BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan makan merupakan kondisi psikiatrik dengan akibat psikologis dan
medis yang serius. Gangguan makan, seperti anorexia nervosa (AN) dan bulimia nervosa
(BN), merupakan penyakit kronis yang didefinisikan sebagai gangguan perilaku makan
atau perilaku dalam mengkontrol berat badan. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, 4th Edition (DSM-IV) mengklasifikasikan ada tiga jenis gangguan
makan yaitu anorexia nervosa (AN), bulimia nervosa (BN), dan binge-eating disorder
perilaku makan yang sangat terganggu. BN ditandai dengan perilaku makan dalam
jumlah yang besar yang sering dan berulang-ulang, kemudian coba memuntahkan
Gangguan makan bisa menyerang siapa saja, termasuk pada ibu hamil. Ibu hamil
merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi, karena akan terjadinya
peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung.
Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak buruk terhadap terjadinya
gangguan gizi antara lain, anemia, pertambahan berat badan yang kurang serta gangguan
pertumbuhan janin Fatimah., et al (2011). Untuk pertumbuhan janin yang baik diperlukan
zat-zat makanan yang adekuat, dimana peranan plasenta besar dalam transfer zat-zat
1
2
makanan tersebut. Gangguan Suplai makanan dari ibu dapat menimbulkan keguguran
Berdasarkan observasi awal pada Puskesmas pangkah dari bulan januari sampai
dengan November 2021 terdapat 86 ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas pangkah
engan anemia riangan (8 - <11 gr%). Hasil observasi di Puskesmas pangkah
menunjukkan kejadian anemia ibu hamil cukup banyak. Hal ini diakibatkan karena ada
kepercayaan atau tradisi yang mengharuskan ibu hamil tidak terlalu banyak makanan
yang bergizi, selain itu juga terdapat adanya kesulitan ekonomi. Maka dengan demikian,
penulis tertarik untuk meneliti hubungan faktor sosial budaya, asupan zat gizi dan
kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah pangkah ( Pws Kia, 2021)
Untuk menegakkan kehamilan risiko tinggi pada ibu dan janin adalah dengan cara
melakukan anamnesa yang intensif (baik), melakukan pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, pemerisaan rontgen,
pemeriksaan ultrasonografi dan pemeriksaan lain yang dianggap perlu (Manuaba,2012)
Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul studi kasus
“Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Ny.R Umur … tahun G1P0A0 Di Puskesmas Pangkah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas dapat di rumuskan
permasalahan yaitu “dampak gangguan makan pada ibu hamil dapat menyebabkan
anemia”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan dengan risiko gangguan makan pada ibu
hamil dengan anemia di Puskesmas pangkah kabupaten Tegal.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi gangguan makan denngan anemia.
b. Mampu melakukan penatalaksanaan terhadap ibu hamil dengan anemia
3
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi
Sebagai penambah referensi untuk mahasiswa jurusan profesi kebidanan dalam
melakukan penelitian kebidanan selanjutnya,
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai sumber informasi dalam memberikan penyuluhan pada ibu hamil tentang
ganggan makan
3. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengalaman tentang penatalaksanaan gangguan makan pada
ibu hamil.
4. Bagi Ibu Hamil
Sebagai bahan masukkan untuk menambah pengetahuan tentang penyebab dan
dampak dari gangguan makan.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami proposal karya tulis ilmiah
asuhan kebidanan ini, maka proposal karya tulis ilmiah asuhan kebidana ini terdiri dari 6
(Enam) bab yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
A. latar belakang masalah
B. perumusahan masalah
C. tujuan penulisan
D. manfaat penulisan
E. sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUN TEORI
BAB III : TINJAUAN KASUS
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : KESIMPULAN ATAU PENUTUP
BAB VI : DAFTAT PUSTAKA
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
Gangguan makan ditandai dengan ekstrem. Gangguan makan hadir ketika seseorang
mengalami gangguan parah dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi kadar makanan
dengan ekstrem atau makan terlalu banyak yang ekstrem, atau perasaan menderita atau
keprihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang dengan gangguan
makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit atau lebih banyak
daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk makan lebih sedikit atau lebih
Terdapat dua tipe utama bagi gangguan makan adalah anoreksia nervosa dan bulimia
nervosa. Kategori ketiga adalah “gangguan makan lain yang tidak ditetapkan” (EDNOS –
eating disorders not otherwise specified) yang memasukkan beberapa variasi gangguan
makan. Kebanyakannya adalah mirip dengan anoreksia atau bulimia tetapi dengan karakter
yang berbeda sedikit. Binge-eating disorder, yang menerima peningkatan dalam jumlah
penelitian dan perhatian media dalam beberapa tahun kebelakangan ini adalah salah satu tipe
EDNOS.6
4
5
1. Anoreksia Nervosa
a. Definisi
Anoreksia (anorexia) berasal dari bahasa Yunani an-, yang artinya “tanpa” dan
orexis artinya “hasrat untuk”. Anoreksia memiliki arti “tidak memiliki hasrat untuk
penderita anoreksia nervosa jarang terjadi. Anoreksia adalah gangguan makan yang
ditandai dengan kelaparan secara sukarela dan stress dari melakukan kegiatan.
