Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tindak pidana korupsi merupakan salah satu bagian dari hukum pidana khusus
di samping mempunyai spesifikasi tertentu yang berbeda dengan hukum pidana khusus,
seperti adanya penyimpangan hukum acara serta apabila ditinjau dari materi yang diatur
maka tindak pidana korupsi secara langsung maupun tidak langsung dimaksudkan
menekan seminimal mungkin terjadinya kebocoran dan penyimpangan terhadap
keuangan dan perekonomian negara. Dengan diantisipasi sedini dan seminimal mungkin
penyimpangan tersebut, diharapkan roda perekonomian dan pembangunan dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya sehingga lambat laun akan membawa daampak
adanya peningkatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Di berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih


dibandingkan dengan tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingat
dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindak pidana ini. Dampak yang ditimbulkan
dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi merupakan masalah serius,
tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat,
membahayakan pembangunan sosial ekonomi, dan juga politik, serta dapat merusak
nilai-nilai demokrasi dan moralitas karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi
budaya. Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan
makmur.

Selama ini korupsi lebih banyak dimaklumi oleh berbagai pihak daripada
memberantasnya, padahal tindak pidana korupsi adalah salah satu jenis kejahatan yang
dapat menyentuh berbagai kepentingan yang menyangkut hak asasi, ideologi negara,
perekonomian, keuangan negara, moral bangsa, dan sebagainya, yang merupakan
perilaku jahat yang cenderung sulit untuk ditanggulangi. Sulitnya penanggulangan
tindak pidana korupsi terlihat dari banyak diputusbebasnya terdakwa kasus tindak
pidana korupsi atau minimnya pidana yang ditanggung oleh terdakwa yang tidak
sebanding dengan apa yang dilakukannya. Hal ini sangat merugikan negara dan
menghambat pembangunan bangsa. Jika ini terjadi secara terus-menerus dalam waktu
yang lama, dapat meniadakan rasa keadilan dan rasa kepercayaan atas hukum dan
peraturan perundang-undangan oleh warga negara. Perasaaan tersebut memang telah
terlihat semakin lama semakin menipis dan dapat dibuktikan dari banyaknya masyarakat
yang ingin melakukan aksi main hakim sendiri kepada pelaku tindak pidana di dalam
kehidupan masyarakat dengan mengatasnamakan keadilan yang tidak dapat dicapai dari
hukum, peraturan perundang-undangan, dan juga para penegak hukum di Indonesia (Evi
Hartanti, 2005:1-2).

Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang sangat parah
dan begitu mengakar dalam setiap sendi kehidupan. Perkembangan praktek korupsi dari
tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari kuantitas atau jumlah kerugian keuangan
negara maupun dari segi kualitas yang semakin sistematis, canggih serta lingkupnya
sudah meluas dalam seluruh aspek masyarakat. Meningkatnya tindak pidana korupsi
yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan
perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada
umumnya. Maraknya kasus tindak pidana korupsi di Indonesia, tidak lagi mengenal
batas-batas siapa, mengapa, dan bagaimana. Tidak hanya pemangku jabatan dan
kepentingan saja yang melakukan tindak pidana korupsi, baik di sektor publik maupun
privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah menjadi suatu fenomena.

Penyelenggaraan negara yang bersih menjadi penting dan sangat diperlukan


untuk menghindari praktek-praktek korupsi yang tidak saja melibatkan pejabat
bersangkutan, tetapi juga oleh keluarga dan kroninya, yang apabila dibiarkan, maka
rakyat Indonesia akan berada dalam posisi yang sangat dirugikan.Tindak pidana korupsi
tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara negara, antar penyelenggara negara,
melainkan juga penyelenggara negara dengan pihak lain seperti keluarga, kroni dan para
pengusaha, sehingga merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta membahayakan eksistensi negara.

Menjamurnya tindak pidana korupsi tentu membuat segenap bangsa Indonesia


sangat gelisah. Ternyata korupsi terjadi pada berbagai sektor dan juga kekuasaan
eksekutif, legislatif, dan yudikatif serta sektor swasta (private sector). Oleh karena itu
pemberantasan korupsi merupakan salah satu fokus utama Pemerintah dan Bangsa
Indonesia.

