KORUPTOR
Kelompok 4
XII MIPA 1
Penyusun:
1. Bagas Hartawijaya
2. Giver Petra Ivolala Bidaya
3. Keira Inayah Maharani
4. Maria Frances Angelika
5. Naufal Abiyyi Rahmani
6. Nur Aisati
7. Shaquila Lubis
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil
antara lain:
1. Apa itu korupsi?
2. Apa itu penyebab korupsi?
3. Apa hukuman untuk para koruptor?
4. Mengapa di Indonesia, hukuman koruptor masih rendah?
5. Bagaimana cara mengatasi para koruptor di Indonesia?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yang dapat diambil dari rumusan
masalah di atas, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari korupsi
2. Untuk mengetahui apa penyebab dari korupsi
3. Untuk mengetahui hukuman apa yang dapat diberikan kepada para koruptor
4. Untuk mengetahui alasan dari hukuman koruptor yang masih rendah di negara
Indonesia
5. Untuk mengetahui bagaimana caranya mengatasi para koruptor di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Dalam ensiklopedia Indonesia disebut “korupsi” (dari bahasa Latin: corruption
sama seperti penyuapan; corruptore = merusak) gejala di mana para pejabat, badan-
badan Negara menyalahgunakan wewenang dengan terjadinya penyuapan, pemalsuan
serta ketidakberesan lainnya. Adapun arti harfia dari korupsi dapat berupa: Kejahatan,
kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan ketidakjujuran. Perbuatan yang
buruk seperti penggelapan uang, penerimaan sogok dan sebagainya.
Baharuddin Lopa mengutip pendapat dari David M. Chalmers, menguraikan arti
istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang menyangkut masalah penyuapan,
yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang menyangkut bidang
kepentingan umum. (Evi Hartanti, S.H., 2005:9)
Selain itu terdapat pengertian korupsi dalam undang-undang antara lain:
1. Undang-undang nomor 3 Tahun 1971 pengertian korupsi tertuang dalam pasal 1
ayat 1 a dan 1 b yang berbunyi :
1.a. “Barangsiapa dengan melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain, atau suatu Badan, yang secara
langsung atau tidak langsung merugikan keuangan negara dan atau
perekonomian negara, atau diketahui atau patut disangka olehnya bahwa
perbuatan tersebut merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara;”
1.b. “Barangsiapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu Badan, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan, yang secara
langsung atau tidak langsung dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara;
2. Sementara itu dalam undang-undang nomor 31tahun 1999 definisi korupsi
tertuang dalam pasal 2 ayat (1) dan dan pasal 3 yang berbunyi :
Pasal 2 ayat (1)
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara
dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling
sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”
Pasal 3
“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling
sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”
Dari pengertian-pengertian diatas dapat kita ambil beberapa kesimpulan
terutama yang berkenaan dengan unsur-unsur korupsi antara lain:
1. Perbuatan Melawan Hukum
2. Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi
3. Menyalahgunakan wewenang
4. Menyebabkan kerugian keuangan negara atau perekonomian Negara
B. Penyebab Korupsi
1. Faktor Internal, merupakan penyebab korupsi yang datang dari dalam diri pribadi.
a) Aspek perilaku individu
Iman yang tidak kuat
Orang-orang yang memiliki kelemahan iman, sangat mudah sekali untuk
melakukan tindakan kejahatan seperti korupsi contohnya. Apabila iman
orang tersebut kuat, mereka tidak akan melakukan tindakan korups ini.
Banyak sekali alasan yang diberikan oleh penindak korupsi ini.
Sifat tamak manusia
Korupsi yang dilakukan bukan karena kebutuhan primer, yaitu kebutuhan
pangan. Pelakunya adalah orang yang berkecukupan, tetapi memiliki sifat
tamak, rakus, mempunyai hasrat memperkaya diri sendiri. Unsur penyebab
tindak korupsi berasal dari dalam diri sendiri yaitu sifat tamak/rakus.
Maka tindakan keras tanpa kompromi, wajib hukumnya.
Moral yang kurang kuat
Orang yang moralnya kurang kuat mudah tergoda untuk melakukan tindak
korupsi. Godaan bisa datang dari berbagai pengaruh di sekelilingnya,
seperti atasan, rekan kerja, bawahan, atau pihak lain yang memberi
kesempatan.
Gaya hidup yang konsumtif
Gaya hidup di kota besar mendorong seseorang untuk berperilaku
konsumptif. Perilaku konsumtif yang tidak diimbangi dengan pendapatan
yang sesuai, menciptakan peluang bagi seseorang untuk melakukan tindak
korupsi.
b) Aspek sosial
Desakan kebutuhan ekonomi
Dengan keadaan ekonomi yang sulit, semua serba sulit, berbagai tindakan
pun akan dilakukan oleh seseorang, guna untuk mempermudah kebutuhan
ekonomi seseorang, salahsatunya adalah dengan melakukan tindakan
korupsi.
2. Faktor Eksternal, merupakan factor peenyebab korupsi yang berasal dari luar.
a) Aspek Sikap Masyarakat terhadap Korupsi
Dalam sebuah organisasi, kesalahan individu sering ditutupi demi menjaga
nama baik organisasi. Demikian pula tindak korupsi dalam sebuah organisasi
sering kali ditutup-tutupi. Akibat sikap tertutup ini, tindak korupsi seakan
mendapat pembenaran, bahkan berkembang dalam berbagai bentuk. Sikap
masyarakat yang berpotensi memberi peluang perilaku korupsi antara lain:
Nilai-nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung untuk terjadinya
korupsi. Misalnya masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan
yang dimilikinya. Akibatnya masyarakat menjadi tidak kritis terhadap
kondisi, seperti dari mana kekayaan itu berasal.
