Anda di halaman 1dari 5

Kegiatan Pokok Desa Siaga.

Desa Siaga mempunyai beberapa kegiatan pokok antara lain adalah:

1. Menggerakkan PHBS
Adalah masyarakat yang dapat menolong diri sendiri untuk mencegah dan
menanggulagi masalah kesehatan, mengupayakan lingkungan sehat, memanfaatkan
pelayanan kesehatan serta mengembangkan UKBM. Yang dimaksud dengan upaya
mencegah : adalah mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dengan mempraktikkan
gaya hidup sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat termasuk pola makan dengan
gizi seimbang , menjaga kebersihan pribadi , berolah raga, menghindari kebiasaan
yang buruk, serta berperan aktif dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
(promotif - preventif). Yang dimaksud dengan menanggulangi : adalah mengupayakan
agar yang terlanjur sakit atau mengalami gangguan gizi tidak menjadi semakin parah,
tidak menulari orang lain dan bahkan dapat disembuhkan, serta dipulihkan
kesehatannya dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada (kuratif –
rehabilitatif). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini terdiri dari ratusan praktik
kehidupan sehari hari, tidak hanya terbatas pada indikator yang biasa digunakan untuk
mengukur kinerja program kesehatan (Depkes RI, 2007)
2. Pengamatan Kesehatan Berbasis Masyarakat.
Adalah pengamatan yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat terhadap:
a. Gejala atau penyakit menular potensial KLB, penyakit tidak menular
termasuk gizi buruk serta faktor risikonya.
b. Kejadian lain di masyarakat. dan segera melaporkan kepada petugas kesehatan
setempat untuk ditindaklanjuti, Contoh penyakit:
1) Penyakit menular: TBC, Frambusia, HIV /AIDS, Kusta
2) Penyakit Menular Potensial KLB antara lain: Diare, Typhus, Diphteri,
Hepatitis, Polio / AFP, Malaria, Campak, DBD, Flu Burung, dan lain-
lain.
c. Faktor risiko antara lain:
1) Adanya penolakan masyarakat terhadap imunisasi
2) Adanya kematian unggas
3) Adanya tempat-tempat perindukan nyamuk
4) Adanya migrasi penduduk (in / out)
d. Perilaku yang tidak sehat.
1) Faktor risiko tinggi ibu hamil, bersalin , menyusui dan bayi baru lahir
2) Kejadian lain di masyarakat seperti keracunan makanan,bencana.
Kerusuhan
3) Bentuk pengamatan masyarakat (anggota keluarga, tetangga, kader)
disesuaikan dengan tatacara setempat, misalnya pengamatan terhadap
tanda penyakit, batuk yang tidak sembuh dalam waktu 2 minggu
bercak putih di kulit yang mati rasa
4) Ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tinggi (4 terlalu, kedaruratan
pada kehamilan sebelumnya,dan lain-lain)
5) Bayi baru lahir yang kuning, tidak bisa menetek,dan lain-lain
6) Balita yang tidak naik berat badannya

Bentuk laporan adalah lisan atau menggunakan alat komunikasi yang ada di
desa (telepon, telepon seluler ataupun Handy Talkie) dan segera disampaikan kepada
petugas kesehatan setempat atau Petugas Pembina Desa (Depkes RI, 2007).

3. Penyehatan Lingkungan

Lingkungan yang bebas polusi, tersedia air bersih, sanitasi lingkungan memadai,
perumahan pemukiman sehat, yaitu:

