Anda di halaman 1dari 26

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2018


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

GANGGUAN MAKAN (F50)

OLEH :

NURUL AMALIYAH

PEMBIMBING

dr. Ifa Tunisya, Sp.KJ

(Dibawakan dalam rangka tugas kepanitraan Klinik Pada

bagian ilmu kedokteran jiwa)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : NURUL AMALIYAH

NIM : 105420571 14

Judul : GANGGUAN MAKAN

Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepanitraan klinik

Bagian Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar

Makassar, Februari 2018

Pembimbing Mahasiswa

dr. Ifa Tunisya, Sp.KJ Nurul Amaliyah

2
Assalamualaikum Wr. Wb

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan laporan kasus ini dapat
diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda
Besar Nabi Muhammad SAW.
Laporan Kasus berjudul “Skizofrenia” ini dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Jiwa. Secara khusus penulis sampaikan rasa
hormat dan terima kasih yang mendalam kepada dr. Ifa Tunisya, Sp.KJ selaku
pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam
membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas
ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini belum sempurna


adanya dan memiliki keterbatasan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga dapat berjalan dengan baik.
Akhir kata, penulis berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat
kepada semua orang.

Makassar, April 2018

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan makan merupakan kondisi psikiatrik dengan akibat psikologis

dan medis yang serius. Gangguan makan, seperti anorexia nervosa (AN) dan

bulimia nervosa (BN), merupakan penyakit kronis yang didefinisikan sebagai

gangguan perilaku makan atau perilaku dalam mengkontrol berat badan.

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th Edition (DSM-IV)

mengklasifikasikan ada tiga jenis gangguan makan yaitu anorexia nervosa (AN),

bulimia nervosa (BN), dan binge-eating disorder (BED). AN ditandai dengan

keengganan untuk menetapkan berat badan normal, penyimpangan pandangan

terhadap tubuh, ketakutan ekstrim menjadi gemuk, dan perilaku makan yang

sangat terganggu. BN ditandai dengan perilaku makan dalam jumlah yang besar

yang sering dan berulang-ulang, kemudian coba memuntahkan kembali,

penggunaan obat pencahar, berpuasa atau berolahraga secara berlebihan (National

Institute of Mental Health.1

Di Indonesia, 12-22% wanita berusia 15-29 tahun menderita defisiensi

energi kronis (IMT <18,5) di beberapa kawasan. Apakah defisiensi ini disebabkan

oleh gangguan makan atau hal lain tidaklah dijelaskan secara rinci.

Bagaimanapun, masih kurang penelitian dilakukan tentang gangguan makan di

Indonesia sehingga prevalensinya tidak diketahui secara pasti.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Gangguan Makan

Gangguan makan ditandai dengan ekstrem. Gangguan makan hadir

ketika seseorang mengalami gangguan parah dalam tingkah laku makan,

seperti mengurangi kadar makanan dengan ekstrem atau makan terlalu

banyak yang ekstrem, atau perasaan menderita atau keprihatinan tentang berat

atau bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang dengan gangguan makan

mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit atau lebih

banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk makan

lebih sedikit atau lebih banyak terus menerus di luar keinginan.6

B. Tipe Gangguan Makan

Terdapat dua tipe utama bagi gangguan makan adalah anoreksia nervosa dan

bulimia nervosa. Kategori ketiga adalah “gangguan makan lain yang tidak

ditetapkan” (EDNOS – eating disorders not otherwise specified) yang

memasukkan beberapa variasi gangguan makan. Kebanyakannya adalah

mirip dengan anoreksia atau bulimia tetapi dengan karakter yang berbeda

sedikit. Binge-eating disorder, yang menerima peningkatan dalam jumlah

penelitian dan perhatian media dalam beberapa tahun kebelakangan ini adalah

salah satu tipe EDNOS.6

5
1. Anoreksia Nervosa

a. Definisi

Anoreksia (anorexia) berasal dari bahasa Yunani an-, yang artinya

“tanpa” dan orexis artinya “hasrat untuk”. Anoreksia memiliki arti

“tidak memiliki hasrat untuk (makan)”, yang sesungguhnya keliru,

karena kehilangan nafsu makan diatara penderita anoreksia nervosa

jarang terjadi. Anoreksia adalah gangguan makan yang ditandai

dengan kelaparan secara sukarela dan stress dari melakukan kegiatan.