disebut sebagai anoreksik atau (lebih tidak umum) anorektik. Istilah ini sering kali
namun tidak benar disingkat menjadi anorexia, yang berarti gejala medis kehilangan
nafsu makan.
“keengganan untuk menetapkan berat badan kira-kira 85% dari yang diprediksi,
ketakutan yang berlebihan untuk menaikkan berat badan, dan tidak mengalami
Etiologi gangguan tetap tidak jelas. Terdapat komponen pisikologis yang jelas,
dan diagnosis terutama didasarkan pada kriteria pisikologis dan prilaku. Namun
• Faktor predisposisi
6
• Biologis
pertama wanita pada orang yang mengalami gangguan makan beresiko tinggi
terlibat dalam patofisiologi gangguan makan walaupun model biologis ini masih
cenderung terjadi dalam keluarga. Oleh karena itu, kerentanan genetic mungkin
muncul yang dipicu oleh diet yang tidak tepat atau stress emosional. Kerentanan
genetic ini mungkin muncul karena tipe kepribadian tertentu atau kerentaan
umum terhadap gangguan jiwa atau kerentanan genetic mungkin secara langsung
Perkembangan
tertentu, muda, berkulit putih dan dari keluarga yang bergerak ke atas yang
dan harapan keluarga yang menimbulkan stres, dan dalam konteks ini, penolakan
7
Lingkungan
makan sering dipersulit oleh penyakit dalam dan bedah, kematian keluarga dan
Psikologis
berat badan dan takut gemuk, biasanya didahului oleh periode 1 atau 2 tahun
gangguan mood dan perubahan perilaku. Penurunan berat badan biasanya dipicu
oleh krisis yang khas pada remaja seperti awitan menstruasi atau kecelakaan
interpersonal traumatic yang memicu perilaku diet yang serius dan berlanjut
atau komentar orang lain bahwa remaja putri terlihat gemuk. Penurunan berat
8
atau akan masuk kuliah. Remaja memasuki fase pertumbuhan pubertas ketika
akumulasi lemak biologis yang normal, terutama rentan untuk muncul. Tuntutan
dewasa ini untuk memiliki tubuh ramping merupakan faktor yang sangat
payudara yang kecil seperti model – model yang ditampilkan oleh semua bentuk
media.
Pada beberapa situasi remaja mengalami stress keluarga yang parah seperti
perpisahan atau perceraian orang tua. Pada kondisi ini atau lainnya remaja
mengalami kehilangan kontrol diri, keputusan untuk sabar atau tidak makan
Sosio kultural
kurang control diri atau mendapatkan tubuh yang sempurna disamakan dengan
cantik.
Orang yang mengalami anoreksia sering kali tidak makan lebih dari 500 –
700 kalori dalam sehari dan mungkin mencerna sebanyak 200 kalori, namun
mereka merasa yang dimakan sudah cukup memadai untuk kebutuhan hidup
mengalami preokupasi atau terobsesi oleh makanan dan sering masak untuk
diuretic yang diresepkan dan di jual bebas, pil diet, laksatif dan steroid. Banyak
gangguan kepribadian.
c. Gambaran Klinis
malnutrisi. Makan, makanan dan kontrol berat badan menjadi suatu obsesi.
