Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang segalapuji dan
syukur bagi-Nya yang telah melimpahkan karunia bagi alam semesta.Salawat dan salam
selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, bagi keluarga,sahabat dan pengikut-
pengikutnya sampai akhir zaman.

Makalah yang ditulis ini dengan menggunakan bahasa yang sangat sederhanadan
merupakan hasil kemampuan yang sangat minim, apa yang ditegahkan dalammakalah ini
masih jauh dari segi kemampuan, hal ini disebabkan karenaterbatasnya kemampuan kami,
baik dari segi sistematikanya maupun dari segipenulisannya.

Dengan selesainya makalah ini, merupakan usaha maksimal yang kamilakukan.


Walaupun tidak menutup kemungkinan disini masih ada hal-hal yang perlumendapat
perbaikan. Untuk itu kepada dosen, teman-teman, saran dan kritik yangsifatnya kunsuatif
untuk kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.

Demikian diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu.Akhirnya kepada
Allah jualah kita serahkan semuanya. Semoga makalah yangsederhana ini ada manfaatnya
bagi kita semua.

BAB I PENDAHULUAN

1
Latar Belakang

Ada sedikit sejarah tentang korupsi,korupsi sudah berlangsung lama,sejak zaman Mesir
Kuno, Babilonia, Roma sampai abad pertengahan dansampai sekarang. Korupsi terjadi
diberbagai negara, tak terkecuali dinegara-negara maju sekalipun. Di negara Amerika Serikat
sendiri yang sudahbegitu maju masih ada praktek-praktek korupsi. Sebaliknya,
padamasyarakat yang primitif dimana ikatan-ikatan sosial masih sangat kuat dankontrol
sosial yang efektif, korupsi relatif jarang terjadi. Tetapi dengansemakin berkembangnya
sektor ekonomi dan politik serta semakin majunyausaha-usaha pembangunan dengan
pembukaan-pembukaan sumber alamyang baru, maka semakin kuat dorongan individu
terutama di kalanganpegawai negari untuk melakukan praktek korupsi dan usaha-
usahapenggelapan.

Korupsi dimulai dengan semakin mendesaknya usaha-usahapembangunan yang


diinginkan, sedangkan proses birokrasi relatif lambat,sehingga setiap orang atau badan
menginginkan jalan pintas yang cepatdengan memberikan imbalan-imbalan dengan cara
memberikan uang pelicin(uang sogok).

Akhir-akhir ini masalah korupsi sedang hangat-hangatnya dibicarakanpublik, terutama


dalam media massa baik lokal maupun nasional. Akantetapi walau bagaimanapun korupsi ini
merugikan negara dan dapat merusakkepemerintahan.

Korupsi sangat sulit untuk dihilangkan bahkan hampir tidak mungkindapat diberantas,
oleh karena itu sangat sulit memberikan pembuktian-pembuktian yang eksak. Disamping itu
sangat sulit mendeteksinya dengandasar-dasar hukum yang pasti.

Akibat-akibat dari korupsi antara lain Pemborosan sumber-sumber,gangguan terhadap


penanaman modal, bantuan yang lenyap,ketidakstabilan,revolusi sosial, pengambilan alih
kekuasaan oleh militer, menimbulkan ketimpangan sosial budaya,pengurangan kemampuan
aparatur pemerintah,pengurangan kapasitas administrasi, hilangnya kewibawaan
administrasi.

Oleh karena itu, salah satu cara yang efektif untuk mengatasipermasalahan korupsi bagi
kami ialah dengan menerapkan hukuman yangtepat dan adil bagi para koruptor tersebut.
Namun faktanya, di Indonesiahukuman bagi terpidana koruptor sangatlah ringan, sehingga
tidakmenimbulkan efek jera.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas di makalah ini yaitu:

1. Bagaimana hukuman bagi koruptor di Indonesia saat ini?

2. Mengapa hukuman tersebut tidak menimbulkan efek jera?

3. Hukuman apa yang tepat bagi koruptor tersebut?

2
C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penyusunan makalah ini ialah:

1. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Reformasi AdministrasiNegara.