Anorexia nervosa merupakan sebuah penyakit kompleks yang

melibatkan komponen psikososial, sosiologikal, dan fisiologikal.

Seseorang yang menderita anorexia disebut sebagai anoreksik atau

(lebih tidak umum) anorektik. Istilah ini sering kali namun tidak benar

disingkat menjadi anorexia, yang berarti gejala medis kehilangan

nafsu makan.

Menurut DSM-IV, anoreksia nervosa (AN) dimaksudkan

dengan “keengganan untuk menetapkan berat badan kira-kira 85%

dari yang diprediksi, ketakutan yang berlebihan untuk menaikkan

berat badan, dan tidak mengalami menstruasi selama 3 siklus berturut-

turut.”

b. Etiologi dan Faktor Resiko

Etiologi gangguan tetap tidak jelas. Terdapat komponen

pisikologis yang jelas, dan diagnosis terutama didasarkan pada kriteria

6
pisikologis dan prilaku. Namun demikian, manisfestasi fisik anoreksia

dapat mengarah pada kemungkinan faktor-faktor organic pada

etiologi.

Faktor predisposisi

 Biologis

Diyakini ada hubungan keluarga dengan gangguan makan.

Keturunan pertama wanita pada orang yang mengalami gangguan

makan beresiko tinggi daripada populasi umum. Model biologis

etiologi gangguan makan difokuskan kepada pusat pengatur nafsu

makan di hipotalamus, yang mengendalikan mekanisme

neurokimia khusus untuk makan dan kenyang. Serotonin

dianggap terlibat dalam patofisiologi gangguan makan walaupun

model biologis ini masih dalam tahap perkembangan.

Studi tentang anoreksia nervosa menunjukkan bahwa gangguan

tersebut cenderung terjadi dalam keluarga. Oleh karena itu,

kerentanan genetic mungkin muncul yang dipicu oleh diet yang

tidak tepat atau stress emosional. Kerentanan genetic ini mungkin

muncul karena tipe kepribadian tertentu atau kerentaan umum

terhadap gangguan jiwa atau kerentanan genetic mungkin secara

langsung mencakup disfungsi hipotalamus.

 Perkembangan

Anoreksia nervosa biasanya terjadi selama masa remaja dan

diyakini bahwa penyebabnya berhubungan dengan antara

7
perkembangan pada tahap kehidupan ini. Perjuangan untuk

mengembangkan otonomi dan pembentukan indentitas yang unik

adalah 2 tugas yang penting. Keterlibatan faktor kepribadian

dinyatakan oleh fakta bahwa penderita anoreksia cenderung

wanita tertentu, muda, berkulit putih dan dari keluarga yang

bergerak ke atas yang menekankan pada pencapaian. Jenis latar

belakang ini menyebabkan tuntutan dan harapan keluarga yang

menimbulkan stres, dan dalam konteks ini, penolakan wanita

untuk makan mungkin tanpaknya (tanpa disadari) sebagai cara

menunjukan kendali. Kemungkinan lain yang lebih jarang

disebutkan adalah penderita anoreksia mewakili kenakalan

seksualitas. Selain tidak mengalami menstruasi, wanita

mengalami underweight parah tidak memilki karakteristik seksual

lain, seperti feminin yang sesunguhnya.

 Lingkungan

Berbagai factor lingkungan dapat mempengaruhi individu untuk

mengalami gangguan makan. Riwayat terdahulu pasien

mengalami gangguan makan sering dipersulit oleh penyakit

dalam dan bedah, kematian keluarga dan lingkungan keluarga

dengan konflik.

 Psikologis

Kebanyakan pasien yang mengalami gangguan makan

menunjukkan sekelompok gejala psikologis seperti rigiditas,

8
ritual risme, kehati – hatian , perfectsionisme serta control infuse

yang buruk. Aspek psikologis anoreksia nervosa yang

mendominansi adalah keinginan yang kuat untuk menguruskan

berat badan dan takut gemuk, biasanya didahului oleh periode 1

atau 2 tahun gangguan mood dan perubahan perilaku. Penurunan

berat badan biasanya dipicu oleh krisis yang khas pada remaja

seperti awitan menstruasi atau kecelakaan interpersonal traumatic

yang memicu perilaku diet yang serius dan berlanjut sampai tidak

terkontrol.

