Anda di halaman 1dari 24

Bencana Gunung

Merapi Tahun 2010


Kelompok 5 Kelas 3B

Alifhiya Nurul Afifah Hanifa Nurdiniyah


Anisa Febriyanti Lulu Fithriyani
Ely Rinawurya Nur Aurora Galih K
Erika Oktaviyanti Nurita Permata Dewi
Latar Belakang
Bencana gunung Merapi terjadi pada tanggal 26
oktober – November 2010. Letusan pertama terjadi pada 26
oktober 2010, awan panas meluncur dengan jarak 10 km
dan disusul dengan yang terbesar dengan arak awan panas
20 km terjadi pada tanggal 5 november 2010.

Banyak kerugian yang terjadi berupa bangunan, peternakan,


tanaman, dan korban jwa. Korban jiwa yang meninggal
sebanyak 223 sedangkan korban luka bakar sebanyak 182
jiwa. Jumlah korban pengungsi sebanyak 121.441 jiwa
dengan jumlah titik pengungsian sebanyak 314 pos salah
satunya maguoharjo.
DATA JUMLAH PENGUNGSI

1) Ibu hamil sebanyak 13


2) Ibu menyusui sebanyak 33 orang
3) Lansia laki-laki ada 46 orang dan lansia perempuan 122 orang
4) Balita laki-laki sebanyak 81 orang dan balita perempuan 70 orang
5) Anak laki-laki 57 orang dan anak perempuan 61 orang.
6) Penyandang Disabilitas sebanyak 7 orang laki-laki dan difabel
perempuan 12 orang
7) Warga yang sakit ataupun rentan ada 2 laki-laki dan 7perempuan
8) Orang dewasa sebanyak 86 laki-laki dan 220 perempuan.
Upaya Penanganan Situasi Bencana
“Gunung Merapi”

Mendirikan Pos Kesehatan sebanyak 434 pos Mmelakukan pertemuan dengan seluruh dinas
dengan rincian 80 pos di Provinsi DIY dan kesehatan dan RS terkait upaya pelanan
354 pos di Provinsi Jawa Tengah. kesehatan reproduksi

Memberikan pelayanan kesehatan di Pos Melakukan rapat koordinasi setiap


Kesehatan hari :Rakor Kluster Kesehatan Jateng DIY :
Jam 13.30 s/d jam 15.30; Rakor di BNPB :
jam 16.00 s/d jam 18.00.
Melakukan Upaya Kesehatan Reproduksi

Melakukan pemantauan ke Tempat


Surveilans Penyakit Potensial KLB (ISPA, Penampungan Akhir (TPA) untuk mengetahui
Diare, Campak dll) kecukupan tenaga kesehatan, logistik, dan
masalah.
Melakukan pendistribusian bantuan logistik
ke seluruh daeran rawan bencana Kementerian Kesehatan melakukan rapat koordinasi
lintas program yang dipimpin oleh Sekertaris Jendral
Membentuk Posko Utama Kesehatan di setiap 2 hari sekali untuk membahas permasalahan
Provinsi DI Yogyakarta dan Magelang kesehatan dan upaya penanggulangan bencana

Membentuk koordinator Tim Penanggulangan Kemenkes memberi bentuan logistik, berupa : Masker,
Kesehatan Akibat Bencana MPASI, Alkes dan Obat-obatan.

Mendirikan 3 RS. Lapangan di Kab. Memberikan pelayanan Gizi


Magelang a. Pemantauan logisti MPASI
b. Mengirimkan konselor ASI sebanyak 8 orang ke
4 titik pengungsian
Melakukan identifikasi korban yang c. Memantau bantuan susu formula, konseling
meninggal bekerja sama dengan TIM menyusui serta penyuluhan massal di 11 Pos
DVI. Pengungsi dengan materi ASI, PHBS dan
Pelayanan kesehatan jiwa oleh Psikolog dan Kesling.
Psikiater di lokasi-lokasi pengungsian d. Skrining status gizi Balita dan Ibu Hamil
PERHITUNGAN KIT
KESEHATAN REPRODUKSI

