Anda di halaman 1dari 14

PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Nama dosen
Matakuliah
Kelompok 6:
1. Suryo utomo
2. Rama dianto
3. Daud anton suryono
4. supriyanto
5. lutif apa ga tau panjangannya
6. Danil
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penegakan hukum di Indonesia dalam pemberantasan korupsi telah
mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini
terlihat dari dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2002,
yang memiliki tugas untuk melakukan pencegahan, penyelidikan, dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi.
Selain KPK, penegakan hukum di Indonesia juga melibatkan aparat
kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Dalam melaksanakan tugasnya, mereka
menggunakan berbagai instrumen hukum seperti UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi.
Meski begitu, masih terdapat beberapa kendala dalam penegakan hukum di
Indonesia, seperti lemahnya sistem pengawasan internal di instansi pemerintah dan
tingginya tingkat korupsi di kalangan aparat penegak hukum itu sendiri. Oleh karena
itu, perlu adanya upaya terus-menerus untuk meningkatkan efektivitas penegakan
hukum di Indonesia dalam pemberantasan korupsi.
Pemberantasan korupsi di Indonesia diatur oleh Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi, yang memberikan dasar hukum untuk
menindak korupsi secara tegas. Penegakan hukum terhadap korupsi dilakukan oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dibentuk berdasarkan UU tersebut. KPK
memiliki kewenangan untuk melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi. Meskipun demikian, penegakan hukum terhadap
korupsi di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, seperti kurangnya
dukungan politik dan terbatasnya anggaran yang diberikan untuk KPK.
Penegakan hukum di Indonesia terkait pemberantasan korupsi dilakukan
melalui berbagai lembaga, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan
Agung, dan Kepolisian. KPK memiliki tugas utama untuk melakukan penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi, sedangkan Kejaksaan
Agung dan Kepolisian juga terlibat dalam proses penegakan hukum terkait tindak
pidana korupsi. Di samping itu, terdapat juga peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang pemberantasan korupsi, seperti Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Meskipun demikian,
upaya pemberantasan korupsi masih memerlukan perbaikan dan peningkatan yang
terus-menerus.
DAFTAR ISI
BAB 1: PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................................i
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................ii
1.3 Tujuan ............................................................................................................iii

BAB 2: KONSEP DAN DEFINISI KORUPSI


2.1 Pengertian korupsi .........................................................................................1
2.2 Pengertian Korupsi dari beberapa ahli ............................................................
2.3 Bentuk-bentuk Korupsi .....................................................................................
2.4 Faktor penyebab Korupsi ..................................................................................
2.5 Dampak dan konsekuensi Korupsi...................................................................

BAB 3: PENEGAKAN HUKUM PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA


3.1 Kebijakan pemerintah dalam pemberantasan Korupsi ....................................
3.2 Institusi-institusi penegak hukum pemberantasan korupsi di Indonesia .........
3.3 Peran dan fungsi KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) ...............................
3.4 Kasus-kasus Korupsi besar yang berhasil ditangani oleh pihak berwajib ......

BAB 4: TANTANGAN DAN SOLUSI DALAM PENEGAKAN HUKUM


PEMBERANTASAN KORUPSI
4.1 Tantangan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia ..................................
4.2 Solusi untuk mengatasi tantangan tersebut .....................................................

4.3 Harapan dan arahan untuk pemberantasan korupsi di masa depan ..............
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Pemberantasan korupsi di Indonesia sangat penting karena korupsi telah
menjadi masalah yang merugikan negara dan masyarakat secara luas.
Korupsi dapat menghambat pembangunan, mengurangi kualitas
pelayanan publik, merusak tata kelola pemerintahan yang baik, dan
memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi.
1.2.2 Selain itu korupsi dapat merugikan negara dan masyarakat secara besar-
besaran, menghambat pembangunan, dan mengurangi kepercayaan
publik terhadap pemerintah dan lembaga negara,melanggar hak asasi
manusia, dan merusak tata kelola yang baik. Oleh karena itu,
pemberantasan korupsi harus menjadi prioritas bagi pemerintah Indonesia
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh
rakyat. upaya pemberantasan korupsi harus terus dilakukan agar
Indonesia dapat mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan dan
memperkuat integritas lembaga-lembaga negara serta kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah.
1.3 Tujuan pembuatan makalah
Tujuan pembuatan makalah ini sebagaimana yang telah penulis
uraikan sebelumnya,diharapkan dapat memperoleh beberapa manfaat antara
lain sebagai berikut
1.3.1 memberikan pemahaman yang lebih luas tentang pentingnya
pemberantasan korupsi dalam membangun negara yang berintegritas dan
memberikan informasi tentang upaya-upaya penegakan hukum yang
dapat dilakukan untuk mencegah dan memberantas tindak korupsi.
1.3.2 memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya
penegakan hukum dalam mengatasi masalah korupsi, serta membahas
upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan aparat penegak hukum
dalam memberantas korupsi di Indonesia.
1.3.3 Makalah ini juga dapat memberikan rekomendasi dan solusi untuk
meningkatkan efektivitas pemberantasan korupsi di Indonesia.
1.3.4 Makalah ini juga dapat menjadi sarana untuk memperkuat kesadaran
masyarakat akan pentingnya integritas dan transparansi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
BAB 2

