PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
independen, artinya tidak boleh ada intervensi dari pihak lain dalam
1
Pidana Terpadu di Indonesia, tetapi tugas dan wewenang yang dimiliki dan
dan kewajiban dalam hal penanganan tindak pidana korupsi telah diatur
sedemikian rupa dalam UU KPK, ini artinya bahwa dalam penegakan hukum
perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien
tetap saja masih terdapat celah yang dapat menghambat penegakan hukum
2
dan mengarah ke diskriminasi terhadap lembaga maupun aparat yang berada
di KPK. Salah satu pasal didalamnya yang dianggap menghambat kinerja KPK
ayat (2) ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia”. Mengacu pada bunyi
pasal di atas jelas bahwa dalam hal pimpinan KPK menjadi tersangka,
dalam hal ini jika pimpinan Polri menjadi tersangka maka dapat dilakukan
pemberhentian sementara, artinya jika pimpinan Polri dalam hal ini Kapolri
yang menjadi tersangka, tetap dapat menjabat sampai ada keputusan bahwa
dituduhkan kepadanya.
3
semua pimpinan KPK ditetapkan menjadi tersangka dalam waktu yang
KPK yang menjadi tersangka tindak pidana korupsi dapat dimanfaatkan untuk
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diskriminasi
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 1 ayat (3). Undang-undang
bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya’.
kelas sosial. Istilah tersebut biasanya untuk melukiskan suatu tindakan dari
lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku mereka itu bersifat tidak
5
bermoral dan tidak demokrasi. Dalam arti tersebut, diskriminasi adalah
bersifat aktif atau aspek yang dapat terlihat (overt) dari prasangka yang
kelompok.
Dalam rangka ini dapat juga kita kemukakan definisi dari Perserikatan
kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan
diskriminasi
6
1) Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan
korupsi.
yang dilaksanakan dengan sub sistem utama yaitu Kepolisian dan kejaksaan
yang dipilih oleh DPR berdasarkan calon yang diusulkan oleh Presiden.
7
publik atas pelaksanaan tugas wewenagnya dengan menyampaikan laporan
Dalam Bab II Pasal 6, Pasal 8, Pasal 11, Pasal 13, Pasal 14 Undang-
dan
disebut sebagai “super body” dalam sistem peradilan atas sub sistem dalam
sistem peradilan pidana yang sudah eksis yaitu kepolisian dan kejaksaan.
8
mengangkat dan memberhentikan penyelidik, penyidik, dan penuntut umum
Sebagai “super body” dalam sistem peradilan pidana, KPK diberi tugas
KPK dapat meminta laporan dari Kepolisian dan Kejaksaan, KPK dapat
9
mengharapkan KPK segera setelah terbentuk dapt segera beroprasi dengan
kuantitatif. Namun dari media massa kita bisa mengetahui bahwa KPK dapat
penyelidik, penyidik, dan penuntut umum yang profesional tetapi juga sarana,
dan prasrana lain yang memadai serta duukungan tenaga ahli multi disipliner.
dipunyai, dan hukum acara yang ada dirasakan masih kurang mendukung,
Pemberantasan Korupsi
10
tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili
tetap saja masih terdapat celah yang dapat menghambat penegakan hukum
di KPK. Salah satu pasal didalamnya yang dianggap menghambat kinerja KPK
ayat (2) ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia”. Mengacu pada bunyi
pasal di atas jelas bahwa dalam hal pimpinan KPK menjadi tersangka,
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia tidak ada aturan
11
yang mengatur bahwa dalam hal pimpinan Polri menjadi tersangka maka
hal ini Kapolri yang menjadi tersangka, tetap dapat menjabat sampai ada
KPU, ketika Pimpinan atau Komisionernya diberikan sanksi, baik teguran dan
menyampingkan asas praduga tak bersalah untuk pimpinan KPK itu seniri.
12
Selain itu dalam prinsip negara hukum bukan hanya asas keadilan dan
kemanfaatan hukum saja yang harus tercapai. Asas kepastian hukum pun
masyarakat.
