Anda di halaman 1dari 31

LOGISTIK KESEHATAN REPRODUKSI

PADA TANGGAP DARURAT


KRISIS KESEHATAN

Oleh : Herdini WP, SST.MKes


• Pada tanggap darurat krisis kesehatan selain
memastikan terlaksananya lima komponen
Paket Pelayanan Awal Minimum Kesehatan
Reproduksi, koordinator kesehatan reproduksi
harus memiliki kemampuan
mengkoordinasikan pengelolaan logistik
kesehatan reproduksi, mulai dari perencanaan
kebutuhan, pendistribusian dan monitoring
serta evaluasi penggu-naan logistik kesehatan
reproduksi.
Logistik untuk kesehatan reproduksi pada
tanggap darurat krisis kesehatan terdiri dari:

1. Kit Individu
2. Kit Bidan/Partus Set
3. Kit Kesehatan Reproduksi (RH Kit)
1. KIT INDIVIDU
• Kit individu merupakan paket berisi pakaian, perlengkapan
kebersihan diri, perlengkapan bayi, dll, yang diberikan kepada
perempuan usia reproduksi, ibu hamil, ibu bersalin dan bayi
baru lahir. Kit ini dapat langsung diberikan dalam waktu 1-2
hari saat bencana kepada pengungsi setelah melakukan
estimasi jumlah sasaran.
Terdapat 4 jenis kit individu yaitu:
Kit Warna Sasaran
Kit higiene Biru Perempuan usia subur
Kit ibu hamil Hijau Untuk ibu hamil trimester
III
Kit ibu bersalin Oranye Untuk ibu paska
bersalin/nifas
Kit bayi baru lahir Merah Untuk bayi baru lahir
sampai usia 3 bulan
• Jenis barang yang terdapat di dalam kit
individu bisa disesuaikan dengan kebutuhan
kesehatan reproduksi pengungsi serta
anggaran yang tersedia. Kit di diadakan dan
disimpan di gudang sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
• Pada tanggap darurat krisis kesehatan, akan
sulit mendapatkan data sasaran dari PPAM
seperti jumlah wanita usia subur, jumlah ibu
hamil, ibu hamil yang akan mengalami
komplikasi, jumlah laki-laki yang aktif secara
seksual dll. Data yang tersedia biasanya hanya
jumlah pengungsi saja.
Jika data riil tidak tersedia, maka perhitungan kebutuhan logistik
untuk pelayan-an kesehatan reproduksi dapat mengguna-kan
estimasi statistik sbb:
a. Jumlah wanita usia subur : 25% dari jumlah pengungsi
b. Jumlah ibu hamil:
1) Jika data angka kelahiran kasar (CBR = Crude Birth
Rate) tersedia gunakan CBR untuk mengestimasikan
jumlah ibu hamil.
Contoh:
Jumlah pengungsi : 10.000 jiwa
CBR: 35/1.000 kelahiran hidup
Estimasi jumlah ibu hamil selama 1 tahun:
35/1.000 x 10.000 = 350 ibu hamil
Estimasi jumlah ibu hamil per bulan:
350 : 12 bulan = 29 ibu hamil
2) Jika data CBR tidak tersedia, estimasi jumlah
ibu hamil adalah 4% dari jumlah pengungsi.
• Estimasi jumlah ibu hamil selama 1 tahun:
4% x 10.000 = 400 ibu hamil
• Estimasi jumlah ibu hamil per bulan=
400 : 12 bulan = 33 ibu hamil
c. Ibu hamil yang akan mengalami komplikasi
adalah 15-20% dari total jumlah ibu hamil
saat ini, dan 5-7% dari ibu hamil akan
membutuhkan operasi sesar
Misal ibu hamil 33 orang maka kemungkinan
tjd komplikasi adalah 20% dari 33 = 7 orang
d. Jumlah laki-laki yang aktif secara seksual:
20% dari pengungsi
Koordinator kesehatan reproduksi harus
dapat menghitung kebutuhan logistik kesehatan
reproduksi pada tanggap darurat
krisis kesehatan berdasarkan perkiraan lamanya
waktu mengungsi.
DAFTAR ISI KIT INDIVIDU KESEHATAN REPRODUKSI
No Item Jumlah per Keterangan
kit
A Kit Bayi Baru Lahir (0-3 Bulan)
1 Popok katun 12
2 Pakaian bayi katun 12
3 Sarung tangan & sarung kaki 12
4 Selimut gendong 1
5 Topi bayi (flannel) 1
6 Kelambu bayi 1 Dikemas terpisah
agar tidak rusak
dalam penyimpanan
7 Kain bedong (flannel, lembut) 12
8 Sabun mandi bayi 3 (80g)
9 Bedak bayi 3 (50g)
10 Handuk bayi (halus dan bisa menyerap air) 1

