Anda di halaman 1dari 14

Nama : Ahmad Zuhdi

NIM : PO7120415001

TINGKAT : III

KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG KESEHATAN

A. Latar belakang
Seperti yang kita ketahui pada era global ini begitu banyak penyakit yang
muncul bahkan penyakit yang begitu sulit untuk di obati. Dalam hal ini peran
pemerintahlah yang sangat di butuhkan oleh masyarakat.Peran pemerintah ini adalah
sebuah kebijakan apa yang harus di lakukkan. Sebelum kita harus tahu pengertian dari
kebijakan itu sendiri.
Kebijakan public itu adalah segala sesuatau atau apapun yang dipilih atau
yang d kehendaki oleh pemerintah untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan
sesuatu sama sekali sehingga dapat tercipta situasi yang di peroleh dari kebijakan
pemerintah tersebut.

B. Contoh kebijakan pemerintah


Pemerintah memiliki banyak kebijakan, contoh kebijakan pemerintah di bidang
kesehatan yaitu:

1. Menyelenggarakan jamkesnas masyarakat


Penggadaan jamkesnas ini sangat di hargai oleh masyarakat, terutama
masyarakat miskin. Para masyarakat sangat senang, karena dengan jamkesnas ini
biaya untuk perawatan di rumah sakit tidak di bayar oleh masyarakat yang kurang
mampu.Pada awal penyelenggaraan program ini pemerintah sedikit mengalami
kesulitan. Karena banyak kita ketahui masyarakat banyak yang melakukan
penipuan, karena mengaku bahwa mereka adalah orang yang kurang mampu
sehingga mereka dapat berobat secara gratis. Dan ini dapat menghalangi hak
warga yang memang benar-benarr mengalami kesulitan dalam hal biaya
pengobatan dan perawatan di rumah sakit.

1
2. Menyelenggarakan ASKES

Askes merupakan asuransi kesehatan. Askes ini dapat di miliki oleh siapa pun
dengan cara gajinya di potong oleh pemerintah . cara ini di gunakan sehingga gaji
yang di potong sedikitnya dapat menjadi tabungan, sehinnga dapat membantu
meringankan biaya perawatan di rumah sakit. Askes dapat berlaku di rumah sakit
negeri maupun swasta.cara untuk memeperoleh askes yaitu foto copy ktp, kartu
pegawai, daftar gaji, akte kelahiran. Biaya perawatan untuk askes gratis. Askes
hampir sama dengan jamkesnas tapi kalau jamkesnas hanya di berikan untuk
orang yang tidak mamou sedangkan askes untuk orang yang memiliki pekerjaan.

3. Melakukan penyemprotan terhadap bibit penyakit

Penyakit sangat cepat penyebaran dan pertumbuhannya. Sehingga pemerintah


setiap 3 atau 6 bulan melakukan penyemprotan di setiap wilayah secara bergiliran
untuk memusnahkan bibit penyakit. Penyemprotan biasanya di lakukan di selokan
air, di tempat sampah , di kandang hewan peliharaan dan di rumah masyarakat.
Selain melakukan penyemprotan, pemerintah juga biasanya melakukan
pemeriksaan terhadap masyarakat agar tidak terjangkit wabah penyakit dan
apabila ada warga yang terjangkita penyakit agar di tangani dengan cepat, agar
tidak menula ke warga yang lain.Selain itu, pola hidup sehat dan bersih harus di
lakukan oleh warga agar tidak mudah terserang penyakit.

4. Mendirikan pantai rehabilitasi

Pantai rehabilitasi merupakan tempat bagi orang yang tersandung kasus


narkoba. Dimana di tempat ini para pecandu di asuh dan di ajari untuk jera dari
narkoba. Hala-hal yang biasa di lakukan yaitu dengan melakukan olahraga,
mengerjakan pekerjaan rumah, dan melakukan terapi. Waktu yang biasanya di
butuhkan untuk menyembuhkan para pecandu sekitar 3 sampai 6 bulan, terkadang
lebih juga.Ini semua tergantung dari kemauan para pecandu untuk terbebas dari
narkoba ini.Seperti yang kita ketahui bahwa narkoba ini sanagt berbahay bagi
kesahatan manusia. Narkoba dapat menyerang semua organ tubuh secara
perlahan dan bias menyebabakann kematia jika terlambat untuk memperoleh
narkoba ini. Ketika orang memakai narkoba dapat membuat mereka menjadi
menghayal dan menenangkan pikiran mereka yang sedang mengalami banyak

2
masalah. Namun cara ini sangat fatal, jika kita tertimpa musibah sebaiknya kita
cerita kepada teman atau pergi ke sebuah tempat untuk menyegarkan kembali
pikiran kita.Pemakaian narkoba dapat membuat orang menjadi gila dan menjadi
seorang pencuri, karena apabila kehabisan narkoba para pemakai mengamuk dan
mengambil semua barang- barang yang ada di rumahnya untuk di jual agar bias
membeli narkoba. Sebenarnya narkoba di gunakan untuk membius pasien yang
akan di operasi , namun dengan aturan dosis yang tepat.

