanya
yaitu Frekuensi nafas >60 x / menit , Frekuensi nafas <30 x/menit, Bayi dengan
5.2 SARAN
yang dihasilkan efektif dan efisien dapat tercapai pada klien. Dan juga agar untuk
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum dan sindrom
gangguan pernafasan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Drew, David. 2009. Asuhan Resusitasi Bayi Baru Lahir Seri Praktek Kebidanan. Jakarta :
EGC.
Jhonson dan Taylor. 2005. Buku ajar praktik kebidanan. Cetakan I: EGC, Jakarta
Kristiyanasari, weni. 2013. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Kosim,saleh, 2003, Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Bidan dan
Ma’rifah & Novelia. 2011.Hubungan Antara Berat Badan Lahir Bayi dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI Mojokerto
Ngastiah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC, Bab 3 Hal 130-140
Pilliteri, Adele, 2002, Buku saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta, EGC,
34
Prawirohardjo, Sarwono. 2001, Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal,
Jakarta ,
35