Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA BAYI BARU LAHIR

DENGAN ASFIKSIA
DI PUSKESMAS KECAMATAN KEMBANGAN

Disusun oleh :
1. Fierly Andiny P3.73.24.2.18.054
2. Inayah Maulida P3.73.24.2.18.054
3. Rizky Amelia Prameswari P3.73.24.2.18.070
4. Rustina Pamularsih P3.73.24.2.18.054
5. Tasya Anggraeni P3.73.24.2.18.077

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
karuniaNyalah, makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Patologi pada Bayi
Baru Lahir dengan Asfiksia di Puskesmas Kecamatan Kembangan” ini bisa
diselesaikan. Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan
tentang asfiksia pada bayi baru lahir dan penanganannya agar dapat menurunkan
angka mortalitas dan morbiditas pada neonatus. Sehingga dengan mengetahui
penanganannya yang benar, seorang  tenaga kesehatan dapat segera mengambil
tindakan sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan neonatus yang optimal.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah
memberikan tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah
terlibat dalam proses penulisannya, yang senantiasa memotivasi.

Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.


Penulis telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun
penulis menyadari makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan
makalah ini.

Bekasi, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3

2.1 Batasan Asfiksia.............................................................................................3

2.2 Prinsip Dasar Asfiksia....................................................................................4

2.3 Diagnosis Asfiksia..........................................................................................5

2.4 Manajemen Asfiksia.......................................................................................8

BAB III........................................................................................................................10

TINJAUAN KASUS...................................................................................................10

3.1 IDENTITAS BAYI.......................................................................................10

3.2 IDENTITAS ORANG TUA.........................................................................10

3.3 DATA SUBJEKTIF......................................................................................10

3.4 DATA OBJEKTIF........................................................................................10

3.5 ANALISA.....................................................................................................11

3.6 PENATALAKSANAAN..............................................................................11

BAB IV........................................................................................................................13

ii
PEMBAHASAN..........................................................................................................13

4.1 Pengkajian.....................................................................................................13

4.2 Interpretasi....................................................................................................14

4.3 Diagnosa Potensial........................................................................................14

4.4 Tindakan Segera...........................................................................................14

4.5 Perencanaan..................................................................................................15

4.6 Pelaksanaan...................................................................................................16

4.7 Evaluasi.........................................................................................................18

BAB V.........................................................................................................................19

PENUTUP...................................................................................................................19

5.1 KESIMPULAN.............................................................................................19

5.2 SARAN.........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asfiksia adalah keadaan neonatus yang gagal bernapas secara sepontan dan
teratur saat lahir atau beberapa saat setelah lahir sehingga mengakibatkan
kurangnya oksigen atau perfusi jaringan ditandai dengan hipoksia, hiperkarbi, dan
asidosis (Sarosa et al., 2011). Keadaan asfiksia mengakibatkan kerusakan pada
beberapa jaringan dan organ dalam tubuh, yaitu : ginjal (50%), sistem saraf pusat
(28%), sistem kardiovaskuler (25%) dan paru-paru (23%) (Radityo et al., 2007).
Kerusakan pada sistem saraf pusat pada bayi dengan riwayat asfiksi sedang
sampai berat dapat mengakibatkan perlambatan perkembangan bayi (Hutahean,
2007).
Asfiksia akan menyebabkan keadaan hipoksia dan iskemik pada bayi. Hal ini
berakibat kerusakan pada beberapa jaringan dan organ tubuh. Dari beberapa
penelitian yang dilaporkan oleh Mohan (2000) bahwa kerusakan organ ini
sebagaian besar terjadi pada ginjal (50%), sistem syaraf pusat (28%), sistem
kardiovaskuler (25%), dan paru (23%).
Asfiksia bayi baru lahir dapat dihubungkan dengan beberapa keadaan
kehamilan dan kelahiran. Bayi tersebut dalam keadaan resiko tinggi dan ibu
dalam keadaan hamil resiko tinggi. Pada umur kahamilan 30 minggu, paru janin
sudah menunjukan pematangan baik secara anatomis maupun fungsional,
walaupun demikian janin tidak melakukan pergerakan pernapasan kecuali jika
ada gangguan yang dapat menimbulkan hipoksia /anoksia. Pada keadaan asfiksia,
bayi mengalami kekurangan O2 dan kelebihan CO2 yang dapat mengakibatkan
asidosis. Keadaan inilah yang menjadi penyebab kegagalan dalam beradaptasi dan
sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernapasan dan pada hari- hari
pertama kelahiran. Insidensi pada bayi premature kulit putih lebih tinggi daripada