5. Melakukan penanaman seribu pohon

Pohon merupakan tempat berlindung. Gerakan seribu pohon sangat berguna


untuk kesehatan. Karena apabila pohon tidak ada, maka udara kotor itu tidak ada
yang menyerap dan dapat menjadi sebuah polusi udara yang dapat menjadi toksin
dan menyebabkan penyakit. Karena pohon akan mengubah karbondioksida
menjadi oksigen. Dimana oksigen sangat di butuhkan oleh manusia untuk
bernapas. Dimana karbondioksida di gunakan untuk membantu proses fotosintesis
sehingga dapat menghasilkan oksigen.pemerintah tekah banyak melakukan
npenanaman pohon ke setiap daerah. Tapi penanaman ini biasanya di lakukan di
hutan maupun di pegunungan guna untuk mencegah banjir dan longsor, karena di
hutan maupun gunung banyak pohon yang di tebang secara liar dan di rusak
begitu saja oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak peduli
terhadap kelestarian lingkungan.

6. Mengadakan program imunisasi

Imunisasi biasanya di berikan kepada bayi ketika mereka lahir. Pemberian


imunisasi ini berguna untuk membarikan perlindungan terhadap berbagai
penyakit.selain itu pemberian imunisasi juga untuk kekebalan tubuh, menjaga
imun tubuh dan membuat para anak menjadi tumbuh besar dan menjadi anak yang
sehat. Banyak anak khususnya di Indonesia mengalami penyakit akibat tidak
melakukan imunisasi. Namun dalam pemberian imunisasi ini harus berhati-hati
dan sesuai takarannya. Apanila berlebihan akan menyebabkan kematian. Usaha
pemerintah dalam hal ini sangat di dukung oleh badan kesehatan, karena

3
memberikan kesadaran kepada para ornag tua untuk melakukan imunisasi setiap
bulan kepada para bayi. Dan pemberian imunisasi ini di berikan secara gratis.

Kebijakan Kesehatan Tentang Rokok

1. Definisi Kebijakan Kesehatan

Ilmu kebijakan adalah ilmu yang mengembangkan kajian tentang hubungan antara
pemerintah dan swasta, distribusi kewenangan dan tanggung jawab antar berbagai level
pemerintah, hubungan antara penyusunan kebijakan dan pelaksanaannya, ideologi kebijakan
makna reformasi kesehatan. Ilmu manajemen digunakan dalam ilmu kebijakan yaitu dalam
perencanaan dan pelaksanaan kebijakan kesehatan, teori dan konsep manajemen tidak dapat
diabaikan. Sistem kebijakan itu seperti apa dijelaskan seperti berikut :

Kebijakan (Policy): Sejumlah keputusan yang dibuat oleh mereka yang bertanggung jawab
dalam bidang kebijakan tertentu.

Kebijakan Publik (Public Policy): kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh pemerintah atau
negara.

Kebijakan Kesehatan (Health Policy): Segala sesuatu untuk mempengaruhi faktor – faktor
penentu di sektor kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat; dan
bagi seorang dokter kebijakan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan layanan
kesehatan (Walt, 1994) dalam (Kent, 2011).

Kebijakan kesehatan sangat penting karena sektor kesehatan merupakan bagian penting
perekonomian di berbagai negara, kesehatan mempunyai posisi yang lebih istimewa
dibanding dengan masalah sosial yang lainny, kesehatan dapat dipengaruhi oleh sejumlah
keputusan yang tidak ada kaitannya dengan pelayanan kesehatan (misal: kemiskinan, polusi)
serta memberi arahan dalam pemilihan teknologi kesehatan

