Nama dosen
Matakuliah
Kelompok 6:
1. Suryo utomo
2. Rama dianto
3. Daud anton suryono
4. supriyanto
5. lutif apa ga tau panjangannya
6. Danil
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penegakan hukum di Indonesia dalam pemberantasan korupsi telah
mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini
terlihat dari dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2002,
yang memiliki tugas untuk melakukan pencegahan, penyelidikan, dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi.
Selain KPK, penegakan hukum di Indonesia juga melibatkan aparat
kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Dalam melaksanakan tugasnya, mereka
menggunakan berbagai instrumen hukum seperti UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi.
Meski begitu, masih terdapat beberapa kendala dalam penegakan hukum di
Indonesia, seperti lemahnya sistem pengawasan internal di instansi pemerintah dan
tingginya tingkat korupsi di kalangan aparat penegak hukum itu sendiri. Oleh karena
itu, perlu adanya upaya terus-menerus untuk meningkatkan efektivitas penegakan
hukum di Indonesia dalam pemberantasan korupsi.
Pemberantasan korupsi di Indonesia diatur oleh Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi, yang memberikan dasar hukum untuk
menindak korupsi secara tegas. Penegakan hukum terhadap korupsi dilakukan oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dibentuk berdasarkan UU tersebut. KPK
memiliki kewenangan untuk melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi. Meskipun demikian, penegakan hukum terhadap
korupsi di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, seperti kurangnya
dukungan politik dan terbatasnya anggaran yang diberikan untuk KPK.
Penegakan hukum di Indonesia terkait pemberantasan korupsi dilakukan
melalui berbagai lembaga, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan
Agung, dan Kepolisian. KPK memiliki tugas utama untuk melakukan penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi, sedangkan Kejaksaan
Agung dan Kepolisian juga terlibat dalam proses penegakan hukum terkait tindak
pidana korupsi. Di samping itu, terdapat juga peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang pemberantasan korupsi, seperti Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Meskipun demikian,
upaya pemberantasan korupsi masih memerlukan perbaikan dan peningkatan yang
terus-menerus.
DAFTAR ISI
BAB 1: PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................................i
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................ii
1.3 Tujuan ............................................................................................................iii
4.3 Harapan dan arahan untuk pemberantasan korupsi di masa depan ..............
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Pemberantasan korupsi di Indonesia sangat penting karena korupsi telah
menjadi masalah yang merugikan negara dan masyarakat secara luas.
Korupsi dapat menghambat pembangunan, mengurangi kualitas
pelayanan publik, merusak tata kelola pemerintahan yang baik, dan
memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi.
1.2.2 Selain itu korupsi dapat merugikan negara dan masyarakat secara besar-
besaran, menghambat pembangunan, dan mengurangi kepercayaan
publik terhadap pemerintah dan lembaga negara,melanggar hak asasi
manusia, dan merusak tata kelola yang baik. Oleh karena itu,
pemberantasan korupsi harus menjadi prioritas bagi pemerintah Indonesia
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh
rakyat. upaya pemberantasan korupsi harus terus dilakukan agar
Indonesia dapat mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan dan
memperkuat integritas lembaga-lembaga negara serta kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah.
1.3 Tujuan pembuatan makalah
Tujuan pembuatan makalah ini sebagaimana yang telah penulis
uraikan sebelumnya,diharapkan dapat memperoleh beberapa manfaat antara
lain sebagai berikut
1.3.1 memberikan pemahaman yang lebih luas tentang pentingnya
pemberantasan korupsi dalam membangun negara yang berintegritas dan
memberikan informasi tentang upaya-upaya penegakan hukum yang
dapat dilakukan untuk mencegah dan memberantas tindak korupsi.
1.3.2 memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya
penegakan hukum dalam mengatasi masalah korupsi, serta membahas
upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan aparat penegak hukum
dalam memberantas korupsi di Indonesia.
1.3.3 Makalah ini juga dapat memberikan rekomendasi dan solusi untuk
meningkatkan efektivitas pemberantasan korupsi di Indonesia.
1.3.4 Makalah ini juga dapat menjadi sarana untuk memperkuat kesadaran
masyarakat akan pentingnya integritas dan transparansi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
BAB 2
Nurdjana (1990)
Korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu "corruptio", yang berarti
perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang
dari kesucian, melanggar norma-norma agama material, mental dan hukum.
Gunnar Myrdal.