1
bayi kulit hitam dan lebih sering pada bayi laki-laki daripada perempuan (Nelson,
1999).
Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung
dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan
jantung dan menjamin ventilasi adekuat (Rilantono, 2010). Tindakan ini
merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan
terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Kegawatdaruratan
pada kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang
singkat (sekitar 4-6 menit). Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus
dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan
Gallo, 2011). Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas merupakan
tindakan kritis yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
Tenaga kesehatan harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa prinsip dasar dari asfiksia?
2. Apa saja batasan dalam asfiksia?
3. Bagaimana cara menentukan diagnosis asfiksia?
4. Bagaimana manajemen dalam penanganan asfiksia?
5. Bagaimana cara menulis asuhan kebidanan pada bbl asfiksia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip dasar asfiksia.
2. Untuk mengetahui batasan dalam asfiksia.
3. Untuk mengetahui cara mendiagnosis asfiksia.
4. Untuk mengetahui manajemen penanganan asfiksia.
5. Untuk mengetahui cara penulisan asuhan kebidanan pada bbl asfiksia.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batasan Asfiksia

Menurut Ghai (2010), apgar score terdiri dari :

Tanda Nilai

0 1 2

A : Appearance Biru atau Tubuh Tubuh dan


(Color) warna pucat kemerahan, ekstremitas
kulit ekstremitas biru kemerahan
P : Pulse (Heart Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Rate) denyut nadi
G : Grimance Tidak ada Gerakan sedikit Menangis
(Reflek)
A : Activity Lumpuh Fleksi lemah Aktif
(Tonus otot)
R : Respiration Tidak ada Lemah, merintih Tangisan kuat
(Usaha nafas)

Untuk mengetahui batasan-batasan asfiksia pada bayi baru lahir dapat


menggunakan APGAR-score, table diatas digunakan untuk menentukan
tingkat atau derajat asfiksia, apakah ringan, sedang, atau asfiksia berat dengan
klasifikasi sebagai berikut:

1. Bayi normal atau sedikit asfiksia ringan (Nilai Apgar 7-10). Bayi
dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa

3
2. Asfiksia sedang (Nilai Apgar 4-6 ). Memerlukan resusitasi dan pemberian
oksigen sampai bayi dapat bernapas kembali. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang baik
atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia berat (Nilai Apgar 0-3). Memerlukan resusitasi segera secara
aktif dan pemberian oksigen terkendali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung 100x/menit, tonus otot jelek, sianosis berat, dan
terkadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. (Dewi, 2010)

Menurut Mochtar (2008), klasifikasi klinis asfiksia dibagi dalam 2


macam, yaitu sebagai berikut :

1. Asfiksia Livida yaitu asfiksia yang memiliki ciri meliputi warna kulit
kebiru-biruan, tonus otot masih baik, reaksi rangsangan masih positif,
bunyi jantung reguler, prognosis lebih baik.
2. Asfiksia Pallida yakni asfiksia dengan ciri meliputi warna kulit pucat,
tonus otot sudah kurang, tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung
irreguler, prognosis jelek.

Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernafasan


secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah
lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (Asfiksia Primer) atau
mungkin dapat bernafas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat
setelah lahir ( Asfiksia Skunder) ( Icesmi & Sudarti, 2014:158).

2.2 Prinsip Dasar Asfiksia


Asfiksia adalah keadaan neonatus yang gagal bernapas secara sepontan
dan teratur saat lahir atau beberapa saat setelah lahir sehingga mengakibatkan
kurangnya oksigen atau perfusi jaringan ditandai dengan hipoksia, hiperkarbi,
dan asidosis (Sarosa et al., 2011).

4
Asfiksia dapat disebabkan oleh karena faktor ibu, bayi dan tali pusat atau
plasenta. Terdapat lima hal yang menyebabkan terjadinya asfiksia pada saat
persalinan :
1. Interupsi aliran darah umbilicus
2. Kegagalan pertukaran darah melalui plasenta (seperti solutio plasenta).
3. Perfungsi plasenta sisi maternal yang inadekuat (seperti hipotensi
maternal yang berat).
4. Kondisi janin yang tidak dapat mentoleransi intermiten dan transien
yang terjadi pada saat persalinan normal (seperti pada bayi yang anemia
atau IUGR).
5. Gagal mengembangkan paru dan memulai ventilasi dan perfusi paru
yang seharusnya terjadi pada saat proses kelahiran.