Kebijakan harus memberi peluang diintepretasikan sesuai kondisi spesifik yang ada.
Kebijakan merupakan Praktik pemerintahan yang ditujukan dan diarahkan untuk kepentingan
seluruh interaksi sosial seperti kebijakan pertahanan nasional, kebijakan di bidang
lingkungan, kebijakan di bidang ekonomi, dan kebijakan di bidang kesehatan. Sedangkan
Kebijakan publik adalah Sekumpulan rencana kegiatan yang dimaksudkan untuk memberi
efek perbaikan terhadap kondisi-kondisi sosial dan ekonomi masyarakat dimana hasil-hasil
keputusan yang diambil oleh pelaku-pelaku tertentu untuk tujuan-tujuan publik atau produk
akhir setiap pemerintahan dalam arti merupakan suatu kesepakatan terakhir antara eksekutif
dengan legislatif (wakil rakyat) dimana hasil keputusan-keputusan eksekutif sebagai respons
terhadap lingkungannya dan dipercayai akan bermanfaat pada perbaikan kondisi sosio-
eknomis masyarakat serta disepakati atau disetujui oleh legislatif.
4
Contoh kebijakan adalah: (1) Undang-Undang, (2) Peraturan Pemerintah, (3) Keppres, (4)
Kepmen, (5) Perda, (6) Keputusan Bupati, dan (7) Keputusan Direktur. Setiap kebijakan yang
dicontohkan di sini adalah bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh objek kebijakan.
Contoh di atas juga memberi pengetahuan pada kita semua bahwa ruang lingkup kebijakan
dapat bersifat makro, dan mikro.

Analisis kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk
menciptakan, menerapkan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan substansi
kebijakan. Proses analisis kebijakan terdiri atas tiga tahap utama yang saling terkait, yang
secara bersama-sama membentuk siklus aktivitas yang komplek dan tidak linear.

2. Masalah Rokok di Indonesia

Beberapa hasil survey di Indonesia, seperti RISKESDAS, GYTS dan GATS menunjukkan
besarnya masalah konsumsi rokok bagi kesehatan masyarakat. RISKESDAS merupakan
survey nasional kesehatan berbasis populasi yang dilakukan secara rutin setiap tiga tahun di
Indonesia. GYTS adalah survey berbasis sekolah untuk masalah merokok pada anak sekolah
usia 13 – 15 tahun dan masyarakat sekolah yang telah dilakukan di beberapa negara termasuk
di Indonesia.

Survey mengenai konsumsi rokok yang terkini adalah GATS 2011 yang dapat
menggambarkan secara lebih tajam besarnya masalah rokok pada orang dewasa (15 tahun ke
atas). Survei-survei besar tersebut diatas menggambarkan besarnya masalah rokok dan
dampaknya bagi kesehatan di Indonesia.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa 65.6% Laki-laki merokok (tertinggi
di Sulawesi Tenggara: 74.2%), 5.2% Perempuan merokok (tertinggi di NTT: 9.2%), 37.3%
Remaja laki-laki (15 – 19 th) merokok, 1.6% Remaja perempuan (15 – 19 th) merokok, 3.5%
Anak laki-laki usia 10 – 14 th) merokok, 0.5% Anak Perempuan (10 – 14 th) merokok artinya
bahwa prevalensi merokok terus meningkat baik pada laki-laki maupun perempuan.
Prevalensi merokok pada perempuan meningkat empat kali lipat dari 1.3% pada tahun 2001
menjadi 5.2% pada tahun 2007.

Berdasarkan data GATS tahun 2011 menunjukkan bahwa 67% laki-laki merokok, 2.7%
perempuan merokok, 80.4% dari populasi yang merokok saat ini menghisap rokok kretek
saja, 1.7% populasi mengkonsumsi tembakau kunyah (laki-laki: 1.5%, perempuan:2%),
artinya bahwa kenaikan prevalensi merokok tahun 2007 adalah tiga kali lipat pada remaja
laki-laki dan LIMA kali lipat pada remaja perempuan dibandingkan tahun 1995.

Prevalensi merokok pada anak sekolah usia 13 -1 5 tahun (GYTS 2009) 30.4% Anak sekolah
pernah merokok (laki-laki:57.8%, perempuan:6.4%), 20.3% anak sekolah adalah perokok
aktif (laki-laki: 41%, perempuan: 3.5%), hal ini menunjukkan bahwa prevalensi merokok
pada anak sekolah perempuan usia 13 – 15 tahun lebih tinggi dibandingkan prevalensi
merokok pada perempuan dewasa.

Berdasarkan data diatas pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah banyak
melakukan program-program kerja untuk menurunkan angka perokok aktif dan mengawasi
5
pendistribusian rokok di Indonesia, salah satunya fokus pemerintah sekarang adalah dengan
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berfokus pada pengamanan rokok terhadap dampak
kesehatan, diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1947 tentang cukai
tembakau, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-
Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 1999, Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23
Tahun 2002, dan Peratuaran Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan
tembakau.

