Anda di halaman 1dari 11

MINI RISET

“PIDANA PENJARA DI INDONESIA PADA KASUS KORUPSI”


Tema : Sanksi Hukum Pelaku Korupsi Di Indonesia
Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi
Dosen Pengampuh : Dr.Irmawati Duko Ishak, SE, M.Pd

DISUSUN OLEH :
PAZRA MOHEHU
C02422037

JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
TAHUN 2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
ABSTRAK...............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................2
A. Definisi Korupsi..............................................................................................2
B. Sistem Kepenjaraan dan Fungsi Penjara..........................................................3
C. Cara Untuk Memulihkan Atas Kerugian Dari Tindakan Korupsi...................5
BAB III....................................................................................................................6
METODE PELAKSANAAN..................................................................................6
BAB IV....................................................................................................................6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................................6
BAB V......................................................................................................................8
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................8
A. Kesimpulan......................................................................................................8
B. Saran................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8

i
ABSTRAK
Korupsi adalah bentuk pengalihan dana atau penggelapan uang negara
sebagai tempat seorang tersebut bekerja untuk mendapatkan keuntungan
pribadi. Tujuan dari mini riset ini yaitu: (1) Untuk mengetahui apa definisi dari
korupsi, (2) Untuk mengetahui bagaimana sistem kepenjaraan dan apa fungsi
penjara, (3) Untuk mengetahui bagaimana cara untuk memulihkan atas
kerugian dari tindakan korupsi. Adapun metode yang digunakan dalam
pembuatan mini riset ini adalah metode studi pustaka. Kesimpulan dari mini
riset ini bahwa Korupsi adalah bentuk pengalihan dana atau penggelapan uang
negara sebagai tempat seorang tersebut bekerja untuk mendapatkan keuntungan
pribadi. Dalam sistem kepenjaraan terdapat adanya 5 macam kesakitan yang
ditimbulkan oleh pemenjaraan (pidana penjara) dan terdapat 3 cara dalam
memulihkan atas suatu kerugian dari tindakan korupsi.

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi telah menjadi permasalahan serius di Indonesia selama beberapa
dekade terakhir. Praktik korupsi memiliki dampak merugikan yang luas
terhadap negara dan masyarakat, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan
merusak kepercayaan publik terhadap lembaga pemerintah.1
Kasus korupsi di Indonesia sendiri dapat diibaratkan seperti tumbuhan
parasit yang sudah berkembang biak di hampir seluruh sistem birokrasi
pemerintahan. Dari sistem legislatif, eksekutif dan juga yudikatif. Menurut
Index Corruption World indonesia saat ini berada tiga tingkat diatas negara
negara terkorup namun enam tingkat dibawah negara terbersih dari tingkat
korupsinya yaitu pada peringkat 85 dari 180 negara. Data ini dapat dijadikan
sebuah cerminan bagi tata kelola pemerintahan yang sampai saat masih
dibilang kurang meskipun sudah ada sedikit peningkatan peringkat pada Indeks
Persepsi Korupsinya. Korupsi di Indonesia, telah mencapai stadium yang
mengkhawatirkan. Karena di semua lembaga pemerintahan didera persoalan
yang sama yaitu syndrome korupsi.2
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari korupsi?
2. Bagaimana sistem kepenjaraan dan apa fungsi penjara?
3. Bagaimana cara untuk memulihkan atas kerugian dari tindakan korupsi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari korupsi
2. Untuk mengetahui bagaimana sistem kepenjaraan dan apa fungsi penjara
3. Untuk mengetahui bagaimana cara untuk memulihkan atas kerugian dari
tindakan korupsi.

1
Andiani Putri et al., “Jurnal Kajian Agama Dan Dakwah ISSN : 3030-8917” 1, no. 2 (2023).
2
Laila Nurul Indria and Ali Muhammad, “Efektivitas Hukuman Pidana Penjara Sebagai Efek Jera
Terhadap Pelaku Korupsi Di Indonesia,” JUSTITIA : Jurnal Ilmu Hukum Dan Humaniora 9, no. 3
(2022): 1445–50.