Menurut Anik dan Eka (2013:296) klasifikasi asfiksia berdasarkan


nilai APGAR

Usaha untuk mengakhiri


asfiksia adalah dengan
resusitasi memberikan
oksigenasi

yang adekuat. Langkah awal


resusitasi penting untuk
5
menolong bayi baru lahir
dengan
asfiksia dan harus
dilakukan dalam waktu 30
detik.
Usaha untuk mengakhiri
asfiksia adalah dengan
resusitasi memberikan
oksigenasi

yang adekuat. Langkah awal


resusitasi penting untuk
menolong bayi baru lahir
dengan
6
asfiksia dan harus
dilakukan dalam waktu 30
detik.
Usaha untuk mengakhiri
asfiksia adalah dengan
resusitasi memberikan
oksigenasi

yang adekuat. Langkah awal


resusitasi penting untuk
menolong bayi baru lahir
dengan

7
asfiksia dan harus
dilakukan dalam waktu 30
detik.
Usaha untuk mengakhiri asfiksia adalah dengan resusitasi memberikan
oksigen. Langkah awal resusitasi penting untuk menolong bayi baru lahir
dengan asfiksia dan harus dilakukan dalam waktu 30detik.

2.3 Diagnosis Asfiksia

Neonatus yang mengalami asfiksia bias didapatkan riwayat gangguan


lahir, lahir tidak bernafas dengan adekuat, riwayat ketuban bercampu dengan
meconium. Temuan klinis yang didapat pada neonatus dengan asfiksia antara
lain, lahir tidak bernafas atau megap-megap, denyut jantung kurang dari
100x/menit, kulit sianosis atau pucat, dan tonus otot yang melemah.

Menurut Ai yeyeh dan Lia (2013:250), Asfiksia yang terjadi pada bayi
biasanya merupakan kelanjutan dari hipoksia janin. Diagnosis hipoksia janin
dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin.
Tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Denyut jantung janin : frekuensi normal ialah antara 120 dan


160 denyutan semenit. Apabila frekuensi denyutan turun sampai dibawah
100 permenit diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu
merupakan tanda bahaya.
2. Mekonium dalam air ketuban : adanya mekonium pada presentasi
kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan gawat janin,
karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat
dan sfingter ani terbuka. Adanya mekonium dalam air ketuban pada

8
presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan
bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan Ph darah janin : adanya asidosis menyebabkan
turunnya PH. Apabila PH itu turun
sampai bawah 7,2 hal ini dianggap
sebagai tanda bahaya. Apabila pH
darah tidak seimbang, maka tandanya
paru-paru tidak bekerja dengan baik

Menurut Anik dan Eka (2013:302), untuk menegakkan diagnosis, dapat


dilakukan dengan berbagai cara dan pemeriksaan berikut ini :

1. Anamnesis : anamnesis diarahkan untuk mencari faktor


resiko terhadap terjadinya asfiksia
neonatorium.
2. Pemeriksaan fisik : memperhatikan apakah terdapat tanda-

tanda berikut atau tidak, antara lain :

a. Bayi tidak bernafas atau menangis


b. Denyut jantung kurang dari 100x/menit
c. Tonus otot menurun
d. Bisa didapatkan cairan ketuban ibu
bercampur mekonium, atau sisa
mekonium pada tubuh bayi
e. BBLR
3. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium : hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan

9
hasil asidosis pada darah tali pusat jika:

a. PaO2 < 50 mmHg, Apabila nilai PaO2 lebih


rendah dari normal, maka artinya tubuh
kekurangan oksigen.
b. PaCO2 > 55 mmHg

10
2.4 Manajemen Asfiksia

PENILAIAN
Sebelum bayi lahir:
1. Apakah kehamilan cukup bulan?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur mekonium?
Segera setelah bayi lahir:
3. apakah bayi menangisi atau bernapas/ tidak megap-megap?
4. apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif?

Jika bayi tidak cukup bulan dan atau Jika air ketuban tercampur
tidak bernapas atau memgap-megap mekonium
dan atau lemas.