Upaya-upaya telah ditempuh, baik untuk mencegah maupun memberantas korupsi


secara serentak, mengingat tindak pidana korupsi sebagai white collar crime serta
sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime). Upaya-upaya itu sebenarnya telah
dilakukan dan diupayakan agar membuahkan hasil berupa tumbuhnya itikad
pemberantasan korupsi hingga ke pelosok Indonesia. Pada masa reformasi, selain
Kepolisian dan Kejaksaan sejumlah instansi pelaksanaan dan pendukung pemberantasan
korupsi juga dibentuk, antara lain Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), dan Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban (LPSK), juga telah dibentuk pengadilan khusus tindak pidana
korupsi. Semua itu dilakukan dalam rangka mengoptimalkan upaya pemberantasan
korupsi.

Optimalisasi pemberantasan tindak pidana korupsi merupakan jawaban tepat


dalam menyikapi maraknya perilaku korup dan korupsi. Keberhasilan pemberantasan
korupsi membawa dampak positif yang meluas bagi rakyat, bangsa dan negara.
Mengapa demikian? Karena korupsi menunjukkan pada perbuatan yang rusak, busuk,
bejat, tidak jujur yang disangkutpautkan dengan keuangan. Korupsi juga memberikan
ancaman yang serius terhadap stabilitas dan keamanan yang dapat melemahkan
lembaga-lembaga dan nilai-nilai demokrasi, nilai-nilai etika dan keadilan serta
membahayakan pembangunan berkelanjutan (suistanable development) dan penegakan
supremasi hukum

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui persoalan korupsi di Indonesia


2. Untuk mencegah terjadinya korupsi
3. Untuk meningkatkan kesadaran generasi muda akan bahaya korupsi
4. Untuk mengetahui perkembangan korupsi di Indonesia dari tahun ke tahun

1.3 Manfaat

1. Agar mahasiswa mengenal lebih dini hal-hal yang berkaitan dengan korupsi
2. Menambah wawasan akan bahaya tentang korupsi
3. Sebagai sumber refrensi untuk belajar mengenali korupsi
BAB II
PERMASALAHAN

1. Mengapa korupsi di Indonesia sangat sulit diberantas ?


2. Apa penyebab terjadinya korupsi di Indonesia ?
3. Bagaimana hukuman bagi orang-orang yang melakukan korupsi ?
4. Bagaimana dampak tindak pidana korupsi terhadap pembangunan bangsa dan
negara ?
5. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk memberantas tindak pidana korupsi?
BAB III
PEMBAHASAN

1. Praktik korupsi di Indonesia sulit diberantas sampai habis karena masih


lemahnya integritas dan kesadaran diri sejumlah pejabat dan sebagian
masyarakat, kata Wakil Menteri Hukum dan HAM Prof. Edward Omar Sharif
Hiariej.
2. Penyebab terjadinya korupsi di Indonesia adalah korupsi sebagai way of life
(jalan untuk hidup) dari banyak orang, mengapa korupsi itu secara diam-diam
ditolerir, bukan oleh penguasa, tetapi masyarakat itu sendiri. Kalau masyarakat
umum mempunyai semangat anti korupsi seperti para mahasiswa pada waktu
melakukan demontsrarsi anti korupsi, maka korupsi sungguh-sungguh tidak akan
dikenal, hal tersebut senada dengan pendapat (Syed Hussein Alatas) bahwa
mayoritas rakyat yang tidak melakukan korupsi seharusnya berpartisipasi dalam
melakukan memberantas korupsi yang dilakukan oleh minoritas. Karena korupsi
itu hanya dilakukan oleh minoritas dan bukan mayoritas. Sedangkan menurut
Huntington yang menurutnya bahwa korupsi disebabkan pula oleh budaya
modernisasi. Bukti-bukti dari sana sini menunjukkan bahwa luas perkembangan
korupsi berkaitan dengan modernisasi angka dan ekonomi yang cepat. Dari
jawaban Huntington tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1. Modernisasi membawa perubahan-perubahan pada nilai dasar atas
masyarakat.
2. Modernisasi juga ikut mengembangkan korupsi karena modernisasi
membuka sumber-sumber kekayaan dan kekuasaan baru.
3. Modernisasi merangsang korupsi karena perubahan-perubahan yang
diakibatkannya dalam bidang kegiatan politik.
3. Vonis bagi koruptor memang sudah menjatuhkan hukuman seumur hidup dan
hukuman denda, ditambah hukuman pengganti. Bahkan, hakim juga pernah
mencabut hak politik bagi terpidana korupsi. Ahli hukum Pidana Universitas
Indonesia, Gandjar Laksmana Bonaprapta (Kapita Selekta dan Beban Biaya
Sosial Korupsi), mengatakan penerapan pembebanan biaya sosial korupsi sangat
dimungkinkan. Alasannya karena penanganan tindak pidana korupsi diatur
melalui perundang-undangan khusus, sesuai asas lex spesialis derogate legi
generali. Menurut asas tersebut, sepanjang memenuhi syarat, ketidaklaziman
atau bahkan kekurangsesuaian dengan asas-asas umum, memungkinkan
dilakukan revisi. Dengan cara ini, tidak ada lagi pelaku korupsi yang bisa hidup
mewah dari hasil kejahatannya selepas dari penjara. Hal ini sesuai dengan asas
hukum asas malis non expediat malos esse, yaitu pelaku kejahatan tidak boleh
menikmati hasil kejahatannya. Membebankan biaya sosial korupsi kepada
koruptor, tidak hanya diharapkan bisa mengganti kerugian negara tapi juga
mengembalikan rasa keadilan di tengah masyarakat. Cara ini juga akan
memberikan efek jera, sehingga tidak ada lagi orang yang berani korupsi dan
memberikan rasa aman kepada masyarakat.
4. Adapun dampak – dampak yang di akibatkan oleh tindak korupsi ialah :
a) Bidang Demokrasi

Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam


dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik
(good governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di
pemilihan umum dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan
perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan
menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik
menghasilkan ketidakseimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum,
korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian
prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan
bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit
legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.

b) Bidang Ekonomi

Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas


pelayanan pemerintahan. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi
dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat,
korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal,
ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko
pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang
menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah
birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan
sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan- aturan baru dan
hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga
mengacaukan “lapangan perniagaan”. Perusahaan yang memiliki koneksi
dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-
perusahaan yang tidak efisien. Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di
dalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek
masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat
mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan
praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi
juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan
hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan
pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap
anggaran pemerintah.

c) Bidang Kesejahteraan

Negara Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman


besar bagi warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah
sering menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi
adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan
besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil. Politikus-politikus
“probisnis” ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar
yang memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.

Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk memberantas tindak pidana


korupsi diantaranya:

Strategi Preventif

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal
yang menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi
harus dibuat upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab
korupsi. Disamping itu perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang
untuk melakukan korupsi dan upaya ini melibatkan banyak pihak dalam
pelaksanaanya agar dapat berhasil dan mampu mencegah adanya korups
Strategi Deduktif

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar
apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan
dapat diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya,
sehingga dapat ditindaklanjuti dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak
sistem yang harus dibenahi, sehingga sistem- sistem tersebut akan dapat
berfungsi sebagai aturan yang cukup tepat memberikan sinyal apabila terjadi
suatu perbuatan korupsi. Hal ini sangat membutuhkan adanya berbagai disiplin
ilmu baik itu ilmu hukum, ekonomi maupun ilmu politik dan sosial.

Strategi Represif

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk
memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-
pihak yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses
penanganan korupsi sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan
sampai dengan peradilan perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di segala
aspeknya, sehingga proses penanganan tersebut dapat dilakukan secara cepat dan
tepat. Namun implementasinya harus dilakukan secara terintregasi. Bagi
pemerintah banyak pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang
hendak dilaksanakan. Bahkan dari masyarakat dan para pemerhati / pengamat
masalah korupsi banyak memberikan sumbangan pemikiran dan opini strategi
pemberantasan korupsi secara preventif maupun secara represif antara lain:

