Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Maraknya bencana alam seperti tanah longsor, banjir, gempa, tsunami dan
lain-lain, akhir-akhir ini telah memperparah kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan di tanah air kita. Pencemaran lingkungan, penggundulan hutan
pengungsian dan wabah penyakit serta Kejadian Luar Biasa (KLB) telah
terjadi di sebagian besar Negara kita. Konflik sosial yang berkepanjangan
telah menimbulkan kerusakan dan pertikaian, stress, gangguan jiwa dan
kemiskinan.
Kondisi tersebut di atas turut meningkatkan masalah kesehatan seperti
tingginya angka kematian, terutama kematian ibu sebesar 307/100.000
(SKRT 2001) dan kematian bayi sebesar 35/1000 kelahiran hidup (SDKI
2002-2003). Demikian juga dengan tingginya angka kesakitan akhir-akhir ini
ditandai dengan munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti malaria
dan tuberculosis paru, merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat
pandemic seperti HIV/AIDS, SARS dan flu burung, serta masih indemisnya
penyakit-penyakit diare dan demam berdarah.
Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah telah menetapkan PP nomor
7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2004-2009 dengan sasaran yang harus dicapai:
1. Meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun.
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 45 menjadi 26/1000 kelahiran
hidup.Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi
226/100.000 kelahiran hidup.
3. Menurunnya prevalensi gizi kurang anak balita dari 25,8% menjadi 20%.
Dengan telah ditetapkan sasaran tersebut, maka Departemen Kesehatan
segera memutuskan visi yaitu “masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat”
dengan misi membuat masyarakat sehat.

1
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas tentang:
1. Konsep Dasar Desa Siaga, yang meliputi:
a. Sasaran Desa Siaga
b. Kriteria Desa Siaga
c. Tahapan Desa Siaga
d. Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
e. Kegiatan Dalam Desa Siaga
f. Langkah-langkah Dalam Pendekatan Pengembangan Desa Siaga
g. Indikator Keberhasilan Desa Siaga.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sasaran Pengembangan Desa Siaga


1. Sasaran Langsung
a. Wanita usia Subur, Ibu pra hamil, Ibu Hamil, Ibu Bersalin, Ibu Nipas,
Bayi dan seluruh anggota masyarakat lainnya dan keluarganya.
2. Sasaran Tidak Langsung
a. Pemerintah daerah dan semua Dinas, Badan dan Lembaga terkait di
Kabupaten/Kota
b. Tokoh Masyarakat Informasi dan ulama, pembuka masyarakat di tingkat
Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa
c. Institusi Masyarakat disemua tingkat seperti organisasi profesi (IBI,
POGI, IDAI dll), LSM, PKK, dll. Dan diharapkan dapat berfungsi :
a) Sebagai pembuat kebijakan dan strategi serta Melaksanakan
pembinaan,Koordinasi dan pembiayaan
b) Untuk membantu menciptakan mekanisme/Sistem kewaspadaan
Masyarakat dan mencegah 3 terlambaat
c) Untuk membantu mencegah mekanisme/sisitem kewaspadaan
masyarakat dan mencegah 3 terlambat dan memberikan informasi
tentang Kabupaten/Desa Siaga

B. Kriteria Pengembangan Desa Siaga


1. Mempunyai pos kesehatan desa.
2. Mempunyai upaya kesehatan berbasis masyarakat.
3. Surveilans berbasis masyarakat.
Adalah pengamatan yang dilakukan secara terus menerus oleh
masyarakat terhadap :
a. Gejala atau penyakit menular potensial KLB, penyakit tidak menular
termasuk gizi buruk serta faktor risikonya.
b. Kejadian lain di masyarakat dan segera melaporkan kepada petugas
kesehatan setempat untuk ditindak lanjuti.

3
Contoh penyakit :
 Penyakit menular
- TBC  - Frambusia
- HIV /AIDS - Kusta 
 Penyakit Menular Potensial KLB antara lain :
- Diare - Typhus
- Diphteri - Hepatitis
- Polio / AFP  - Malaria
- Campak  - DBD
- Flu Burung, dll.
 Faktor risiko antara lain :
 Adanya penolakan masyarakat terhadap imunisasi
 Adanya Kematian unggas
 Adanya tempat-tempat perindukan nyamuk
 Adanya migrasi penduduk ( in / out )
 Perilaku yang tidak sehat.
 Kondisi lain
 Faktor risiko tinggi ibu hamil,bersalin , menyusui dan bayi baru lahir
 Kejadian lain di masyarakat :
 Keracunan makanan
 Bencana
 Kerusuhan
 Bentuk pengamatan masyarakat ( anggota keluarga , tetangga, kader )
disesuaikan dengan tatacara setempat  , misalnya pengamatan terhadap
tanda penyakit :
 Batuk yang tidak sembuh dalam waktu 2  minggu
 Bercak putih di kulit yang mati rasa
 Ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tinggi ( 4 terlalu, kedaruratan
pada kehamilan sebelumnya,dll )
 Bayi baru lahir yang kuning, tidak bisa menetek,dll
 Balita yang tidak naik berat badannya.