2.1 Pengertian Korupsi


Korupsi adalah penyimpangan atau pelanggaran hukum, etika, dan moralitas
yang berkaitan dengan penyalahgunaan kekuasaan atau kepercayaan untuk
keuntungan pribadi atau kelompok di dalam suatu sistem. Korupsi bisa diartikan
sebagai penggunaan kekuasaan atau otoritas publik yang dianugerahkan oleh
masyarakat atau negara untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Korupsi
umumnya melibatkan pengambilan, penyalahgunaan, atau pemanfaatan suap,
hadiah, atau prestasi terhadap orang yang berwenang untuk memperkaya diri
sendiri, keluarga, sahabat, atau pihak atau golongan tertentu lainnya
Pengertian korupsi bisa terjadi dari segi kehidupan mana pun, tidak hanya
pada pemerintahan. Akibatnya, korupsi juga berkembang degan begitu banyak
definisi. Secara internasional belum ada satu definisi yang menjadi satu-satunya
acuan di seluruh dunia tentang apa yang dimaksud dengan korupsi.
Korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin, "corruptio" dari kata
kerja "corrumpere", yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik,
menyogok, mencuri, maling. Menurut kamus Oxford, pengertian korupsi adalah
perilaku tidak jujur atau ilegal, terutama dilakukan orang yang berwenang.
Kemudian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian
korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan,
organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Sementara itu, menurut hukum di Indonesia, korupsi adalah perbuatan melawan
hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri/orang lain, baik perorangan
maupun korporasi, yang dapat merugikan keuangan negara/perekonomian negara.
2.2 Pengertian Korupsi dari beberapa Ahli

Nurdjana (1990)
Korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu "corruptio", yang berarti
perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang
dari kesucian, melanggar norma-norma agama material, mental dan hukum.
Gunnar Myrdal.
Korupsi adalah suatu masalah dalam pemerintahan karena kebiasaan melakukan
penyuapan dan ketidakjujuran membuka jalan membongkar korupsi dan tindakan-
tindakan penghukuman terhadap pelanggar. Tindakan dalam pemberantasan
korupsi umumnya dijadikan pembenar utama terhadap KUP Militer.
Robert Klitgaard.
Korupsi adalah suatu tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi
jabatannya dalam negara, di mana untuk memperoleh keuntungan status atau uang
yang menyangkut diri pribadi atau perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri,
atau dengan melanggar aturan pelaksanaan yang menyangkut tingkah laku pribadi.

2.3 Bentuk-bentuk korupsi


Beberapa bentuk korupsi antara lain:
a. Nepotisme, yaitu pemberian dukungan atau keuntungan kepada anggota keluarga
atau kerabat.
b. Kolusi, yaitu kriminalitas yang dilakukan antara pihak swasta atau bisnis dengan
pejabat negara untuk kepentingan bersama.
c. Penyuapan, yaitu memberikan uang atau barang pada seseorang yang
berwenang untuk mendapatkan keuntungan dalam suatu proses.
d. Patrociny, yaitu pemilihan atau pembelian jabatan atau jabatan-oaronong.
2.4 Faktor Penyebab Korupsi

Ketika perilaku konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih


bertujuan pada materi, hal tersebut dapat meningkatkan terjadinya permainan uang
yang menjadi penyebab korupsi. Korupsi adalah tindakan yang tidak akan pernah
putus terjadi apabila tidak ada perubahan dalam memandang kekayaan. Makin
banyak orang yang salah mengartikan tentang kekayaan, akan makin banyak pula
orang yang melakukan korupsi.
Ada dua faktor utama penyebab korupsi, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal penyebab korupsi, sebagai berikut:
2.4.1 Faktor Internal
Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi
seseorang. Hal ini biasanya ditandai dengan adanya sifat manusia yang dibagi
menjadi dua aspek, yaitu:
a. Berdasarkan aspek perilaku individu

 Sifat tamak/rakus
Sifat tamak atau rakus merupakan sifat manusia yang merasa selalu kurang dengan
apa yang telah dimilikinya, atau bisa juga disebut dengan rasa kurang bersyukur.
Orang yang tamak memiliki hasrat untuk menambah harta serta kekayaannya
dengan melakukan tindakan yang merugikan orang lain seperti korupsi.

