Tahun 2019
1. Kit Individu.
Kit individu merupakan paket berisi pakaian,
perlengkapan kebersihan diri, perlengkapan bayi,
dll, yang diberikan kepada perempuan usia
reproduksi, ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru
lahir. Kit ini dapat langsung diberikan dalam waktu
1-2 hari saat bencana kepada pengungsi setelah
melakukan estimasi jumlah sasaran. Terdapat 4 jenis
kit individu yaitu Kit Higienis, Kit Ibu Hamil, Kit Ibu
Bersalin dan Kit Bayi Baru Lahir.
2. Kit Bidan/Partus Set.
Pada tanggap darurat krisis kesehatan, alat-alat
kesehatan kemungkinan banyak yang rusak
termasuk alat kesehatan yang digunakan untuk
menolong persalinan. Kit Bidan dapat diberikan
kepada bidan untuk mengganti peralatan yang
hilang saat bencana sehingga masih bisa melakukan
pelayanan seperti sedia kala.
3. Kit Kesehatan Reproduksi (RH Kit)
Untuk melaksanakan PPAM kesehatan reproduksi yaitu dalam
memberikan pelayanan klinis bagi penyintas perkosaan,
mengurangi penularan HIV serta mencegah meningkatnya
kesakitan dan kematian ibu dan neonatal, telah dirancang
paket-paket yang berisi obat dan alat kesehatan yang
dibutuhkan yang disebut Kit Kesehatan Reproduksi (Kit RH).
Kit kesehatan reproduksi dikemas dan diberi nomor sesuai
dengan jenis tindakan yang akan dilakukan. Alat, obat dan
bahan habis pakai tersedia lengkap di tiap kemasan. Kit
kesehatan reproduksi dirancang untuk digunakan dalam
jangka waktu tiga bulan untuk jumlah penduduk tertentu.
Kebutuhan kit tergantung pada jumlah pengungsi, dan
jenis pelayanan yang akan diberikan dan perkiraan
lamanya waktu mengungsi.
Kit Kesehatan Reproduksi terdiri dari 3 (tiga) blok, yaitu :
1) Blok 1.
Tingkat masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar untuk
10.000 orang/3 bulan.
Blok 1 terdiri dari 6 kit (kit 0 sampai 5).
Perlengkapan ini ditujukan untuk memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi di tingkat masyarakat dan perawatan
kesehatan dasar.
2) Blok 2.
Tingkat pelayanan kesehatan dasar dan rumah
sakit rujukan untuk 30.000 orang/3 bulan.
Blok 2 terdiri dari 5 kit (kit 6 sampai 10) yang berisi
bahan habis pakai dan bahan yang dapat
digunakan kembali.
Perlengkapan ini ditujukan untuk memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi pada tingkat
puskesmas atau rumah sakit.
3) Blok 3.
Tingkat rumah sakit rujukan untuk150.000
orang/3 bulan
Blok 3 terdiri dari 2 kit (kit 11 dan 12) yang berisi
bahan habis pakai dan perlengkapan yang dapat
digunakan kembali untuk memberikan pelayanan
PONEK pada tingkat rujukan (bedah caesar).
Alat dan Sarana Pendukung Lainnya
Tenda kesehatan reproduksi.
Buku KIA.
Generator.
Bilik Asmara.
1. Definisi gender.
Gender adalah perbedaan peran, fungsi dan
tanggungjawab antara perempuan dan laki-laki yang
merupakan hasil kontruksi sosial dan dapat berubah
sesuai perkembangan jaman. Berbeda dengan seks yang
berarti jenis kelamin dan merupakan kodrat bagi
perempuan dan laki-laki yang tidak dapat dipertukarkan,
gender lebih menekankan kepada hubungan atau relasi
harmonis antara perempuan dan laki-laki untuk
mencapai keseimbangan dan kebahagiaan.
2. Beberapa definisi terkait gender:
Buta gender: asumsi bahwa tidak ada perbedaan
sosial dan ekonomi antara laki-laki dan
perempuan.
Bias Gender: kebijakan yang memihak salah satu
jenis kelamin (laki-laki atau perempuan).
Sensitif gender: kemampuan untuk memahami
hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan dan
mempertimbangkan dalam melakukan intervensi.
Responsif Gender: kebijakan/program/kegiatan atau
kondisi yang sudah dilakukan dengan
memperhitungkan kepentingan kedua jenis kelamin.