11 Minyak telon 3 (50ml)

12 Tas warna merah dengan tulisan Kit Bayi 1


Kit Ibu Hamil (Trimester ke-3)
KIT BIDAN
• Pada tanggap darurat krisis kesehatan, alat-alat
kesehatan kemungkinan banyak yang rusak
termasuk alat kesehatan yang digunakan untuk
menolong persalinan.
• Kit Bidan dapat diberikan kepada bidan untuk
mengganti peralatan yang hilang saat bencana
sehingga masih bisa melakukan pelayanan seperti
sediakala. Kit untuk bidan dapat diadakan
sebelum bencana sebagai persediaan dan di
simpan/diadakan di gudang sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Kit ini dapat
didistribusikan sesegera mungkin pada saat
bencana apabila dibutuhkan
• Pada pertolongan persalinan mungkin
diperlukan juga beberapa alat tambahan
seperti: baskom dan tempat air mengalir
untuk mencuci tangan yang perlu dipikirkan
penyediaannya.
KIT KESEHATAN REPRODUKSI (RH KIT)
• Untuk melaksanakan PPAM (Paket Pelayanan
Awal Minimum)reproduksi yaitu dalam
memberikan pela-yanan klinis bagi penyintas
perkosaan, mengurangi penularan HIV serta
mencegah meningkatnya kesakitan dan
kematian ibu dan neonatal, telah dirancang
paket-paket yang berisi obat dan alat
kesehatan yang dibutuhkan yang disebut Kit
Kesehatan Reproduksi (Kit RH)
• Kit kesehatan reproduksi dikemas dan di-beri
nomor sesuai dengan jenis tindakan yang akan
dilakukan. Alat, obat dan bahan habis pakai
tersedia lengkap di tiap ke-masan. Sebagai
contoh: Kit nomor 2 untuk pertolongan
persalinan bersih, termasuk apabila persalinan
terjadi pada situasi tidak dapat ditolong oleh
tenaga kesehatan. Kit nomor 12 untuk transfusi
darah. Kit nomor 4 untuk kontrasepsi oral dan
injeksi dan lain sebagainya. Penomoran ini
bertujuan untuk memudahkan pengelolaan dan
penggunaannya pada situasi krisis kesehatan.
• Kit kesehatan reproduksi dirancang untuk
digunakan dalam jangka waktu tiga bulan untuk
jumlah penduduk tertentu. Kebutuhan kit
tergantung pada jumlah pengungsi, dan jenis
pelayanan yang akan diberikan dan perkiraan
lamanya waktu mengungsi. Pendistribusian kit
kesehatan reproduksi harus diikuti dengan
penjelas-an kepada penerima tentang isi kit, cara
menyimpan dan penggunaannya. Harus diingat
bahwa kit kesehatan reproduksi terdiri dari alat
dan obat yang sama dengan yang tersedia di
fasilitas pelayanan kesehatan. Perbedaannya
adalah alat dan obat tersebut sudah dikemas
sehingga memudahkan petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan pada situasi bencana.
• Apabila terjadi bencana berskala besar di-mana
dibutuhkan peralatan dan obat untuk pelayanan
kesehatan reproduksi yang mendesak dan kit
belum tersedia, Dinas Kesehatan setempat dapat
mengajukan permohonan bantuan penyediaan
kit kesehatan reproduksi kepada
KementerianKesehatan yang akan didatangkan
dari Copenhagen, Denmark yang merupakan
gudang logistik untuk bantuan kemanusiaan
internasional. Pada saat memesan, ren-canakan
pendistribusiannya, yang meliputi kemana akan
dikirimkan, kondisi medan, alat transportasi yang
akan digunakan dan gudang penyimpanan
sementara.
• Kit kesehatan reproduksi hanya dapat dipesan
pada bencana yang berskala besar, dimana
sebagian besar fasilitas pelayanan kesehatan
tidak dapat berfungsi. Perlu dipertimbangkan
bahwa pengajuan kebutuhan kit kesehatan
reproduksi dilakukan apabila memang benar-
benar dibutuhkan.
• Bila masih ada fasilitas pelayanan kesehat-an
yang masih berfungsi, disarankan untuk
dimanfaatkan secara optimal. Pemerintah/Dinas
Kesehatan setempat dapat menyediakan kit
kesehatan reproduksi dan bahan habis pakai
secara lokal sesuai pedoman.
• Koordinator kesehatan reproduksi harus
memastikan bahwa obat dan alat kesehatan
tersedia dan terintegrasi ke dalam sistem
pelayanan yang sudah ada. Selain itu,
Koordinator kesehatan reproduksi harus
melakukan pengenalan singkat tentang isi dan
cara penggunaan kit kesehatan reproduksi
serta memastikan kit tersebut digunakan.
KIT KESEHATAN REPRODUKSI/KIT RH
Kit kesehatan reproduksi terdiri dari tiga blok, masing-masing blok
ditujukan bagi tingkat pelayanan kesehatan yang berbeda:
• Blok 1: Tingkat masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar untuk
10.000 orang/ 3 bulan
• Blok 2: Tingkat pelayanan kesehatan dasar dan rumah sakit rujukan
untuk 30.000 orang/3 bulan
• Blok 3: Tingkat rumah sakit rujukan untuk150.000 orang/3 bulan