 Moral yang kurang kuat


Orang yang tidak memiliki moral yang kuat tentunya akan mudah tergoda melakukan
perbuatan korupsi. Satu di antara penyebab korupsi ini merupakan tonggak bagi
ketahanan diri seseorang dalam kehidupannya.
Bila seseorang memang sudah tidak memiliki moral yang kuat, atau kurang
konsisten bisa menyebabkan mudahnya pengaruh dari luar masuk ke dirinya.

 Gaya hidup yang konsumtif


Gaya hidup tentunya menjadi satu di antara penyebab korupsi yang disebabkan oleh
faktor eksternal. Bila seseorang memiliki gaya hidup yang konsumtif dan
pendapatannya lebih kecil dari konsumsinya tersebut, hal ini akan menjadi penyebab
korupsi. Tentunya hal ini erat kaitannya dengan pendapatan seseorang.
b. Berdasarkan aspek sosial
Berdasarkan aspek sosial bisa menyebabkan sesorang melakukan tindak korupsi.
Hal ini bisa terjadi karena dorongan dan dukungan dari keluarga, walau sifat pribadi
seseorang tersebut tidak ingin melakukannya.
Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan untuk melakukan korupsi,
bukannya memberikan hukuman.
2.4.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal penyebab korupsi lebih condong terhadap pengaruh dari luar di
antaranya bisa dilihat dari beberapa aspek:

 Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi


Penyebab korupsi dalam aspek ini adalah ketika nilai nilai dalam masyarakat
kondusif untuk terjadinya korupsi.
Masyarakat tidak menyadari bahwa yang paling rugi atau korban utama ketika
adanya korupsi adalah mereka sendiri. Selain itu, masyarakat kurang menyadari
kalau mereka sedang terlibat korupsi.
Korupsi tentunya akan bisa dicegah dan diberantas bila ikut aktif dalam agenda
pencegahan dan pemberantasan korupsi tersebut.
Untuk itu, diperlukan adanya sosialisasi dan edukasi tentang kesadaran dalam
menanggapi korupsi ini bagi masyarakat.

 Aspek ekonomi
Aspek ekonomi hampir mirip dengan perilaku konsumtif pada faktor internal.
Bedanya, di sini lebih ditekankan kepada pendapatan seseorang, bukan kepada sifat
konsumtifnya. Dengan pendapatan yang tidak mencukupi, bisa menjadi penyebab
korupsi dilakukan seseorang.

 Aspek politis
Pada aspek politis, korupsi bisa terjadi karena kepentingan politik serta meraih dan
mempertahankan kekuasaan.
Biasanya dalam aspek politis ini bisa membentuk rantai-rantai penyebab korupsi
yang tidak terputus. Dari seseorang kepada orang lainnya.

 Aspek organisasi
Dalam aspek organisasi, penyebab korupsi bisa terjadi karena beberapa hal, seperti
kurang adanya keteladan kepemimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang benar,
kurang memadainya sistem akuntabilitas yang benar, serta kelemahan sistem
pengendalian manajemen dan lemahnya pengawasan.
2.5 Dampak dan Konsekuensi Korupsi
Dampak dari korupsi adalah merugikan negara, merusak tata kelola
pemerintahan dan sistem politik, menurunkan kualitas layanan publik, menyebabkan
ketimpangan sosial, dan mendorong kemiskinan. Korupsi juga memicu
ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah dan memblokir pembangunan dan
kemajuan negara yang lebih baik. Konsekuensi korupsi bisa berupa dikenakan
hukuman pidana, disanksi, sanksi administratif ataupun disebut sebagai
pelanggaran etika ataupun moralitas.
Dampak dan konsekuensi lainnya adalah :
a. Penurunan mutu pelayanan publik: Korupsi akan memprioritaskan kepentingan
pribadi sehingga tujuan melayani publik akan tersisihkan.
b. Penurunan stabilitas negara: Korupsi merusak kredibilitas negara sebagai badan
penyelenggara yang jujur dan adil.
c. Hilangnya kepercayaan masyarakat: Korupsi akan melenyapkan kepercayaan
publik pada pemerintah dan negara sebagai penyedia layanan publik yang impartial.
d. Hilangnya kebebasan bagi masyarakat: Korupsi memperkaya pejabat, korupsi
dapat mengurangi tuntutan masyarakat yang bergerak mencari jalan untuk
menghilangkan ketimpangan ekonomi.
e. Lahirnya ketidakadilan: Korupsi membuat orang hanya akan merasakan keadilan
apabila mereka mampu membayar secara sungguh-sungguh.
BAB 3

3.1 Kebijakan pemerintah dalam pemberantasan Korupsi

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan upaya


untuk memerangi korupsi, antara lain:
- Pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
- Peningkatan gaji dan kesejahteraan bagi aparat penegak hukum
- Peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran publik
- Implementasi E-Government untuk meminimalisir tindakan korupsi.
- Peningkatan sistem pengawasan dan audit keuangan.