3. Kebijakan Pemerintah Terkait dengan Rokok di Indonesia

Kebijakan di bidang kesehatan merupakan tindakan yang diambil oleh pemerintah untuk
menyelamatkan dan meningkatkan kesehatan serta memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat khususnya dalam pengamanan tembakau terhadap dampak kesehatan. Adapun
kebijakan yang di berikan yaitu:

a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1947 tentang cukai tembakau

Undang-undang no 28 tahun 1947 mengatur tentang cukai tembakau, bahwa segala tembakau
belum dikenai cukai maka dikenakan cukai menurut undang-undang ini. Tembakau yang
dibebaskan dari cukai adalah tembakau yang dipergunakan sebagai bahan untuk membuat
rokok, cerutu dan sebagainya, dan tembakau yang miliki sendiri dan perusahaan dikenakan
pajak bumi. Undang-undang ini lebih fokus pada tembakau yang belum dikenakan cukai
maka dikenakan cukai sesuai dengan undang-undang ini.

b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 mengatur tentang perlindungan konsumen yaitu segala
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen, konsumen yang dimaksud adalah adalah setiap orang pemakai barang dan/atau
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Meskipun undang-undang ini
tidak secara khusus mengatur tentang pengamanan tembakau terkait dengan bahaya rokok,
tetapi undang-undang ini mewajibkan pemerintah untuk melindungi warganya dari segala
ancaman termasuk kesehatan warganya.

c. Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002

Undang-undang perlindungan anak nomor 23 tahun 2002 pasal 8 menyebutkan bahwa Setiap
anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan
fisik, mental, spiritual, dan sosial. Artinya pemerintah wajib memerikan perlindungan dan
pelayanan kesehatan kepada anak Indonesia contohnya dengan tidak membaiarkan mereka
terpapar dengan rokok di usia dini.

d. Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan di buat dengan salah satu
pertimbangan bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada

6
masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan
setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi
pembangunan negara. Pada pasal 116 disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai
pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Maka dari itu pemerintah perlu membuat aturan yang tegas tentang pengamanan bahan yang
mengandung zat adiktif.

e. Peratuaran Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan tembakau

Peraturan pemerintah (PP) nomor 109 tahun 2012 merupakan kebijakan yang dibuat
pemerintah untuk melaksanakan ketentuan pasal 116 undang-undang nomor 39 tahun 2009
tentang kesehatan, maka dari itu pemerintah perlu menetepakan suatu kebijakan atau
peraturan tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau
bagi kesehatan. Undang-undang nomor 109 tahun 2012 mengatur tentang bahan yang
megandung zat adiktif, iklan niaga produk tembakau, sponsor produk tembakau, label dan
kemasan produk tembakau.

4. Pro-Kontra Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Tembakau

a. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012

Peraturan Pemerintah (PP) nomor 109 tahun 2012 secara khusus telah membahas tentang
pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan.
Dasar hukum yang digunakan dalam peraturan pemerintah ini adalah Pasal 5 ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang- Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063 ).

Di dalam Peraturan Pemerintah ini disebutkan tidak ada larangan mengenai penjualan rokok
di Indonesia. Namun disebutkan beberapa bentuk pengamanan penjualan termasuk
pembatasan iklan produk tembakau di Indonesia agar tidak terlalu luas seperti yang terjadi di
Indonesia saat ini dan sebelum-sebelumnya. Hal ini bertujuan agar hukum mengenai
penjualan produk tembakau di Indonesia tegas, jelas, dan memiliki batas.

Beberapa pasal dalam PP Nomor 109 tahun 2012 mengenai tujuan pengamanan tembakau
adalah:

1. Pasal 2 ayat (1) PP Nomor 109 tahun 2012

Penyelenggaraan pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif berupa


produk tembakau bagi kesehatan diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan
kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan.

2. Pasal 2 ayat (2)

Penyelenggaraan pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk:

7
a. Melindungi kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan dari bahaya
bahan yang mengandung karsinogen dan Zat Adiktif dalam Produk Tembakau yang dapat
menyebabkan penyakit, kematian, dan menurunkan kualitas hidup;

b. Melindungi penduduk usia produktif, anak, remaja, dan perempuan hamil dari dorongan
lingkungan dan pengaruh iklan dan promosi untuk inisiasi penggunaan dan ketergantungan
terhadap bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau;

c. Meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya merokok dan


manfaat hidup tanpa merokok; dan

d. Melindungi kesehatan masyarakat dari asap Rokok orang lain.