Blok 1
• Blok 1 terdiri dari 6 kit (kit 0 sampai 5). Perlengkapan ini ditujukan
untuk memberikan pelayanan kesehatan reproduksi di tingkat
masyarakat dan perawatan kesehatan dasar. Kit ini berisi obat-
obatan dan bahan habis pakai. Kit 1, 2 dan 3 terdiri dari dua bagian,
A dan B, yang dapat dipesan secara terpisah
• Blok 2
Blok 2 terdiri dari 5 kit (kit 6 sampai 10) yang berisi
bahan habis pakai dan bahan yang dapat digunakan
kembali. Perlengkapan ini ditujukan untuk
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi pada
tingkat puskesmas atau rumah sakit
• Blok 3
Blok 3 terdiri dari 2 kit (kit 11 dan 12) yang berisi
bahan habis pakai dan perlengkapayang dapat
digunakan kembali untuk memberikan pelayanan
PONEK pada tingkat rujukan (bedah caesar). Kit 11
terdiri dari dua bagian, A dan B, yang dapat dipesan
secara terpisah
Kit Kesehatan Reproduksi
PENILAIAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA TANGGAP
DARURAT KRISIS KESEHATAN

• Pada tanggap darurat krisis kesehatan per-lu


dilakukan penilaian untuk mendapatkan
informasi mengenai kondisi pasca bencana dan
kebutuhan bagi penduduk yang ter-kena dampak
atau pengungsi. Khusus un-tuk kesehatan
reproduksi, penilaian tidak difokuskan pada ada
tidaknya kebutuhan pelayanan kesehatan
reproduksi, karena berdasarkan pengalaman,
kebutuhan ke-sehatan reproduksi tetap ada dan
justru meningkat pada situasi bencana.
• Selain itu tidak perlu dilakukan penilaian intervensi apa
yang dibutuhkan, karena intervensi kesehatan
reproduksi pada tanggap darurat krisis kesehatan
adalah melalui penerapan PPAM. Pada tanggap darurat
krisis kesehatan pengumpulan data mengenai jumlah
sasaran pelayanan kesehatan reproduksi (ibu hamil, ibu
melahirkan dan lain-lain) tidak dilakukan karena
berdasarkan pengalaman, data tersebut sulit
didapatkan. Koordinator kesehatan reproduksi dapat
memperoleh datasasaran pelayanan melalui estimasi
statistik dengan menggunakan data jumlah pengungsi
LANGKAH–LANGKAH DALAM MELAKUKAN
PENILAIAN

1. Mengumpulkan data sekunder/data dasar


prakrisis: data sasaran, indikator penting
terkait kesehatan reproduksi
2. Melakukan estimasi jumlah sasaran
kesehatan reproduksi untuk respon bencana.
3. Melakukan penilaian tentang kondisi fasilitas
pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan
ketersediaan alat dan obat untuk
memberikan pelayanan ke-sehatan
reproduksi
4. Jika terjadi bencana berskala besar, perlu
mendata lembaga/organisasi/ LSM yang
bekerja di bidang kesehatan reproduksi pada
tanggap darurat kri-sis kesehatan. Data ini
dapat diperoleh melalui kegiatan koordinasi
dengan sektor kesehatan
5. Mengumpulkan data kondisi ibu hamil dan
melahirkan di pengungsian de-ngan
melakukan wawancara dengan 2-3 ibu
hamil/melahirkan yang ditemui di kamp/tenda
pengungsian
6. Mendata kondisi pengungsian terma-suk
faktor-faktor yang meningkatkan risiko
Kekerasan Berbasis Gender
PIHAK YANG MENILAI
• Penilaian kebutuhan pelayanan kesehatan
reproduksi dilakukan oleh tim kesehatan
reproduksi atau oleh pengelola program
kesehatan reproduksi di dinas kesehatan
CARA MENGANALISIS, MENGGUNAKAN DAN
MENDISEMINASIKAN HASIL PENILAIAN
Hasil penilaian harus spesifik agar dapat membuat
keputusan yang tepat terhadap intervensi yang harus
dilakukan. Hasil ini secara jelas memprioritaskan dan
mengidentifikasi kebutuh-an di masing-masing unit
dalam sistem kesehatan. Hasilnya harus memberikan
rekomendasi mengenai bagaimana memastikan
intervensi PPAM dapat berkelanjutan dan membantu
dalam merencanakan penambahan komponen-
komponen pelayanan kesehatan reproduksi
komprehensif
Hasil rekomendasi diinformasikan kepada semua
organisasi yang terlibat dalam respon ben-cana,
termasuk masyarakat melalui mekanisme koordinasi
kesehatan dan sistem pelaporan yang ada saat
bencana.

Anda mungkin juga menyukai