2. Untuk mengetahui mengapa hukuman korupsi di Indonesia sama sekalitidak


menimbulkan efek jera.

3. Untuk mengetahui hukuman yang tepat dan adil untuk dterapkan diIndonesia saat ini

BAB II

LANDASAN TEORI

3
A.Pengertian Hukuman

Hukuman adalah tindakan yang diberikan terhadap seseorang karenamelakukan


kesalahan, dan dilakukan agar orang tersebut tidak lagimelakukannya. Bentuk hukuman
berupa hukuman badan, hukuman perasaan(diejek, dipermalukan, dimaki), dan lain
sebagainya.( Wens Tamlair,1996)

Menurut teori lainnya, hukuman adalah menghadirkan ataumemberikan sebuah situasi


yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingindihindari untuk menurunkan tingkah laku.
( H. Baharuddin,2007)

Menurut Al-Ghozali hukuman ialah suatu perbuatan di mana seseorangsadar dan


sengaja menjatuhkan nestapa pada orang lain dengan tujuanuntuk memperbaiki atau
melindungi dirinya sendiri dari kelemahan jasmanidan rohani, sehingga terhindar dari segala
macam pelanggaran.

B. Pengertian Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latincorupto cartumpen yang berarti;busuk atau rusak.
Korupsi ialah prilaku buruk yang dilakukan pejabat publiksecara tidak wajar atau tidak legal
untuk memparkaya diri sendiri. Dari segihukum korupsi mempunyai arti; Melawan hukum,
Menyalahgunakankekuasaan, Memperkaya diri, Merugikan keuangan Negara.

Menurut perspektif hukum, pengertian korupsi secara gamblangdijelaskan dalam UU No


31 tahun 2001 tentang pemberantasan tindakpidana. Pengertian Korupsi Secara Hukum
Merupakan tindak pidanasebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-
undanganyang mengatur tentang tindak pidana korupsi. Pengertian “korupsi“
lebihditekankan pada pembuatan yang merugikan kepentingan publik ataumasyarakat luas
atau kepentingan pribadi atau golongan. Korupsi Kolusi danNepotisme (KKN). Korupsi yaitu
menyelewengkan kewajiban yang bukan hakkita. Kolusi ialah perbuatan yang tidak jujur,
misalnya memberikan pelicanagar kerja mereka lancar, namun memberikannya secara
sembunyi- sembunyi. Nepotisme adalah mendahulukan orang dalam atau keluargadalam
menempati suatu jabatan.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besarmencangkup unsur-
unsur sebagai berikut;

 Perbuatan melawan hukum

 Penyalahgunaan kewenangan

 Merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara

C. Dasar Hukum Tindak Pidana Korupsi

Di Indonesia,praktik korupsi sudah sedemikian parah dan akut. Telahbanyak gambaran


tentang praktik korupsi yang terekspos ke permukaan. Dinegeri ini sendiri, korupsi sudah
seperti sebuah penyakit kanker ganas yangmenjalar ke sel-sel organ publik, menjangkit ke
lembaga-lembaga tinggiNegara seperti legislatif, eksekutif dan yudikatif hingga ke BUMN.

4
Apalagimengingat di akhir masa orde baru, korupsi hampir kita temui dimana-mana.Mulai
dari pejabat kecil hingga pejabat tinggi.