Sering kali terdapat kesalahpahaman yang berlebihan terhadap

penyimpanan lemak normal yang merupakan karakteristik periode

remaja awal , atau komentar orang lain bahwa remaja putri

terlihat gemuk. Penurunan berat badan mungkin merupakan

respon terhadap sindiran atau pergantian sekolah atau akan masuk

kuliah. Remaja memasuki fase pertumbuhan pubertas ketika

akumulasi lemak biologis yang normal, terutama rentan untuk

muncul. Tuntutan dewasa ini untuk memiliki tubuh ramping

merupakan faktor yang sangat penting. Standar kecantikan

ditunjukkan oleh tinggi badan, kerampingan, payudara yang kecil

seperti model – model yang ditampilkan oleh semua bentuk

media.

Pada beberapa situasi remaja mengalami stress keluarga yang

parah seperti perpisahan atau perceraian orang tua. Pada kondisi

9
ini atau lainnya remaja mengalami kehilangan kontrol diri,

keputusan untuk sabar atau tidak makan menjadi sebuah area

yang dapat melatih kontrol individu.

 Sosio kultural

Pada budaya yang menerima atau mengahargai kemontokkan,

jarang terjadi gangguan makan. Lingkungan sosiokultural pada

remaja dan wanita muda contohnya di Amerika Serikat juga

sangat menekankan kelangsingan dan pengendalian terhadap

tubuh seseorang menjadi indicator untuk evaluasi diri. Di

Amerika serikat kelebihan berat badan dianggap sebagai tanda

kemalasan, kurang control diri atau mendapatkan tubuh yang

sempurna disamakan dengan cantik.

Orang yang mengalami anoreksia sering kali tidak makan lebih

dari 500 – 700 kalori dalam sehari dan mungkin mencerna

sebanyak 200 kalori, namun mereka merasa yang dimakan sudah

cukup memadai untuk kebutuhan hidup mereka . Beberapa indivu

yang mengalami anoreksia mungkin tidak makan selama seharian.

Walaupun melakukan pembatasan, banyak penderita anoreksia

mengalami preokupasi atau terobsesi oleh makanan dan sering

masak untuk keluarga. Individu yang mengalami gangguan

makan dapat melakukan berbagai perilaku pengurasan termasuk

latihan olahraga yang berlebihan. Menggunakan diuretic yang

diresepkan dan di jual bebas, pil diet, laksatif dan steroid. Banyak

10
pasien yang mencari bantuan untuk menangani gangguan makan

juga mengalami gangguan jiwa seperti depresi , gangguan

obsesif–konflusif dan gangguan kepribadian.

c. Gambaran Klinis

Kebanyakan orang dengan AN melihat diri mereka sebagai orang

dengan kelebihan berat badan, walaupun sebenarnya mereka

menderita kelaparan atau malnutrisi. Makan, makanan dan kontrol

berat badan menjadi suatu obsesi. Seseorang dengan AN akan sentiasa

mengukur berat badannya berulang kali, menjaga porsi makanan

dengan berhati-hati, dan makan dengan kuantiti yang sangat kecil dan

terhadap pada sebagian makanan.1,6

Kebanyakan pasien dengan AN juga akan mempunyai masalah

psikiatri dan macam-macam penyakit fisik, termasuk depresi, ansietas,

perilaku terasuk (obsessive), penyalahgunaan zat, komplikasi

kardiovaskular dan neurologis, dan perkembangan fisik yang

terhambat. Gejala lain yang mungkin terlihat dari waktu ke waktu

termasuk penipisan tulang (osteopenia atau osteoporosis), rambut dan

kuku yang rapuh, kulit yang kering dan kekuningan, perkembangan

rambut halus dikeseluruhan tubuh (misalnya, lanugo), anemia ringan,

kelemahan dan kehilangan otot, konstipasi berat, tekanan darah

rendah, pernafasan dan pols yang melemah, penurunan suhu tubuh

11
internal; menyebabkan orang tersebut sering merasa dingin, dan

kelesuan.1,6

Sebagai akibat dari nutrisi buruk, gangguan endokrin yang melibatkan

aksis hipotalamus-pituitari-gonad timbul, bermanifestasi pada wanita

yaitu amenorrea dan pada laki-laki yaitu kurangnya minat berseksual

dan kesuburan. Pada anak-anak yang prapubertas, pubertasnya lambat

dan perkembangan dan pertumbuhan fisiknya terbantut. Gejala

metabolik lainnya, seperti lelah dan intoleransi terhadap kedinginan

juga disebabkan oleh gangguan aksis hipotalamus-pituitari-gonad.