Kesetaraan Gender: tidak ada diskriminasi terhadap
seseorang karena jenis kelaminnya, memiliki hak yang
sama dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, dll.
3. Mengapa isu gender penting pada
penanggulangan krisis kesehatan:
Bencana memberikan dampak yang berbeda
pada perempuan, anak perempuan, laki-laki dan
anak laki-laki.
Mereka menghadapi risiko yang berbeda dan
menjadi korban dengan cara yang berbeda.
Masalah kesehatan yang berbeda yang dialami
oleh perempuan dan laki-laki.
4. Kesetaraan Gender pada penanggulangan
krisis kesehatan:
a) Adalah memastikan bahwa perlindungan dan
bantuan yang diberikan pada krisis kesehatan
direncanakan dan dilaksanakan dengan cara
yang menguntungkan laki-laki dan perempuan
secara setara, dengan memperhitungkan
kebutuhan dan kapasitas mereka
b) Dilakukan melalui pengarusutamaan gender ke
setiap sub klaster kesehatan dan memastikan
bahwa tidak ada yang terabaikan, dipinggirkan,
atau didiskriminasi karena jenis kelaminnya dalam:
Upaya perlindungan (misalnya perlindungan terhadap
kekerasan berbasis gender).
Layanan kesehatan untuk semua pengungsi laki-laki dan
perempuan termasuk kelompok rentan (perempuan, ibu
hamil, ibu menyusui, anak-anak, penyandang disabilitas,
orang tua dll).
Kebutuhan dasar seperti :
o Makanan untuk ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak dan
kelompok rentan;
o Fasilitas air dan sanitasi (toilet) yang aman untuk semua
kelompok rentan;
o Perlindungan menstruasi bagi wanita usia subur;
o Tersedianya layanan KB bagi laki-laki dan perempuan; dll.
Gender check list/daftar tilik gender pada penanggulangan krisis
kesehatan.
Gender check list adalah daftar periksa berupa indikator-
indikator penting gender, yang patut dipakai sebagai alat bantu
menilai dan memonitor sejauh mana dimensi gender
diintegrasikan ke dalam respon penanggulangan krisis
kesehatan.
Ini untuk memastikan bahwa perlindungan dan bantuan yang
diberikan pada krisis kesehatan direncanakan dan
diimplementasikan dengan cara yang memberikan manfaat
setara bagi laki-laki, anak laki-laki, anak perempuan, dan
perempuan, melalui analisis kebutuhan dan kapasitas mereka.
5. Analisa gender pada penanggulangan krisis kesehatan:
Pengumpulan data dan kebutuhan pengungsi
Semua need assessment bidang kesehatan telah
memasukkan masalah gender pada fase pengumpulan
informasi dan analisa.
Data mengenai pengungsi ,kematian, kesakitan, serta
pelayanan kesehatan secara rutin dikumpulkan. Data ini
dipilah, dilaporkan dan dianalisa berdasarkan usia dan jenis
kelamin dengan menerapkan analisa gender.
Perempuan, anak perempuan, laki-laki dan anak laki-laki
diajak berkonsultasi mengenai permasalahan mereka,
pendapat dan solusi untuk penanganan krisis kesehatan.
6. Pengumpulan data tentang tenaga yang terlibat
pada penanggulangan krisis kesehatan:
Data rinci jenis kelamin tenaga kesehatan lokal maupun
internasional yang bekerja di penanggulangan krisis
kesehatan dikumpulkan dan dianalisa.
Ada keterwakilan laki-laki dan perempuan pada posisi
pembuat kebijakan pada respon krisis kesehatan.
Team need assessment klaster kesehatan memiliki
jumlah anggota laki-laki dan perempuan yang seimbang.
7. Indikator terintegrasinya gender ke dalam penanggulangan
krisis kesehatan:
Penggunaan data terpilah dalam perencanaan dan penganggaran
kegiatan krisis serta pada saat melakukan monitoring dan evaluasi
kegiatan tersebut.
Pada saat pelaksanaan kegiatan penanggulangan krisis harus
memastikan bahwa perempuan dan laki-laki dari kelompok sosial
yang berbeda dapat mengakses dan berpartisipasi dalam kegiatan
penanggulangan krisis tersebut.
Praktik-praktik internal lembaga yang bergerak di penanggulangan
krisis kesehatan harus mencerminkan kesetaraan gender, misalnya
menghindari terjadinya eksploitasi seksual dan dan selalu
mempromosikan kesetaraan gender.
B. Pencegahan kekerasan berbasis
gender