Walaupun demikian, peraturan perundang-undangan yang khususmengatur tentang


tindak pidana korupsi sudah ada. Di Indonesia sendiri,undang-undang tentang tindak pidana
korupsi sudah 4 (empat) kalimengalami perubahan. Adapun peraturan perundang-undangan
yangmengatur tentang korupsi, yakni :

1. Undang-undang nomor 24 Tahun 1960 tentang pemberantasan tindakpidana korupsi,

2. Undang-undang nomor 3 Tahun 1971 tentang pemberantasan tindakpidana korupsi,

3. Undang-undang nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindakpidana korupsi,

4. Undang-undang nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-undang


pemberantasan tindak pidana korupsi

BAB III

PEMBAHASAN

A. Hukuman bagi Koruptor di Indonesia

Berdasarkan ketentuan undang-undang nomor 31 Tahun 1999 joundang-undang nomor


20 tahun 2001, jenis penjatuhan pidana yang dapatdilakukan hakim terhadap terdakwa
tindak pidana korupsi adalah sebagaiberikut:

5
1. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4(empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda palingsedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi setiap orang yang
secaramelawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atauorang lain atau
suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negaraatau perkonomian Negara. (Pasal 2
ayat 1)

2. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu)tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh jutarupiah) dan paling banyak
satu Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)bagi setiap orang yang dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atauorang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan,kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan ataukedudukan
yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomianNegara (Pasal 3)

3. Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (duabelas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp.150.000.000,00 (seratuslima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 600.000.000,00 (enamratus juta) bagi setiap orang yang dengan sengaja
mencegah, merintangiatau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung
penyidikan,penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan terhadap tersangkaatau
terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi. (Pasal 21)

4. Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (duabelas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enamratus juta rupiah) bagi setiap orang sebagaimana
dimaksud dalam pasal28, pasal 29, pasal 35, dan pasal 36.

Pidana Tambahan

1. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujudatau barang
tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperolehdari tindak pidana korupsi,
termasuk perusahaan milik terpidana dimanatindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula
dari barang yangmenggantikan barang-barang tersebut.

2. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya samadengan harta


yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.

3. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1(satu) tahun.

4. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusanseluruh atau


sebagian keuntungan tertentu yang telah atau dapatdiberikan oleh pemerintah kepada
terpidana.

5. Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu1 (satu) bulan
sesudah putusan pengadilan yang telah memperolehkekuatan hukum tetap maka harta
bendanya dapat disita oleh jaksa dandilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut.

6
6. Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupiuntuk membayar
uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjarayang lamanya tidak memenuhi
ancaman maksimum dari pidana pokoknyasesuai ketentuan undang-undang nomor 31 tahun
1999 jo undang-undangnomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
danlamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.

B. Efek Jera bagi Koruptor

Di Indonesia itikad untuk membuat jera koruptor masih sebataswacana. Beberapa


usulan pernah dilontarkan ke publik oleh para pakaruntuk hukuman koruptor. Seperti
hukuman mati, pemiskinan, baju tahanan,hukuman sosial, bahkan penjara seumur hidup.
Namun, yang baru terwujud adalah membuat seragam bagi tersangka korupsi. Tujuannya
membuat malutersangka korupsi. Usulan yang lainnya? Hilang tanpa jejak.

Sepertinya hukum yang ringan tidak membuat jera para pelakukoruptor. Mereka masih
sumringah di hadapan kamera TV dan tidak ada rasapenyesalan sama sekali. Bahkan ada
beberapa pelaku korupsi, setelah bebasdari penjara, melakukan korupsi lagi atau duduk di
jabatan semulanya.

Berdasarkan analisa kami, hukuman bagi koruptor tersebut sepertiyang tercantum


dalam UU Tipikor di atas itu pada faktanya sama sekali tidakmenimbulkan efek jera. Hal ini
disebabkan oleh diantaranya:

1. Hukuman yang memang masih terlalu ringan.

2. Hukuman yang sangat ringan karena dakwaan jaksa yang lemah.

3. Harta koruptor yang sudak terbukti sama sekali tidak disita.

4. Korupsi sudah menjadi hal yang lumrah dalam suatu birokrasi.

5. Kurangnya legitimasi hukum tipikor karena disebabkan peradilan yangtidak kredibel serta
juga sering menjadi sumber sogok-menyogok.