1
D. Kegunaan
1. Memberikan pemahaman terkait apa itu korupsi
2. Memberikan pemahaman terkait sistem kepenjaraan dan apa fungsi
penjara
4. Memberikan pengetahuan terkait bagaimana cara untuk memulihkan atas
kerugian dari tindakan korupsi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Korupsi
Pengertian korupsi dapat ditinjau dalam berbagai macam perspektif. Pada
hakekatnya korupsi dapat terjadi dari segi kehidupan mana pun, tidak hanya
pada pemerintahan, sehingga menimbulkan pengertian korupsi yang
bermacammacam. Korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin
corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok, mencuri, maling, seiring dengan
pendapat Nurdjana menyatakan bahwa korupsi adalah istilah yang berasal dari
bahasa Yunani yaitu “corruptio”, yang berarti perbuatan yang tidak baik,
buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian,
melanggar norma-norma agama materiil, mental dan hukum.3
Menurut kamus Oxford, pengertian korupsi adalah perilaku tidak jujur
atau ilegal, terutama dilakukan orang yang berwenang. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pengertian korupsi adalah penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan
sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Menurut hukum di
Indonesia, pengertian korupsi adalah perbuatan melawan hukum dengan
maksud memperkaya diri sendiri/orang lain, baik perorangan maupun
korporasi, yang dapat merugikan keuangan negara/ perekonomian negara.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang

3
Dwina Putri, “Korupsi Dan Prilaku Koruptif,” Jurnal Pendidikan, Agama Dan Sains V (2021):
49–54.

2
Nomor 20 Tahun 2001. Ada 30 delik tindak pidana korupsi yang dikategorikan
menjadi 7 jenis. Kerugian keuangan negara, penyuapan, pemerasan,
penggelapan dalam jabatan, kecurangan, benturan kepentingan dalam
pengadaan barang dan jasa, serta gratifikasi.4
Korupsi adalah bentuk pengalihan dana atau penggelapan uang negara
sebagai tempat seorang tersebut bekerja untuk mendapatkan keuntungan
pribadi. Tindakan Pidana Korupsi adalah suatu tindakan untuk menampung
agar kaya untuk keuntungan pribadi atau dari golongan merupakan suatu
tindakan yang dapat merugikan orang lain, bangsa dan negara. Korupsi adalah
suatu penyakit yang menyakiti Negara Indonesia. Agar tidak telanjur menjadi
masalah besar. Maka korupsi harus bisa disembuhkan. Undur pidana korupsi
terdapat pada pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 dan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi.5
B. Sistem Kepenjaraan dan Fungsi Penjara
Sistem kepenjaraan menurut Sykes harus memiliki beberapa unsur
kesakitan. Pemenjaraan mengandung kesakitan-kesakitan terutama kesakitan-
kesakitan rohaniah. Pada umumnya dikenal adanya 5 macam kesakitan yang
ditimbulkan oleh pemenjaraan (pidana penjara) yakni6:
1. Kesakitan karena hilangnya kemerdekaan.(Lost liberty)
2. Kesakitan karena hilangnya hubungan dengan lawan jenisnya (kehilangan
relasi hetero sexual).
3. Kesakitan karena kehilangan hak untuk memiliki barang pribadi dan
pelayanan (service).
4. Kesakitan karena kehilangan otonomi.
5. Kesakitan karena kehilangan keamanan (security).
Di dalam UU No 12 tahun 1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan juga
sangat terang menjelaskan bahwa salah satu fungsi penjara adalah memberi

4
Putri.
5
Indria and Muhammad, “Efektivitas Hukuman Pidana Penjara Sebagai Efek Jera Terhadap
Pelaku Korupsi Di Indonesia.”
6
Indria and Muhammad.

3
efek jera namun dalam konteks narapidana korupsi, penjara agaknya harus
diakui gagal memberikan efek jera bagi penghuninya. Di sisi penuntutan, para
terdakwa kasus korupsi kerap mendapat tuntutan hukum yang terbilang ringan
dan tidak setimpal dengan nilai kerugian negara yang diakibatkan oleh perilaku
koruptifnya. Tuntutan yang rendah memungkinkan pelaku korupsi mendapat
vonis yang lebih rendah dari tuntutan. menurut data ICW menunjukkan rata-
rata vonis Pengadilan Tindak Pidana Korupsi bagi pelaku korupsi hanya
menyentuh angka 2 tahun 5 bulan penjara. Alhasil, selain mencederai rasa
keadilan publik, praktik hukum yang timpang ini pun rawan dimanfaatkan para
koruptor.7
Selain rendahnya tuntutan dan vonis, negara juga dirasa kurang maksimal
dalam menjalankan hukuman finansial pada koruptor. Hukuman finansial
adalah gabungan nilai hukuman denda, hukuman pengganti dan perampasan
aset-barang bukti. Seturut data Indonesia Corruption Watch(ICW) total
kerugian negara atas tindak pidana korupsi dari tahun 2001-2015 mencapai
203, 9 triliuan rupiah.Namun, hukuman finansial yang didasarkan putusan
pengadilan hanya mencapai 21, 3 triliun rupiah. Ketimpangan itu juga dilatari
oleh rendahnya tuntutan jaksa terkait hukuman finansial. Namun, hukuman
finansial yang didasarkan putusan pengadilan hanya mencapai 21, 3 triliun
rupiah. Ketimpangan itu juga dilatari oleh rendahnya tuntutan jaksa terkait
hukuman finansial. Konsekuensinya, pelaku korupsi biasanya membayar denda
atau uang pengganti jauh di bawah nilai nominal yang dikorupsi. Hitung-
hitungan secara matematis, banyak koruptor yang tetap untung meski dipenjara
dan membayar denda kepada negara. Menjadi tidak mengherankan jika di
penjara, para koruptor tetap bisa hidup dengan mewah; menyulap selnya serupa
kamar hotel, hingga pelesiran ke luar negeri. Situasi kian menguntungkan
koruptor ketika mekanisme pengawasan di Lapas cenderung semrawut. Hal itu
menguntungkan bagi para Narapidana Koruptor dan memunculkan
terbentuknya perilaku korupsi di dalam penjara.8