Dalam Peraturan Pemerintah ini diperjelas perihal mengenai gambar pembungkus


mengandung nilai edukasi dengan tujuan pengamanan. Dijelaskan pula bahwa pemerintah
akan mendukung segala bentuk pengujian dan penelitian mengenai rokok. Pemerintah serta
Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya bertanggung jawab mengatur, menyelenggarakan,
membina, dan mengawasi pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk
Tembakau bagi kesehatan. Bentuk pengamanan yang dilakukan pemerintah dilakukan dari
akses iklan dan edukasi iklan, mendorong pengembangan kajian dan penelitian serta
diversifikasi produk tembakau. Bentuk-bentuk penyelenggaraan yang disebutkan dalam PP
ini dalam hal produksi dan impor, peredaran, perlindungan khusus bagi anak dan perempuan
hamil, dan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

b. Pandangan pihak yang pro tehadap peraturan peraturan pemerintah Nomor 109 Tahun
2012

Sebagian masyarakat berpihak pada pemerintah, mereka adalah golongan yang pro akan
adanya PP rokok ini. Masyarakat yang pro ini mengatasnamakan terciptanya kesehatan dan
terhindar dari banyaknya bahaya rokok. Bagi golongan ini, merokok sama dengan merusak
kesehatan dan itu merupakan harga mati yang tidak bisa diubah dan ditawar-tawar lagi.
Dalam agama pun sudah diajarkan bahwa sesuatu yang sifatnya merusak tubuh itu adalah
haram.

Dampak buruk dari rokok bukan hanya bagi perokok yang aktif, yang menghisap batang
rokok tersebut. Tapi juga berdampak pada perokok pasif yang menghisap asap yang
dihasilkan oleh pembakaran rokok tersebut. Bahkan lebih cenderung berdampak negatif dan
buruk ke perokok pasif tersebut daripada perokok aktif. Hal ini bukan hanya merugikan diri
sendiri tapi juga sudah merugikan orang lain yang tidak bersentuhan dangan rokok secara
langsung.

Pihak-pihak yang pro dengan tindakan pemerintah ini juga menganggap bahwa rokok banyak
merugikan masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah. Sebagian besar perokok
adalah masyarakat miskin yang digolongkan tidak mampu. Mereka secara tidak langsung
telah membuang-buang uang yang seharusnya bisa dipergunakan untuk kepentingan lain
yang lebih bermanfaat.

8
Selain itu, produksi rokok ini telah merusak lingkungan sekitar. Diperlukan satu batang
pohon kertas yang besar untuk menghasilkan 300 batang rokok. Kertas ini untuk
membungkus tembakau, bahan utama dari rokok. Kenyataan ini sama saja membuktikan, bila
setiap hari produksi rokok berjalan berarti selalu ada penebangan pohon kertas setiap harinya.
Secara tidak langsung, perbuatan ini merusak lingkungan sekitar. Banyaknya kerugian yang
ditimbulkan dari rokok membuat pihak-pihak ini terus mendukung pemerintah untukn
mengimplementasikan PP Nomor 109 tahun 2012.

b. Pandangan pihak yang kontra tehadap peraturan peraturan pemerintah Nomor 109 Tahun
2012

Sebagian masyarakat yang termasuk dalam golongan yang kontra akan adanya PP tembakau
ini menganggap kebijakan hukum yang dilakukan pemerintah itu tidak tepat. Golongan yang
kontra ini menyatakan bahwa PP ini akan menimbulkan kerugian yang besar bagi para petani
dan industri tembakau. Pihak ini menganggap pemerintah tidak berpihak kepada para petani
tembakau dan rakyat kecil lainnya yang secara langsung ataupun tidak langsung berhubungan
dengan tembakau. Tindakan ini sama halnya dengan mematikan perekonomian petani
tembakau yang mata pencahariannya hanya dihasilkan dari tembakau tersebut.

Selain itu ini juga akan mematikan industri tembakau dan tentu saja akan berdampak kepada
para pekerjanya. Kematian produksi industri tembakau akan menghilangkan lapangan
pekerjaan bagi banyak pekerjanya selama ini penghasilannya hanya digantungkan pada
indusri rokok tersebut. Mereka ingin pemerintah berlaku adil dan tidak diskriminasi pada
semua kelompok masyarakat. Pihak ini juga meminta agar pemerintah tidak selalu menyudutkan
petani dan industri tembakau.