6. Penerapan hukuman yang juga tidak berkeadilan, dimana apabila yangmenjadi tersangka
korupsi dari seorang pejabat besar maka hukumanakan semakin tumpul.

7. Korupsi yang dilakukan secara bersama-sama sehingga tidak adanya rasatakut bagi para
koruptor.

8. Peranan KPK, BPK, dan Kepolisian yang juga masih rendah dalampengungkapan kasus
korupsi.

Sebenarnya masih banyak fakta-fakta di lapangan yang terjadi padahukum korupsi di


Indonesia, sehingga hal tersebut sama sekali tidakmenimbulkan efek jera bagi pelakunya.

Beruntung untuk koruptor Indonesia. Hukum penjara yang ringan aliassebentar, bahkan
jauh di bawah tuntutan jaksa membuat hukum korupsi diIndonesia termaksud yang paling

7
ringan. Pasalnya, masa tahanan koruptorsudah dihitung semenjak menjadi tahanan di
penjara. Dan bila adaperingatan hari raya besar, tahanan mendapat remisi (pemotongan
masatahanan) yang bisa membuat para koruptor cepat atau lambat akanmenghirup udara
bebas

Miris memang melihat negara Indonesia yang masih menghukumringan para


koruptornya. Kasus korupsi di Indonesia masih dianggap sebagaikejahatan biasa. Sampai
2012, Indonesia menempati posisi ke-4 sebagaiNegara Terkorup di Asia. Namun perlu
diingat, hukum yang berat belumsepenuhnya dapat menghilangkan korupsi dari sebuah
negara. Kerja samayang baik dari Pemerintah, Lembaga Keadilan, Media Massa, dan
Masyarakatmempunyai andil besar dalam perang besar memberatas korupsi.

C. Hukuman yang tepat bagi Koruptor

Pada dasarnya, korupsi merupakan tindak pidana luar biasa yangharus mendapatkan
hukuman yang amat sangat berat. Hal ini karena korupsitergolong sebagai perampokan
harta rakyat yang menyebabkan kemiskinansemakin bertambah, pembangunan yang gagal,
serta banyak lagi kerugianbesar lainnya.

Oleh karena itu, kami dari kelompok 2, setelah menganalisis berbagaifakta-fakta dan
opini-opini para pakar, maka akan lebih baik jika korupsidihukum denganHUKUMAN MATI,
sebagaimana firman Allah dalam surahAl-Maidah ayat 33 yang artinya:“Sesungguhnya
pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan RosulNya dan membuat
kerusakan di mukabumi , bagi pembunuh hendaknya dibunuh, bagi perampok yang
membunuhkorbannya hendaknya disalibkan ,bagi perampok yang hanya merampasharta
korbannya maka hukum mannya dipotong tangan dan kakinya secarabersilangan sebatas
pergelangannya”.

Dianalogikan dengan perampokan ,yaitu korupsi dilakukan dengankekuatan dan


kekuasaan dan yang telah dikorupsi telah mencapai satunishab/batas minimal maka
dikenakan dengan hukum potong tangan secarabersilangan sebatas pergelangan tangan.
(Nishabnya seberat emas 93,6gram, akhir bulan Maret 2013 emas 1 gram seharga
Rp.4950.000,00 makanishabnya= Rp. 46.332.000,00).

Ide tentang hukuman mati untuk koruptor sudah bukan barang baru.Juga sudah
ditentang oleh orang-orang yang merasa dirinya pembela hakasasi manusia. Padahal
hukuman begini pasti jauh lebih gampang, asalditentukan nilai nominal minimal korupsinya
sebagai batas untukdiberlakukannya hukuman mati, dan interval antara dijatuhkannya vonis
dengan eksekusi tidak lebih dari 3 x 24 jam. Para tervonis hukuman matitidak perlu
menderita ketidakjelasan menunggu-nunggu eksekusinya. Bukanhanya membuat mereka
menunggu, tapi itu juga menghabiskan uang negarauntuk memberi mereka makan tiap hari
sampai matinya. Pemborosan.