menjaga porsi makanan dengan berhati-hati, dan makan dengan kuantiti yang sangat
perkembangan fisik yang terhambat. Gejala lain yang mungkin terlihat dari waktu ke
waktu termasuk penipisan tulang (osteopenia atau osteoporosis), rambut dan kuku
yang rapuh, kulit yang kering dan kekuningan, perkembangan rambut halus
otot, konstipasi berat, tekanan darah rendah, pernafasan dan pols yang melemah,
penurunan suhu tubuh internal; menyebabkan orang tersebut sering merasa dingin,
dan kelesuan.1,6
Sebagai akibat dari nutrisi buruk, gangguan endokrin yang melibatkan aksis
pada laki-laki yaitu kurangnya minat berseksual dan kesuburan. Pada anak-anak yang
terbantut. Gejala metabolik lainnya, seperti lelah dan intoleransi terhadap kedinginan
untuk mengalami fraktur tulang berkaitan juga dengan pasien dengan AN karena saiz
Kadar serum leptin dalam AN yang tidak dirawat adalah rendah. Pada AN juga
kadar tiroksin dan triiodotironin adalah rendah. Growth hormone meningkat, tetapi
risiko untuk mengalami fraktur dan berkaitan dengan defisiensi berbagai nutrisi,
Pada pasien dengan tipe tertentu AN, sering dilihat kadar serotonin total,
yang menyokong hipotesis bahwa kadar serotonin otak yang tinggi dapat
1995).
11
d. Diagnosis
Onset anoreksia nervosa biasanya umur 10 tahun dan 30 tahun. Pasien diluar range ini
tidak tipikal, jadi diagnosa untuk pasien ini masih dipertanyakan. Setelah umur 13 tahun,
onsetnya meningkat sangat cepat. Maksimum pada usia 17 tahun sampai 18 tahun sekitar
85 % dari pasien anoreksia nervosa, onsetnya antara umur 13 tahun dan 20 tahun.
Kriteria diagnostik yang digunakan secara meluas ialah dari American Psychiatry
Keengganan untuk menetapkan berat badan pada atau di atas berat normal yang
Distorsi pandangan tubuh (merasakan dirinya “terlalu gemuk” walaupun dirinya telah
underweight)
berturut-turut.
Mempunyai ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja,
dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita. Untuk suatu diagnosis yang pasti
a. Berat badan tetap dipertahankan 15% di bawah yang seharusnya (baik yang
berkurang maupun yang tidak tercapai) atau Quetelet’s body mass index adalah
- Menggunakan pencahar
dan pada pria suatu kehilangan minat dan potensi seksual. Juga dapat terjadi
tertunda atau dapat juga tertahan. Pada penyembuhan, prubertas kembali normal,
e. Terapi
Terdapat beberapa indikasi pasien dengan AN yang perlu dirawat inap di rumah sakit,
antara lain ialah berat badan kurang daripada 75% daripada berat badan ideal, walaupun
pemeriksaan darah rutin dalam batas normal. Untuk pasien yang berat badannya sangat
kurang, kalori yang cukup (kira-kira 1200-1800 kkal/hari) perlu diberi dalam hidangan
13
sehari-hari dalam bentuk makanan atau suplemen cairan untuk meningkatkan berat badan
Konseling gizi juga membantu untuk menetapkan berat badan sehat dan
memperlengkapkan pasien dan keluarga tentang diet sehat dan risiko jangka pendek dan
standar, walaupun pengobatan utamanya lebih kepada mengembalikan nutrisi di rumah sakit
dan psikoterapi individu atau konseling. Walaupun sebagian besar pasien dengan AN perlu
dirawat inap, peran keluarga juga memainkan peranan penting dalam pengobatan yang
efektif.6
• Terapi elektrokonvulsif (ECT) adalah bermanfaat pada kasus tertentu dgn gangguan
depresif berat.
f. Prognosis
Mortalitas merupakan risiko pada pasien dengan AN, disebabkan oleh percobaan
bunuh diri atau komplikasi dari gangguan makan yang kronis. Risiko mortalitas telah
menurun sepanjang 25 tahun ini dengan pengobatan dan identifikasi dini AN. Kira-kira 25%
tetap simptomatik. Proses penyembuhan berlangsung lama, bisa 2 tahun dari onset AN.