Selain itu, resiko untuk mengalami fraktur tulang berkaitan juga

dengan pasien dengan AN karena saiz tulang yang berkurang dan

densitas mineral tulang.1

Kadar serum leptin dalam AN yang tidak dirawat adalah rendah. Pada

AN juga dijumpai peningkatan kadar kortisol dan kegagalan

deksametason untuk mensupresinya. Kadar thyroid-stimulating

hormone (TSH) adalah normal, tetapi kadar tiroksin dan triiodotironin

adalah rendah. Growth hormone meningkat, tetapi insulin-like growth

factor 1 (IGF-1) yang diproduksi oleh hati, menurun. Pengurangan

densitas tulang diobservasi pada pasien dengan AN meningkatkan

risiko untuk mengalami fraktur dan berkaitan dengan defisiensi

berbagai nutrisi, penurunan sterois gonad dan peningkatan kortisol

dan.6

12
Pada pasien dengan tipe tertentu AN, sering dilihat kadar

serotonin total, yang menyokong hipotesis bahwa kadar serotonin otak

yang tinggi dapat menyebabkan perbuatan kompulsif, atau mungkin

menginhibisi pusat selera (Tecott, 1995).

d. Diagnosis

Onset anoreksia nervosa biasanya umur 10 tahun dan 30 tahun. Pasien

diluar range ini tidak tipikal, jadi diagnosa untuk pasien ini masih

dipertanyakan. Setelah umur 13 tahun, onsetnya meningkat sangat cepat.

Maksimum pada usia 17 tahun sampai 18 tahun sekitar 85 % dari pasien

anoreksia nervosa, onsetnya antara umur 13 tahun dan 20 tahun.

Diagnosa AN adalah berdasarkan karakteristik perilaku, psikologis

dan fisiknya. Kriteria diagnostik yang digunakan secara meluas ialah dari

American Psychiatry Association, melalui DSM-IV. Kriteria ini

termasuklah : 6

 Ketakutan berlebihan untuk meningkatkan berat badan atau menjadi

gemuk

 Keengganan untuk menetapkan berat badan pada atau di atas berat

normal yang minimal sesuai umur dan ketinggian tubuhnya

 Distorsi pandangan tubuh (merasakan dirinya “terlalu gemuk”

walaupun dirinya telah underweight)

 Tidak mengalami menstruasi (amenorrea) selama sekurang-kurangnya

3 siklus berturut-turut.

13
Pedoman diagnostic Anoreksia Nervosa menurut PPDGJ-III adalah :

Mempunyai ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan

sengaja, dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita. Untuk suatu

diagnosis yang pasti dibutuhkan semua hal seperti di bawah ini, yaitu:

a. Berat badan tetap dipertahankan 15% di bawah yang seharusnya

(baik yang berkurang maupun yang tidak tercapai) atau Quetelet’s

body mass index adalah 17,5% atau kurang.

b. Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindari

makanan yang mengandung lemak dan salah satu hal di bawah ini

- Merangsang muntah oleh dirinya sendiri

- Menggunakan pencahar

- Olah raga berlebihan

- Menggunakan obat penahan nafsu makan dan atau diuretika.

- Terdapat distorsi body image dalam psikopatologi yang

spesifik dimana ketakutan gemuk terus menerus menyerang

penderita, penilaian yang berlebihan terhadap berat badan

yang rendah.

- Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan

hypothalamic-piyuitary-gonadal aksis, dengan manifestasi

pada wanita sebagai amenore dan pada pria suatu kehilangan

minat dan potensi seksual. Juga dapat terjadi kenaikan

14
hormon pertumbuhan, kortisol, perubahan metabolisme

peripheral dari hormone tiroid, dan sekresi insulin abnormal.