Misalnya, Pasal 81 ayat (2) huruf b juncto Pasal 80 ayat (2) UU Nomor 30
lainnya dalam hal perbuatan hukum dibidang keputusan tata usaha negara.
secara hukum sampai ada vonis Pengadilan. Misalnya dalam hal seorang
Usaha Negara untuk mencabut kembali Keputusan Tata Usaha Negara yang
telah dikeluarkan atas perintah pengadilan dalam soal tertentu, maka sanksi
13
kesalahan dari perbuatan dari Penyelenggara Negara tersebut telah
Before The Law), jaminan dan perlindungan hukum yang adil sebagaimana
ditegaskan padal Pasal 28D ayat (1) UUD 1945. pasal yang mengatur
medapatkan vonis bersalah melanggar hukum. hal ini sejalan dengan “Asas
yang ditemukan dan dikembangkan untuk melindungi hak tiap orang dari
14
peradilan pidana. Tiap-tiap orang yang disangka dan kemudian didakwa
dalam suatu perkara pidana tidak dapat diasumsikan pasti bersalah dan
karena itu sudah dapat dihukum. Tersangka atau terdakwa baru bisa
tidak bersalah itu merupakan perisai bagi tersangka atau terdakwa terhadap
jaksa, hakim dan pejabat pemerintah lainnya, serta publik. Itu berarti, asas
nama baik yang bisa datang dari pejabat publik maupun masyarakat.
adil. Dari perspektif ini asas “pra duga tidak bersalah” terang benderang
pidana yang objektif, fair, dan berarti bebas dari intervensi politik, kekuatan
modal, dan media massa Uraian di atas membawa kita semua pada suatu
pemahaman bahwa Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 mengandung asas
15
“praduga tidak bersalah” yang jauh sebelumnya telah dianut dalam berbagai
kehidupan hukum kita sehingga sudah menjadi bagian dari tradisi hukum
bersalah sudah” merupakan hak dasar (a basic right) dari tiap-tiap orang
yang berada dalam posisi sebagai tersangka atau terdakwa yang wajib
diakui, dihormati, dijamin, dan dilindungi oleh negara, yakni, pemerintah dan
aparaturnya, pengadilan, dan badan legislatif. Hak atas “pra duga tidak
peradilan pidana.
Before The Law), menjadi tidak konsisten apabila kita mencermati syarat
Institusi Kepolisian (UU Nomor 2 Tahun 2002) dan Institusi Kejaksaan (UU
Nomor 16 Tahun 2004) sebagai institusi penegak hukum yang juga memiliki
16
ditetapkan sebagai seorang tersangka sebagaimana pasal tersebut.
bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945. Kalau kepada para
pejabat negara lainnya yang berada dalam status tersangka atau terdakwa
Asas “praduga bersalah” yang dianut oleh Pasal 32 ayat (1) huruf c
17
negara, seperti, polisi, jaksa, hakim, bahkan media massa. Keadaan yang
diskriminatif oleh aparat negara itulah yang ingin dicegah oleh asas
Pasal 27 ayat (1) UUD 1945.”, Ini merpakan tindakan terang benderang
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
dari kategori yang sama, yakni para pejabat negara seperti, antara lain para
Hakim Konstitusi, para anggota Komnas HAM, para pejabat BPK, para
pejabat BI, para anggota Polri, para anggota Kejaksaan, para anggota Komisi
tidak bersalah”, tetap dapat menjabat sampai ada keputusan bahwa yang
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Ali, Achmad. 2002 menguak tabir hukum (Suatu Filosofis Kajian dan
Sosiologis). Jakarta : PT.Toko Agung Tbk.
Hamzah, Andi. 2001. Hukum Acara Pidana Indonesia (Edisi Refisi). Jakarta:
Sinar Grafika.
Hartati, Evi. 2007. Tindak Pidana Korupsi( Edisi Kedua). Jakarta: Sinar
Grafika.
Press.
B. Peraturan Perundang-undangan
Pidana Korupsi;
Indonesia.
20