1. Konsep “carrot and stick”

yaitu konsep pemberantasan korupsi yang sederhana yang keberhasilannya


sudah dibuktikan di Negara RRC dan Singapura. Carrot adalah pendapatan
netto pegawai negeri, TNI dan Polri yang cukup untuk hidup dengan standar
sesuai angkahan, pengetahuan, kepemimpinan, pangkat dan martabatnya,
sehingga dapat hidup layak bahkan cukup untuk hidup dengan “gaya” dan
“gagah”. Sedangkan Stick adalah bila semua sudah dicukupi dan masih ada
yang berani korupsi, maka hukumannya tidak tanggung-tanggung, karena tidak
ada angkah sedikitpun untuk melakukan korupsi, bilamana perlu dijatuhi
hukuman mati.
2. Gerakan “Masyarakat Anti Korupsi”

yaitu pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini perlu adanya tekanan


kuat dari masyarakat luas dengan mengefektifkan langkah rakyat anti korupsi,
LSM, ICW, Ulama NU dan Muhammadiyah ataupun ormas yang lain perlu
bekerjasama dalam upaya memberantas korupsi, serta kemungkinan
dibentuknya koalisi dari partai politik untuk melawan korupsi. Selama ini
pemberantasan korupsi hanya dijadikan sebagai bahan kampanye untuk
mencari dukungan saja tanpa ada realisasinya dari partai politik yang
bersangkutan. Gerakan rakyat ini diperlukan untuk menekan pemerintah dan
sekaligus memberikan dukungan moral agar pemerintah bangkit memberantas
korupsi.

3. Gerakan “Pembersihan”

yaitu menciptakan semua langkah hukum (KPK, Kepolisian, Kejaksaan,


Pengadilan) yang bersih, jujur, disiplin, dan bertanggungjawab serta memiliki
komitmen yang tinggi dan berani melakukan pemberantasan korupsi tanpa
memandang status angka untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hal ini
dapat dilakukan dengan membenahi angka organisasi yang ada dengan
menekankan prosedur structure follows strategy yaitu dengan menggambar
struktur organisasi yang sudah ada terlebih dahulu kemudian menempatkan
orangorang sesuai posisinya masing-masing dalam struktur organisasi tersebut.

4. Gerakan “Moral”

Gerakan moral yang secara terus menerus mensosialisasikan bahwa


korupsi adalah kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkat dan
martabat manusia. Melalui langkah moral diharapkan tercipta kondisi
lingkungan angka masyarakat yang sangat menolak, menentang, dan
menghukum perbuatan korupsi dan akan menerima, mendukung, dan
menghargai perilaku anti korupsi. Langkah ini antara lain dapat dilakukan
melalui angkah angkahan, sehingga dapat terjangkau seluruh lapisan
masyarakat terutama generasi muda sebagai langlah yang efektif membangun
peradaban bangsa yang bersih dari moral korup.

Setiap pemerintah negara pada umumnya pasti telah melakukan angkah-


langkah untuk memberantas korupsi dengan membuat undang-undang.
Indonesia juga membuat undangundang tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi yaitu Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dan mengalami perubahan yaitu Undangundang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah dibuat ini dapat disimpulkan bahwa hasil-hasil
diskusi kami terhadap permasalahan korupsi antara lain:
1. Praktik korupsi di Indonesia sulit diberantas sampai habis karena masih
lemahnya integritas dan kesadaran diri sejumlah pejabat dan sebagian
masyarakat.
2. Koruptor harus membayar seluruh biaya sosial yang diakibatkan dari
tindakannya, jika perlu langkah ini sampai memiskinkan koruptor. Dengan cara
ini, tidak ada lagi pelaku korupsi yang bisa hidup mewah dari hasil
kejahatannya selepas dari penjara.
3. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas
dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan
menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik
menghasilkan ketidakseimbangan dalam pelayanan masyarakat.
4. Dampak – dampak yang diakibatkan oleh tindak korupsi:
a) Dampak Demokrasi
Korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik dengan
cara menghancurkan proses formal, mempersulit legitimasi pemerintahan dan
nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.
b) Dampak Ekonomi
Korupsi mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas
pelayanan pemerintahan dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang
tinggi.
c) Dampak Kesejahteraan
Kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan bagi pemberi sogok
dan tidak untuk rakyat luas.
5. Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk memberantas tindak pidana korupsi
diantaranya:
a) Strategi Preventif

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal
yang menjadi penyebab timbulnya korupsi.

b) Strategi Deduktif

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan


agar apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut
akan dapat diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-
akuratnya, sehingga dapat ditindaklanjuti dengan tepat.

c) Strategi Represif

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan


untuk memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam korupsi.

Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi sejak dari tahap
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan perlu dikaji
untuk dapat disempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses penanganan
tersebut dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Bahkan dari masyarakat dan
para pemerhati / pengamat masalah korupsi banyak memberikan sumbangan
pemikiran dan opini strategi pemberantasan korupsi secara preventif maupun
secara represif antara lain : 1.

Carrot adalah pendapatan netto pegawai negeri, TNI dan Polri yang cukup
untuk hidup dengan standar sesuai pendidikan, pengetahuan, kepemimpinan,
pangkat dan martabatnya, sehingga dapat hidup layak bahkan cukup untuk
hidup dengan “gaya” dan “gagah”.
Sedangkan Stick adalah bila semua sudah dicukupi dan masih ada yang berani
korupsi, maka hukumannya tidak tanggung-tanggung, karena tidak ada alasan
sedikitpun untuk melakukan korupsi, bilamana perlu dijatuhi hukuman mati.

Gerakan “Masyarakat Anti Korupsi” yaitu pemberantasan korupsi di Indonesia


saat ini perlu adanya tekanan kuat dari masyarakat luas dengan mengefektifkan
gerakan rakyat anti korupsi, LSM, ICW, Ulama NU dan Muhammadiyah
ataupun ormas yang lain perlu bekerjasama dalam upaya memberantas korupsi,
serta kemungkinan dibentuknya koalisi dari partai politik untuk melawan
korupsi.

Gerakan “Pembersihan” yaitu menciptakan semua aparat hukum (KPK,


Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan) yang bersih, jujur, disiplin, dan
bertanggungjawab serta memiliki komitmen yang tinggi dan berani melakukan
pemberantasan korupsi tanpa memandang status sosial untuk menegakkan
hukum dan keadilan.

Melalui gerakan moral diharapkan tercipta kondisi lingkungan sosial


masyarakat yang sangat menolak, menentang, dan menghukum perbuatan
korupsi dan akan menerima, mendukung, dan menghargai perilaku anti korupsi.

Indonesia juga membuat undangundang tentang pemberantasan tindak pidana


korupsi yaitu Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dan mengalami perubahan yaitu Undangundang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

4.2 Saran

Untuk mencegah korupsi dibutuhkan pendidikan pencegahan korupsi pada


setiap lini pendidikan, di mulai dari pendidikan di bawah perguruan tinggi dan
pendidikan di perguruan tinggi, semuanya harus memiliki pendidikan
antikorupsi karena dari temuan yang ada sebesar 59% pelaku korupsi pernah
mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, sehingga pencegahan berupa
pendidikan anti korupsi yang ditekankan pada perguruan tingggi. Selain itu,
pendidikan pencegahan korupsi sebaiknya dilakukan sejak dini pada tingkat
pendidikan SD, SMP, SMA, dan S1. Pendidikan anti korupsi tersebut dapat
berupa pendidikan pembentukan karakter dan budi pekerti juga mendidik untuk
membentuk perilaku jujur.

DAFTAR PUSTAKA

https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/viewFile/234/pdf
diakses pada tanggal 26 September 2022

https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220523-apakah-
hukuman-koruptor-setimpal-dengan-kerugian-negara diakses pada tanggal
26 September 2022

https://www.pn-palopo.go.id/index.php/berita/artikel/220-korupsi-dalam-
pusaran-politik-dan-budaya diakses pada tanggal 26 September 2022

https://www.antaranews.com/berita/2434665/wamenkumham-korupsi-sulit-
diberantas-karena-lemahnya-integritas diakses pada tanggal 26 September
2022

https://adoc.pub/korupsi-penyebab-dan-dampaknya-terhadap-
pembangunan-nasional.html diakses pada tanggal 26 September 2022

Bambang Waluyo.2014.Optimalisasi Pemberantasan di


Indonesia.Kejaksaan Agung Republik Indonesia OPTIMALISASI
PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA | Waluyo | Jurnal Yuridis
(upnvj.ac.id)

Bandaharo Saifudin.2017. DAMPAK DAN UPAYA PEMBERANTASAN


TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA.Jurnal Warta Edisi.52
DAMPAK DAN UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
KORUPSI DI INDONESIA | Saifuddin | Warta Dharmawangsa

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai