Anda di halaman 1dari 19

P-ISSN : 2597-5064

https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1 E-ISSN : 2654-8062

PENERAPAN PIDANA MATI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA


KORUPSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN KORUPSI

Yuliana Yuli W1*, Satino2, Surahmad 3, Suprima 4,


Fakultas Ilmu Hukum
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Jl. Rs. Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12450, Indonesia
email: yuli@upnvj.ac.id

ABSTRAK

Korupsi adalah suatu bentuk ketidakjujuran atau tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang atau suatu
organisasi yang dipercayakan dalam suatu jabatan kekuasaan, untuk memperoleh keuntungan yang
haram atau penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi seseorang, dan korupsi adalah
merupakan musuh kita bersama, mengingat korupsi tentunya menghambat di segala bidang, tindak
pidana korupsi sangat meluas kesemua lini pemerintahan, korupsi semakin sistematis sehingga
berdampak terhadap perekonomian secara nasional. Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor : 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, agar supaya membuat jera terhadap para
koruptor, hukuman mati bisa dijatuhkan dalam kondisi tertentu tetapi hingga saat ini terhadap
koruptor yang divonis dengan hukuman mati oleh hakim, dan bagaimana terhadap pelaku tindak
pidana mati bagi pelaku tindak pidana korupsi di Indonesia, bagaimana pelaksanaan pidana mati
diterapkan bagi para pelaku korupsi di Indonesia agar masyarakat merasa jera dengan perbuatannya
tersebut. Sampai saat ini, belum ada implementasi hukuman mati untuk menghukum pelaku korupsi
di Indonesia, karena indikator rumusannya masih multi tafsir dan terbatas pada ketentuan Pasal 2 ayat
(1) UUTPK. Tindak pidana korupsi tergolong dalam serious crime, sehingga hukuman mati sangat
diperlukan serta relevan diterapkan di Indonesia sebagai upaya pencegahan terhadap tindak pidana
korupsi.

Keywords: Pidana, Pidana Mati, Pemberantasan Korupsi

ABSTRACT

Corruption is a form of dishonesty or criminal act committed by a person or an organization entrusted


with a position of power, to obtain illicit profits or abuse of power for one's personal gain, and
corruption is our common enemy, considering that corruption certainly hinders in all fields , criminal
acts of corruption are very widespread in all lines of government, corruption is increasingly
systematic and has an impact on the national economy. Article 2 paragraph (2) of Law Number: 31
of 1999 concerning the Eradication of Corruption Crimes, in order to act as a deterrent to corruptors,
the death penalty can be imposed under certain conditions, but up to now corruptors have been
sentenced to death by a judge, and what about the perpetrators of the death penalty for perpetrators
of criminal acts of corruption in Indonesia, how is the death penalty applied to perpetrators of
corruption in Indonesia so that the public feels deterred by their actions. To date, there has been no
implementation of the death penalty to punish perpetrators of corruption in Indonesia, because the
formulated indicators still have multiple interpretations and are limited to the provisions of Article 2
paragraph (1) of the UUTPK. The crime of corruption is classified as a serious crime, so the death
penalty is very necessary and relevant to apply in Indonesia as an effort to prevent criminal acts of
corruption.

Keywords: Crime, Death Penalty, Eradication of Corruption

IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1

PENDAHULUAN kian absolut, pelayanan publik yang tidak


optimal, infrastruktur yang tidak memadai,
Latar Belakang high-cost economy, dan terjadinya eksploitasi
Tindak pidana korupsi selalu menjadi sumber daya yang tidak menimbulkan
berita utama di berbagai media cetak maupun manfaat bagi kemaslahatan publik. Pada
media elektronik, tindak pidana ini sudah konteks inilah justifikasi pentingnya
sangat meluas dan sistemik. Korupsi kebijakan akselerasi pemberantasan korupsi
dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa memperoleh dasar legitimasinya,
(extra ordinary crime), sesuai dengan Undang- pemberantasan korupsi merupakan prioritas
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang utama guna meningkatkan kesejahteraan
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 rakyat dalam rangka ketahanan nasional dan
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak untuk meningkatkan pembangunan di
Pidana Korupsi (selanjutnya disebut UUTPK) Indonesia. Menurut Bambang Waluyo2
menjelaskan bahwa tindakan korupsi tidak kebijakan optimalisasi pemberantasan korupsi
hanya merugikan negara, tetapi melanggar harus ditindaklanjuti dengan strategi yang
terhadap hak-hak sosial dan ekonomi komprehensif agar dapat mencapai hasil yang
masyarakat secara luas sehingga tindak pidana diharapkan. Sedangkan menurut Wicipto
korupsi sebagai kejahatan yang Setiadi, sebagai dosen di UPN “Veteran”
pemberantasannya harus dilakukan secara Jakarta Pakar Hukum Tata Negara, beliau
tegas sehingga agar supaya, korupsi di mengatakan di antara langkah pemberantasan
Indonesia bisa reda, bisa berkurang syukur- korupsi yaitu penegak hukum harus berasal
syukur bisa berhenti dan pelaksanaan dari orang-orang pilihan dan mempunyai
penangnan sebagai pelaku korupsi integritas tinggi, tidak ada lagi ego sektoral
dilaksanakan dengan serius dan luar biasa, saat atau ego institusional di antara lembaga
ini sudah penanganan di Indonesia tidak penegak hukum.3 Gerakan anti korupsi
memandang pejabat atau bukan semua rata menjadi kepedulian masyarakat luas, semua
tidak memandang kebal terhadap hukum di elemen masyarakat menghendaki agar korupsi
Indonesia tercinta ini. segera bisa diatasi dan para pelakunya
Kejahatan korupsi sudah begitu masif, dihukum berat. Sebagai masukan saja pelaku
pengaruhnya bukan hanya berupa kerugian tindak pidana korupsi, hartanya ditarik untuk
keuangan negara yang ditimbulkan serta Negara dan dimiskinkan agar jera jika nantinya
kualitas kejahatannya, namun polanya juga menduduki jabatan dalam organisasi atau
semakin sistematis hingga mengakibatkan bahkan di Pemerintahan.
pengaruh besar pada perekonomian nasional. Program pelaksanaan pemberantasan
Dalam perspektif HAM, kejahatan korupsi korupsi didukung secara penuh oleh semua
yang meluas dan sistematis merupakan bentuk lapisan masyarakat. Intensitas laporan
pelanggaran atas hak sosial dan hak ekonomi terhadap tindak pidana korupsi yang
rakyat.1 Oleh sebab itu, kejahatan korupsi tidak disampaikan kepada Komisi Pemberantasan
lagi hanya disebut sebagai kejahatan biasa Korupsi (KPK) menunjukan bahwa
(ordinary crime) tetapi sebagai kejahatan yang masyarakat sangat peduli terhadap gerakan
luar biasa (extra ordinary crime). Korupsi pemberantasan korupsi, karena menurut
menjadi salah satu penyebab utama proses Baharuddin Lopa4 tujuan pemberantasan
pemiskinan yang menyebabkan kemiskinan korupsi selain untuk memberi hukuman yang

