Tiap-tiap fase bencana memiliki karakteristik/kondisi yang tertentu. Oleh karena itu
diperlukan langkah-langkah yang berbeda untuk setiap tahapan bencana. Agar kegiatan
dapat berjalan dengan terarah, maka rencana yang disusun oleh Tim Siaga Kesehatan
Reproduksi harus bersifat spesifik untuk tiap tahapan bencana yaitu:
a. Pada Tahap Prabencana baik dalam situasi normal dan potensi bencana, dilakukan
penyusunan Rencana kesiapsiagaan yang dapat dipergunakan untuk segala jenis
bencana.
b. Pada Tahap Tanggap Bencana, dilakukan pengaktifan Rencana Operasi (Operational
Plan) yang merupakan operasionalisasi Rencana Kesiapsiagaan.
c. Pada Tahap Pasca Bencana, dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan (Recovery
Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi.
a. Pra bencana
Tahap pra bencana, dibagi menjadi;
1) Fase kesiapan (situasi normal)
2) Fase kesiapsiagaan (situasi dimana dinyatakan adanya potensi bencana)
Perbedaan antara kedua situasi tersebut terletak pada kondisi masingmasing
wilayah pada suatu waktu. Ketika pihak yang berwenang menyatakan bahwa suatu
wilayah berpotensi akan terjadi suatu bencana maka situasi yang semula dinyatakan
tidak terjadi bencana akan secara otomatis berubah menjadi situasi terdapat potensi
bencana.
Transisi dari fase tanggap bencana ke fase pasca bencana tidak secara tegas dapat
ditetapkan. Keadaan pasca bencana dapat digambarkan dengan keadaan :
1) Angka kematian sudah menurun hingga <1 per 10,000 penduduk per hari;
2) Ditandai dengan sudah terpenuhinya kebutuhan dasar dari penduduk,
kondisikeamanan sudah membaik dan pelayanan kesehatan sudah mulai kembali
ke normal.
Pada pasca bencana beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dan kajian
lebih lanjut adalah :
1) Perkiraan jumlah orang yang menjadi korban bencana (meninggal, sakit, cacat) dan
ciriciri demografinya.
2) Jumlah fasilitas kesehatan yang berfungsi milik pemerintah dan swasta.
3) Ketersediaan obat dan alat kesehatan.
4) Tenaga kesehatan yang masih melaksanakan tugas.
5) Kelompokkelompok
Pelaksanaan
Kesehatan
Reproduksi
Komprehensif
Terpadu
informasi
dan
berkonsultasi
dengan
mereka
untuk
perlu.
Perawatan atau perawatan awal STI.
Pencegahan pasca kejadian untuk HIV (PEP),bila perlu.
Memasang kontrasepsi.
Merawat luka-luka luar.
Konseling dukungan.
Mendiskusikan pokok-pokok persoalankeamanan dan membuat rencana
keselamatan.
h) Membuat pengalihan, dengan persetujuankorban, ke pelayanan lain seperti
dukungan sosialdan emosi, keamanan, tempat penampungan,dlsb.
4) Mengumpulkan bukti forensik minimum
a) Persyaratan hukum setempat dan fasilitaslaboratorium menentukan apakah perlu
dan buktiapa yang harus dikumpulkan. Pekerja kesehatantidak boleh
mengumpulkan bukti yang tidakdapat diproses atau yang tidak akan digunakan.
b) Beri pemahaman kepada korban tentangpengambilan bukti bila pada akhirnya
maumembawa kasus tersebut ke pengadilan. Yakinkandia bahwa informasi
tersebut
hanya
akandiberikan
kepada
pihak
yang
berwenang
denganpersetujuannya.Untuk semua kasus kekerasan seksual, semua temuantemuan dari pemeriksaan medis yang dapat mendukung cerita korban harus
tercatatrapi, termasuk keadaan pakaiannya. Catatanmedis adalah bagian dari
dokumen hukum dandapat dimasukkan sebagai bukti bila korbanmemutuskan
untuk membawa kasusnya kepengadilan.
c) Simpan pakaian yang rusak (bila Anda dapatmemberikan baju ganti untuk
korban) danserpihan-serpihan tidak dikenali pada pakaiannyaatau tubuhnya,
yang dapat mendukung ceritanya.
d) Bila ada mikroskop, penyedia perawatankesehatan yang terlatih atau pekerja
laboratoriumdapat memeriksa sampel cairan untuk memeriksaadanya sperma,
yang mana bisa membuktikanterjadinya penetrasi.
5) Daftar persediaan
PEMBERDAYAAN
PEREMPUANDAN ANAK
i. Lembaga--lembaga keagamaan
6. Melaksanakan Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Prinsip pencegahan penularan HIV adalah:
a. Memastikan kepatuhan terhadap kewaspadaan universal
Satndar kewaspadaan terdiri dari:
1) Cuci tangan
2) Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan membran
mukosa
3) Pakai masker, pelindung mata, baju pelindung jika darah atau cairan tubuh
mungkin memercik
4) Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air
5) Tangani jarum dan benda tajam dengan aman
6) Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air
7) Proses instrumen dengan benar
8) Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan seksama
9) Buang sampah terkontaminasi dengan aman
b. Menggunakan jarum suntik steril
Penggunaan spuit dan jarum steril sekali pakai pada setiap penyuntikkan termasuk
dalam hal transfusi/donor darah.
c. Menggunakan pengaman saat berhubungan seks
Menjamin ketersediaan kondom gratis yang berkualitas dan pastikan suplai kondom
memadai. Distribusi ketersediaan kondom gratis ini harus memiliki strategi agar tidak
salah sasaran serta diberi penjelasan tentang cara penggunaan kondom dengan benar.
d. Melakukan skrinning donor darah
1) Mengumpulkan darah hanya dari donor sukarela yang tidak dibayar dan risiko
rendah terkena infeksi yang ditularkan lewat transfusi dan kriteria dinir darah yang
ketat
2) Memeriksa semua darah yang didonorkan untuk transfusi, golongan darah dan
kompatibilitas
3) Pemakaian darah yang sesuai secara klinis dan pemakaian alternatif obat untuk
meminimalkan transfusi yang tidak perlu
7. Tujuan Kesehatan Maternal dan Bayi Baru Lahir (BBL) dalam Situasi Krisis
Alasan pentingnya kesehatan bagi maternal dan BBL dalam keadaan darurat:
a. 4% wanita dari total populasi dalam keadaan hamil
b. 15% akan mengalami komplikasi obstetrik
c. Dalam keadaan darurat: persalinan bukan di pelayanan kesehatan dan mungkin tidak
dilakukan oleh tenaga kesehatan
d. Banyak ibu meninggal dengan masalah yang bisa dicegah