Korupsi adalah suatu masalah dalam pemerintahan karena kebiasaan melakukan
penyuapan dan ketidakjujuran membuka jalan membongkar korupsi dan tindakan-
tindakan penghukuman terhadap pelanggar. Tindakan dalam pemberantasan
korupsi umumnya dijadikan pembenar utama terhadap KUP Militer.
Robert Klitgaard.
Korupsi adalah suatu tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi
jabatannya dalam negara, di mana untuk memperoleh keuntungan status atau uang
yang menyangkut diri pribadi atau perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri,
atau dengan melanggar aturan pelaksanaan yang menyangkut tingkah laku pribadi.
Sifat tamak/rakus
Sifat tamak atau rakus merupakan sifat manusia yang merasa selalu kurang dengan
apa yang telah dimilikinya, atau bisa juga disebut dengan rasa kurang bersyukur.
Orang yang tamak memiliki hasrat untuk menambah harta serta kekayaannya
dengan melakukan tindakan yang merugikan orang lain seperti korupsi.
Aspek ekonomi
Aspek ekonomi hampir mirip dengan perilaku konsumtif pada faktor internal.
Bedanya, di sini lebih ditekankan kepada pendapatan seseorang, bukan kepada sifat
konsumtifnya. Dengan pendapatan yang tidak mencukupi, bisa menjadi penyebab
korupsi dilakukan seseorang.
Aspek politis
Pada aspek politis, korupsi bisa terjadi karena kepentingan politik serta meraih dan
mempertahankan kekuasaan.
Biasanya dalam aspek politis ini bisa membentuk rantai-rantai penyebab korupsi
yang tidak terputus. Dari seseorang kepada orang lainnya.
Aspek organisasi
Dalam aspek organisasi, penyebab korupsi bisa terjadi karena beberapa hal, seperti
kurang adanya keteladan kepemimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang benar,
kurang memadainya sistem akuntabilitas yang benar, serta kelemahan sistem
pengendalian manajemen dan lemahnya pengawasan.
2.5 Dampak dan Konsekuensi Korupsi
Dampak dari korupsi adalah merugikan negara, merusak tata kelola
pemerintahan dan sistem politik, menurunkan kualitas layanan publik, menyebabkan
ketimpangan sosial, dan mendorong kemiskinan. Korupsi juga memicu
ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah dan memblokir pembangunan dan
kemajuan negara yang lebih baik. Konsekuensi korupsi bisa berupa dikenakan
hukuman pidana, disanksi, sanksi administratif ataupun disebut sebagai
pelanggaran etika ataupun moralitas.
Dampak dan konsekuensi lainnya adalah :
a. Penurunan mutu pelayanan publik: Korupsi akan memprioritaskan kepentingan
pribadi sehingga tujuan melayani publik akan tersisihkan.
b. Penurunan stabilitas negara: Korupsi merusak kredibilitas negara sebagai badan
penyelenggara yang jujur dan adil.
c. Hilangnya kepercayaan masyarakat: Korupsi akan melenyapkan kepercayaan
publik pada pemerintah dan negara sebagai penyedia layanan publik yang impartial.
d. Hilangnya kebebasan bagi masyarakat: Korupsi memperkaya pejabat, korupsi
dapat mengurangi tuntutan masyarakat yang bergerak mencari jalan untuk
menghilangkan ketimpangan ekonomi.
e. Lahirnya ketidakadilan: Korupsi membuat orang hanya akan merasakan keadilan
apabila mereka mampu membayar secara sungguh-sungguh.
BAB 3
1. Kotawaringin Timur
KPK resmi menetapkan Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi sebagai
tersangka atas kasus korupsi penerbitan Izin Usaha Pertambanga (IUP) di
daerah itu. Dalam kasus ini, negara tercatat mengalami kerugian hingga Rp
5,8 triliun dan 711 ribu dolar AS. Supian yang juga kader PDIP ini diduga
menguntungkan diri sendiri dan korporasi dalam pemberian IUP kepada tiga
perusahaan yakni PT. Fajar Mentaya Abadi (PT. FMA), PT. Billy Indonesia
(PT. BI) dan PT. Aries Iron Maining (PT. AIM) pada periode 2010-2015.
Peneliti Indonesian Corruption Watch (ICW) Emerson Yuntho menyebut
kasus korupsi Bupati Kotawaringin Timur menjadi salah satu kasus orupsi
terbesar yang ditangani oleh KPK. "Jadi ini satu kerugian negara paling besar
yang kami tahu yang ditangani KPK," kata Emerson.