SISTEM DAN KEBIJAKAN KESEHATAN DI INDONESIA

A. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)


Sistem pelayanan kesehatan adalah kumpulan dari berbagai faktor yang komplek dan
saling berhubungan yang terdapat dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan kesehatan perorangan, kelompok, masyarakat pada setiap saat yang
dibutuhkan (WHO 1984). Sistem kesehatan nasional perlu dilaksanakan dalam konteks
pembangunan kesehatan secara keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial,
seperti kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga,distribusi
kewenangan, keamanan, sumberdaya, kesadaran masyarakat, serta kemampuan tenaga
kesehatan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.
Sistem kesehatan nasional disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi
pelayanan kesehatan dasar meliputi :
1. Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata.
2. Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat .
3. Kebijakan pembangunan kesehatan

9
4. Kepemimpinan. SKN juga disusun dengan memperhatikan inovasi atau terobosan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan system rujukan.
Landasan system kesehatan nasional meliputi :
1. Landasan idil, yaitu pancasila
2. Landasan konstitusional,yaitu UUD 1945,khusunya pasal 28A,28H ayat (1)dan ayat(3)
serta pasal 34 ayat 2 dan ayat 3, pasal 28B ayat 2, pasal 28c ayat 1.
3. Landasan operasional meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan
dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.
Tujuan system kesehatan nasional adalah terselenggaraanya pembangunan kesehatan
oleh semua potensi bangsa baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara
sinergis,berhasil guna dan berdaya guna,sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Sistem kesehatan nasional meliputi :
1. Upaya kesehatan.
Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa
Indonesia. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan upaya pendekatan,pencegahan,
pengobatan dan pemulihan.
2. Pembiayaan kesehatan.
Pembiayaan kesehatan yang kuat terintergrasi, stabil dan berkesinambungan
memegang peran yang amat vital untk penyelengaraan pelayanan kesehatan dalam rangka
mencapai berbagai tujuan pembangunan kesehatan.
3. Sumber daya manusia kesehatan .
Sebagai pelaksanaan upaya kesehatan, diperlukan sumberdaya manusia kesehatan
yang mencukupi dengan jumlah, jenis dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan
merata, sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan.
4. Kesediaan farmasi,alat kesehatan dan makanan.
Meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin aspek keamanan, pemanfaatan dan mutu
ksediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar.
5. Manajemen dan informasi kesehatan.
Meliputi kebijakan kesehatan, admnistrasi kesehatan , hokum kesehatan, dan
informasi kesehatan.
6. Pemberdayaan masyarakat.
System kesehatan nasional akan berfungsi maksimal apabila ditunjang oleh
pemberdayaan masyarakatagar masyarakat dapat dan mampu berperan sebagai pelaku
pembangunan kesehatan.

Aplikasi system kesehatan nasional


System lingkungan masyarakat yang memberikan dampak negative bagi kesehatan
merupakan tantangan diluar system kesehatan masyarakat. Sebagai contoh : wabah penyakit
baru, seperti flu burung dan HIV/AIDS. Dimana Indonesia berada sangat dipengaruhi lalu

10
lintas dunia baik arus manusia atau barang termasuk kandungan makanan dan minuman,
disamping itu masalah mendasar dengan jumlah penduduk yang besar dengan ciri kepulauan
masih perlunya pengawasan terhadap masalah gizi, agar tidak terjadi masalah gizi buruk yang
kronis.

B. Sistem Pelayanan Kesehatan


Setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan,keluarga,kelompok,dan masyarakat
(levey dan loomba 1973). System pelayanan medic contohnya seperti rumah sakit. Sementara
puskesmas mencangkup system pelayanan kesehatan masyarakat dan system pelayanan
medic.
Teori tentang sistem:
· Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya
sebuah sistem.seperti sistem pelayanan kesehatan
· Proses
Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk menjadikan
sebuah hasil yang di harapkan dari sebuah sistem tersebut,maka yang dimaksud proses adalah
berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan
· Output
Hasil yang diperoleh dari sebuah proses,dalam sistem pelayanan kesehatanhasilnya
dengan berupa pelayanan kesehatan yang berkualitas,efektif dan efisien sehingga dapat
dijangkau oleh setiap lapisan masyarakatsehingga pasien sembuh dan sehat optimal.
Dampak
Merupakan akibat yang dihasilkan sebuah hasil dari sebuah sistem,yang terjadi relatif
lama waktunya.