**Jumlah Pengungsi pada bencana gunung merapi 15.365


PERHITUNGAN KIT KESEHATAN
REPRODUKSI
No. BLOK PERHITUNGAN
1. Blok 1 Jumlah Pengungsi / 3 bulan
= 15.365 / 10.000
= 1,53
= 2 kit
2. Blok 2 Jumlah Pengungsi / 3 bulan
= 15.365 / 30.000
= 0,51
= 1 kit

3. Blok 3 Jumlah Pengungsi / 3 bulan


= 15.365 / 150.000
= 0,10
= 1 kit
KEBUTUHAN KIT KESEHATAN REPRODUKSI

No. Kategori Perhitungan


1. Angka Kelahiran Bayi (CBR) Jumlah bayi/1000 x jumah
penduduk dalam 1 tahun
=10/1000 x 15.365
= 10 x 15,36
= 154

2. Wanita Usia Subur (WUS) 25% x Jumlah Penduduk


= 25/100 x 15.365
= 3850

3. Ibu Hamil CBR x 15.365


= 10/1000 x 15.365
= 154
No. Kategori Perhitungan

4. Kelahiran dalam sebulan (a) : 12


= 154 : 12
= 12,83
= 13
5. Jumlah kelahiran yang berakhir (a) x 0,25 = (c)
= 154 x 0,25 = 38,5
= 39

6. Jumlah kelahiran dalam setahun (a) + (c) = (d)


=154 + 38
= 192

7. Jumlah kelahiran apda bulan 70% x (d)


tertentu = 70% x 192
=134,4
=134
PELAYANAN
KESEHATAN
REPRODUKSI
Kondisi pengungsian belum cukup optimal untuk memenuhi kebutuhan kesehatan reproduksi
pengungsian yang ada tidak cukup untuk melindungi perempuan dan kejadian kekerasan seksual
serta ketersediaan bilik mesra yang sangat minimal.

Pengungsian Korban Bencana


Kamar Mandi Umum Bilik Asmara
Hasil Analisis Kesehatan Rreproduksi :

1. Tempat “bilik mesra” sudah tersedia di pengungsia Maguwoharjo


dengan jumlah 2 bilik yang disediakan untuk melayani hampir 1000
PUS sehingga tidak optimal.
2. Tempat pembuangan “pembalut” tidak tersedia dengan baik dan belum diatur
dengan jelas, sehingga menyebabkan terjadinya penularan infeksi
3. Kamar mandi antara laki-laki dan perempuan tidak terpisah, sehingga dapat
menyebabkan rawan pelecehan seksual

Terjadi pelecehan seksual sebanyak 3


Dampak orang di kamar mandi umum.
Kurangnya Upaya Dalam
Pelayanan Kesehatan di Terdapat pasangan yang berhubungan
situasi Bencana seksual di pengungsian, bukan di bilik
asmara

Cakupan supply untuk pencegahan infeksi


belum terkontrol dengan baik
Pelayanan Kesehatan Rreproduksi yang sudah terlaksana
pada situasi bencana gunung merapi , yaitu :
1. Kondom untuk pencegahan IMS/AIDS sudah
diditribusikan pada awal-awal pengungsian
2. Tranfusi darah dilakukan sesuai prosedur dan terdapat
lembar baliknya
3. Cakupan fasilitas pelayanan KB dipengungsian sudah
tersedia di semua pengungsian bersamaan dengan
pelayanan kesehatan
4. Alat kontraspsi yang tidak tersedia di pengungsian
adalah Implant, IUD, KB Suntik 1 bulan dan minipil.
ANALISIS TABEL PELAYANAN KESEHATAN

Berdasarkan data dari tabel kebutuhan pelayanan kesehatan pada bencana gunung Merapi 2010, dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan pelayanan kesehatan untuk kategori tenaga kesehatan seperti, dokter
spesialis, perawat, bidan, tenaga fisioterapi, spesialis bedah, ahli gizi, tenaga rontgen untuk para
pengungsi sudah tercukupi, sehingga para pengungsi bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang tersedia. Selanjutnya untuk kebutuhan sarana dan prasarana seperti
ambulan, kursi roda, puskesmas, pustu atau pusling, pos kesehatan desa, dan rumah sakit rujukan
kapasitas yang disediakan juga sudah tercukupi untuk para pengungsi jika dibutuhkan untuk perawatan
atau rujukan.