Terdapat juga pasien dengan AN beralih kepada jenis gangguan makan lain, seperti
Gangguan makan dapat berakibat fatal akibat dari defisiensi nutrisi yang
berkelanjutan. Pasien dengan gangguan makan kadang kala mencoba untuk membunuh diri
atau menghindari kegiatan sosialnya. Perlu ditekankan bahawa gangguan ini tidak hanya
mengganggu perilaku makan, tetapi juga mendatangkan akibat pada fisik, psikologis dan
2. Bulimia Nervosa
a. Definisi
Makan sejumlah besar makanan disertai perasaan diluar kendali, diikuti oleh rasa
laksatif yang berulang atau pemakaian diuretika), puasa atau latihan yang berat untuk
Tidak seperti pasien anoreksia nervosa, pasien dengan bulimia nervosa dapat
mempertahankan berat badan normal. Menurut kriteria diagnostik dalam Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV), pesta makan dan
perilaku kompensasi harus terjadi dengan rata rata sekurangnya dua kali seminggu
b. Epidemiologi
bulimia nervosa terentang dari 1-3 % wanita muda. Seperti anoreksia nervosa, bulimia
nervosa lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan laki laki, tapi onsetnya lebih
15
sering pada masa remaja. Walaupun bulimia nervosa sering kali ditemukan pada wanita
muda dengan berat badan normal, mereka kadang kadang memiliki riwayat kegemukan.
c. Etiologi
Faktor biologis
Beberapa peneliti telah berusaha untuk menghubungkan siklus pesta makan dan
bermanfaat pada pasien dengan bulimia nervosa, serotonin dan norepinefrin yang
telah dilibatkan. Kadar endorfin plasma meningkat pada beberapa pasien bulimia
yang muntah yang mengakibatkan perasaan sehata yang dirasakan pasien setelah
Faktor sosial
Pasien dengan bulimia nervosa cenderung memiliki kedudukan tinggi dan perlu
berespons terhadap tekanan sosial untuk menjadi kurus. Sebagian besar pasien
terdepresi dan memiliki depresi familial yang tinggi. Keluarga pasien bulimia kurang
dekat dan lebih konfliktual dibandingkan dengan keluarga pasien anoreksia nervosa.
dan menolak.
Faktor psikologis
Pasien bulimia nervosa memiliki kesulitan dengan kebutuhan remaja, tapi lebih
bunuh diri) sebagian besar berhubungan dengan bulimia nervosa. Pasien biasanya
16
merasakan makan yang tidak terkendali yang dilakukannya sebagai lebih ego-
distonik sehingga lebih cepat mencari bantuan. Pasien ini juga tidak mempunyai
nervosa. Kesulitan yang dimiliki pasien dalam mengendalikan impulsnya sering kali
diri sendiri, di samping pesta makan dan mencahar yang menjadi tanda utama
gangguan.
A. Episode rekuren pesta makan. Episode pesta makan ditandai oleh kedua berikut
ini :
1. Makan dalam periode waktu yang jelas ( misalnya dalam tiap periode 2 jam),
jumlah makanan jelas lebih besar dibandingkan yang akan dimakan oleh
kebanyakan orang dalam periode waktu yang serupa dan dalam situasi yang
serupa
bahwa ia tidak dapat berhenti makan atau mengendalikan apa dan berapa
B. Perilaku kompensasi yang rekuren dan tidak layak untuk mencegah kenaikan
C. Pesta makan dan perilaku kompensasi yang tidak sesuai keduanya terjadi dengan
D. Pemeriksaan diri sendiri terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat badan
d. Sebutkan jenis
Tipe mencahar : selama episode bulimia nervosa yang sekarang, pasien secara teratur
terlibat dalam muntah yang diinduksi diri sendiri atau pemakaian keliru laktasif,
Tipe tidak mencahar : selama periode bulimia nervosa yang sekarang, pasien telah
menggunakan perilaku kompensasi lain yang tidak layak, seperti puasa atau olahraga
berat tapi tidak secara teratur terlibat dalam muntah yang diinduksi diri sendiri atau
e. Penatalaksanaan
individual dengan pendekatan kognitif perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga dan
farmakoterapi. Sebagian besar pasien dengan bulimia nervosa tanpa penyulit tidak
memerlukan perawatan di rumah sakit. Pada umumnya, pasien tidak perlu merahasiakan
gejalanya dibandingkan dengan pasien anoreksia nervosa sehingga terapi rawat jalan
biasanya tidak sulit. Tapi biasanya psikoterapi sering kali sulit dan berkepanjangan.
menjawab perilaku tertentu di sekitar dan yang menyebabkan periode pesta makan.
Beberapa program yang membantu antara lain suatu kontrak perilaku dan desensitisasi
18
terhadap pikiran dan perasaan yang dimiliki pasien bulimia tepat sebelum pesta makan.