Umpan balik
Merupakan sebuah hasil yang sekaligus menjadi masukan dan ini terjadi dari sebuah
sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi umpan balik dalam sistem
pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan yang juga dapat menjadikan
input yang selalu meningkat.
Lingkungan
Semua keadaan di luar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan
sebagaimana dalam sistem pelayanan kesehatan,berupa lingkungan geografis,atau situasi
kondisi sosial yang ada di masyarakat seperti institusi di luar pelayanan kesehatan
Menurut pendapat Hodgetts dan Cascio ( 1983 ) ada 2 jenis pelayanan kesehatan :
1. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat ditandai dengan cara pengorganisasian yang
ummnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya adalah untuk

11
memelihara da meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit serta sasaran nya terutama
untuk kelompok dan masyarakat.
2. Pelayanan kedokteran
Pelayanan kedokteran ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk
perseorangan dan keluarga.
Keperawatan komunitas
Adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan dan dilaksanakan oleh perawat dengan mengikut sertakan tim kesehatan
lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu
keluarga dan masyarakat. (Depkes RI). Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga, dan kelompok baik yang sehat maupun yang sakit
khususnya mereka yang beresiko tinggi dalam masyarakat. Prinsip keperawatan
komunitas yaitu kemanfaatan, autonomi,dan keadilan.
Syarat pokok pelayanan kesehatan:
1. Tersedia dan berkesinambungan, artinya tidak sulit ditemukan serta
keberadaannya dalam masyarakat adlah pada setiap saat yang dibutuhkan.
2. Dapat diterima dan bersifat wajar, artinya tidak bertentangan dengan
keyakinan masyarakat.
3. Mudah dicapai
4. Mudah dijangkau
5. Bermutu

Fenomena dalam pelayanan kesehatan:


1. System pelayanan kesehatan yang tidak merata dimana tingkat kesakitan dan
kematian warga miskin cendrung lebih tinggi dari keluarga kaya.
2. Pola penyakit semakin komleks. Meningkatnya penyakit tidak menular yang
menyebabkan adanya kebutuhan layanan rawat inap.
3. Kinerja pelayanan kesehatan sekto public cendrung menurun disebabkan
adanya dominasi pelayanan swasta
4. Munculnya penyakit-penyakit baru sperti HIV,flu burung,flu babi
5. Pendanaan kesehatan cendrung rendah dan tidak merata. Sebagian besar dana
tidak dari pemerintah melainkan dari dana pribadi.

Lingkup system pelayanan kesehatan


Terdapat 3 bentuk pelayanan kesehatan :
1. Primary health care ( pelayanan kesehatan tingkat pertama )
Dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki masalah kesehatan yang ringan.
Sifat pelayanan kesehatan : pelayanan kesehatan dasar
Contoh : puskesmas, balai kesehatan.

12
2. Secondary health care(pelayanan tingkat ke dua)
Untuk klien yang membutuhkan perawatan rawat inap tapi tidak dilaksanakan di
pelayanan kesehatan pertama,rumah sakit yang tersedia tenaga specialis.
3. Tertiary health care (pelayanan kesehatan tingkat ke tiga)
Tingkat pelayanan tertinggi,membutuhkan tenaga ahli atau subspecialis. .
C. Kebijakan Pelayanan Kesehatan
Kebijakan kesehatan merupakan tindakan yang mempunyai efek terhadap
institusi,organisasi pelayanan dan pendanaan dari system pelayanan kesehatan. Kebijakan
palayanan kesehatan meliputi:
1. Public goods
Berupa barang atau jasa yang pedanaanya berasal dari pemerintah, yang bersumber
dari pajak dan kelompok masyarakat. Layanan public goods digunakan untuk kepentingan
bersama dn dimiliki bersama. Keberadaanya memiliki pengaruh terhadap masyarakat.
2. Privat goods
Berupa barang atau jasa swasta yang pedanaanya berasal dari perseorangan.
Digunakan untuk kepentingan sendiri dan dimiliki perseorangan , tidak bisa dimiliki
sembarangan orang, terdapat persaingan dan eksternalitas rendah.
3. Merit goods
Karakteristik memerlukan biaya tambahan tidak dapat digunakan sembarangan orang
ada persaingan dan eksternalitas tinggi contohnya cuci darah, pelayanan kehamilan,
pelayanan kespro dan pengobatan PMS.
D. Kebijakan Kesehatan Terkait Politik
Keputusan politik dibidang kesehatan yang tersurat dalam kepres no 7 tahun 2005
tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional sampai tahun 2009, menunjukkan
adanya kebijakan politik dibidang kesehatan yang bersifat strategis yaitu keinginan untuk
merubah paradigma sakit yang masih dianut oleh masyarakat Indonesia ke paradigma sehat
dan meningkatkan derajad kesehatan masyarakat dengan target indicator dampak :
1. Meningkatkan UHH menjadi 70,6
2. Menurunnya AKB menjadi 26 per seribu kelahiran hidup
3. Menurunnya AKI melahirkan menjadi 226/100.000 kelahiran hidup
4. Menurunnya prevalensi gizi kuramg pada anak balita menjadi 20%
Hasil telaahan terhadap kebijakan kesehatan menunjukkan kebijakan kesehatan
nasional dan target indicator dampak yang harus dicapai pada tahun 2010, relevan dengan
kondisi derajat kesehatan saat ini. Hasil telaahan pun menunjukkan adanya disparitas status
kesehatan masyarakat disetiap propinsi, kabupaten, dan kota yang potensial menghambat
upaya pencapaian target indicator dampak secara nasional.
Tercantumnya pelayanan kesehatan sebagai hak masyarakat dalam konstitusi UUD
1945 pasal 28 H ayat 1 dan pasal 34 ayat 3 menempatkan status sehat dan pelayanan
kesehatan merupakan hak masyrakat. Fenomena demikian merupakan keberhasilan
pemerintah selama ini dalam kebijakan politik dibidang kesehatan, yang menuntut