4
 Bentuk laporan adalah lisan atau menggunakan alat komunikasi yang ada
di desa ( telepon, telepon seluler ataupun Handy Talkie ) dan segera
disampaikan kepada petugas kesehatan setempat atau Petugas Pembina
Desa.
4. Memiliki kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan & bencana.
Suatu tatanan yang berbentuk kemandirian masyarakat dalam
kesiapsiagaan menghadapai situasi kedaruratan ( bencana,  situasi khusus,
dll ). Masyarakat sudah dipersiapkan apabila terjadi situasi darurat maka
mereka tahu harus berbuat apa mereka tahu tempat untuk mencari maupun
memberi  informasi kemana. Masyarakat diharapkan memperhatikan gejala
alam pada lingkungan setempat mampu mengenali tanda akan timbulnya
bencana dan selanjutnya melakukan kegiatan tanggap darurat sebagaimana
pernah dilatihkan untuk menghindari / mengurangi jatuhnya korban.
Informasi mengenai tanda tanda bahaya tersebut berasal dari sumber
yang bisa dipercaya, misalnya dari perangkat desa ( yang memperolehnya 
dari kecamatan ), berita resmi di TVRI , RRI atau telepon dari Pemerintah
Daerah Kabupaten / Kota. Penyebaran informasi mengikuti tatacara
setempat, misalnya menggunakan titir / kentongan, pengeras suara dari
musholla atau dari mulut ke mulut.
5. Pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian,
pengalokasian dan pembelanjaan dana yang bersumber dari masyarakat
untuk menjamin pemeliharaan kesehatan masyarakat. Bentuk penggalian
dana bisa berupa jimpitan , uang sukarela pada saat pertemuan , arisan ,
pengajian atau tabungan sosial masyarakat dengan jumlah yang sudah
ditetapkan / disepakati.
Pengalokasian dana disesuaikan dengan kebutuhan setempat , misalnya
bantuan bagi warga yang harus dirawat di Rumah Sakit , menjalani operasi
medis, melahirkan, pemberian makanan tambahan penyuluhan ( di
Posyandu ) atau pemulihan bagi sasaran yang bergizi buruk , dan
sebagainya. Pembelanjaan dana diserahkan besar dan jenisnya sesuai

5
kesepakatan sedangkan  dana dikelola oleh orang yang terpercaya dan dapat
mempertanggung jawabkan semua pembelanjaan kepada masyarakat.
6. Keluarga sadar gizi.
7. Memakai sistem perilaku hidup bersih dan sehat.
Adalah masyarakat yang dapat menolong diri sendiri untuk mencegah
dan menanggulagi masalah kesehatan, mengupayakan lingkungan sehat,
memanfaatkan pelayanan kesehatan serta mengembangkan UKBM.
Yang dimaksud dengan upaya mencegah adalah mengupayakan agar
yang sehat tetap sehat dengan mempraktikkan gaya hidup sehat dan perilaku
hidup bersih dan sehat termasuk pola makan dengan gizi seimbang ,
menjaga kebersihan pribadi , berolah raga, menghindari kebiasaan yang
buruk, serta berperan aktif  dalam pembangunan kesehatan masyarakat
( promotif – preventif ).
Yang dimaksud dengan menanggulangi adalah mengupayakan agar yang
terlanjur sakit atau mengalami gangguan gizi tidak menjadi semakin parah,
tidak menulari orang lain dan bahkan dapat disembuhkan, serta dipulihkan
kesehatannya dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada ( kuratif
– rehabilitatif ).
Perilaku  Hidup Bersih dan Sehat ini terdiri dari ratusan  praktik
kehidupan sehari hari, tidak hanya terbatas pada indikator yang biasa
digunakan untuk mengukur kinerja program kesehatan.