Tapi banyak pasien bulimia memiliki psikopatologi yang melebihi perilaku pesta makan
Dalam cara yang mirip dengan membelah, pasien membagi makanan dalam dua
kategori : makanan yang bergizi dan makanan yang tidak sehat. Makanan yang dianggap
bergizi mungkin diingesti dan dipertahankan karena makanan tersebut secara tidak sadar
menyimbolkan introjeksi yang baik. Tapi makanan yang buruk secara tidak sadar
dihubungkan dengan introjeksi yang buruk dan dengan demikian, dikeluarkan melalui
muntah dengan khayalan bawah sadar bahwa semua destruktivitas, kebencian dan
kejahatan telah dibuang. Pasien mungkin secara sementara merasa sehat setelah muntah
karena pembuangan yang dikhayalkannya tapi perasaan segalanya baik adalah singkat,
karena perasaan itu didasarkan pada kombinasi yang tidak stabil dari pembelahan dan
proyeksi.
Medikasi antidepresan dapat menurunkan pesta makan dan mencahar terlepas dari
adanya suatu gangguan mood. Jadi untu siklus pesta makan dan mencahar yang sukar dan
f. Prognosis
19
Secara keseluruhan, bulimia nervosa tampaknya memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan anoreksia nervosa. Dalam jangka pendek, pasien bulimia nervosa yang mampu
melibatkan diri dalam pengobatan telah dilaporkan lebih dari 50 persen yang mengalami
perbaikan dalam pesta makan dan mencahar di antara pasien rawat jalan, perbaikan
tampaknya berlangsung lebih dari lima tahun. Tapi pasien tidak bebas gejala selama periode
perbaikan, bulimia nervosa adalah gangguan kronis dengan perjalanan penyakit yang hilang
timbul. Beberapa pasien dengan penyakit yang ringan memiliki remisi jangka panjang.
mengalami gangguan keseimbangan elektrolit dan sampai derajat mana muntah yang sering
menghasilkan esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar liur dan karies gigi. Pada
beberapa kasus bulimia nervosa yang tidak diobati, remisi spontan terjadi dalam satu sampai
dua tahun.(8)
3. Binge-eating Disorder
a. Definisi
makan berlebihan, sama seperti BN, tetapi yang membedakan BED dengan BN ialah
BED tidak melibatkan perbuatan untuk melawan perilaku makan berlebihan, seperti
Obesitas semasa kecil dan orang tua yang mengalami obesitas merupakan faktor
risiko spesifik untuk terjadinya BED, dan BED berkaitan dengan kelainan genetik yang
sangat jarang, yaitu mutasi pada gen untuk reseptor melanokortin 4.6
c. Gambaran Klinis
BED digolongkan pada orang dengan episode binge-eating yang rekuren sewaktu
BN, episode binge-eating ini tidak diikuti dengan proses penyingkiran, olahraga yang
berlebihan, atau puasa. Hasilnya, orang dengan BED adalah kebiasaanya kelebihan berat
badan atau gemuk. Mereka juga merasa bersalah, malu dan/atau distress dengan binge-
eating yang dapat membawa kepada lebih banyak episode binge-eating. Mereka juga
kepribadian.6
d. Diagnosis
Episode makan berlebihan yang lebih cepat daripada biasa, makan hingga perut terasa
terlalu penuh, makan sejumlah besar makanan walaupun tidak merasa lapar, makan
sendirian karena merasa malu dengan jumlah makanan yang dikonsumsinya, dan/atau
merasa jelek terhadap diri sendiri, depresi, dan rasa bersalah selepas makan.