8
Tapi jika model hukumannya masih seperti yang divoniskan padakoruptor saat ini, dari
mana bisa muncul efek jera? Jangan-jangan merekamemang berpikiran seperti: melakukan
korupsi adalah usaha, tertangkapdan dihukum adalah pengorbanan, lalu keluar dari penjara
dengan simpananharta berlimpah adalah masa depan yang cerah menanti.

Namun selain hukuman mati, ide bahwa hukuman bagi koruptor harusmemiskinkan dan
mempermalukan juga harus dilakukan. Untuk yangterakhir, mungkin agak susah karena
sangat bisa jadi para koruptor sudahtidak punya malu. Tapi setidaknya, mereka harus
merasakan harta kekayaanmereka dikurangi dalam jumlah yang besar-sebagaimana
merekamengurangi uang negara.

Pertama, vonis yang wajib dijatuhkan kepada setiap koruptor tanpakecuali adalah
mengembalikan dana senilai yang dia korupsi. Jika dia tidakmampu membayar itu, harta
kekayaannya harus disita oleh negara untukdilelang hingga nilainya mencapai jumlah dana
yang harus dia kembalikan[kepada negara]. Penyitaan tetap harus dilakukan bahkan jika itu
meliputiseluruh harta kekayaan si koruptor. Jika masih kurang, tambahkan padamasa
hukuman penjara baginya. Panjangnya hukuman penjara tambahanditentukan berdasar
jumlah yang tidak dia bayarkan, tanpa ada batas.

Kedua, vonis hukuman penjara inti (yang bukan tambahan) ditetapkansesuai aturan
yang berlaku. Kita semua pasti tahu embel-embelnya: denganpenyesuaian pada prinsip dan
rasa keadilan.

Ketiga, terkait dengan fasilitas dan akomodasi yang dia dapat dipenjara, harus dibatasi
dengan menggunakan dasar perhitungan standarhidup masyarakat setempat

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Saat ini di Indonesia, berdasarkan ketentuan undang-undang nomor 31Tahun 1999 jo


undang-undang nomor 20 tahun 2001, jenis penjatuhanpidana yang dapat dilakukan hakim
terhadap terdakwa tindak pidanakorupsi masih sangat ringan bagi para koruptor.

2. Hukuman tersebut, masih belum menimbulkan efek jera, sehingga masihbanyak


kasus korupsi terjadi dan merajalela. Sepertinya hukum yangringan tidak membuat jera para
pelaku koruptor. Mereka masihsumringah di hadapan kamera TV dan tidak ada rasa
penyesalan samasekali. Bahkan ada beberapa pelaku korupsi, setelah bebas dari
penjara,melakukan korupsi lagi atau duduk di jabatan semulanya.

9
3. Adapun hukuman yang sangat tepat bagi koruptor ialah dengan hukumanmati seperti
yang diterapkan di China, sehingga mampu mengurangijumlah koruptor serta sangat mampu
menimbulkan efek jera.

4. Selain itu, koruptor juga harus dimiskinkan serta tidak membedakanapakah ia pejabat
atas atau kalangan bawah, apapun itu, hukuman harussama dan adil.

B. Saran

1. Indonesia harus mencontoh negara China dalam memberantas korupsi,yaitu dengan


hukuman mati.

2. Namun perlu diingat, hukum yang berat belum sepenuhnya dapatmenghilangkan


korupsi dari sebuah negara. Kerja sama yang baik dariPemerintah, Lembaga Keadilan, Media
Massa, dan Masyarakatmempunyai andil besar dalam perang besar memberatas korupsi

10

Anda mungkin juga menyukai