Potong tali pusat


Jika bayi menangis atau
bernapas normal Jika bayi tidak bernapas
LANGKAH AWAL atau megap-megap
1. Jaga bayi tetap hangat
2. atur posisi bayi
3. isap lendir
Potong tali pusat Buka mulut lebar, usap
4. keringkan dan rangsang taktil
dan isap lender dari mulut
5. reposisi

NILAI NAPAS
Jika bayi tidak bernapas/ bernapas megap-megap
VENTILASI
Jika bayi bernapas normal 1. pasang sungkup, perhatikan lekatan
ASUHAN PASCA RESUSITASI 2. ventilasi 2x dengan tekanan 30cm air
1. pemantauan tanda bahaya 3. jika dada mengembang lakukan ventilasi 20x dengan
2. perawatan tali pusat tekanan 20cm air selama 30 detik
3. inisiasi menyusui dini
4. pencegahan hipotermi NILAI NAPAS
5. pemberian vitamin K1
6. pemberian salep/ tetes mata
7. pemeriksaan fisik
8. pencatatan dan pelaporan Jika bayi tidak bernapa/ bernapas megap-megap
1. ulangi vertilisasi sebanyak 20x selama 30 detik
Jika bayi mulai bernapas normal 2. Hentikan veritasi dan nilai kembali napas tiap 30 detik
3. jika bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit
1. hentikan veritasi resusitasi, siapkan rujukan, nilai denyut jantung
11
2. ASUHAN PASCA RESUSITASI
Jika bayi dirujuk Jika tidak mau dirujuk
1. konseling 1. sesudah 10 menit bayi tidak bernapas spontan
2. lanjutkan resusitasi dan tidak terdengar denyut jantung
3. pemantauan tanda bahaya pertimbangkan menghentikan resusitasi
4. perawatan tali pusat 2. konseling
5. pencegahan hipotermi 3. pencatatan dan pelaporan
6. pemberian vitamin K1
7. pemberian salep/ tetes mata
8. pencatatan dan pelaporan

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal : 9 Oktober 2020


Tempat : Ruang Bersalin Puskesmas Kec. Kebon Jeruk

3.1 IDENTITAS BAYI


Nama : By. Ny. Y
Usia : 0 Hari
Tanggal lahir/ Jam lahir : 9 Oktober 2020/ 02.15 WIB

3.2 IDENTITAS ORANG TUA


Nama klien : Ny. Y Nama Suami : Tn. A
Umur : 31 tahun Umur : 34 tahun
Suku : Betawi Suku : Betawi
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jl. Duri Kepa No.15, Kebon Jeruk, Jakarta Barat

3.3 DATA SUBJEKTIF


Riwayat persalinan : Bayi lahir pada tanggal 9 Oktober 2020 pukul 02.15
WIB dengan usia kehamilan 38 minggu air ketuban mekonium.

3.4 DATA OBJEKTIF


Keadaan umum : lemah
Warna kulit : kebiruan

13
Tonus otot : lemah
Tangisan : lemah

3.5 ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan asfiksia ringan

3.6 PENATALAKSANAAN
a. Potong tali pusat dan jelaskan pada ibu serta keluarga bahwa bayi tidak
menangis dan harus segera diberi bantuan pernafasan. Ibu dan keluarga
mengerti.
b. Hangatkan bayi kemudian pindahkan bayi yang sudah diselimuti ke
tempat resusitasi. Sudah dilakukan.
c. Atur posisi kepala bayi setengah ekstensi kemudian bersihkan permukaan
jalan nafas dan melakukan pengisapan lendir dengan delee. Sudah
dilakukan.
d. Keringkan bayi dan ganti selimut yang basah dengan selimut yang kering
serta lakukan rangsangan taktil dengan menyentil atau memukul-mukul
telapak kaki bayi sambil menggosok-gosok punggung bayi dengan kain
kering. Sudah dilakukan.
e. Atur kembali posisi bayi dan kepala serta dada dibiarkan terbuka. Sudah
dilakukan.
f. Lakukan penilaian pada bayi. Sudah dilakukan dan pernafasan bayi masih
megap-megap.
g. Lakukan ventilasi dan pasang sungkup menutup hidung dan mulut.
Ventilasi dilakukan selama 2 kali sampai dada mengembang. Sudah
dilakukan dan dada mengembang.
h. Lakukan ventilasi selama 20 kali selama 30 detik. Sudah dilakukan.
i. Setelah dilakukan ventilasi, nilai pernafasan. Sudah dilakukan dan bayi
kemudian menangis dan bernafas secara spontan.
j. Hentikan ventilasi dan lakukan asuhan pasca resusitasi.