268 IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1 E-ISSN : 2654-8062

setimpal terhadap pelaku juga untuk menunggu krisis yang ukurannya juga tidak
menyelamatkan dana negara yang dikorup jelas. Korupsi dianggap sudah setara dengan
guna dimanfaatkan dalam proses pelaku narkoba dan teroris, apalagi korupsinya
pembangunan. Komisi Pemberantasan besar secara kualitas dan kuantitas. Mereka
Korupsi mencatat proses penanganan perkara (koruptor) juga membunuh rakyat, masyarakat
tindak pidana korupsi termasuk oleh kejaksaan miskin karena koruptor.8
dan kepolisian selama ini belum berhasil Sedangkan Sahetapy (pakar hukum
menyelamatkan seluruh kerugian keuangan pidana) menyatakan tidak setuju terhadap
negara yang hilang akibat tindak pidana hukuman mati bagi pelaku korupsi. Jika
korupsi.5 hukuman ini dilakukan, maka tidak akan
Selain faktor sistem yang lemah, tindakan mengurangi jumlah pelaku korupsi, ia
korupsi merembak di semua elemen mengatakan tenggang waktu yang lama dalam
masyarakat karena ancaman dan penjatuhan eksekusi merupakan salah satu
hukuman yang relatif rendah mendorong permasalahannya. Penundaan hukuman mati
seseorang untuk melakukan korupsi. Ancaman dalam jangka waktu yang bertahun-tahun, hal
hukuman yang lebih berat (pantas) pasti akan itu merupakan pelanggaran dan tidak
mendorong orang untuk berfikir berulang kali dibenarkan secara moral maupun etis. Aspek
sebelum melakukan niatnya melakukan rohani, psikis dan mental terganggu,
korupsi. Ancaman hukuman mati dan denda penundaan eksekusi pidana mati tanpa batas
ratusan juta rupiah, jauh akan lebih efektif dari waktu yang jelas jika dikaji dari segi penologi
pada ancaman maksimum seumur hidup dan berupa suatu viktimasi secara terselubung.9
denda hanya maksimum tiga puluh juta rupiah Implikasi dari viktimasi secara terselubung ini
seperti yang ditentukan dalam Undang- membawa konsekuensi lain yaitu pidana mati,
Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang seperti kehilangan sifat menakutkan. Ini
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.6 sependapat dengan para kriminolog Amerika
Wacana hukuman mati mencuat lagi setelah yang diteliti Michael L. Radelet bahwa
Mantan Menteri Sosial Juliari Batubara terjerat hukuman mati tidak akan mengurangi tindak
kasus korupsi, inilah sebagai contoh yang tidak pidana kejahatan.10
perlu dicontoh sebagai Menteri malah Berdasarkan uraian di atas, kiranya perlu untuk
memebrikan contah yang tidak benar, yang dipikirkan kembali apakah hukuman mati bagi
akhirnya berhadapan dengan hukum. para koruptor sebagai sesuatu yang layak,
disaat ini, dan jika tidak ditangani dengan
Hukuman mati kembali menjadi topik
serius maka semua pembangunan, baik dalam
pembicaran dan wacana bagi pemberantasan segi Pendidikan, olah raga SDM, dan fasilitas
korupsi. Pada tanggal 9 Desember 2019, hari lainnya akan kena terhadap tindak pidana
antikorupsi Internasional ketika Presiden Joko korupsi dan bisa-bisa menjadi bencana
Widodo diwawancarai mengenai hukuman nasional, alih-alih untuk kepentingan ekonomi
mati bagi pelaku tindak pidana korupsi, rakyat justru sebaliknya untuk memperkaya
menurutnya jika kehendak masyarakat diri, anggota keluarga, kroni-kroninya,
organisasi dan kepentingan lainnya. Dari
kemudian didengarkan legislatif hukuman
permasalahan-permasalahan tersebut menjadi
mati bisa dilakukan,7 bahkan Mahfud MD acuan penulis untuk meneliti lebih dalam lagi
(Menteri Mekopolhukam) menjelaskan tentang hukuman mati bagi pelaku tindak
hukuman mati harus dijatuhkan tanpa harus pidana korupsi di Indonesia dengan judul
Penerapan Pidana Mati Terhadap Pelaku

IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1

Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Undang-


Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun Berdasarkan pada permasalahan yang
1999 Tentang Pemberantasan Korupsi sudah dibatasi di atas maka penulis
merumuskan masalah yang akan diteliti, yakni:
Perumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi hukuman
mati bagi pelaku korupsi di Indonesia?
a. Identifikasi Masalah
2. Bagaimana urgensi hukuman mati
Masalah yang akan dikaji dalam
diterapkan bagi para pelaku korupsi di
penelitian ini adalah bagaimana sesungguhnya
Indonesia?
hukum di Indonesia menjelaskan hukuman
mati bagi pelaku korupsi. Berdasarkan latar
Tujuan Penelitian
belakang permasalahan tersebut, maka
Dalam suatu penelitian ada tujuan yang
melakukan identifikasi terhadap suatu
ingin dicapai, di antara tujuan dari penelitian
permasalahan merupakan kegiatan yang sangat
ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
penting. Diharapkan dengan melakukan
1. Tujuan Umum
kegiatan tersebut, akan semakin jelas masalah-
a. Untuk mengetahui cara pandang
masalah mana yang akan menjadi fokus dalam
terhadap hukuman mati bagi pelaku
penelitian. Berdasarkan uraian tersebut,
tindak pidana korupsi.
berikut ini akan dikemukakan masalah-
b. Untuk mengetahui argumen atau
masalah yang dianggap penting, yaitu:
alasan diterapkan pemerintah
terhadap hukuman mati terhadap
1. Sebenarnya faktor apa saja yang
pelaku korupsi.
menyebabkan melakukan korupsi,
2. Tujuan Khusus
diancam hukuman mati?
a. Memahami alasan tujuan hukuman
2. Apakah hukuman mati sangat relevan
mati bagi pelaku korupsi di
untuk memerangi korupsi, dilakukan di
Indonesia.
Indonesia?
b. Memberikan sumbang saran
3. Perbuatan apa yang termasuk tindak
terhadap hukuman mati bagi pelaku
kejahatan korupsi menurut hukum positif?
tindak pidana korupsi di Indonesia.

b. Pembatasan Masalah
Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis tidak
Penelitian ini mempunyai dua manfaat
menjawab seluruh pertanyaan yang telah
yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis
dikemukakan, namun hanya membatasi pada
sebagai berikut:
perspektif hukum positif dalam memandang
1. Manfaat teoritis adalah untuk memberikan
hukuman mati bagi pelaku korupsi, karena
manfaat dan kontribusi bagi pengembangan
hukuman ini merupakan hukuman
ilmu hukum pada umumnya dan hukum
kontroversial, hukuman yang masih penuh pro
pidana pada khususnya.
dan kontra pada masa sekarang tetapi masih
2. Manfaat praktis adalah untuk memberikan
diberlakukan di negeri ini, namun sebenarnya
masukan dan saran dalam upaya
hukuman terhadap pelaku korupsi haru dan
penambahan wawasan mengenai hukuman
wajib dilakukan dengan tegas dengan maksut
mati bagi pelaku korupsi.
memberikan jera terhadap par pelaku tindak
pidana korupsi.
Kerangka Teoritis dan Kerangka
Konseptual
b. Perumusan Masalah

270 IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1 E-ISSN : 2654-8062

Dalam meneliti atau mengkaji implementasinya lebih berhati-hati dan


permasalahan yang diajukan maka diperlukan berlandaskan dengan pertimbangan yang
suatu teori, baik itu hukum maupun non hukum rasional. Tujuannya untuk memberi
yang relevan sebagai pisau analisis untuk perlindungan individu atau warga masyarakat
membantu penulis guna memecahkan isu dari pembalasan yang sewenang-wenang dan
hukum penelitian ini. Begitu juga diperlukan emosional dari keluarga korban atau
adanya kerangka konseptual yang jelas masyarakat apabila hukuman mati tidak diatur
sehingga dapat menghindarkan penafsiran dalam undang-undang.12 Dalam Kamus Besar
yang berbeda mengenai pengertian, istilah atau Bahasa Indonesia (KBBI) hukuman mati
definisi yang digunakan dalam penelitian ini. adalah hukuman yang dijatuhkan yang
merupakan jenis hukuman paling berat yang
TINJAUAN PUSTAKA dijatuhkan kepada seseorang akibat
13
perbuatannya.
Konsep Dan Sejarah Hukuman Mati Ditinjau dari segi historinya, hukuman
Sanksi terhadap pelaku tindak pidana mati muncul bersama dengan hadirnya
korupsi, hukuman terebut sebenarnya manusia di muka bumi. Hukuman mati dapat
bertujuan untuk mengurangi dan mencegah dikatakan sebagai salah satu hukuman tertua,
terjadinya suatu kejahatan yang sangat di samping ganti rugi (denda) dan hukuman
merugikan terhadap keuangan negara, hukum fisik (dicambuk, anggota tubuh dipotong).14
yang diterapkan berat atau ringannya Zaman Yunani kuno, hukuman mati dilakukan
hukuman berdasarkan kadar kejahatan yang untuk para pembunuh, penyihir, serta
dilakukan. Jika kejahatan yang dilakukan seseorang yang akhlaknya buruk. Dalam
dianggap ringan maka hukuman pun ringan, hukum Hamurabi, hukuman ini diterapkan
sedangkan jika kejahatan yang dilakukan untuk kejahatan perampokan, pembunuhan,
dianggap berat maka sanksi atau hukumannya perzinahan, dan pemerkosaan. Hukum Yahudi,
harus berat yang sebanding, sanksi paling berat hukuman mati dilakukan pada mereka yang
di perundang-undangan Indonesia adalah telah melakukan kejahatan pembunuhan,
dipenjara seumur hidup dan hukuman mati.11 pemerkosaan, dan perzinahan, beberapa
Menginggat hukuman berat di Indonesia kejahatan agama seperti sihir, penyembahan
tersebut ada tiga yaitu hukuman 20 tahun, berhala, murtad, dan menghina Tuhan.15
hukuman seumur hidup dan hukuman mati, Saat awal diberlakukannya, hukuman mati
maka seharusnya hukuman terhadap pelaku diterapkan tanpa pernah dipikirkan landasan
tindak pidana korupsi hukuman mati, agar jera pembenarnya. Pada saat itu digunakan karena
dan takut untuk melakukan perbuatan korupsi. dianggap sebagai hukuman yang efisien untuk
Hukuman mati merupakan salah satu menuntaskan kejahatan berat.16 Dalam
sanksi tertua dan terberat yang dikenal perkembangannya, diperlukan alasan yang
manusia dalam sejarah umat manusia, namun tepat dalam penerapannya dan negara yang
mengapa seseorang jika ada kesempatan untuk berhak melakukan hukuman ini serta serta
melakukan korupsi dilakukan, yang tidak ada tanggung jawab melindungi kehidupan
takutnya karena hukuman saat ini msih belum warganya.
sebanding dengan perlakunnya, Hukuman ini Di Indonesia, hukuman mati berlaku
masih berpedoman pada pasal 10 KUHP yang berbarengan dengan mulai diberlakukan

IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1

Undang-Undang Nomor : . 1 Tahun 1946 Hukuman mati juga dianggap pengingkaran


tentang Peraturan Hukum Pidana serta terhadap hak asasi manusia yang tidak dapat
ditegaskan lagi berdasarkan Undang-Undang dikurangi dalam keadaaan apapun seperti
Nomor : 73 Tahun 1958 tentang berlakunya termuat dalam pasal 28I ayat (1) UUD 1945
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 untuk bahwa “Hak untuk hidup, adalah hak asasi
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
Indonesia (NKRI) yang dikenal dengan keadaan apapun”
KUHP. KUHAP sampai saat ini masih
mengatur hukuman mati sebagai salah satu Pro Dan Kontra Hukuman Mati
jenis pidana pokok, di samping pidana penjara,
pidana kurungan dan pidana denda (Pasal 10 Dalam konteks hukum pidana Indonesia,
KUHP).17 kontroversi tentang hukuman mati pernah
Semasa pemerintahan Presiden Soekarno, diajukan uji materiil ke Mahkamah Konstitusi
pidana mati tetap diatur pada Wetboek van (MK). Para pemohon yang mengajukan
Strafrecht atau yang disebut KUHP. Waktu itu materiil adalah Edith Yunita Sianturi, Rani
ada beberapa kasus yang dikenakan pidana Andriani, Myuran Sukumaran dan Andrew
mati seperti kasus Kartosuwirjo, Kusni Chan berargumen antara lain bahwa hukuman
Kasdut, dan tragedi Cikini. Kemudian pada mati bertentangan dengan hak asasi manusia.21
masa Orde Baru, ada beberapa kasus hukuman Melalui persidangan, Mahkamah Konstitusi
mati yang dijalankan oleh pemerintah. Tahun (MK) mengeluarkan putusan Nomor 2 –
1998, di bawah tekanan yang besar, Soeharto 3/PUU-V/2007 yang pada intinya menolak
akhirnya memilih untuk mengundurkan diri permohonan uji materiil tersebut. Artinya,
dari jabatannya.18 Pasca reformasi, pemerintah hukuman mati masih tetap berlaku sebagai
telah melaksanakan eksekusi mati kepada 33 hukum positif di Indonesia. Dalam putusan
orang terpidana mati, dimana 13 orang tersebut, menurut MK hukuman mati tetap
dilaksankan pada saat pemerintahan presiden diperlukan sebagai bentuk kekuatan terhadap
Susilo Bambang Yudhoyono, satu orang pada hukum. Jika permohonan para terpidana
zaman presiden Megawati, dan 18 orang narkoba itu dikabulkan, maka kejahatan
lainnya pada pemerintahan presiden Jokowi. narkoba dan lainnya akan semakin marak di
Pada pemerintahan presiden Habibie dan Indonesia. Implikasi penolakan hukuman mati
presiden Abdurrahman Wahid tidak terdapat juga akan berpengaruh ke jenis kejahatan lain
pelaksanaan eksekusi mati.19 Pendapat seperti terorisme dan korupsi.
beragam bermunculan baik pro maupun Pemerintah Indonesia juga menjelaskan
kontra.20 Alasan yang menyetujui hukuman bahwa pidana mati bukan dimaksudkan
mati adalah hukuman ini sangat dibutuhkan sebagai balas dendam, tetapi merupakan cara
dan dianggap membahayakan kepentingan untuk memperbaiki hidupan masyarakat.
umum atau negara, perilakunya tidak dapat Sejarah hukum pidana di Indonesia
diperbaiki lagi, sementara pihak yang kontra menunjukan adanya sikap dan pandangan
menegaskan hukuman mati dengan segala bahwa hukuman mati adalah upaya atau
metode eksekusinya sangat tidak hukuman terakhir untuk menghadapi dan
berperikemanusiaan dan menyakitkan bagi menanggulangi tindak kejahatan yang berat,
terpidana serta melanggar hak asasi manusia. dan saat ini pandangan tersebut masih ada.22

272 IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1 E-ISSN : 2654-8062

Intrumen Internasional Pasal 6 International ditemukan novum bahwa pelaku sebenarnya


Covenant on Civil and Political Rights bukan terpidana yang telah dieksekusi, maka
(ICCPR) tidak melarang hukuman mati tidak dapat diperbaiki kembali.25
melainkan memberikan batasan penerapannya. Sedangkan argument bagi yang setuju
Di dalamnya dinyatakan bagi negara-negara dengan hukuman mati, bahwa hukuman mati
yang belum menghapuskan pidana mati, masih merupakan hukuman yang paling efektif untuk
dapat menerapkan hukuman mati tetapi hanya menghentikan, mencegah, atau mengurangi
dapat diberlakukan terhadap kejahatan yang kejahatan. Jika hukuman mati merupakan
paling serius dan hukuman dijatuhkan oleh suatu konsekuensi bagi tindakan kriminal,
suatu pengadilan yang berwenang. orang akan berpikir dua kali untuk melakukan
Barda Nawawi Arief menyatakan bahwa kejahatan. Sebagaimana Karl F. Schuessler
pidana mati masih perlu dipertahankan dalam yang menyatakan seseorang tidak akan
konteks pembaharuan KUHP Nasional. melakukan kejahatan karena merasa takut akan
Melalui pendapatnya: “bahwa walaupun suatu hukuman terlebih hukuman mati, karena
dipertahankan pidana mati terutama hukuman mati merupakan penangkal yang
didasarkan sebagai upaya perlindungan paling efektif dan membuat seseorang jera
masyarakat (jadi lebih menitikberatkan atau dalam melakukan kejahatan.26
berorientasi pada kepentingan masyarakat), Menurut Abdul Jalil Salam perdebatan
namun dalam penerapannya diharapkan hukuman mati di Indonesia secara garis besar
bersifat selektif, hati-hati dan berorientasi juga mengerucut ke dalam dua argumentasi besar.27
pada perlindungan/kepentingan individu Pertama, argumentasi bahwa hukuman mati
(pelaku tindak pidana)”23 tidak melanggar Hak Asasi Manusia (HAM),
Sedangkan menurut Sahetapy selain sebaliknya pelaku kejahatanlah yang
bertentangan dengan norma dasar negara yaitu sesungguhnya telah melanggar HAM korban
Pancasila, hukuman mati merupakan warisan dan HAM masyarakat. Kedua, argumentasi
kolonial yang tidak pantas untuk dilanjutkan.24 bahwa hukuman mati dinilai melanggar HAM
Dalam perspektif Universal Declaration Of karena dicabutnya hak hidup seseorang yang
Human Rights, deklarasi umum tentang hak sebetulnya hak itu wajib dihargai dan tiada
asasi manusia (DUHAM) bahwa hukuman seorangpun boleh mencabutnya, oleh karena
mati itu dilarang. Hal ini sesuai dengan itu argumen aliran ini berprinsip hukuman mati
ketentuan pada Pasal 3 yang berbunyi: harus dihapuskan dalam perundang-undangan
"Everyone has the right to life, liberty and the yang ada dalam bentuk pelanggaran kejahatan
security of person" (Setiap orang berhak atas apapun.
kehidupan, kebebasan, dan keamanan pribadi).
Hukuman mati juga sama dengan negara Kejahatan Yang Diancam Hukuman Mati
memperpanjang rantai kekerasan dan bersifat Beberapa negara memiliki kewenangan
pembalasan, sehingga penerapannya masing-masing dalam menentukan kejahatan
merupakan suatu kemunduran. Hukuman mati yang dihukum mati, Bangsa Timur meliputi:
tidak dapat menyelesaikan masalah kejahatan Undang-undang Bangsa Sumeria, hukuman ini
yang meningkat dan tidak sesuai dengan diberikan kepada wanita yang berselisih
perkembangan peradaban manusia. Jika dengan suaminya dan ditenggelamkan di
terpidana mati telah dieksekusi kemudian dalam sungai. Undang-undang Blalama,

IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1

undang-undang Akkad di Mesopotamia. lama dua puluh tahun dijatuhkan jika si


Hukum ini telah disediakan untuk berbagai pembuat :
kejahatan dan penerapan hukuman mati untuk i) Mengkhianati kepada musuh,
pembunuhan, pemerkosaan. Undang-undang menyerahkan kepada kekuasaan
Hamurabi, undang-undang Hamurabi pada musuh, membinasakan atau
tahun 1700 sebelum masehi.28 Hukuman mati menjadikan tidak dapat dipakai lagi,
berlaku bagi kejahatan penculikan, sesuatu tempat atau tempat penjagaan
pembunuhan dan kesaksian palsu yang tidak yang diperkuat atau diduduki sesuatu
bisa membuktikan kesaksiannya, perampokan, alat perhubungan, sesuatu gudang,
perzinahan dan pemerkosaan. Dan dilakukan sesuatu bekal perang atau sesuatu kas
dengan cara yang keji seperti dibakar, perang, ataupun angkatan laut atau
ditenggelamkan. angkatan darat atau sesuatu bagian
Negara Singapura, hukuman mati daripada itu.
diberikan bagi pelaku kejahatan pembunuhan ii) Menyebabkan atau memudahkan huru
dan perdagangan narkoba.29 Sedangkan di hara, pemberontakan atau melarikan
Indonesia hukuman mati terdapat beberapa diri dikalangan tentara.
pasal di dalam KUHP maupun di luar KUHP Makar terhadap kepala negara-negara
dan hanya terbatas pada kejahatan yang berat, sahabat atau raja yang direncanakan
di antaranya: dan menyebabkan kematian, Pasal 140
1) KUHP Ayat (2) dan (3).
a. Makar terhadap presiden dan wakil Ayat 2: “Jika makar terhadap jiwa itu
presiden, Pasal 104. menyebabkan kematian atau dilakukan
“Makar dengan maksud untuk dengan niat terlebih dahulu
membunuh, atau merampas kemerdekaan, mengakibatkan kematian, diancam
atau meniadakan kemampuan Presiden dengan pidana mati atau dijatuhkan
atau Wakil Presiden memerintah, hukuman penjara seumur hidup atau
diancam dengan pidana mati atau pidana penjara sementara selama - lamanya
penjara seumur hidup atau pidana dua puluh tahun”.
penjara sementara paling lama dua puluh Ayat 3: “Jika makar terhadap jiwa
tahun”. dengan niat terlebih dahulu itu
b. Membujuk negara lain untuk bermusuhan dilakukan dan menyebabkan mati,
atau berperang, jika permusuhan itu dijatuhkan hukuman mati atau
dilakukan atau terjadi perang, Pasal 111 hukuman penjara seumur hidup atau
ayat (2). penjara sementara selama - lamanya
“Jika perbuatan permusuhan dilakukan dua puluh tahun”.
atau terjadi perang, diancam dengan d. Pembunuhan berencana, Pasal 340.
pidana mati atau pidana penjara seumur “Barang siapa sengaja dan dengan
hidup atau pidana penjara sementara rencana lebih dahulu merampas nyawa
paling lama dua puluh tahun”. orang lain, diancam karena pembunuhan
c. Membantu pihak musuh ketika perang, dengan rencana, dengan pidana mati atau
Pasal 124 ayat (3). pidana penjara seumur hidup atau selama
Pidana mati atau pidana penjara seumur waktu tertentu, paling lama dua puluh
hidup atau selama waktu tertentu paling tahun”.

274 IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1 E-ISSN : 2654-8062

e. Pencurian dengan kekerasan yang 2. Menyelenggarakan keamanan rakyat


mengakibatkan luka berat dan mati, Pasal dan Negara;
365 ayat (4). 3. Melanjutkan perjuangan menentang
“Diancam dengan pidana mati atau imperialisme ekonomi dan politik (Irian
pidana penjara seumur hidup atau selama Barat), dihukum dengan hukuman penjara
waktu tertentu paling lama dua puluh selama sekurang-kurangnya satu tahun
tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka dan setinggitingginya dua puluh tahun,
berat atau kematian dan dilakukan oleh atau hukuman penjara seumur hidup atau
dua orang atau lebih dengan bersekutu”. hukum mat”.
f. Pembajakan di laut, pesisir dan sungai b. Pasal 116 Ayat (2), Pasal 118 Ayat (2),
yang mengakibatkan kematian, Pasal 444. Pasal 119 Ayat (2), Pasal 121 Ayat (2),
“Bila perbuatan kekerasan yang tersebut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
dalam Pasal 438-441 mengakibatkan Tentang Narkotika.
seseorang di kapal yang diserang atau Pasal 116 Ayat (2) : “Dalam hal
seseorang yang diserang itu mati, maka penggunaan narkotika terhadap orang
nakoda, kmandan atau pemimpin kapal dan lain atau pemberian Narkotika Golongan
mereka yang turut serta melakukan perbuatan I untuk digunakan orang lain
kekerasan itu, diancam dengan pidana mati, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pidana penjara seumur hidup, atau pidana mengakibatkan orang lain mati atau cacat
penjara selama waktu tertentu paling lama permanen, pelaku dipidana dengan
dua puluh tahun”. pidana mati, pidana penjara seumur
2) Luar KUHP hidup, atau pidana penjara paling singkat
a. Pasal 2 Penetapan Presiden Republik 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
Indonesia Nomor 5 Tahun 1959 puluh) tahun dan pidana denda
Wewenang Jaksa Agung/Jaksa Tentara maksimum sebagaimana dimaksud pada
Agung dan tentang Memperberat ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga)”.
Ancaman Hukuman Terhadap Tindak Pasal 118 Ayat (2): “Dalam hal perbuatan
Pidana Yang Membahayakan Pelaksanaan memproduksi, mengimpor, mengekspor,
Perlengkapan Sandang Pangan. atau menyalurkan Narkotika Golongan II
“Barang siapa melakukan sesuatu tindak- sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pidana ekonomi sebagaimana termaksud beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku
dalam Undang-undang Darurat No.7 dipidana dengan pidana mati, pidana
tahun 1955 (Lembaran-Negara tahun 1955 penjara seumur hidup, atau pidana
No.27), tindakpidana seperti termaksud penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
dalam Peraturan Pemberantasan Korupsi paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
(Peraturan Penguasa Perang Pusat No. pidana denda maksimum sebagaimana
Prt/Peperpu/013/1958) dan tindak-pidana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3
yang termuat dalam titel I dan II Buku (sepertiga).”
Kedua Kitab Undang-undang Hukum Pasal 119 Ayat (2): “Dalam hal perbuatan
Pidana, dengan mengetahui atau patut menawarkan untuk dijual, menjual,
harus menduga, bahwa tindak-pidana itu membeli, menerima, menjadi perantara
akan menghalang-halangi terlaksananya dalam jual beli, menukar, atau
program Pemerintah, yaitu: menyerahkan Narkotika Golongan II
1. Memperlengkapi sandang-pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
rakyat dalam waktu sesingkat-singkatnya; beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku
dipidana dengan pidana mati, pidana

IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1

penjara seumur hidup, atau pidana


penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan METODE PENELITIAN
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan Dalam upaya memecahkan isu hukum
pidana denda maksimum sebagaimana yang telah diuraikan maka diperlukan suatu
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 metode penelitian hukum untuk mendukung
(sepertiga)” penelitian ini. Metode penelitian hukum ialah
Pasal 121 Ayat (2): “Dalam hal penelitian yang mempunyai di dalamnya objek
penggunaan Narkotika terhadap orang hukum, baik hukum itu suatu ilmu atau
lain atau pemberian Narkotika Golongan beberapa aturan yang sifatnya dogmatis
II untuk digunakan orang lain maupun hukum yang berkaitan dengan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perilaku dan kehidupan masyarakat. Penelitian
mengakibatkan orang lain mati atau cacat hukum pada dasarnya merupakan suatu
permanen, pelaku dipidana dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
pidana mati, pidana penjara seumur sistematika, metode, dan pemikiran tertentu
hidup, atau pidana penjara paling singkat yang bertujuan untuk mempelajari satu atau
5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan
puluh) tahun dan pidana denda menganalisisnya.30 Berikut ini penjabaran
maksimum sebagaimana dimaksud pada metode yang akan digunakan:
ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
c. Pasal 59 Ayat (2), Undang-Undang Jenis Penelitian
Nomor 5 Tahun 1997 tentang Sesuai dengan pembahasan tema dan
Psikotropika. pokok permasalahan yang akan diteliti, maka
“Jika tindak pidana sebagaimana jenis penelitian ini ialah penelitian kualitatif.
dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara Kemudian hasil penelitian ini akan
terorganisasi dipidana dengan pidana dideskripsikan dan dianalisis dengan kata-kata
mati atau pidana penjara seumur hidup dan kalimat secara sistematis sebagai hasil
atau pidana penjara selama 20 (dua pembacaan dan analisis terhadap objek kajian
puluh) tahun dan pidana denda sebesar dan bukan disampaikan dengan angka-angka
Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima statistik.31 Seperti dijelaskan oleh Bogdan dan
puluh juta rupiah)”. Taylor yang dikutip Lexy J. Moleong, bahwa
d. Pasal 2 Ayat (2) UUTPK. penelitian kualitatif itu merupakan prosedur
“Dalam hal tindak pidana korupsi penelitian yang menghasilkan data deskriptif
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang
dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana orang-orang dan perilaku yang dapat diamati,32
mati dapat dijatuhkan”. dianalisis secara detail.
e. UU No. 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Menurut Peter Mahmud Marzuki33
atas UU No 15 Tahun 2003 tentang penelitian hukum sebagai suatu proses untuk
Penetapan Perpu No 1 Tahun 2002 tentang menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna
Menjadi Undang-Undang menjawab isu hukum yang dihadapi. Metode
f. Perppu No. 21 tahun 1959 tentang penelitian hukum juga mempunyai ciri-ciri
Memperberat Ancaman Hukuman tertentu yang merupakan identitasnya. Oleh
terhadap Tindak Pidana Ekonomi. karena itu, hukum dapat dibedakan dari ilmu-

276 IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1 E-ISSN : 2654-8062

ilmu pengetahuan lainnya. Secara khusus 2. Pelaku kejahatan korupsi merupakan


menurut jenis, sifat dan tujuannya suatu penyelenggara negara.
penelitian hukum juga dibedakan menjadi 2 Pelakunya telah berulang kali
(dua) yaitu penelitian hukum normatif dan melakukan korupsi.34
penelitian hukum empiris. Dalam konteks ini Menurut Hukum Internasional,
penulis menggunakan penelitian hukum hukuman mati hanya dibatasi dan
normatif dengan menyajikan data-data yang diperuntukan hanya pelanggaran hukum
diperoleh berhubungan dengan penelitian ini yang amat serius (the most serious crime),
yakni hukuman mati bagi pelaku korupsi di di antara karakteristik dari the most serious
Indonesia, kemudian dianalisis dan crime adalah: 35
diinterpretasikan. 1. Kejahatannya termasuk perbuatan keji
dan kejam, mengguncang rasa
Hukuman Mati Sebagai Konsekuensi kemanusiaan dan dapat mengancam
Kejahatan Korupsi. perdamaian dan keamanan internasional.
Pemberantasan korupsi merupakan 2. Terdapat adanya kesengajaan,
salah satu agenda utama dalam proses terorganisir, sistematis, meluas, yang
penegakan hukum, cara-cara luar biasa dapat mengakibatkan kematian atau
dalam pencegahan tindak pidana korupsi dampak serius lainnya
bukan tanpa batas, oleh karena itu hukum 3. Dampak yang diakibatkan dari kejahatan
akan selalu menjadi penuntun dalam segala tersebut amat mengancam negara atau
prosesnya. Kejahatan korupsi yang masyarakat secara luas, contohnya
dilakukan secara masif selain merugikan mengganggu suasana ketertiban umum,
keuangan negara, juga menyebabkan melibatkan ekonomi kapital dengan
adanya pelanggaran hak sosial dan ekonomi skala yang besar seperti tindak pidana
yang menimbulkan kerugian bagi perekonomian, dijalankan dengan sangat
masyarakat, oleh karenanya kejahatan ini buruk dan keji serta mengakibatkan
merupakan pelanggaran yang penegakan terjadinya ancaman atau mengganggu
hukumnya perlu dilakukan secara extra kedaulatan negara.
ordinary. Apabila unsur kejahatan Sejalan dengan hal di atas, dalam
perbuatan koruptifnya telah terpenuhi, Pasal 6 ayat (2) International Covenant on
maka dapat diterapkan hukuman mati Civil and Political Rights (ICCPR)
terhadap pelaku tindak kejahatan tersebut. dikatakan bahwa tindak pidana korupsi baik
Hukuman ini diperlukan untuk menurut hukum internasional maupun
melindungi masyarakat dan negara punya hukum nasional bahwa hukuman mati
hak untuk mempertahankan diri. Menurut hanya dijalankan pada kejahatan dalam
Busyro Muqaddas, terdapat tiga alasan kategori the most serious crime maka
yang dapat dikenakan terhadap pelaku sesungguhnya ancaman pidana mati
kejahatan korupsi untuk dikenakan pidana terhadap tindak pidana korupsi yang
mati: mengakibatkan terpuruknya kekayaan dan
1. Jumlah kerugian negara yang ekonomi negara sah dilakukan karena
ditimbulkan lebih dari Rp 100 miliar kejahatannya dilakukan secara terorganisir,
dan menimbulkan kerugian terhadap sistematis, meluas dan menimbulkan
rakyat secara luas. dampak buruk bagi budaya dan ekonomi
masyarakat.

IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1

belum ada ada catatan penjatuhan hukuman


Implementasi Hukuman Mati Bagi Pelaku mati Indonesia. Hukuman paling berat ialah
Korupsi di Indonesia penjara seumur hidup sebagaimana
Secara yuridis formal, penerapan dijatuhkan terhadap mantan Ketua
hukuman mati di Indonesia dibenarkan. Hal ini Mahkamah Konstitusi (Akil Mukhtar) dalam
bisa ditelusuri dari beberapa pasal dalam perkara korupsi suap dan tindak pidana
KUHP yang memuat ancaman hukuman mati. pencucian uang. 40 Selain itu juga pidana
Di luar KUHP di antaranya terdapat dalam seumur hidup dalam perkara korupsi jual beli
UUTPK. Selain itu secara filosofis, penerapan saham di PT Asuransi Jiwasraya melanggar
hukuman mati juga diakui dan diakomodasi Pasal 2 ayat (1) UUTPK dan tindak pidana
oleh konsep negara hukum yaitu Pancasila.36 pencucian atas nama Benny Tjokrosaputro
Sampai saat ini belum ada koruptor yang dan Heru Hidayat yang sekarang masih di
divonis mati di Indonesia meskipun secara tingkat upaya hukum kasasi.41
norma hukum tertera dalam undang-undang. Dari perkara-perkara yang telah dijatuhi
Namun ada tiga (3) koruptor yang merasakan hukuman penjara seumur hidup tersebut,
hukuman penjara seumur hidup sebagai semuanya dibarengi (komulatif) dengan
hukuman terberat. 37 Salah satu penyebab dakwaan tindak pidana pencucian uang. Hal
tidak diterapkannya ancaman hukuman mati ini berarti, seandainya tidak dibarengi dengan
kepada koruptor karena perumusan ancaman tindak pidana lain maka perkara-perkara
pidana mati diikuti dengan syarat dalam korupsi a quo belum tentu dijatuhi hukuman
keadaan tertentu. Selain keadaan tertentu penjara seumur hidup. Ini menunjukkan bahwa
yang ukurannya masih bias, Satjipto hukuman terberat termasuk hukuman mati
Raharjo38 menyarankan agar penegakan dalam perkara tindak pidana korupsi belum
hukum semestinya bersifat luar biasa, keluar dapat eksis dan berdiri sendiri apabila tidak
dari pakem-pakem yang selama ini berpikir dibarengi dengan ukuran dan indikasi yang
lamban dan melakukan terobosan yang lebih konkrit di dalam undang-undang, kapan
bersifat progresif. hukuman mati dapat dijatuhkan.
Pendapat serupa juga dinyatakan Negara Indonesia bisa melihat negara lain
Mahfud MD, menurutnya yang dikutip dengan secara tegas mengenai undang-undang
Andrian bahwa hukuman mati di Indonesia korupsinya, tidak hanya sebatas pada pasal 2
bisa direalisasikan dan ditegakkan jika para ayat (2) yang ukurannya tidak jelas, jika dilihat
penegak hukum berani untuk di negara China, ada undang-undang yang
memutuskannya. Seperti saat ini, wabah menyatakan dengan secara jelas dengan ukuran
covid-19 pemerintah menyatakan bencana yang ditulis. Selain dalam pasal 2 ayat (2),
non alam, dari sisi dampaknya bencana non hukuman mati ini bisa diperluas atau dibahas
alam ini lebih besar dampaknya daripada dalam pasal-pasal berikutnya seperti di pasal 3
bencana alam nasional. Selain keberanian atau 5 dan pasal lainnya yang tujuannya
dari penegak hukum, formulasi hukuman memberikan efek jera dan pencegahan umum
mati dalam undang-undang juga harus diukur dan keadilan masyarakat.
besaran korupsinya. 39 Dengan beberapa pasal yang jelas dan
Dalam penelusuran sejarah penegakan terukur dalam undang-undang, penegak hukum
hukum di bidang tindak pidana korupsi, akan mudah memutuskan dan tidak akan

278 IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1 E-ISSN : 2654-8062

menimbulkan multi tafsir, misalnya di negara 2. Masyarakat di China membuat game


China tertulis pasal yang jelas seperti di KUHP online yang isinya untuk menjauhi
China, Bab VIII, khususnya dalam Pasal 383, kejahatan korupsi dan diancam dengan
delik penggelapan: sanksi yang tegas.
(1) An individual who embezzles not less than 3. Pemerintah China mempublikasikan
100,000 yuan shall be sentenced to fixedterm larangan iklan yang berisi ajakan untuk
imprisonment of not less than 10 years or life membeli barang mewah supaya
imprisonment and may also be sentenced to masyarakat tidak hidup dalam kemewahan
confiscation of property; if the circumstances
dan terbukti pertumbuhan ekonomi
are especially serious, he shall be sentenced to
masyarakat terus meningkat
death and also to confiscation of property.42
Komitmen negara China dalam
“Seseorang yang menggelapkan tidak
memberantas korupsi telah dimulai sejak era
kurang dari 100.000 yuan dipidana dengan
Zhu Rongji (1997-2002). Ia menyatakan “Beri
pidana penjara tidak kurang dari 10 tahun atau
saya seratus peti mati, sembilan puluh
penjara seumur hidup dan juga dapat dihukum.
sembilan akan saya gunakan untuk menghibur
untuk penyitaan properti; jika keadaannya sangat
para pelaku korupsi dan satu untuk saya kalau
serius, dia akan dihukum sampai mati dan juga
saya melakukan tindak pidana korupsi”.
penyitaan harta benda”. Dari pasal tersebut
Pemberantasan kejahatan korupsi yang
sangat jelas bahwa tertera berapa kerugian
dilakukan penguasa china itu merupakan
negara sehingga penegak hukum akan mudah
bagian dari perbaikan tata kelola
untuk memutusan hukuman.
pemerintahan. Hal ini memberikan kepastian
Melihat uraian terkait pemberlakuan sanksi
hokum sehingga mampu meghimpun dana
hukuman mati terhadap pelaku tindak kejahatan
asing senilai lima puluh (50) miliar dollar
korupsi di Indonesia dan Cina, maka terlihat
Amerika Serikat setiap tahunnya.
bahwa penerapan hukuman mati kepada
Pertumbuhan ekonominya sangat melesat.45
koruptor di Indonesia masih belum terlihat, hal
Pemerintah China juga tidak segan untuk
ini dapat dilihat sehingga perbuatan korupsi dari
menjatuhkan sanksi pidana berat seperti
masa ke masa belum ada penurunan secara
penjara dua puluh tahun, penjara seumur hidup
signifikan. Hukuman yang yang dijatuhkan
hingga hukuman mati. Dari sekian banyak
kepada pelaku korupsi masih rendah. Adapun di
yang terpidana mati, salah satu di antaranya
Cina penerapan hukuman mati kepada koruptor
menteri perkereta apian Liu Zhijun yang
sangat kuat sebab pemerintahnya memiliki
mendapat vonis hukuman mati karena
komitmen kuat untuk memberantas kejahatan
melakukan tindak pidana korupsi. Pejabat
korupsi. Indikatornya dapat dilihat dari
lainnya yang mendapatkan sanksi yang sama
menurunnya tingkat kejahatan korupsi sebab
adalah Li Jiating (Gubernur Yunnan) dan Liu
banyak pelakunya yang dijatuhi hukuman
Jin Bao (Direktur Utama Bank of Cina di
mati.43
Hongkong).46 Liu Zhijun divonis mati pada
Dalam pemberantasannya tidak pidana
saat terjadi kecelakaan kereta pada tahun
korupsi China menggunakan langkah yang
2011 di Wenzhou, sampai empat puluh (40)
tegas di antaranya:44
orang meninggal dunia akibat kecelakaan
1. Nama dan foto penyelenggara negara
tersebut. Menurut penyeledikan independen,
yang melakukan tindak kejahatan korupsi
kejadian itu akibat dari perawatan
dipublikasikan di tempat umum.

IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1

infrastruktur yang kurang memadai. Pada korban. Melihat kondisi Indonesia pada saat
saat Kejaksaan Agung China meneliti ini, di mana wabah covid-19 sudah melanda
ternyata sebagian tender di Kementerian selama dua tahun, yang dibutuhkan negara
Kereta Api dilakukan secara curang dan Liu adalah pemulihan ekonomi. Keadaan tertentu
Zhijun menerima uang sebesar 64,6 Juta dalam pasal UUTPK yang berkaitan dengan
Yuan (Setara Rp 200 Miliar). Pada tahun krisis ekonomi, sudah seharusnya seluruh
2014 hakim menjatuhkan hukuman mati anggaran negara ditujukan untuk
kepada Liu Zhijun. 47 Upaya memberantas memulihkan kondisi perekonomian yang
tindak pidana korupsi tersebut begitu keras masih berada dalam keadaan krisis. Oleh
dan dapat dilihat berapa banyak pelaku karena itu, rumusan sanksi pidana hukuman
korupsi yang dihukum mati. Apabila tidak mati tersebut semestinya dapat diterapkan
dihukum mati, hukuman yang lain pun apabila rumusan pasal pidana mati tidak
sangat berat seperti hukum penjara dan ganti hanya terbatas pada pasal tertentu saja {Pasal
rugi, hal ini dimaksudkan untuk memberikan 2 ayat (1) UUTPK). Koruptor tersebut selain
efek jera dan masyarakat yang lain takut telah melakukan perbuatan melawan hukum
akan perilaku korupsi. Selama tahun 2009 juga telah melakukan perbuatan yang tidak
lebih dari 106.000 pejabat pemerintah di adil dan patut di mana sebagian besar rakyat
negara Cina telah dikenai hukuman terkait Indonesia masih berada dalam keadaan
dengan kejahatan korupsi. Dengan berbagai miskin. Maka selama kurun waktu Indonesia
ancaman yang berat, situasi kejahatan belum mampu memperbaiki atau keluar dari
korupsi mulai mereda karena terlihat dari krisis ekonomi, setiap koruptor yang
Indeks Persepsi Korupsi yang dikeluarkan mengkorupsi dana publik dalam jumlah yang
Transaparnsi Internasional yang signifikan yang bisa memperbaiki kehidupan
menempatkan di posisi ke-72 dari 180 negara masyarakat, wajar untuk dijatuhi hukuman
yang disurvei.48 mati, demi rasa keadilan masyarakat.
Oleh karena itu, dengan semakin
banyaknya korupsi yang dilakukan di Kesimpulan
Indonesia dan belum memadainya upaya Sejauh pasal hukuman mati masih
mitigasi, situasi ini patut direnungkan terbatas sebagai hiasan, belum ada
terutama oleh aparat penegak hukum dan implementasi untuk menghukum pelaku
pemerintah dalam rangka upaya korupsi di Indonesia. Hal ini terjadi karena
pemberantasan korupsi melalui prosedur indikator rumusannya masih multi tafsir dan
hukum yang transparan dan adil. Jika dilihat terbatas pada ketentuan Pasal 2 ayat (1)
dari aspek sejarah, budaya, maupun UUTPK. Hukuman terberat yang dijatuhkan
kecenderungan-kecenderungan Hak Asasi kepada pelaku korupsi di Indonesia selama
Universal, secara objektif hukuman mati di ini adalah hukuman seumur hidup, itupun
Indonesia telah sesuai dengan kebutuhan karena perbuatannya komulatif dengan
masyarakat. Hukuman mati bukan saja telah tindak pidana pencucian uang. Secara yuridis
memberikan jaminan perlindungan atas hak formal, penerapan hukuman mati di
asasi semua warga masyarakat tetapi sesuai Indonesia dibenarkan. Hal ini bisa ditelusuri
dengan kesepakatan masyarakat dari beberapa pasal dalam KUHP yang
Internasional karena fungsi hukum pidana memuat ancaman hukuman mati. Di luar
untuk melindungi masyarakat, negara, KUHP di antaranya terdapat dalam UUTPK.
pelaku tindak kejahatan dan sekaligus Serta penerapan hukuman mati juga diakui

280 IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1 E-ISSN : 2654-8062

dan diakomodasi oleh konsep negara hukum Baharuddin Lopa, Kejahatan Korupsi dan
yaitu Pancasila Penegakan Hukum, Kompas, Jakarta,
2002.
Saran
Bambang Waluyo, Penegakan Hukum di
1. Agar implementasi hukuman mati Indonesia, cet. ke-1, Sinar Grafika,
menjadi kenyataan maka rumusan yang Jakarta, 2016.
menjadi syarat dan indikator dalam
penjatuhan hukuman mati harus diperjelas Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai
sehingga tidak multi tafsir dan tidak Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra
menyulitkan dalam implementasinya. Aditya Bakti, Bandung, 2005
Dukungan agar hukuman mati diterapkan
________________, Masalah Penegakan
tidak lain merupakan dampak dari Hukum dan Kebijakan Penanggulangan
kekurangan sistem hukum dalam Kejahatan, Citra Adtya Bakti, Bandung,
menegakkan kejahatan korupsi. Maka 2001.
titik perdebatan hukuman mati tidak
semata-mata hukuman mati melanggar Herry Priyono, Korupsi Melacak Arti,
HAM atau tidak melainkan lebih pada Menyimak Implikasi, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2018.
hukuman yang dianggap belum maksimal.
2. Tindak pidana korupsi merupakan Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum
kategori kejahatan serious crime, Pidana, Cahaya Atma Pustaka,
sehingga hukuman mati dianggap layak Yogyakarta, 2015.
diberikan kepada kejahatan korupsi. Agar
pemberantasan tindak pidana korupsi Ermansjah Djaja, Tipologi Tindak Pidana
Korupsi di Indonesia, Mandar Maju,
berhasil secara signifikan, saat ini
Bandung, 2010.
hukuman mati perlu dipertahankan di
dalam UUTPK dan diperluas dalam Evi Hartati, Tindak Pidana Korupsi, cet.ke-2,
ancaman pasal-pasal lainnya yang ada di Sinar Grafika, Jakarta, 2008.
UUTPK. Dalam pemberantasan kejahatan
korupsi juga membutuhkan keseriusan Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan
semua pihak baik eksekutif, legislatif Tertulis di Indonesia, Rajagrafindo
maupun yudikatif. Persada, Depok, 2013.

Henry Campbell Black, Black’s Law


Dictionary, Fifth Edition, Minn Wesh
DAFTAR PUSTAKA Publishing St. Paul, 1979.
A. Buku
IGM Nurdjana, Sistem Hukum Pidana dan
Abdul Jalil Salam, Polemik Hukuman Mati di Bahaya Laten Korupsi (Problematik
Indonesia Perspektif Islam HAM dan Sistem Hukum Pidana dan Implikasinya
Demokratiasi Hukum, Badan Litbang pada Penegakan Hukum Tindak Pidana
dan Diklat Kementian Agama RI, Korupsi), Total Media, Yogyakarta,
Jakarta, 2010. 2009.

Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Joann Bren Guernsey, Death Penalty Fair
Kencana, Jakarta, 2015. Solution or Moral Failure, Twenty-First
Century Books, Minneapolis, 2010

IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi di Luar KUHP, Badan Pembinaan


Penelitian Hukum Normatif, cet. ke-3, Hukum Nasional, Jakarta, 2012.
Bayumedia Publishing, Malang, 2007.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Lexy J. Moleong, Metode Peneitian Kualitatif, Hukum, UI Press, Jakarta,2010.
Remaja Rosda Karya, Bandung, 2007.
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum,
Lili Rasjidi dan I.B Wyasa Putra Hukum Liberty, Yogyakarta, 1999.
sebagai Suatu Sistem, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 1993. Supardi, Perampasan Harta Hasil Korupsi
Perspektif Hukum Pidana Yang
Muladi dan Barda Nawawi Arief Teori-teori Berkeadilan, cet. ke-2, Kencana, Jakarta,
dan Kebijakan Pidana, Alumni, 2020.
Bandung, tp. 2010,
Tina Asmarawati, Hukuman Mati dan
Nelvita Purba dan Sri Sulistyawati Permasalahannya di Indonesia, cet. ke-
Pelaksanaan Hukuman Mati Perspektif 1 Deepublish, Yogyakarta, 2013.
Hak Asasi Manusia dan Hukum Pidana
di Indonesia, cet. ke-1, Graha Ilmu, Wijayanto, Ridwan Zachrie, Korupsi
Yogyakarta, 2015. Mengorupsi Indonesia Sebab, Akibat
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian dan Prospek Pemberantasan, PT
Kualitatif, Pendekatan Positivistik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009.
Rasionalistik, Phenomenologik dan
Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks W.J.S. Poewadarminta, Kamus Besar Bahasa
dan Penelitian Agama, Bayu Indra Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2003.
Grafika, Yogyakarta, 1996.
Yon Artiono Arbai, Aku Menolak Hukuman
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Mati Telaah atas Penerapan Pidana
cet. ke-2, Kencana, Jakarta, 2008. Mati, Kepustakaan Populer Gramedia,
Jakarta, 2012.
Rena Yulia, Viktimologi Perlindungan Hukum
terhadap Korban Kejahatan, Graha Yovita A. Mangesti & Bernard L. Tanya,
Ilmu, Yogyakarta, 2013 Moralitas Hukum, Genta Publishing,
Yogyakarta, 2014.
Romli Atmasasmita, Kapita Selekta Hukum
Pidana dan Kriminologi, Mandar Maju, Peraturan Perundang-Undangan
Bandung, 1995. Indonesia, Undang-Undang Nomor 73 Tahun
1958 tentang Menyatakan Berlakunya
Sahetapy, Pidana Mati dalam Negara Undang-Undang No. 1 Tahun 1946
Pancasila, Citra Aditya Bakti, Bandung, Republik Indonesia tentang Peraturan
2007. Hukum Pidana Untuk Seluruh Wilayah
Republik Indonesia dan Mengubah
Satjipto Raharjo, Membedah Hukum Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
Progresif, Kompas, Jakarta, 2006 Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1958 Nomor 127; Tambahan
Sholehuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Lembaga Negara Nomor 1660
Pidana Ide Dasar Double Track System
dan Implementasinya, Raja Grafindo Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun
Persada, Jakarta, 2003. 1971 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, Lembaran Negara
Sigit Suseno, Sistem Pemidanaan dalam Republik Indonesia Tahun 1971
Hukum Pidana Indonesia di Dalam dan Nomor 19