C. Tahapan Desa Siaga


1. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama :
a. Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa/Kelurahan , tetapi belum
berjalan
b. Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/ kader kesehatan
Desa/kelurahan Siaga Aktif minimal 2 orang
c. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dasar yang memberikan pelayanan setiap hari
d. Sudah memiliki Posyandu, tetapi UKBM lainnya tidak aktif

6
e. Sudah ada dana untuk pengembangan Desa/KelurahanSiaga aktif dalam
anggaran pembangunan desa atau kelurahan tetapi belum ada sumber
dana lainnya
f. Ada peran aktif dari masyarakat namun belum ada peran aktif organisasi
kemasyarakatan dalam kegiatan Desa/kelurahan Siaga Aktif
g. Belum memiliki peraturan di tingkat desa atau keurahan yang melandasi
dan mengatur pengembangan Desa / Kelurahan Siaga Aktif
h. Kurang dari 20 persen rumah tangga di desa/kelurahan mendapat
pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
2. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Madya :
a. Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang berjalan,
tetapi belum secara rutin setiap triwulan.
b. Sudah memiliki Kader pemberdayaan Masyarakat / kader kesehatan Desa
dan kelurahan Siaga Aktif antara 3-5 orang.
c. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan setiap hari.
d. Sudah memiliki posyandu dan 2 UKBM lainnya yang aktif.
e. Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa dan kelurahan Siaga
Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta satu
sumber dana lainnya baik dari masyarakat ataupun dunia usaha.
f. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari satu ormas dalam
kegiatan Desa atau Kelurahan Siaga aktif.
g. Sudah memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi
dan mengatur pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif , tetapi
belum direalisasikan.
h. Minimal 20 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat
pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
3. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Purnama :
a. Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang berjalan
secara rutin, setiap triwulan.
b. Sudah memiliki kader pemberdayaan masyarakat / kader kesehatan desa
dan kelurahan siaga aktif antara 6-8 orang.

7
c. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
d. Sudah memiliki posyandu dan 3 UKBM lainnya yang aktif.
e. Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan desa dan kelurahan
siaga aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta
mendapat dukungan dana dari masyarakat dan dunia usaha.
f. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari dua ormas dalam
kegiatan Desa/Kelurahan Siaga Aktif.
g. Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau kelurahan
yang melandasi dan mengatur pengembangan desa /kelurahan siaga aktif.
h. Minimal 40 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat
pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
4. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri :
a. Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa / Kelurahan yang berjalan
secara rutin setiap bulan.
b. Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/ kader kesehatan
Desa/Kelurahan Siaga Aktif lebih dari Sembilan orang.
c. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
d. Sudah memiki posyandu dan lebih dari 4 (UKBM) lainnya yang aktif dan
berjejaring.
e. Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta
mendapat dukungan dana dari masyarakat dan dunia usaha.
f. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif lebih dari dua ormas
dalam kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif .
g. Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau kelurahan
yang melandasi dan mengatur pengembangan desa/kelurahan siaga aktif.
h. Minimal 70 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat
pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

8
D. Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

PENGEMBANGAN DESA / KELURAHAN SIAGA AKTIF


KRITERIA
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

Berjalan, tapi
Ada, tetapi Berjalan
1. Forum Desa/ belum rutin Berjalan
belum setiap
Kelurahan setiap setiap bualan
berjalan triwulan
triwulan

2. KPM/Kader Sudah ada Sudah ada 9


Sudah ada 3-5 Sudah ada 6-
minimal 2 orang atau
Kesehatan orang 8 orang
orang lebih

3. Kemudahan
akses pelayanan Ya Ya Ya Ya
kesehatan dasar

Posyandu
4. Posyandu & Posyandu & 2 Posyandu & 3 Posyandu &
ya, UKBM
UKBM lainnya UKBM UKBM 4 UKBM
lainnya
aktif lainnya aktif lainnya aktif lainnya aktif
tidak aktif
5. Dukungan dana
untuk kegiatan Sudah ada Sudah ada Sudah ada Sudah ada
kesehatan di dana dari dana dari dana dari dana dari
Desa dan pemerintah pemerintah pemerintah pemerintah
Kesehatan : Desa dan Desa dan Desa dan Desa dan
- Pemerintah Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan
Desa dan serta satu serta dua serta dua serta dua
Kelurahan sumber dana sumber dana sumber dana sumber dana
- Masyarakat lainnya lainnya lainnya lainnya
Dunia Usaha
6. Peran serta Ada peran Ada peran Ada peran Ada peran
masyarakat dan aktif aktif aktif aktif
Organisasi masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat

9
dan peran
dan tidak dan peran dan peran
aktif lebih
kemasyarakatan ada peran aktif satu aktif dua
dari dua
aktif ormas ormas ormas
ormas
7. Peraturan Kepala
Desa atau Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah
Belum ada
Peraturan direalisasikan direalisasikan direalisasikan
Bupati/Walikota
Pembinaan Pembinaan Pembinaan
Pembinaan
PHBS PHBS PHBS
8. Pembinaan PHBS
kurang dari minimal dari minimal dari
PHBS di Rumah minimal 20%
20% rumah 40% rumah 70% rumah
Tangga rumah tangga
tangga yang tangga yang tangga yang
yang ada
ada ada ada

E. KEGIATAN DALAM DESA SIAGA


1. Persiapan
a. Persiapan Petugas Pelaksana :
a) Pelatihan bidan
b) Pelatihan tokoh masyarakat ( toma) dan kader
b. Persiapan Masyarakat :
a) Pembentukan Forum Masyarakat Desa (FMD)
b) Survey Mawas Diri (pendataan keluarga/lapangan– rembuk desa)
c) Musyawarah Masyarakat Desa (di awal pembentukan).
2. Pelaksanaan
a. Pelayanan kesehatan dasar sesuai dengan kewenangan bidan, bila tidak
dapat ditangani dirujuk ke Puskesmas Pembantu atau Puskesmas.
b. Kader dan toma melakukan surveilance (pengamatan sederhana) berbasis
masyarakat tentang kesehatan ibu anak, gizi, penyakit, lingkungan dan
perilaku.
c. Pertemuan Forum Masyarakat Desa untuk membahas masalah kesehatan
desa termasuk tindak lanjut penemuan pengamatan sederhana untuk

10
meningkatkan kewaspadaan dini masyarakat dan menyepakati upaya
pencegahan dan peningkatan.
d. Alih pengetahuan dan keterampilan melalui pertemuan dan kegiatan yang
dilakukan oleh jejaring penyebaran informasi kesehatan di desa (Jejaring
Promosi Kesehatan), pelaksanaan kelas ibu, kelas remaja, pertemuan
dalam rangka swa-medikasi, dsb.
e. UKBM misalnya pelaksanaan Posyandu, Posbindu, Warung Obat, Upaya
Kesehatan Kerja, UKBM Maternal (tabulin, calon donor darah, dsb.),
dana sehat serta UKBM lain sesuai kebutuhan dan kesepakatan.
f. Gerakan masyarakat dalam kesiagaan bencana dan kegawatdaruratan,
Kesehatan Lingkungan, PHBS dan Keluarga Sadar Gizi.
3. Pemantauan dan Evaluasi
Keberhasilan pengembangan Desa siaga dapat dilihat dari empat (4)
indikatornya yaitu masukan, proses, keluaran dan dampak. Uraian dan
format yang dapat dipakai untuk memantau dan menilai keberhasilan Desa
Siaga tercantum dalam lampiran.

F. Langkah-langkah dalam Pendekatan Pengembangan Desa Siaga


1. Pengembangan Tim Petugas
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan
lainnya dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para
petugas kesehatan yang berada di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis
maupun petugas administrasi. Persiapan para petugas ini bisa berbentuk
sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi, yang
disesuaikan dengan kondisi setempat.
Keluaran atau output dari langkah ini adalah para petugas yang
memahami tugas dan fungsinya, serta siap kerjasama dalam satu tim untuk
melakukan pendekatan kepada pemangku kepentingan dan masyarakat.
2. Pengembangan Tim di Masyarakat
Tujuan langkash ini adalah untuk mepersiapkan para petugas, tokoh
masyarakat, serta masyarakat (Forum Kesehatan Desa), agar mereka tahu
dan mau bekerjasama dalam satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga.

11
Dalam langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu
kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan,
agar mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau
anjuran, serta restu maupun dana atau sumber daya lain, sehingga
pengembangan Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan
pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar meraka
memahami dan mebdukung, khususnya dalam membentuk opini publik
guna menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa Siaga
Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral, dukungan
finansial atau dukungan material, sesuai kesepakatan dan persetujuan
masyarakat dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan masyarakat
di bidang kesehatan seperti forum Kesehatan Desa, konsil Kesehatan
Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan
Desa, PKK, serta organisasi kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-
lembaga ini diikutsertakan dalam setiap pertemuan dan kesepakatan.
3. Survei Mawas Diri
Survei Mawas Diri (SMD) atau Tela’ah Mawas Diri (TMD) atau
Community Self Survey (CSS) bertujuan agar pemuka-pemuka masyarakat
mampu melakukan telaah mawas diri untuk desanya. Survei harus dilakukan
oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga
kesehatan. Dengan demikian, diharapkan mereka menjadi sadar akan
permasalahan yang dihadapi di desanya, serta bangkit niat atau tekat untuk
mencari solusinya, termasuk membangun Poskesdes sebagai upaya
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat Desa. Untuk
itu, sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan
bagi mereka.
Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah-masalah
kesehatan serta daftar potensi di Desa yang dapat didayagunakan dalam
mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut, termasuk dalam rangka
membangun Poskesdes. 