14
 Pemantauan tanda bahaya
 Perawatan tali pusat
 Inisiasi menyusui dini
 Pencegahan hipotermi
 Pemberian vitamin K1
 Pemberian salep/ tetes mata
 Pemeriksaan fisik
k. Pendokumentasian

15
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kasus tentang bayi baru lahir dengan asfiksia
ringan yang ada di lahan dengan teori yang ada. Karena penulis menggunakan
manajemen kebidanan tujuh langkah Varney, maka pembahasan akan diuraikan dari
langkah pertama yaitu :

4.1 Pengkajian
Pengkajian dengan pengumpulan data dasar yang merupakan data awal dari
manajemen kebidanan tujuh langkah Varney, dilaksanakan dengan
wawancara, obsevasi, pemeriksaan fisik. Menurut Sondakh (2013), Bayi
baru lahir dengan asfiksia merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir
yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir kemudian bayi tidak mengalami pertukaran gas dan transpor oksigen
sehingga bayi kekurangan oksigen. Menurut Sudarti dan Fauziah (2013),
dengan nilai pemeriksaan fisik APGAR score 7 ditandai nafas megap –
megap (kurang dari 30 kali per menit), retraksi dada, tangisan merintih,
warna kulit pucat atau biru, tonus otot lemas dan denyut jantung kurang dari
100 kali per menit. Pada pengkajian Bayi Ny. Y umur 1 menit dengan asfiksia
ringan diperoleh data subjektif dengan keluhan bayi tidak menangis secara
spontan. Data objektif dilakukan pemeriksaan khusus APGAR score
diperoleh nilai 7. Pemeriksaan fisik warna kulit tubuh merah muda,
ekstremitas biru, denyut jantung kurang dari 100 kali per menit, bayi
merintih, dan tonus otot lemas. Jadi dalam pengkajian tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan.

16
4.2 Interpretasi

Data Interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan, menentukan


dan kebutuhan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan. Diagnosa
kebidanan pada kasus ini sesuai dengan teori menurut Menurut Sudarti
dan Fauziah (2013), yang menyatakan bahwa asfiksia ringan ditandai tidak
bernafas atau nafas megap-megap atau pernapasan lambat (kurang dari 30 kali
per menit), pernafasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada),
tangisan lemah atau merintih, warna kulit pucat atau biru, tonus otot lemas atau
ekstremitas terkulai, Denyut jantung tidak ada atau lambat (kurang dari 100 kali
per menit). Pada kasus ini penulis menentukan diagnosa kebidanan bayi Ny. Y
umur 2 menit dengan asfiksia ringan. Hal yang mendasari penulis menentukan
diagnosa kebidanan adalah dari anamnesa, pemeriksaan fisik khusus,
pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan fisik sistematis. Jadi pada langkah ini
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik lapangan.

4.3 Diagnosa Potensial

Pada kasus bayi Ny. Y dengan asfiksia ringan diagnosa potensial terjadi
asfiksia sedang. Sesuai dengan teori menurut Ambarwati (2010), bahwa
diagnosa potensial asfiksia ringan adalah asfiksia sedang. Pada kasus ini tidak
terjadi asfiksia sedang karena asfiksia ringan dapat ditangani dengan baik
sehingga bayi dapat bernafas dengan spontan.

4.4 Tindakan Segera


Pada kasus ini tindakan yang dilakukan adalah resusitasi,
berkolaborasi dengan dr. SpA dan memberikan injeksi sesuai advis dokter,
tidak sesuai dengan teori Jitowiyono (2011), yaitu membersihan jalan nafas
dan mempertahankan suhu tubuh bayi disertai dengan melakukan rangsangan

17
taktil. Jadi pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktik
lapangan.

4.5 Perencanaan
Pada kasus bayi Ny. Y dengan asfiksia ringan rencana tindakan
yang diberikan adalah:
1. Potong tali pusat dan jelaskan pada ibu serta keluarga bahwa bayi tidak
menangis dan harus segera diberi bantuan pernafasan. Ibu dan keluarga
mengerti.
2. Hangatkan bayi kemudian pindahkan bayi yang sudah diselimuti ke
tempat resusitasi. Sudah dilakukan.
3. Atur posisi kepala bayi setengah ekstensi kemudian bersihkan permukaan
jalan nafas dan melakukan pengisapan lendir dengan delee. Sudah
dilakukan.
4. Keringkan bayi dan ganti selimut yang basah dengan selimut yang kering
serta lakukan rangsangan taktil dengan menyentil atau memukul-mukul
telapak kaki bayi sambil menggosok-gosok punggung bayi dengan kain
kering. Sudah dilakukan.
5. Atur kembali posisi bayi dan kepala serta dada dibiarkan terbuka. Sudah
dilakukan.
6. Lakukan penilaian pada bayi. Sudah dilakukan dan pernafasan bayi masih
megap-megap.
7. Lakukan ventilasi dan pasang sungkup menutup hidung dan mulut.
Ventilasi dilakukan selama 2 kali sampai dada mengembang. Sudah
dilakukan dan dada mengembang.
8. Lakukan ventilasi selama 20 kali selama 30 detik. Sudah dilakukan.
9. Setelah dilakukan ventilasi, nilai pernafasan. Sudah dilakukan dan bayi
kemudian menangis dan bernafas secara spontan.
10. Hentikan ventilasi dan lakukan asuhan pasca resusitasi.
 Pemantauan tanda bahaya

18
 Perawatan tali pusat
 Inisiasi menyusui dini
 Pencegahan hipotermi
 Pemberian vitamin K1
 Pemberian salep/ tetes mata
 Pemeriksaan fisik
11. Pendokumentasian
Sedangkan menurut Dewi (2010) :
a. Bersihkan jalan nafas dengan penghisapan lendir dan kasa steril
b. Potong tali pusat dengan teknik naseptik dan antiseptic
c. Segera keringkan tubuh bayi dengan handuk/kain kering dan bersih
dan hangat
d. Nilai status pernapasan.
1) Segera baringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan
penolong berdiri disisi kepala bayi dari sisi air ketuban
2) Miringkan kepala bayi
3) Bersihkan mulut dengan dengan kasa yang dibalut pada
jari telunjuk
4) Isap cairan dari mulut dan hidung
e. Lanjutkan menilai status pernapasan apabila masih ada tanda
asfiksia, lakukan rangsangan taktil pada punggung. Bila tidak ada
perubahan beri napas buatan. Jika dibandingkan antarateori dan
praktik lapangan tidakterdapat kesenjanganpada kasus asfiksia
ringan.

4.6 Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan secara menyeluruh apa yang sudah direncanakan
pada langkah kelima perencanaan:

19
1. Potong tali pusat dan jelaskan pada ibu serta keluarga bahwa bayi tidak
menangis dan harus segera diberi bantuan pernafasan. Ibu dan keluarga
mengerti.
2. Hangatkan bayi kemudian pindahkan bayi yang sudah diselimuti ke
tempat resusitasi. Sudah dilakukan.
3. Atur posisi kepala bayi setengah ekstensi kemudian bersihkan permukaan
jalan nafas dan melakukan pengisapan lendir dengan delee. Sudah
dilakukan.
4. Keringkan bayi dan ganti selimut yang basah dengan selimut yang kering
serta lakukan rangsangan taktil dengan menyentil atau memukul-mukul
telapak kaki bayi sambil menggosok-gosok punggung bayi dengan kain
kering. Sudah dilakukan.
5. Atur kembali posisi bayi dan kepala serta dada dibiarkan terbuka. Sudah
dilakukan.
6. Lakukan penilaian pada bayi. Sudah dilakukan dan pernafasan bayi masih
megap-megap.
7. Lakukan ventilasi dan pasang sungkup menutup hidung dan mulut.
Ventilasi dilakukan selama 2 kali sampai dada mengembang. Sudah
dilakukan dan dada mengembang.
8. Lakukan ventilasi selama 20 kali selama 30 detik. Sudah dilakukan.
9. Setelah dilakukan ventilasi, nilai pernafasan. Sudah dilakukan dan bayi
kemudian menangis dan bernafas secara spontan.
10. Hentikan ventilasi dan lakukan asuhan pasca resusitasi.
 Pemantauan tanda bahaya
 Perawatan tali pusat
 Inisiasi menyusui dini
 Pencegahan hipotermi
 Pemberian vitamin K1
 Pemberian salep/ tetes mata