Masyarakat menganggap bahwa korban yang mengalami kerugian akibat
tindak korupsi adalah Negara. Padahal justru pada akhirnya kerugian
terbesar dialami oleh masyarakat sendiri. Contohnya akibat korupsi
anggaran pembangunan menjadi berkuran, pembangunan transportasi
umum menjadi terbatas misalnya.
Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat dalam perilaku korupsi.
Setiap tindakan korupsi pasti melibatkan masyarakat, namun masyarakat
justru terbiasa terlibat dalam tindak korupsi sehari-hari dengan cara-cara
terbuka namun tidak disadari.
Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi dapat dicegah dan
diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan
pemberantasan korupsi. Umumnya masyarakat menganggap bahwa
pencegahan dan pemberantasan korupsi adalah tanggung jawab
pemerintah.
b) Aspek Ekonomi
Aspek Ekonomi sering membuka peluang bagi seseorang untuk korupsi.
Pendapatan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan atau saat sedang terdesak
masalah ekonomi membuka ruang bagi seseorang untuk melakukan jalan
pintas, dan salah satunya adalah korupsi.
c) Aspek Politis
Politik uang (money politics) pada Pemilihan Umum adalah contoh tindak
korupsi, yaitu seseorang atau golongan yang membeli suatu atau menyuap
para pemilih/anggota partai agar dapat memenangkan pemilu. Perilaku korup
seperti penyuapan, politik uang merupakan fenomena yang sering terjadi.
Terkait hal itu Terrence Gomes (2000) memberikan gambaran bahwa politik
uang sebagai use of money and material benefits in the pursuit of political
influence (menggunakan uang dan keuntungan material untuk memperoleh
pengaruh politik).
d) Aspek Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk
sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi
korban korupsi atau di mana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya
korupsi karena membuka peluang atau kesempatan terjadinya korupsi
(Tunggal, 2000). Aspek-aspek penyebab korupsi dalam sudut pandang
organisasi meliputi:
Kurang adanya sikap keteladanan Pemimpin
Pemimpin adalah panutan bagi bawahannya. Apa yang dilakukan oleh
pemimpin merupakan contoh bagi bawahannya. Apabila pemimpin
memberikan contoh keteladanan melakukan tindak korupsi, maka
bawahannya juga akan mengambil kesempatan yang sama dengan
atasannya.
Tidak Adanya Kultur/Budaya Organisasi yang Benar
Organisasi harus memiliki Tujuan Organisasi yang fokus dan jelas. Tujuan
organisasi ini menjadi pedoman dan memberikan arah bagi anggota
organisasi dalam melaksanakan kegiatan sesuati tugas dan fungsinya.
Tujuan organisasi menghubungkan anggotanya dengan berbagai tat-cara
dalam kelompok; juga berfungsi untuk membantu anggotanya menentukan
cara terbaik dalam melaksanakan tugas dan melakukan suatu tindakan.
Tatacara pencapaian tujuan dan pedoman tindakan inilah kemudian
menjadi kultur/budaya organisasi. Kultur organisasi harus dikelola dengan
benar, mengikuti standar-standar yang jelas tentang perilaku yang boleh
dan yang tidak boleh. Kekuatan pemimpin menjadi penentu karena
memberikan teladan bagi anggota organisasi dalam mebentuk budaya
organisasi. Peluang terjadinya korupsi apabila dalam budaya organisasi
tidak ditetapkan nilai-nilai kebenaran, atau bahkan nilai dan norma-norma
justru berkebalikan dengan norma-norma yang berlaku secara umum
(norma bahwa tindak korupsi adalah tindakan yang salah).
Kurang Memadainya Sistem Akuntabilitas
Dalam sebuah organisasi perlu ditetapkan visi dan misi yang diembannya,
yang dijabarkan dalam rencana kerja dan target pencapaiannya. Dengan
cara ini penilaian terhadap kinerja organisasi dapat dengan mudah
dilaksanakan. Apabila organisasi tidak merumuskan tujuan, sasaran, dan
target kerjanya dengan jelas, maka akan sulit dilakukan penilaian dan
pengukuran kinerja. Hal ini membuka peluang tindak korupsi dalam
organisasi.
Kelemahan Sistem Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak
pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah
pengendalian manajemen sebuah organisasi semakin terbuka peluang
tindak korupsi anggota atau pegawai di dalamnya.
Pengawasan terbagi menjadi dua, yaitu pengawasan internal
(pengawasan fungsional dan pengawasan langsung oleh pemimpin) dan
pengawasan yang bersifat eksternal (pengawasan dari legislatif dalam hal
ini antara lain KPKP, Bawasda, dll dan masyarakat). Pengawasan ini
kurang berfungsi secara efektif karena beberapa faktor seperti tumpang
tindihnya pengawasan pada berbagai instansi, kurangnya profesional
pengawas serta kurangnya kepatuhan pada etika hukum maupun
pemerintah oleh pengawas itu sendiri.
https://www.google.com/webhp?
sourceid=chromeinstant&ion=1&espv=2&ie=UTF-
8#q=hukuman+korupsi+tindak+pidana+khusus
http://azimbae.blogspot.com/2012/08/hukum-pidana-khusus-korupsi.html
http://iwankurniawan31.blogspot.com/2014/01/dampak-korupsi-terhadap-
rakyat-indonesia.html
http://www.academia.edu/9378386/
BAB_I_PENDAHULUAN_A._Latar_Belakag
http://www.mediaindonesia.com/mipagi/read/2736/70-Koruptor-Dihukum-
Ringan/2014/08/04
http://www.kpk.go.id/id/berita/berita-sub/1351-hukuman-koruptor-terlalu-
ringan-korupsi-kejahatan-luar-biasa
https://www.facebook.com/LukasSiahaan.SH/posts/415819031776519)