12
4. Musyawarah Masyarakat Desa
Tujuan penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) ini
adalah mencari alternatif penyelesaian masalah kesehatan dan upaya
membangun Poskesdes dikaitkan dengan potensi yang dimiliki Desa.
Disamping itu juga perlu untuk menyusun rencana jangka panjang
pengembangan Desa Siaga.
Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari tokoh
masyarakat yang telah sepakat mendukung pengembangan Desa Siaga.
Peserta musyawarah adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh
perempuan dan generasi muda setempat. Bahkan sedapat mungkin
dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau mendukung pengembangan
Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan advokasi).
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disampaikan,
utamanya adalah daftar masalah kesehatan, data potensi, serta harapan
masyarakat.
Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas,
serta langkah-langkah solusi untuk pembangunan Poskesdes dan
pengembangan Desa Siaga.
5. Pelaksanaan Kegiatan
Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan
sebagai berikut :
a. Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga
Pemilihan pengurus dam kader Desa Siaga dilakukan melalui
pertemuan khusus para pimpinan formal Desa dan tokoh masyarakat
serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara
musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang
berlaku, dan difasilitasi oleh Puskesmas.
b. Orientasi/Pelatihan Kader Desa Siaga
Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader Desa
yang telah ditetapkan perlu diberika orientasi atau pelatihan.

13
Orientasi/pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
sesuai dengan pedoman orientasi/ pelatihan yang berlaku.
Materi orientasi/pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan
di desa dalam rangka.
Pengembangan Desa Siaga (sebagaimana telah dirumuskan dalam
rencana operasional), yaitu meliputi pengelolaan Desa Siaga secara
umum, pembangunan dan pengelolaan Poskesdes, pembangunan dan
pengelolaan UKBM lain serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan
dan persalinan sehat, Siap-Antar-Jaga, Keluarga Sadar Gizi, Posyandu,
kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular, penyediaan air
bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP), kegawat-
daruratan sehari-hari, kesiap siagaan bencana, kejadian luar biasa (KLB),
warung obat Desa (WOD), diversifikasi pertanian tanaman pangan dan
pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat Keluarga (TOGA),
kegiatan surveilans, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan lain-
lain.
c. Pengembangan Poskesdes dan UKBM lain.
Dalam hal ini pembangunan Poskesdes bisa dikembangkan dari
polindes yang sudah ada. Apabila tidak ada Polindes, maka perlu dibahas
dan dicantumkan dalam rencana kerja alternatif lain pembangunan
Poskesdes. Dengan demikian diketahui bagaimana Poskesdes tersebut
akan diadakan membangun baru dengan fasilitas dari Pemerintah,
membangun baru dengan bantuan dari donatur, membangun baru dengan
swadaya masyarakat atau memodifikasi bangunan lain yang ada.
Bila mana Poskesdes sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan
dilanjutkan dengan membentuk UKBM lain seperti Posyandu dan lain-
lain dengan berpedoman kepada panduan yang berlaku.
d. Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga
Dengan telah adanya Poskesdes, maka Desa yang bersangkutan telah
ditetapkan sebagai Desa Siaga. Setelah Desa Siaga resmi dibentuk,
dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara rutin, yaitu
pengembangan sistem surveilans berbasis masyarakat, pengembangan