Jika onset terjadinya pada masa prubertas, perkembangan

prubertas tertunda atau dapat juga tertahan. Pada penyembuhan,

prubertas kembali normal, tetapi menarche terlambat.

e. Terapi

Terdapat beberapa indikasi pasien dengan AN yang perlu dirawat inap di

rumah sakit, antara lain ialah berat badan kurang daripada 75% daripada berat

badan ideal, walaupun pemeriksaan darah rutin dalam batas normal. Untuk

pasien yang berat badannya sangat kurang, kalori yang cukup (kira-kira 1200-

1800 kkal/hari) perlu diberi dalam hidangan sehari-hari dalam bentuk

makanan atau suplemen cairan untuk meningkatkan berat badan dan

menstabilkan keseimbangan cairan dan elektrolit.6

Konseling gizi juga membantu untuk menetapkan berat badan sehat dan

memperlengkapkan pasien dan keluarga tentang diet sehat dan risiko jangka

pendek dan jangka panjang akibat gangguan makan.6

Keterlibatan keluarga dalam penatalaksanaan AN pada remaja telah

menjadi komponen standar, walaupun pengobatan utamanya lebih kepada

mengembalikan nutrisi di rumah sakit dan psikoterapi individu atau

konseling. Walaupun sebagian besar pasien dengan AN perlu dirawat inap,

15
peran keluarga juga memainkan peranan penting dalam pengobatan yang

efektif.6

• Cyproheptadine (periactin), suatu obat dengan sifat antihistaminik dan

antiserotonergik.

• Amitriptyline (Elavil), Fluoxetine (Prozac) dengan gejala depresif yang

menyertai

• Terapi elektrokonvulsif (ECT) adalah bermanfaat pada kasus tertentu dgn

gangguan depresif berat.

f. Prognosis

Mortalitas merupakan risiko pada pasien dengan AN, disebabkan oleh

percobaan bunuh diri atau komplikasi dari gangguan makan yang kronis.

Risiko mortalitas telah menurun sepanjang 25 tahun ini dengan pengobatan

dan identifikasi dini AN. Kira-kira 25% tetap simptomatik. Proses

penyembuhan berlangsung lama, bisa 2 tahun dari onset AN.

Terdapat juga pasien dengan AN beralih kepada jenis gangguan

makan lain, seperti bulimia nervosa dan binge-eating disorder, menunjukkan

terdapat hubungan antara gangguan makan tersebut.1

Gangguan makan dapat berakibat fatal akibat dari defisiensi nutrisi

yang berkelanjutan. Pasien dengan gangguan makan kadang kala mencoba

untuk membunuh diri atau menghindari kegiatan sosialnya. Perlu ditekankan

16
bahawa gangguan ini tidak hanya mengganggu perilaku makan, tetapi juga

mendatangkan akibat pada fisik, psikologis dan aspek sosial pasien.5

2. Bulimia Nervosa

a. Definisi

Makan sejumlah besar makanan disertai perasaan diluar kendali,

diikuti oleh rasa bersalah, depresi, atau muak terhadap diri sendiri.

perilaku kompensasi seperti mencahar (muntah yang diinduksi sendiri,

pemakaian laksatif yang berulang atau pemakaian diuretika), puasa atau

latihan yang berat untuk mencegah penambahan berat badan

Tidak seperti pasien anoreksia nervosa, pasien dengan bulimia

nervosa dapat mempertahankan berat badan normal. Menurut kriteria

diagnostik dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders

edisi keempat (DSM-IV), pesta makan dan perilaku kompensasi harus

terjadi dengan rata rata sekurangnya dua kali seminggu selama tiga bulan.

b. Epidemiologi

Bulimia nervosa lebih menonjol dibandingkan anoreksia nervosa.

Diperkirakan bulimia nervosa terentang dari 1-3 % wanita muda. Seperti

anoreksia nervosa, bulimia nervosa lebih sering ditemukan pada wanita

dibandingkan laki laki, tapi onsetnya lebih sering pada masa remaja.