2. Kasus BLBI
Kasus korupsi Bantuan Likuiditas Nak Indonesia (BLBI) yang telah
bergulir sejak lebih dari satu dasawarsa ini juga menjadi salah satu
kasus korupsi terbesar yang pernah ada di Tanah Air. Hingga kini, kasus yang
membelit sejumlah petinggi negara dan perusahaan besar ini masih juga
belum menemui titik terang.
BLBI adalah program pinjaman dari Bank Indonesia kepada sejumlah
bank yang mengalami masalah pembayaran kewajiban saat menghadapi krisis
moneter 1998. Bank yang telah mengembalikan bantuan mendapatkan Surat
Keterangan Lunas (SKL), namun belakangan diketahui SKL itu diberikan
sebelum bank tertentu melunasi bantuan. Menurut keterangan KPK, kerugian
negara akibat kasus megakorupsi ini mencapai Rp 3,7 triliun. Penyelesaian
kasus besar yang ditargetkan rampung 2018 ini pun kembali molor hingga
2019.
3. Kasus E-KTP
Kasus pengadaan E-KTP menjadi salah satu kasus korupsi yang paling
fenomenal. Kasus yang menyeret Mantan Ketua Umum Partai Golkar Setya
Novanto ini telah bergulir sejak 2011 dengan total kerugian negara mencapai
Rp 2,3 triliun. Setidaknya ada sekitar 280 saksi yang telah diperiksa KPK atas
kasus ini dan hingga kini ada 8 orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka.
Mereka adalah pengusaha Made Oka Masagung, Keponakan Setya
Novanto yakni Irvanto Hendra Pambudi, Mantan Direktur Pengelola Informasi
Administrasi Kependudukan Dirjen Dukcapil Kemendagri Sugiharto, Mantan
Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri Irman, pengusaha
Andi Narogong, Mantan Ketua Umum Golkar Setya Novanto, Anggota DPR
Markus Nari, dan Direktur PT Quadra Solution Anang Sugiana Sudiharjo.
4. Proyek Hambalang
Kasus proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sarana
Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang juga tercatat menjadi salah
satu kasus korupsi besar yang pernah ada. Nilai kerugiannya mencapai Rp
706 miliar. Pembangunan proyek Hambalang ini direncanakan dibangun sejak
masa Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Malarangeng dengan menghabiskan
anggaran sebesar Rp 1,2 triliun. Proyek yang ditargetkan rampung dalam
waktu 3 tahun ini mangkrak hingga akhirnya aliran dana korupsi terendus KPK.
Aliran dana proyek ini masuk ke kantong beberapa pejabat. Di antaranya
Mantan Menpora Andi Malarangeng, Sekretaris Kemenpora Wafid Muharram,
Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Direktur Utama PT Dutasari
Citra Laras Mahfud Suroso, Anggota DPR Angelina Sondakh.
5. Jiwasraya
Permasalahan Jiwasraya (JS) dimulai dari manipulasi laporan keuangan.
Proses rekayasa laporan keuangan JS telah dilakukan lebih dari satu dekade lalu.
Pada 2006 laporan keuangan menunjukkan nilai ekuitas Jiwasraya negatif Rp 3,29
triliun karena aset yang dimiliki jauh lebih kecil dibandingkan dengan kewajiban.
Oleh karenanya, BPK memberikan opini disclaimer untuk laporan keuangan 2006
dan 2007 karena penyajian informasi cadangan tidak dapat diyakini kebenarannya.
Pada 2015, OJK melakukan pemeriksaan langsung terhadap JS dengan aspek
pemeriksaan investasi dan pertanggungan. Audit BPK di 2015 menunjukkan
terdapat dugaan penyalahgunaan wewenang JS dan laporan aset investasi
keuangan yang overstated dan kewajiban yang understated.
Pada Mei 2018 terjadi pergantian direksi. Setelah itu, direksi baru melaporkan
terdapat kejanggalan laporan keuangan kepada Kementerian BUMN. Hasil audit
KAP atas laporan keuangan JS 2017 antara lain mengoreksi laporan keuangan
interim yang semula mencatatkan laba Rp 2,4 triliun menjadi Rp 428 miliar.
BAB 4
4.1 Tantangan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia
Salah satu tantangan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia adalah
kelembagaan yang belum optimal. Meskipun telah banyak mekanisme dan institusi
yang dibentuk untuk memerangi korupsi, namun hal tersebut belum mampu
menunjukkan hasil yang signifikan. Selain itu, masyarakat yang masih cenderung
kurang peduli dan terkadang malah menjadi pelaku korupsi, juga menjadi tantangan
dalam upaya pemberantasan korupsi.