Perilaku makan tersebut tidak diikuti dengan perbuatan kompensatori untuk melawan
e. Terapi
Tujuan terapi pada pasien dengan BED ialah untuk megurangi perilaku makan
berlebihan tersebut, memperbaiki simptom gangguan mood dan rasa cemas yang
berkaitan dengan ED, dan mengurangi berat badan pada individu yang juga mengalami
obesitas. Terapi psikologis seperti cognitive behavioral therapy dan farmakologis bukan
saja efektif mengobati BN tetapi berguna untuk mengurangi frekuensi makan padan
f. Prognosis
BED mempunyai kadar remisi yang tinggi, walaupun tanpa pengobatan. Juga
tidak ada kecenderungan untuk BED beralih ke tipe gangguan makan yang lain.1
BAB III
TINJAUAN KASUS
22
DI PUSKESMAS PANGKAH
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Ny R
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Pangkah
Nama : Tn. W
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : S1
22
Pekerjaan : Guru
23
Alamat : Pangkah5/1
2. Anamnesa
a. Alasan Datang ke Puskesmas
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
b. Keluhan utama
Ibu mengatakan merasa sering mengantuk, cepat lelah dan pusing
c. Riwayat Menstruasi
Menarche : 15 tahun
Konsistensi : cair
HPHT : 28-08-2021
HPL : 06-06-2022
d. Riwayat Perkawinan
Nikah : 1 kali
Umur : 25 tahun
Dengan suami umur : 29 tahun
Lama perkawinan : 1 tahun
e. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan yang lalu
24
2. Pola eliminasi
BAK
Frekuensi : 5-7x/hari
Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada
BAB
Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : lembek
Keluhan : tidak ada
6. Pola seksual
Ibu mengatakan baik dan tidak ada keluhan
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV :
R : 22x/m S : 36,20C
BB sebelum hamil : 45 kg
BB sekarang : 51 kg
TB : 152 cm
Lila : 24 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : bersih, tidak ada odem, tidak ada luka
Muka : pucat, tidak ada odem
Mulut : tidak ada stomatitis, tidak ada gigi karies, bibir pucat
Leher : tidak ada pembengkakan vena jugularis, kelenjar tiroid, dan kelenjar
limfe
Payudara : payudara simetris, puting susu menonjol, tidak ada nyeri tekan
3. Status Obstetri
a. Inspeksi
Muka : pucat, tidak ada kloasma gravidarum
Abdomen : ada linea nigra, tidak ada striae gravidarum, tidak ada luka bekas
operasi
Genetalia : tidak ada cairan abnormal, tidak ada varises dan odem
b. Palpasi
Payudara : tidak ada benjolan abnormal, colostrum belum keluar
Abdomen :
Leopold II :-
Leopold III :-
Leopold IV :-
c. Auskultasi
DJJ : -
4. Pemeriksan penunjang
- Hb (19 Des 2021) : 10 gr%
Golda : A/+
Hiv : NR
Shypilis : NR
HbsAg : NR
Data dasar
DS :
KU : baik
Kesadaran : composmentis
BB/TB : 152cm / 51 kg
Muka : pucat
Hb : 10 gr%
B. Masalah
Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya
C. Kebutuhan
Memberikan support dan dukungan kepada ibu
VI. PELAKSANAAN
29
1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu dalam keadaan
kurang baik, karena kadar Hb dalam darah ibu rendah yaitu 10gr%, ibu mengalami
anemia ringan sedangkan kondisi janin baik.
2. Menjelaskan tentang keluhan ibu yaitu ibu mengeluh sering merasa pusing, cepat lelah
dan cepat mengantuk, hal ini merupakan gejala dari anemia atau kurang darah.
Anemia bisa disebabkan karena gangguan makan sehingga asupan nutrisi ibu kurang
terutama asupan zat besi. Anemia pada kehamilan bisa berlanjut sampai pada
persalinan dan nifas dan dapat menyebabkan perdarahan, sehingga ibu harus tetap
menjaga asupan nutrisi ibu dan ibu tidak perlu khawatir karena kondisi ibu bisa segera
membaik.
3. Menjelaskan KIE tentang kebutuhan nutrisi untuk ibu hamil yaitu ibu harus banyak
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat seperti nasi dan roti,
selain itu ibu membutuhkan protein untuk pertumbuhan janin dengan mengkonsumsi
telur, tahu, tempe, ikan, dan juga ibu membutuhkan tambahan vitamin dan mineral
yang diperoleh dari sayuran, buah, dan susu. Untuk ibu hamil dengan anemia, ibu
harus mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti kacang-
kacangan, hati ayam, sayuran hijau seperti kangkung, pepaya, dan bayam.
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan mengurangi aktifitasnya agar kondisinya
segera membaik.
5. Menganjurkan ibu untuk rutin melakukan cek Hb yaitu 1 bulan lagi sampai ke angka
normal (11gr%) untuk mengetahui kondisi ibu apakah masih anemia atau tidak.
6. Melakukan Kolaborasi dengan petugas gizi untuk kebutuhan nutrisi ibu hamil
7. Melakukan Kolaborasi dengan doker puskesmas untuk teraphy yaitu :
Fe 60 mg : XXX 2x1 tablet diminum dengan air putih
Vit.C 50 mg : XXX 2x1 tablet diminum dengan air putih
Kalk 500 mg : XXX 2x1 tablet diminum dengan air putih
Fe dan Vit. C diminum pada pagi hari dan malam hari, sedangkan Kalk diminum pada
pagi Dan sore hari.