Walaupun bulimia nervosa sering kali ditemukan pada wanita muda

17
dengan berat badan normal, mereka kadang kadang memiliki riwayat

kegemukan.

c. Etiologi

Faktor faktor yang menjadi etiologi bulimia nervosa antara lain

 Faktor biologis

Beberapa peneliti telah berusaha untuk menghubungkan siklus pesta

makan dan mencahar dengan berbagai neurotransmitter. Karena

antidepresan sering kali bermanfaat pada pasien dengan bulimia

nervosa, serotonin dan norepinefrin yang telah dilibatkan. Kadar

endorfin plasma meningkat pada beberapa pasien bulimia yang

muntah yang mengakibatkan perasaan sehata yang dirasakan pasien

setelah muntah mungkin diperantarai oleh peningkatan kadar endorfin.

 Faktor sosial

Pasien dengan bulimia nervosa cenderung memiliki kedudukan tinggi

dan perlu berespons terhadap tekanan sosial untuk menjadi kurus.

Sebagian besar pasien terdepresi dan memiliki depresi familial yang

tinggi. Keluarga pasien bulimia kurang dekat dan lebih konfliktual

dibandingkan dengan keluarga pasien anoreksia nervosa. Pasien

bulimia nervosa menggambarkan orang tuanya sebagai suka

menelantarkan dan menolak.

 Faktor psikologis

Pasien bulimia nervosa memiliki kesulitan dengan kebutuhan remaja,

tapi lebih mengungkapkan, marah dan impulsif dibandingkan

18
anoreksia nervosa. Ketergantungan alkohol, mencuri di took dan

labilitas emosional ( termasuk usaha bunuh diri) sebagian besar

berhubungan dengan bulimia nervosa. Pasien biasanya merasakan

makan yang tidak terkendali yang dilakukannya sebagai lebih ego-

distonik sehingga lebih cepat mencari bantuan. Pasien ini juga tidak

mempunyai pengendalian superego dan kekuatan ego dari

imbangannya dengan anoreksia nervosa. Kesulitan yang dimiliki

pasien dalam mengendalikan impulsnya sering kali dimanifestasikan

dengan ketergantungan zat dan hubungan seksual yang merusak diri

sendiri, di samping pesta makan dan mencahar yang menjadi tanda

utama gangguan.

c. Diagnosis dan gambaran klinis

Kriteria diagnostik untuk Bulimia Nervosa menurut DSM-IV

A. Episode rekuren pesta makan. Episode pesta makan ditandai oleh

kedua berikut ini :

1. Makan dalam periode waktu yang jelas ( misalnya dalam tiap

periode 2 jam), jumlah makanan jelas lebih besar dibandingkan

yang akan dimakan oleh kebanyakan orang dalam periode

waktu yang serupa dan dalam situasi yang serupa

19
2. Perasaan hilang kendali terhadap makan selama episode (

misalnya perasaan bahwa ia tidak dapat berhenti makan atau

mengendalikan apa dan berapa banyak yang dimakannya)

B. Perilaku kompensasi yang rekuren dan tidak layak untuk mencegah

kenaikan berat badan, seperti muntah diinduksi sendiri,

penyalahgunaan laksatif, diuretik, enema atau medikasi lain, puasa

atau olahraga yang berat

C. Pesta makan dan perilaku kompensasi yang tidak sesuai keduanya

terjadi dengan rata rata sekurangnya dua kali seminggu selama 3

bulan

D. Pemeriksaan diri sendiri terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat

badan

E. Gangguan tidak terjadi semata mata selama episode anoreksia

nervosa

Sebutkan jenis

Tipe mencahar : selama episode bulimia nervosa yang sekarang, pasien

secara teratur terlibat dalam muntah yang diinduksi diri sendiri atau

pemakaian keliru laktasif, diuretik atau enema.

Tipe tidak mencahar : selama periode bulimia nervosa yang sekarang,

pasien telah menggunakan perilaku kompensasi lain yang tidak layak,

seperti puasa atau olahraga berat tapi tidak secara teratur terlibat dalam

muntah yang diinduksi diri sendiri atau pemakaian keliru laktasif,

diuretic atau enema.

20
d. Penatalaksanaan

Terapi bulimia nervosa terdiri dari berbagai intervensi, termasuk

psikoterapi individual dengan pendekatan kognitif perilaku, terapi

kelompok, terapi keluarga dan farmakoterapi. Sebagian besar pasien

dengan bulimia nervosa tanpa penyulit tidak memerlukan perawatan di

rumah sakit. Pada umumnya, pasien tidak perlu merahasiakan gejalanya

dibandingkan dengan pasien anoreksia nervosa sehingga terapi rawat jalan

biasanya tidak sulit. Tapi biasanya psikoterapi sering kali sulit dan

berkepanjangan. Beberapa pasien bulimia nervosa yang gemuk yang

menjalani psikoterapi berkepanjangan memang membaik secara

mengejutkan.