20
 Pemeriksaan fisik
11. Pendokumentasian

4.7 Evaluasi
Berdasarkan hasil asuhan yang diberikan pada bayi Ny. Y dengan asfiksia
ringan tidak ada hambatan dan masalah yang terjadi pada bayi teratasi.
Setelah asuhan untuk bayi baru lahir dengan asfiksia di lanjutkan asuhan
perawatan bayi baru lahir, asuhan perawatan tali pusat, pemantauan nutrisi
dan pemantauan eliminasinya. Hasilnya bayi dalam kondisi normal, nutrisi
dan eliminasi baik. Berdasarkan hasil asuhan dan observasi selama 2 hari ini
masalah bayi teratasi, bayi dalam keadaan normal dan bayi dapat bernafas
dengan normal.

21
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab–bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari pengkajian pada bayi Ny.Y dengan asfiksia ringan diketahui nilai
APGAR score pada menit pertama 7, warna kulit tubuh merah muda
ekstremitas biru, hidung terdapat sekret, mulut kebiruan, dan aktifitas
kurang.
2. Dari interpretasi data ditegakkan diagnosa bayi Ny.Y umur satu menit
dengan asfiksia ringan.
3. Diagnosa potensial pada bayi Ny.Y dengan asfiksia ringan adalah asfiksia
sedang dan tidak terjadi asfiksia sedang.
4. Tindakan segera yang dilakukan pada bayi Ny.Y dengan asfiksia ringan
adalah pembersihan jalan nafas dengan selang deelee dan menjaga
kehangatan bayi agar tetap hangat.
5. Rencana asuhan kebidanan pada bayi Ny.Y dengan asfiksia ringan
dilakukan secara menyeluruh yaitu dengan membersihkan jalan nafas,
potong tali pusat, keringkan bayi dengan handuk kering, lakukan resusitasi
dan nilai APGAR score menit kelima dan kesepuluh.
6. Pelaksanaan asuhan kebidanan yang dilakukan pada bayi Ny.Y dengan
asfiksia ringan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat yaitu
membersihkan jalan nafas, memotong tali pusat, mengeringkan tubuh bayi
dengan handuk kering, lakukan resusitasi dan nilai APGAR score menit
kelima dan kesepuluh.
7. Setelah dilakukan pemeriksaan bayi baru lahir dan perawatan bayi
selama 2 hari hasil dari kondisi asfiksia bayi dapat di atasi dan masalah
hipotermi pada bayi juga dapat diatasi. Kondisi bayi normal, nutrisi dan

22
eliminasi baik. Asuhan yang diberikan pada bayi Ny. Y terlaksana dengan
baik.
8. Berdasarkan hasil pemantauan dari pengkajian sampai evaluasi terdapat
kesenjangan di tindakan segera antara teori dan praktik.

5.2 SARAN
Berdaasarkan studi kasus yang sudah dilaksanakan maka penulis dapat memberi
saran:
1. Bagi profesi
Bidan diharapkan untuk menjaga standar pelayanan kebidanan yang
sesuai dengan pendekatan manajemen kebidanan tujuh langkah Varney
sehingga pelayanan yang dihasilkan efektif dan efisien dapat tercapai pada
pasien.
2. Bagi institusi
Diharapkan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
khususnya dalam asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia ringan.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu menerapkan ilmu dan keterampilan penanganan
bayi dengan asfiksia.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. 2010 . Asuhan Kebidanan Nifas. Nuha Medika; Jakarta

Anik Maryunani & Eka Puspita Sari. 2013. Asuhan Keperawatan Daruratan


Maternitas dan Neonatal. Jakarta : Trans Info Media

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika

Fauziah, Afroh. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita. Nuha Medika:
Yogyakarta

Ghai et al. 2010. Pencegahan Dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Health


Technology Assessment Indonesia : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Hudak dan Gallo. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi –
VIII. Jakarta: EGC.

Jitowiyono & Kristiyanasari. 2011. Asuhan keperawatan pada anak. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.


Jakarta: Trans Info Media

Rustam, Mochtar. 2008. Sinopsis Obstetri: Sinopsis Fisiologi-Obstetri Patologi. Jilid


II. Jakarta: EGC

Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga.

Sukarni, Incesmi dan Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan dan Masa Nifas.


Yogyakarta: Nuha Medika.

iv

Anda mungkin juga menyukai