8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1bulan lagi yaitu pada tanggal 19 januari
2022.
9. Melakukan dokumentasi.
VII. EVALUASI
30
BAB IV
PEMBAHASAN
31
Manejemen kebidanan adalah suatu metode proses berpikir yang logis dan sistematis.
Istilah manejemen kebidanan digunakan untuk memberikan bentuk khusus dari proses yang
dilakukan oleh bidan di dalam suatu asuhan atau pelayanan kebidanan (DepKes, 2003).
Pengertian tersebut sejalan dengan manajemen asuhan kebidanan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan di Puskesmas Samigaluh I yang memberikan pelayanan dengan metode berfikir dan
bertindak tepat secara logis tentang asuhan akan yang diberikan. Hal terlihat dari tindakan
segera yang diberikan kepada pasien dengan anemia yaitu pemberian tablet Fe dan rutin
melakukan cek Hb.
Sebelum melakukan asuhan kebidanan kepada pasien, terlebih dahulu melihat data
subyektif dan obyektif. Data subyektif yaitu berdasarkan hasil anamnesa kepada pasien
seperti identitas, keluhan, riwayat menstruasi, pernikahan, obstetrik, kontrasepsi, riwayat
kesehatan, pola kebutuhan sehari-hari, dll. Data subyektif membantu dalam menegakkan
diagnosa yaitu keluhan utama pasien, Ny. R mengeluh cepat lelah, pusing, mudah mengantuk,
dan nafsu makan berkurang. Menurut Manuaba (2009) penegakkan diagnosis juga dilakukan
dengan anamnesa yaitu pasien mengeluh cepat lelah, pusing, mudah mengantuk, dan nafsu
makan berkurang. Menurut Soebroto (2010) keluhan yang dialami oleh pasien ini termasuk
dalam anemia.
Dari data obyektif sendiri didapatkan hasil yaitu muka pucat, konjungtiva anemis, bibir
pucat, serta tekanan darah masih dalam batas normal. Ini merupkan tanda dari anemia. Hal ini
didukung oleh pendapat Price (2005) yang mengemukakan bahwa tanda yang paling sering
dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya
volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital. Bantalan kuku, telapak tangan dan membrane mukosa
mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat.
Pada pemeriksaan penunjang diperoleh kadar Hb Ny. R 10gr%. Pemeriksaan kadar Hb
sangat membantu dalam penegakan diagnosa anemia. Pemeriksaan kadar Hb ini dilakukan
pada saat trimesteri II. Hal ini sesuai pendapat Saifuddin (2002) bahwa pemeriksaan darah
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan
melihat hasil anamnese dan pemeriksaan fisik maka diagnosa dapat dipastikan dengan
31
pemeriksaan kadar Hb (Safiuddin, 2002).terdapat kesenjangan jadwal waku pemeriksaan.
32
Ny. R termasuk dalam kategori anemia ringan, ini didasarkan pada pendapat Soebroto
(2010) yaitu jika kadar Hb dalam darah antara 8 gr% sampai 10 gr% maka disebaut dengan
anemia ringan.
Selain pada saat kehamilan, anemia sendiri akan mempengaruhi pada saat persalinan,
nifas, dan berpengaruh pada janin. Pada saat kehamilan akan menyebabkan terjadinya infeksi,
persalinan prematurus. Saat persalinan, anemia juga akan mempengaruhi kekuatan ataupun
menyebabkan atonia uteri. Pengaruh anemia dalam nifas yaitu perdarahan post partum, infeksi
dan pengeluaran ASI berkurang. Dan pada janin akan menyebabkan BBLR, cacat bawaan,
serta menghambat pertumbuhan janin (Manuaba, 2009).
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan tersebut, Puskesmas pangkah melakukan
beberapa tindakan pada Ny. R. Menjelaskan KIE tentang nutrisi untuk ibu hamil terutama
pada ibu hamil dengan anemia ibu harus banyak mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung karbohidrat, protein dan tambahan vitamin dan mineral. Untuk ibu hamil dengan
anemia, ibu harus mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti kacang-
kacangan, hati ayam, sayuran hijau seperti kangkung, daun pepaya, dan bayam, setra
menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan mengurangi aktifitasnya. Seperti yang dijelaskan
oleh Waryana (2010) bahwa Makan-makanan yang bergizi dan banyak mengandung Fe,
misalnya daun pepaya, kangkung, daging sapi, hati ayam, dan susu.