Beberapa laporan mendukung pemakaian psikoterapi kognitif

perilaku untuk menjawab perilaku tertentu di sekitar dan yang

menyebabkan periode pesta makan. Beberapa program yang membantu

antara lain suatu kontrak perilaku dan desensitisasi terhadap pikiran dan

perasaan yang dimiliki pasien bulimia tepat sebelum pesta makan. Tapi

banyak pasien bulimia memiliki psikopatologi yang melebihi perilaku

pesta makan sehingga pendekatan psikoterapeutik tambahan seperti terapi

psikodinamika, interpersonal dan keluarga dapat sangat bermanfaat.

Terapi psikodinamika untuk pasien dengan bulimia telah

menemukan suatu kecenderungan untuk mengkonkretkan mekanisme

pertahanan introjektif dan proyektif. Dalam cara yang mirip dengan

membelah, pasien membagi makanan dalam dua kategori : makanan yang

21
bergizi dan makanan yang tidak sehat. Makanan yang dianggap bergizi

mungkin diingesti dan dipertahankan karena makanan tersebut secara tidak

sadar menyimbolkan introjeksi yang baik. Tapi makanan yang buruk

secara tidak sadar dihubungkan dengan introjeksi yang buruk dan dengan

demikian, dikeluarkan melalui muntah dengan khayalan bawah sadar

bahwa semua destruktivitas, kebencian dan kejahatan telah dibuang.

Pasien mungkin secara sementara merasa sehat setelah muntah karena

pembuangan yang dikhayalkannya tapi perasaan segalanya baik adalah

singkat, karena perasaan itu didasarkan pada kombinasi yang tidak stabil

dari pembelahan dan proyeksi.

Medikasi antidepresan dapat menurunkan pesta makan dan

mencahar terlepas dari adanya suatu gangguan mood. Jadi untu siklus

pesta makan dan mencahar yang sukar dan tidak berespons terhadap

psikoterapi, penggunaan antidepresan cukup mambantu. Imipramine (

Tofranil), desipramine ( Norpramin), trazodone ( Desyrel) dan inhibitor

monoamine oksidase telah membantu. Fluoxetine ( Prozac) juga

menjanjikan sebagai terapi yang efektif.

e. Prognosis

Secara keseluruhan, bulimia nervosa tampaknya memiliki prognosis

yang lebih baik dibandingkan anoreksia nervosa. Dalam jangka pendek, pasien

bulimia nervosa yang mampu melibatkan diri dalam pengobatan telah

dilaporkan lebih dari 50 persen yang mengalami perbaikan dalam pesta makan

dan mencahar di antara pasien rawat jalan, perbaikan tampaknya berlangsung

22
lebih dari lima tahun. Tapi pasien tidak bebas gejala selama periode perbaikan,

bulimia nervosa adalah gangguan kronis dengan perjalanan penyakit yang

hilang timbul. Beberapa pasien dengan penyakit yang ringan memiliki remisi

jangka panjang.

Prognosis tergantung pada keparahan sekuela mecahar yaitu apakah

pasien mengalami gangguan keseimbangan elektrolit dan sampai derajat mana

muntah yang sering menghasilkan esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar

liur dan karies gigi. Pada beberapa kasus bulimia nervosa yang tidak diobati,

remisi spontan terjadi dalam satu sampai dua tahun.(8)

3. Binge-eating Disorder

a. Definisi

Menurut DSM-IV, kriteria binge-eating disorder (BED)

memerlukan episode makan berlebihan, sama seperti BN, tetapi yang

membedakan BED dengan BN ialah BED tidak melibatkan perbuatan

untuk melawan perilaku makan berlebihan, seperti memuntahkan kembali

makanan, penggunaan pencahar dan beriadah berlebihan.6

b. Etiologi dan Faktor Resiko

Obesitas semasa kecil dan orang tua yang mengalami obesitas

merupakan faktor risiko spesifik untuk terjadinya BED, dan BED

berkaitan dengan kelainan genetik yang sangat jarang, yaitu mutasi pada

gen untuk reseptor melanokortin 4.6

23
c. Gambaran Klinis

BED digolongkan pada orang dengan episode binge-eating yang

rekuren sewaktu seseorang merasakan hilangnya penguasaan terhadap

perilaku makannya. Tidak seperti BN, episode binge-eating ini tidak

diikuti dengan proses penyingkiran, olahraga yang berlebihan, atau puasa.