282 IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1 E-ISSN : 2654-8062

Alwan Hadiyanto, Pro dan Kontra Pidana


Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun Mati di Indonesia, Jurnal Dimensi,
1981 tentang Kitab Undang-Undang Vol. 5 No. 2, 2016.
Hukum Acara Pidana (KUHAP),
Lembaran Negara Republik Indonesia Amelia Arief, Problematika Penjatuhan
Tahun 1981 Nomor 76; Tambahan Hukuman Pidana Mati dalam
Lembaga Negara Republik Indonesia Perspektif Hak Asasi Manusia dan
Nomor 3209 Hukum Pidana, Jurnal Kosmik
Hukum, Vol. 19 No. 1 Januari 2019.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Andrian Pratama Taher, Hukuman Mati Untuk
Pidana Korupsi, Lembaran Negara Koruptor Dimasukan Ke RKUHP
Republik Indonesia Tahun 1999 Tirto.id, 12 Desember 2019.
Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor A.W. Goudie Stasavage, David A Framework
3874 for the Analysis of Corruption, Crime,
Law and Social Change, Kluwer
Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun Academic. 1998.
2001 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Ayu Fitri Hardianti, Nandang Sambas, Dian
Pemberantasan Tindak Pidana Andriasari, Studi Komparatif
Korupsi, Tambahan Lembaran Negara Penjatuhan Sanksi Pidana Terhadap
Republik Indonesia Nomor 4150 Pelaku Tindak Pidana Korupsi di
Negara Indonesia dengan Negara
Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun China, Prosiding Ilmu Hukum Volume
2002 tentang Komisi Pemberantasan 4, No. 1, Tahun 2018
Tindak Pidana Korupsi, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun Ayub Torry Satriyo Kusumo, Hukuman Mati
2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Ditinjau dari Perspektif Hukum dan
Negara Republik Indonesia Nomor Hak Asasi Manusia Internasional,
4250 Koleksi Pusat Dokumentasi Elsam, tt.

Rancangan Undang-Undang tentang Kitab David T. Johnson, Asia's Declining Death


Undang-Undang Hukum Pidana, Penalty, The Journal of Asian Studies,
Badan Pembinaan Hukum Nasional Vol. 69, No. 2, May, 2010
Kementrian Hukum dan HAM RI,
2019 Elmar I Lubis, Perkembangan isu Hukuman
Mati di Indonesia, Opinio Juris,
Chapter VIII Crimes of Embezzlement and Volume 04, Januari-April 2012.
Bribery, Criminal Law of The People's
Republic of China Elsa R.M. Toule, Eksistensi Ancaman Pidana
Mati dalam Undang-Undang Tindak
B. Jurnal dan Opini Pidana Korupsi, Jurnal Hukum Prioris,
Adhigama Andre Budiman, Ajeng Gandini Vol. 3 No. 3, 2013.
Kamilah, Genoveva Alicia K.S. Maya,
Iftitahsari, Maidina Rahmawati, 2020 Gilang Ramadhan, Benny Tjokro Divonis
Indonesian Death Penalty Report: Penjara Seumur Hidup dalam Perkara
Taking Lives During Pandemic, Jiwasraya, 27 Oktober 2020.
Institute for Criminal Justice Reform, Opini.tirto.com
Jakarta, 2020.

IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1

Indriyanto Seno Adji, Pidana Mati dan Saldi Isra dan Eddy OS. Hiariej, Perspektif
Pemberantasan Korupsi menurut UU Hukum Pemberantasan Korupsi di
No. 31 Tahun 1999, Maret 2001. Indonesia, dalam Wijayanto, Ridwan
Zachrie, Korupsi Mengorupsi
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Indonesia Sebab, Akibat dan Prospek
Penelitian Hukum Normatif dan Pemberantasan, PT Gramedia Pustaka
Empiris, cet. ke-2, Prenadamedia Utama, Jakarta, 2009
Group, Depok, 2018
Samuel Agutinus, Eko Soponyono, Rahayu,
Julio Bacio-Terracino, Linking Corruption and Pelaksanaan Pidana Mati di Indonesia
Human Right, The Annual Meeting, Pasca Reformasi dari Perspektif Hak
American Society of International Asasi Manusia, Diponegoro Law
Law, Vol. 104, tt. Journal, Volume 5, Nomor 4, 2016

Karl F. Schuessler, The Deterrent Influence of Sefriani, Karakterisik The Most Serious Crime
the Death Penalty, Annals of the menurut Hukum Internasional dalam
American Academy of Political and Putusan Mahkamah Konstitusi, Jurnal
Social Science, Vol. 284, Nov., 1952. Yudisial, Vol. 6 No. 2, 2013.

Lidya Suryani Widayati, Pidana Penjara Sukawarsini Djelantik, Korupsi, Kemiskinan


Seumur Hidup Bagi Pelaku Korupsi, dan Masalah di Negara Berkembang,
Vol. VI, No. 13/I/P3DI/Juli/2014, Jurnal Administrasi Publik, Vol. 5, No.
Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan 1, 2008: 18-41.
Informasi (P3DI), Sekjen DPR RI.
Syaiful Bakhri, Pengaruh Aliran-Aliran
Michael L. Radelet and Marian J. Borg,The Falsafat Pemidanaan dalam
Changing Nature of Death Penalty pembentukan Hukum Pidana
Debates, Annual Review of Sociology, Nasional”, Jurnal Hukum UMJ No. 1
Vol. 26, 2000. Vol. 18, Diponegoro Law Journal,
Volume 5, Nomor 4, 2010.
Michelle Miao, The Politics of China’s Death
Penalty Reform in the Context of Setiawan Wicaksono, Hambatan dalam
Global Abolitionism, Brit. J. Criminol. Menerapkan Pasal 6 Kovenan
Oxford University Press, the Centre for Internasional Tentang Hak-Hak Sipil
Crime and Justice Studies 2013. dan Politik sebagai Dasar
Penghapusan Pidana Mati di
Ririn Darini, Korupsi Di China, Perspektif Indonesia, Pandecta, Volume 11,
Sejarah, Informasi, No.1 XXXVII, Nomor 1, Juni 2016.
2011
Wicipto Setiadi, Korupsi di Indonesia
Rizqi Nurul Awaliyah, Rehnalemken Ginting, (Penyebab, Bahaya, Hambatan dan
Perbandingan Pengaturan Sanksi Upaya Pemberantasan, Serta
Pidana dalam Tindak Pidana Korupsi Regulasi), Jurnal Legislasi Indonesia,
Berdasarkan Perundang-Undangan Vol 15, No. 3, November, Dirjen
Indonesia dan China, Recidive, Vol. 4 Peraturan Perundang-Undangan
No. 1 Januari-April 2015. Kemenkumham, hlm. 249-262. 2018

Robert M. Bohm, A Concise Introduction to Widayati, Lidya Suryani Pidana Penjara


Criminal Justice, McGraw-Hill, New Seumur Hidup Bagi Pelaku Korupsi,
York, 2007. Vol. VI, No. 13/I/P3DI/Juli/Pusat
Pengkajian, Pengolahan Data dan

284 IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024


P-ISSN : 2597-5064
https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v8i1 E-ISSN : 2654-8062

Informasi (P3DI), Sekjen DPR RI. koruptor-harus-diperjuangkan,


2014. diakses 7 Maret 2021.

C. Website https://nasional.kompas.com/read/2019/12/09/
https://ti.or.id/corruption-perception-index- 12552991/jokowi-sebut-hukuman-
2018/ diakses 6 Maret 2021. mati-bagi-koruptor-dapat-diterapkan-
jika diakses 9 Maret 2021.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4f
349647747ed/artidjo-saya-yang- https://nasional.kompas.com/read/2021/02/17/
pertama-hukum-mati-koruptor, 11240161/soal-edhy-prabowo-dan-
diakses 7 Maret 2021. juliari-batubara-layak-dituntut-
hukuman-mati-ini-kata?page=all,
http://nasional.sindonews.com/read/836880/1 diakses 10 Maret 2021.
3/mahfud-hukuman-mati-bagi-

IKRAITH-HUMANIORA VOL. 8, NO. 1 Maret 2024

Anda mungkin juga menyukai