3.2 Institusi-institusi penegak hukum pemberantasan korupsi di Indonesia


Indonesia memiliki beberapa lembaga yang bertugas dalam pemberantasan
korupsi, antara lain:
- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
- Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung)
- Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
- Polisi RI

3.3 Peran dan fungsi KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki peran dan fungsi:
- Melakukan penyelidikan, penuntutan dan pengadilan terhadap koruptor.
- Melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap praktek korupsi di instansi
publik dan swasta.
- Memberikan layanan bantuan hukum kepada korban korupsi.
- Menyadarkan dan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya
serta dampak buruk korupsi.
3.4 Kasus-kasus Korupsi besar yang berhasil ditangani oleh pihak berwajib
Penanganan korupsi di Indonesia kian hari menunjukkan arah
perubahan. Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus korupsi yang berhasil
diungkap oleh lembaga antirasuah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sejak
didirikan pada 2002.
Beberapa kasus besar pun sukses dibongkar. Bahkan, yang lebih
mencengangkannya lagi ada beberapa kasus yang tercatat banyak merugikan
negara hingga ratusan triliun rupiah.Berikut beberapa kasus yang berhasil
ditangani KPK:

1. Kotawaringin Timur
KPK resmi menetapkan Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi sebagai
tersangka atas kasus korupsi penerbitan Izin Usaha Pertambanga (IUP) di
daerah itu. Dalam kasus ini, negara tercatat mengalami kerugian hingga Rp
5,8 triliun dan 711 ribu dolar AS. Supian yang juga kader PDIP ini diduga
menguntungkan diri sendiri dan korporasi dalam pemberian IUP kepada tiga
perusahaan yakni PT. Fajar Mentaya Abadi (PT. FMA), PT. Billy Indonesia
(PT. BI) dan PT. Aries Iron Maining (PT. AIM) pada periode 2010-2015.
Peneliti Indonesian Corruption Watch (ICW) Emerson Yuntho menyebut
kasus korupsi Bupati Kotawaringin Timur menjadi salah satu kasus orupsi
terbesar yang ditangani oleh KPK. "Jadi ini satu kerugian negara paling besar
yang kami tahu yang ditangani KPK," kata Emerson.
2. Kasus BLBI
Kasus korupsi Bantuan Likuiditas Nak Indonesia (BLBI) yang telah
bergulir sejak lebih dari satu dasawarsa ini juga menjadi salah satu
kasus korupsi terbesar yang pernah ada di Tanah Air. Hingga kini, kasus yang
membelit sejumlah petinggi negara dan perusahaan besar ini masih juga
belum menemui titik terang.
BLBI adalah program pinjaman dari Bank Indonesia kepada sejumlah
bank yang mengalami masalah pembayaran kewajiban saat menghadapi krisis
moneter 1998. Bank yang telah mengembalikan bantuan mendapatkan Surat
Keterangan Lunas (SKL), namun belakangan diketahui SKL itu diberikan
sebelum bank tertentu melunasi bantuan. Menurut keterangan KPK, kerugian
negara akibat kasus megakorupsi ini mencapai Rp 3,7 triliun. Penyelesaian
kasus besar yang ditargetkan rampung 2018 ini pun kembali molor hingga
2019.

3. Kasus E-KTP
Kasus pengadaan E-KTP menjadi salah satu kasus korupsi yang paling
fenomenal. Kasus yang menyeret Mantan Ketua Umum Partai Golkar Setya
Novanto ini telah bergulir sejak 2011 dengan total kerugian negara mencapai
Rp 2,3 triliun. Setidaknya ada sekitar 280 saksi yang telah diperiksa KPK atas
kasus ini dan hingga kini ada 8 orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka.
Mereka adalah pengusaha Made Oka Masagung, Keponakan Setya
Novanto yakni Irvanto Hendra Pambudi, Mantan Direktur Pengelola Informasi
Administrasi Kependudukan Dirjen Dukcapil Kemendagri Sugiharto, Mantan
Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri Irman, pengusaha
Andi Narogong, Mantan Ketua Umum Golkar Setya Novanto, Anggota DPR
Markus Nari, dan Direktur PT Quadra Solution Anang Sugiana Sudiharjo.

4. Proyek Hambalang
Kasus proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sarana
Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang juga tercatat menjadi salah
satu kasus korupsi  besar yang pernah ada. Nilai kerugiannya mencapai Rp
706 miliar. Pembangunan proyek Hambalang ini direncanakan dibangun sejak
masa Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Malarangeng dengan menghabiskan
anggaran sebesar Rp 1,2 triliun. Proyek yang ditargetkan rampung dalam
waktu 3 tahun ini mangkrak hingga akhirnya aliran dana korupsi terendus KPK.
Aliran dana proyek ini masuk ke kantong beberapa pejabat. Di antaranya
Mantan Menpora Andi Malarangeng, Sekretaris Kemenpora Wafid Muharram,
Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Direktur Utama PT Dutasari
Citra Laras Mahfud Suroso, Anggota DPR Angelina Sondakh.

5. Jiwasraya
Permasalahan Jiwasraya (JS) dimulai dari manipulasi laporan keuangan.
Proses rekayasa laporan keuangan JS telah dilakukan lebih dari satu dekade lalu.
Pada 2006 laporan keuangan menunjukkan nilai ekuitas Jiwasraya negatif Rp 3,29
triliun karena aset yang dimiliki jauh lebih kecil dibandingkan dengan kewajiban.
Oleh karenanya, BPK memberikan opini disclaimer untuk laporan keuangan 2006
dan 2007 karena penyajian informasi cadangan tidak dapat diyakini kebenarannya.
Pada 2015, OJK melakukan pemeriksaan langsung terhadap JS dengan aspek
pemeriksaan investasi dan pertanggungan. Audit BPK di 2015 menunjukkan
terdapat dugaan penyalahgunaan wewenang JS dan laporan aset investasi
keuangan yang overstated dan kewajiban yang understated.
Pada Mei 2018 terjadi pergantian direksi. Setelah itu, direksi baru melaporkan
terdapat kejanggalan laporan keuangan kepada Kementerian BUMN. Hasil audit
KAP atas laporan keuangan JS 2017 antara lain mengoreksi laporan keuangan
interim yang semula mencatatkan laba Rp 2,4 triliun menjadi Rp 428 miliar.
BAB 4
4.1 Tantangan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia
Salah satu tantangan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia adalah
kelembagaan yang belum optimal. Meskipun telah banyak mekanisme dan institusi
yang dibentuk untuk memerangi korupsi, namun hal tersebut belum mampu
menunjukkan hasil yang signifikan. Selain itu, masyarakat yang masih cenderung
kurang peduli dan terkadang malah menjadi pelaku korupsi, juga menjadi tantangan
dalam upaya pemberantasan korupsi.

4.2 Solusi untuk mengatasi tantangan tersebut


Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa solusi dapat dilakukan.
Pertama, meningkatkan keefektifan lembaga dan sistem yang telah ada dalam
pemberantasan korupsi, dengan memperkuat tugas dan fungsi serta memberikan
dukungan yang memadai. Kedua, meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif
masyarakat dalam pemberantasan korupsi, dengan melibatkan mereka dalam setiap
tahap proses pemberantasan korupsi. Ketiga, Mengembangkan program pendidikan
anti korupsi secara meluas.

4.3 Harapan dan saran untuk pemberantasan korupsi di masa depan


Harapan dan arahan untuk pemberantasan korupsi di masa depan adalah
pencapaian target zero korupsi, hasil yang maksimal dalam tindakan pencegahan,
penindakan, dan pemberantasan suap, penguatan sistem pelaporan whistleblower,
terciptanya budaya anti korupsi yang kuat, dan meningkatnya realisasi hak-hak
masyarakat melalui pemberantasan korupsi. Diperlukan juga keterbukaan informasi
publik dan penguatan integritas yang akan menunjang keberhasilan pemberantasan
korupsi di masa yang akan datang. Semua bila dilakukan dengan sungguh-sungguh
akan meningkatkan kinerja aparat penegak hukum, mendorong legislatif, eksekutif
dan yudikatif menjadi bersih dari korupsi, serta akan meningkatkan kepercayaan
khalayak pada lembaga negara.
https://www.bola.com/ragam/read/5048181/pengertian-korupsi-menurut-para-ahli-
ketahui-penyebabnya
https://www.suara.com/news/2019/02/11/163457/5-kasus-korupsi-terbesar-di-
indonesia-dengan-kerugian-negara-fantastis

Anda mungkin juga menyukai