Perencanaan lain yaitu menganjurkan ibu untuk rutin melakukan cek Hb untuk
mengetahui kondisinya. Pendapat Saifuddin (2002) pemeriksaan kadar Hb dilakukan minimal
2 kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester III. Di puskesmas pangkah,
pemeriksaan Hb dilakukan pada Trimester I dan III, namun pada ibu hamil dengan anemia
pemeriksaan ini dilakukan secara rutin agar antisipasi bisa dilakukan segara..
Selain itu, Ny. R juga diberikan terapi obat yaitu Fe 60 mg (XXX) 2x1 tablet diminum
dengan air putih, Vit.C 100 mg (XXX) 2x1 tablet diminum dengan air putih, Kalk 500 mg
(XXX) 2x1 tablet diminum dengan air putih. Fe dan Vit. C diminum pada pagi hari dan
malam hari, sedangkan Kalk diminum pada pagi dan sore hari.
. Menurut analisis kami, Fe digunakan untuk menambah kadar hemoglobin dalam tubuh
ibu sedangkan Vit. C berguna untuk membantu penyerapan Fe dalam makanan yang
dimakan ibu hamil, sehingga diharapkan kadar anemia dalam darah dapat segera naik.
Sedangkan kalk berguna untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin. Jika tubuh ibu hamil
33
tidak memiliki persediaan yang cukup untuk kalsium, maka untuk janin akan mengambil
kalsium dari tulang ataupun gigi ibu. Untuk menghindari hal tersebut, maka Ny. R
diberikan terapi Kalk.
Selanjutnya menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 bulan lagi untuk mengetahui
kondisi ibu. Dan yang tidak kalah penting adalah dokumentasi untuk setiap tindakan dan
hasil tindakan yang telah diberikan berfungsi untuk memantau keadaan dan
perkembangan pasien dan sebagai sarana evaluasi bagi tenaga kesehatan untuk
menentukan tindakan medis selanjutnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
34
Berdasarkan hasil dari pembahasan teori dan kasus pada “Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Hamil Patologi Ny. R Umur 26 Tahun G 1P0A0 UK 16+2 Minggu Dengan
Anemia Ringan Di Puskesmas Pangkah”, dapat kami simpulkan bahwa:
1. Manajemen kebidanan yang diberikan di Puskesmas pangkah telah dilakukan dengan
baik, walaupun ada kesenjangan dengan teori, namun kesenjangan tersebut membuat
asuhan yang diberikan menjadi lebih baik lagi.
2. Asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. R sudah sesuai dengan kebutuhan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan bisa lebih aktif mempelajari dan meningkatkan
pengetahuan tentang ibu hamil dengan anemia serta menambah ketrampilan
dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Instansi
Diharapkan bisa menambah referensi yang berkaitan dengan asuhan kebidanan .
3. Bagi Puskesmas
Bagi Puskesmas pangkah, pelanyanannya akan semakin meningkan dan menjadi
lebih baik lagi dalam memberikan asuhan kebidanan.
34
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
35
National Institute of Mental Health, 2007. Eating Disorders. NIH Publication. Diunduh
dari:http://www.nimh.nih.gov/health/publications/eatingdisorders/nimheatingdisorders.pdf (diakses
Makino, M., Tsuboi, K., Dennerstein, L., 2004. Prevalence of Eating Disorder : A Comparison of
Edquist, K., 2009. Globalizing Pathologies? Eating Disorders and the Global Deterritorialization of
http://www.allacademic.com/meta/p_mla_apa_research_citation/0/8/7/7/2/p87726_index.html
Ho, T. F., Tai B. C., Lee, E.L., Cheng, S., Liow P. H., 2006. Prevalence and Profile of Females At
Tsuboi, K., 2005. Eating Disorders in Adolescence and Their Implications. Japan of Japan Medical
Association.
American Psychiatric Association (APA), 2005. Let’s Talk Facts About Eating Disorders. Diunduh
Kay, J., Tasman, A., 2006, Essentials of Psychiatry. USA: John Wiley & Sons.
Kaplan HI, Sadock BJ, Grab JA. Sinopsis Psikiatri: ilmu pengetahuan perilaku psikiatri klinis Jilid 2.
Tangerang: Binarupa Aksara; 2010. p.194-210
35