Hasilnya, orang dengan BED adalah kebiasaanya kelebihan berat badan

atau gemuk. Mereka juga merasa bersalah, malu dan/atau distress dengan

binge-eating yang dapat membawa kepada lebih banyak episode binge-

eating. Mereka juga sering mempunyai penyakit psikologis termasuklah

ansietas, depresi, dan kekacauan kepribadian.6

d. Diagnosis

Diagnosis BED menggunakan kriteria diagnostik yang

dikemukakan oleh DSM-IV. Kriteria BED termasuk:6

 Episode makan berlebihan yang berulang, seperti BN.

 Episode makan berlebihan yang lebih cepat daripada biasa, makan

hingga perut terasa terlalu penuh, makan sejumlah besar makanan

walaupun tidak merasa lapar, makan sendirian karena merasa malu

dengan jumlah makanan yang dikonsumsinya, dan/atau merasa jelek

terhadap diri sendiri, depresi, dan rasa bersalah selepas makan.

 Rasa tertekan terhadap perbuatan makan yang berlebihan.

24
 Perilaku makan tersebut berlaku sekurang-kurangnya 2 hari/minggu

selama 6 bulan.

 Perilaku makan tersebut tidak diikuti dengan perbuatan kompensatori

untuk melawan balik perilaku makan itu.

e. Terapi

Tujuan terapi pada pasien dengan BED ialah untuk megurangi

perilaku makan berlebihan tersebut, memperbaiki simptom gangguan

mood dan rasa cemas yang berkaitan dengan ED, dan mengurangi berat

badan pada individu yang juga mengalami obesitas. Terapi psikologis

seperti cognitive behavioral therapy dan farmakologis bukan saja efektif

mengobati BN tetapi berguna untuk mengurangi frekuensi makan padan

pasien dengan BED dan memperbaiki gangguan mood.7

f. Prognosis

BED mempunyai kadar remisi yang tinggi, walaupun tanpa

pengobatan. Juga tidak ada kecenderungan untuk BED beralih ke tipe

gangguan makan yang lain.1

25
DAFTAR PUSTAKA

1. National Institute of Mental Health, 2007. Eating Disorders. NIH Publication.

Diunduh

dari:http://www.nimh.nih.gov/health/publications/eatingdisorders/nimheatingdiso

rders.pdf (diakses pada tanggal 6 April 2018)

2. Makino, M., Tsuboi, K., Dennerstein, L., 2004. Prevalence of Eating Disorder : A

Comparison of Western and Non-Western Countries. Medscape General

Medicine

3. Edquist, K., 2009. Globalizing Pathologies? Eating Disorders and the Global

Deterritorialization of Authority, Oregon. Diunduh dari:

http://www.allacademic.com/meta/p_mla_apa_research_citation/0/8/7/7/2/p8772

6_index.html [diakses pada tanggal 6 April 2018]

4. Ho, T. F., Tai B. C., Lee, E.L., Cheng, S., Liow P. H., 2006. Prevalence and

Profile of Females At Risk of Eating Disorder in Singapore. Singapore Med J

5. Tsuboi, K., 2005. Eating Disorders in Adolescence and Their Implications. Japan

of Japan Medical Association.

6. American Psychiatric Association (APA), 2005. Let’s Talk Facts About Eating

Disorders. Diunduh dari : http://www.healthyminds.org /letstalkfacts.cfm

(diakses pada tanggal 6 April 2018)

7. Kay, J., Tasman, A., 2006, Essentials of Psychiatry. USA: John Wiley & Sons.

8. Kaplan HI, Sadock BJ, Grab JA. Sinopsis Psikiatri: ilmu pengetahuan perilaku

psikiatri klinis Jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara; 2010. p.194-210

26

Anda mungkin juga menyukai