Kemudian untuk kebutuhan peralatan medis seperti peralataan perawatan luka, bed periksa, waskom cuci
tangan, bengkok, kantong mayat, kantong darah, tabung oksigen, serta obat-obatan juga sudah tercukupi
untuk para pengungsi. Selain itu pada kondisi darurat seperti pada ibu bersalin juga sudah tersedia
peralatan untuk bersalin seperti partus set dan haecting set juga sudah tercukupi dan tersedia nya sarana
dan prasarana jika dibutuhkan untuk rujukan. Namun dari data tersebut masih ada beberapa kebutuhan
pelayanan kesehatan yang belum tercukupi atau masih kurang seperti tenaga kesehatan dokter umum,
peralatan diagnostic set, timbangan bayi, handscoon, serta sarana kesehatan seperti mobil bak terbuka
masih belum tercukupi.
MANAJEMEN PELAYANAN GIZI
PADA SITUASI BENCANA MERAPI

1. Pemantauan dan pendistribusian MPASI


2. Pemberian bantuan susu formula bagi balita diatas
1 tahun (sasaran urgent)
3. Menjalin kerjasama untuk melakukan surveilans
Gizi pengungsi
4. Berkoordinasi dengan petugas gizi dan lintas
sektor mengenai makanan balita termasuk
sosialisasi larangan penggunaan susu formula
5. Melakukan kerjasama antara mersi corp dengan
dinkes dalam sarana pelayanan penyediaan
makanan balita
6. Mengikutsertakan peran ibu atau orang tua balita
serta memberikan konseling kepada keluarganya
mengenai gizi
7. Penyediaan menu disajikan dalam sehari 3
kali makanan lengkap dan 2 kali selingan.
Rata-rata sehari 255 porsi terdiri dari bubur
dan nasi tim.
8. Mengadakan kegiatan paket pendampingan
Kelompok Pembina Ibu (KP-Ibu) dan
pelatihan konselor ASI Eksklusif
9. Melakukan sosialisasi penyelenggaraan
makanan sehat balita dengan sasaran
petugas gizi
Distribusi
Logistik
***
• Barak permanen berupa
gedung beserta fasilitas yang
berguna bagi pengungsi saat
terjadinya letusan Gunung
Merapi.

• Barak sementara merupakan


tempat penampungan
sementara bagi pengungsi saat
tingkatan Gunung Merapi pada
status siaga dan pasca bencana
Lokasi gudang pemasok ditempatkan di kantor BPBD Klaten

Barak permanen memiliki kapasitas sebesar 4300 orang dan 4300 unit
bantuan.Kebutuhan bantuan untuk 1 orang pengungsi sebanyak 1
unit/orang.

Barak sementara memiliki kapasitas tampung 3200 pengungsi dan


3200 unit bantuan.
ANALISIS TABEL LOGISTIK

Dari tabel kebutuhan logistik saat bencana gunung merapi meletus


tahun 2010 dapat disimpulkan bahwa untuk kebutuhan pangan
sehari hari para pengungsi sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhannya selama 30 hari. Selanjutnya, jika dilihat dari
keperluan mandi baik sikat gigi, sabun, pasta gigi, pembalut,
pempers bayi dapat dibilang kapasitas yang tersedia sudah cukup
untuk memenuhi semua kebutuhan para pengungsi yang ada.
Selain itu saat kondisi darurat bencana ini terjadi sudah
disediakannya bagi para pengungsi untuk melakukan hubungan
seksual bagi pengungsi yang sudah cukup umur atau PUS dengan
disediakannya bilik asmara/bilik cinta.
LANJUTAN

Namun dari kebutuhan-kebutuhan para pengungsi yang sudah cukup,


masih ada beberapa kebutuhan atau alat bahan yang masih kurang
seperti :
• Tong sampah
• Televisi
• Terpal
• Tenda
• Karpet
• Kantong plastik
• Kamar mandi
• Jerigen air
• Genset untuk penerangan
• Gayung mandi
• Gudang logistik  untuk penyimpanan barang barang logistik
• Gudang sarpras  untuk penyimpanan barang barang pengungsi
• Kotak P3K
• Kasur
Thanks!
Do you have any questions?

Anda mungkin juga menyukai