14
kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawat daruratan dan bencana,
pemberantasan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB, penggalangan dana, pemberdayaan masyarakat
menuju kadarzi dan PHBS, penyehatan lingkungan serta pelayanan
kesehatan dasar (bila diperlukan). Selain itu diselenggarakan pula
pelayanan UKBM lain seperti Posyandu dan lain-lain dengan
berpedoman kepada panduan yang berlaku.
Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh
Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan
dan pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.
e. Pembinaan Dan Peningkatan
Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja
sektor lain, serta adanya keterbatasan sumberdaya, maka untuk
memajukan Desa Siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama
dengan berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan jejaring Desa
Siaga dapat dilakukan melalui Temu Jejaring UKBM secara Internal di
dalam Desa sendiri dan atau Temu jejaring antar Desa Siaga (minimal
sekali dalam setahun). Upaya ini selain memantapkan kerjasama, juga
diharapkan dapat menyediakan wahana tukar-menukar pengalaman dan
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bersama. Yang juga tidak
kalah pentingnya adalah pembinaan jejaring lintas sektor, khususnya
dengan program-program pembangunan yang bersasaran Desa.
Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga adalah
keaktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu
dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan pada kader agar
tidak drop out, kader-kader yang memiliki motivasi memuaskan
kebutuhan sosial psikologisnya harus diberi kesempatan seluas-luasnya
untuk mengembangkan kreativitasnya. Sedangkan kader-kader yang
masih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu
untuk memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian
gaji/intensif atau fasilitas agar dapat berwirausaha.

15
Untuk dapat dilihat perkembangan Desa Siaga, perlu dilakukan
pemantauan dan evaluasi. Berkaitan dengan itu, kegiatan-kegiatan di
Desa Siaga perlu dicatat oleh kader, misalnya dalam buku register
UKBM (contohnya: atau RIAD dalam Sistem Informasi Posyandu).

G. Indikator keberhasilan Desa Siaga


Keberhasilan pelaksanaan Desa Siaga dapat diukur berdasarkan 3 indikator
di bawah ini, antara lain :
1. Indikator masukan (input)
Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar
masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator
masukan terdiri atas hal-hal berikut:
a. Ada atau tidaknya forum masyarakat desa
b. Ada atau tidaknya sarana pelayanan kesehatan dasar (bagi desa yang
tidak punya akses Puskesmas/pustu : ada atau tidaknya poskesdes dan
bangunannya)
c. Ada atau tidaknya UKBM lain
d. Ada atau tidaknya tenaga kesehatan (Dokter/Bidan/Perawat)
e. Adanya kader minimal 2 orang
f. Ada atau tidaknya dana untuk kesehatan masyarakat desa.
2. Indikator Proses (Process)
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya
yang dilaksanakan di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
Indikator proses terdiri atas hal-hal berikut:
a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa.
b. Berfungsi atau tidaknya pelayanan kesehatan dasar atau poskesdes :
 Adanya kelompok Tabulin/Dasolin
 Adanya sistem transportasi rujukan di desa, ambulan desa
 Adanya kelompok donor darah desa/calon donor darah
 Adanya Posyandu Siaga : buka setiap bulan
c. Berfungsi atau tidaknya UKBM yang ada

16
d. Berfungsi atau tidaknya sistem kesiap siagaan dan penanggulangan
kegawat daruratan dan bencana. Adanya sistem rujukan berbasis
masyarakat/sistem tanggap bencana
e. Berfungsi atau tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat :
 Adanya notifikasi & pemetaan ibu hamil dan sistem waspada (oleh
Desa Wisma)
 Surveilance penyakit
f. Ada atau tidaknya kegiatan promosi kesehatan untuk KADARZI dan
PHBS.
3. Indikator Keluaran (out put)
Indikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil
kegiatan yang dicapai di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa
Siaga. Indikator keluaran terdiri atas hal-hal berikut:
a. Cakupan Persalinan oleh Nakes
b. Cakupan Rujukan Bumil, Bulin, Bufas dan BBL
c. Cakupan Bumil, Bulin, Bufas dan BBL Risiko yang di tangani
d. Cakupan Komplikasi Kebidanan dan BBL yang ditangani
e. Cakupan pelayanan kesehatan dasar atau poskesdes.
4. Indikator Dampak
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar
dampak dan hasil kegiatan di Desa dalam rangka pengembangan Desa
Siaga. Indikator dampak terdiri atas hal-hal berikut:
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit.
b. Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa.
c. Jumlah ibu yang melahirkan dan meninggal dunia.
d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.
e. Jumlah balita dengan gizi buruk.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu
untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan
masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan
memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong.
Inti dari kegiata Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau
dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya
diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi
(memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa
proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.

B. Saran
Terwujudnya Desa Siaga tentunya menjadi harapan kita bersama, oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan agar para pembaca tidak hanya sekedar
tahu tentang Desa Siaga, namun juga akam melakukan perubahan sesuai
dengan tingkat kemampuannya untuk merealisasikan Desa Siaga

18

Anda mungkin juga menyukai