13
pemerintah maupun masyarakat untuk melakukan upaya kesehatan secara tersusun,
menyeluruh dan merata.
Secara empiris, upaya tersebut merupakan upaya pembangunan melalui sektor yang
terkait langsung dengan bidang kesehatan, seperti upaya promosi kesehatan, upaya pelayanan
kesehatan dan upaya pembiayaan kesehatan. Begitupun dalam pembangunan sector lainnya,
seperti pembangunan infra struktur, ekonomi, pendidikan, harus berorientasi dan berwawasan
kesehatan.

Lebih dari 30 tahun upaya pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan system


administrasi pemerintah yang bersifat sentralistik, disentralistik dan medebewind. Hasil
upaya pembangunan tersebut terlihat pesat selama kurun waktu sampai tahun 1998, baik
secara fisik, ekonomis, maupun secara social. Secara demografis, kemajuan ini terlihat dari
hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1997 (SDKI 1997)
Pada saat reformasi dimulai pada tahun 2000, terjadi perubahan paradigma sentralistik
menjadi paradigma otonomi daerah. Perubahan paradigma politik, ternyata tidak merubah
kebijakan politik kesehatan karena sudah tersurat dalam konstitusi hasil amandemen.
Sebaliknya, administrasi pembangunan berubah kearah paradigma disentralisasi dengan
harapan bisa lebih efketif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan bisa
mempersempit disparitas status kesehtatan antar daerah, maupun antar kelompok masyarakat.
Pada kenyataannya, administarsi pembangunan dengan paradigma disentralisasi
selama kurun waktu 4 tahun ternyata masih memperlihatkan data disparitas status kesehatan
secara signifikan, seperti disparitas :
1. Antar tingkat social ekonomi
2. Antar kawasan
3. Dan arntar perkotaan-pedesaan yang tinggi.
Dengan demikian maka pembangunan kesehatan yang dilaksanakan dengan
administrasi paradigm deswntralisasi kesehatan belum berhasil mempersempit disparitas
status kesehatan antar daerah. Dapat disimpulkan bahwa administrasi pembangunan ksehatan
paradigm lama dan paradigm desentralisasi dalam upaya mempertinggi derajad kesehatan
masyarakat, bukan merupakan determinant factor tidak tercapainya target indicator dampak
pembangunan kesehatan yang ditetaokan pemerintah selama ini.
Secara teoritis, strategi kebijakan kesehatan merupakn kebijakan public untuk
menghimpun semua potensi guna memelihara dan meningkatkan status kesehatan
masyarakat( Roger Detels et al, 2002). Bahkan menurut Dawnie perlu melibatkan semua
kekuatan masyarakat. Denagn demikian, tingginya taat azas dan loyalitas terhadap kebijakan
kesehatan nasional merupakan efektifnya administrasi pemerintah untuk mengkondisikan
pemerintahan daerah guna menghimpun semua potensi guan memelihara dan meningkatkan
status kesehatan masyarakat.

14

Anda mungkin juga menyukai