a. Terpeliharanya kebersihan tempat-tempat umum dan institusi yang ada di


desa, antara lain: pasar, tempat ibadah, perkantoran dan sekolah.
b. Terpeliharanya kebersihan lingkungan rumah: lantai rumah bersih, sampah tak
berserakan, saluran pembuangan air limbah terawat baik
c. Membuka jendela setiap hari.
d. Memiliki kecukupan akses air bersih (untuk minum, masak, mandi dan cuci)
dan sanitasi dasar.
e. Mempunyai pola pendekatan pemberdayaan masyarakat untuk pemenuhan
sanitasi dasar (ada jamban, mandi cuci di tempat khusus)
4. Kesehatan Ibu dan Anak
Salah satu penetrasi pada aspek Kesehatan Ibu dan Anak adalah Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). P4K dengan stiker merupakan upaya
terobosan percepatan penurunan angka kematian ibu. Melalui P4K dengan stiker yang
ditempel di rumah ibu hamil, maka setiap ibu hamil akan tercatat, terdata dan
terpantau secara tepat. Stiker P4K berisi data tentang nama ibu hamil, taksiran
persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transport
yang digunakan dan calon donor darah.
Dengan data dalam stiker tertera nama suami, keluarga, kader, dukun, bersama bidan
di desa dapat memantau secara intensif keadaan dan perkembangan kesehatan ibu
hamil, untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai standar pada saat hamil, persalinan
dan nifas, sehingga proses persalinan sampai dengan nifas termasuk rujukannya dapat
berjalan dengan aman dan selamat, tidak terjadi kesakitan dan kematian ibu serta bayi
yang dilahirkan selamat dan sehat.
Manfaat P4K ini adalah terjalinnya kemitraan antara tenaga kesehatan, dukun dan
masyarakat yang tinggal di sekitar ibu hamil. Dengan demikian maka komplikasi
dapat tertangani secara dini, terpantaunya kesakitan dan kematian ibu serta yang
paling penting adalah menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu.
Pelaksanaan di tingkat desa :
a. Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa antara bidan desa, kader,
dukun, kepala desa, tokoh masyarakat untuk mendata jumlah ibu hamil yang
ada di wilayah desa serta membahas dan menyepakati calon donor darah,
transport dan pembiayaan (asuransi kesehatan masyarakat miskin, tabungan
ibu bersalin).
b. Bidan di desa bersama kader dan/atau dukun melakukan kontak dengan ibu
hamil, suami dan keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker termasuk
pemakaian KB pasca salin.
c. Pemasangan stiker di rumah
d. Suami, keluarga, kader dan dukun memantau secara intensif keadaan ibu
hamil untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar.
e. Bidan melakukan pencatatan pada buku KIA sebagai pegangan ibu hamil dan
di kartu kohort ibu untuk disimpan di polindes/puskesmas, memberikan
pelayanan dan memantau ibu hamil serta melaporkan hasil pelayanan
kesehatan ibu di wilayah desa (termasuk laporan dari dokter dan bidan praktek
swasta di desa tersebut) ke puskesmas setiap bulan termasuk laporan kematian
ibu, bayi lahir hidup dan bayi lahir mati.
f. Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan P4K, maka dibentuk wadah forum
komunikasi yang bersifat lintas program dan lintas sektor di berbagai
tingkatan dan melibatkan masyarakat setempat (Depkes RI, 2007).
5. Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya
melakukan perilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi
bagi setiap anggota keluarganya, dan mampu mengambil langkahlangkah untuk
mengatasi masalah gizi yang dijumpai oleh anggota keluarganya. Untuk mencapai
Kadarzi diperlukan serangkaian kegiatan pemberdayaan di berbagai tingkat mulai dari
keluarga, masyarakat dan petugas yang diarahkan untuk meningkatkan kepedulian
terhadap perbaikan gizi masyarakat melalui Gerakan Nasional.
Tahap awal strategi pemberdayaan kadarzi dimulai dari melibatkan secara aktif
keluarga dalam pemetaan kadarzi untuk identifikasi masalah perilaku dan gizi
keluarga. Dan identifikasi masalah perilaku dan gizi keluarga. Hasil pemetaan dibahas
bersama masyarakat untuk merencanakan tindaklanjut. Apabila masalah tersebut bisa
diselesaikan langsung oleh keluarga maka perlu dilakukan pembinaan, akan tetapi
apabila ditemui masalah kesehatan dan masalah lain maka perlu dirujuk ke petugas
kesehatan dan petugas sektor lain.
Strategi yang dilakukan dalam mewujudkan Kadarzi adalah :
a. Pemberdayaan keluarga dengan menitikberatkan pada peningkatan
pengetahuan, sikap dan perilaku gizi seimbang, misalnya melalui
pengembangan konseling dan KIE sesuai kebutuhan setempat
b. Melakukan advokasi dan mobilisasi para pengambil keputusan, pejabat
pemerintah di berbagai tingkat administrasi, penyandang dana dan pengusaha
dengan tujuan meningkatkan kepedulian/komitmen terhadap masalah gizi di
tingkat keluarga
c. Mengembangkan jaring kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi, tokoh
masyarakat, organisasi masyarakat, tokoh agama, media massa, kelompok
profesi lainnya untuk mendukung tercapainya tujuan Kadarzi
d. Menerapkan berbagai teknik pendekatan pemberdayaan petugas ditujukan
untuk mempercepat perubahan perilaku dalam mewujudkan kadarzi
(Hardinsyah, 2006).

6. Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan dan kesiapsiagaan bencana


Suatu tatanan yang berbentuk kemandirian masyarakat dalam kesiapsiagaan
menghadapi situasi kedaruratan (bencana, situasi khusus, dan lain-lain).
Masyarakat sudah dipersiapkan apabila terjadi situasi darurat maka:
a. Mereka tahu harus berbuat apa
b. Mereka tahu tempat untuk mencari maupun memberi informasi kemana.
c. Masyarakat diharapkan memperhatikan gejala alam pada lingkungan setempat
mampu mengenali tanda akan timbulnya bencana dan selanjutnya melakukan
kegiatan tanggap darurat sebagaimana pernah dilatihkan untuk menghindari /
mengurangi jatuhnya korban.

Informasi mengenai tanda tanda bahaya tersebut berasal dari sumber yang bisa
dipercaya, misalnya dari perangkat desa (yang memperolehnya dari kecamatan ),
berita resmi di TVRI , RRI atau telepon dari Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota.
Penyebaran informasi mengikuti tatacara setempat, misalnya menggunakan titir/
kentongan, pengeras suara dari musholla atau dari mulut ke mulut (Depkes RI, 2007).

7. Pengelolaan Obat
Kegiatan di atas memerlukan dana yang besar sehingga untuk pengadaan seluruh
kebutuhan sarana dan prasana diatas menjadi tanggung jawab pemerintah
bekerjasama dengan lembaga donor, LSM dan peminat masalah kesehatan.
Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara diarahkan kepada
beberapa hal pokok yakni; kesinambungan pembiayaan program kesehatan prioritas,
reduksi pembiayaan kesehatan secara tunai perorangan (out of pocket funding),
menghilangkan hambatan biaya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, pemerataan
dalam akses pelayanan, peningkatan efisiensi dan efektifitas alokasi sumber daya
(resources) serta kualitas pelayanan yang memadai dan dapat diterima pengguna jasa
(Kasni, 2009).

Sumber:
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif, In: RI KK, editor. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan RI; 2010.

Anda mungkin juga menyukai