7
Indria and Muhammad.
8
Indria and Muhammad.

4
Timpangnya jumlah narapidana dengan penjaga Lapas membuat kerja
pengawasan tidak dapat dilakukan secara maksimal. Kondisi itu kian
diperparah dengan kenyataan rendahnya tingkat kesejahteraan hidup para
pegawai Lapas. Gaji yang rendah, dan pengawasan yang longgar telah
membuka kemungkinan terjadinya persekongkolan antara pegawai Lapas dan
napi korupsi. Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) sebagai induk
yang membawahi Lapas idealnya melakukan reformasi besar-besaran. Sanksi
berat selama ini hanya kerap menjerat para pegawai Lapas tingkat bawah, yang
bersentuhan langsung dengan napi. Sementara para pejabat tingginya acapkali
hanya menerima sanksi administratif, pencopotan jabatan tanpa pemecatan atau
mutasi.9
C. Cara Untuk Memulihkan Atas Kerugian Dari Tindakan Korupsi
Berikut ini beberapa cara dalam memulihkan atas suatu kerugian dari
tindakan korupsi yaitu10:
1. Menuntut melalui aturan Hukum Pidana Umum
Melalui Kepala Kantor Urusan/Satuan Kerja turut membantu dalam
menyelesaikan masalah kerugian negara dengan membuat laporan tertulis
dan disampaikan kepada polisi. Dan mengadakan penelitian berjalanjut
dilaporkan kepada menteri dengan tembusan kapada pejabat yang terkait.
Selanjutnya melakukan pemantauan hasil dengan menteri.
2. Menuntut Berdasarkan Hukum Pidana Khusus
Ada 2 cara membenbankan ditetapkan oleh hakim yang bertugas
untuk memutuskan perkara korupsi untuk mengembalikan uang yang
mereka ambil. Caranya yaitu:
a. Membebaskan Tanggung-Renteng
Adanya aturan tersebut maka majelis hakim dapat menyatakan para
terdakwa dibebani oleh pidana berupa uang pengganti dalam jangka
waktu tertentu.
b. Membebani Secara Proporsional

9
Indria and Muhammad.
10
Indria and Muhammad.

5
Caranya yaitu dengan menentukan banyaknya uang pengganti
berdasarkan penafsiran hakim.

3. Pidana Denda
Pidana denda akan dilaksanakan bersamaan dengan penerapan denda.
Pidana dalam uang pengganti itu digunakan untuk mengembalikan seluruh
asset negara yang sudah hilang. Namun Pidana denda sebagai bentuk
hukuman atas pidana korupsi.

BAB III
METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan dalam mini riset ini yaitu metode studi pustaka.
Metode ini merupakan cara peninjauan yang sistematis terhadap artikel-artikel
yang berhubungan dengan Pidana Penjara Di Indonesia Pada Kasus Korupsi.
Pustaka yang digunakan merupakan jurnal nasional maupun internasional yang
membahas mengenai Pidana Penjara Di Indonesia Pada Kasus Korupsi yang
diterbitkan secara online dari berbagai situs.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Korupsi telah menjadi masalah bangsa secara internasional dan penyebab
korupsi bisa bermacam-macam, tergantung konteksnya. Biasanya media sering
mempublikasikan kasus korupsi yang berkaitan dengan kekuasaan dalam
pemerintahan. Pada faktanya, korupsi sebenarnya telah terjadi dari hal paling
sederhana sampai hal-hal yang lebih kompleks. Korupsi selalu dikaitkan dengan
politik, ekonomi, kebijakan pemerintahan dalam masalah sosial maupun
internasional, serta pembangunan nasional. Setiap tahun bahkan mungkin setiap
bulan, banyak pejabat pemerintah yang tertangkap karena melakukan tindakan
korupsi.
Definisi dan Arti Perilaku Koruptif dalam Masyarakat.

6
Koruptif adalah awal dari perpuatan korupsi yang Diwali oleh sikap ketidak
mampuan untuk berjuang melawan kezaliman sehingga menimbulkan sikap
pasrah terhadap perbuatan yang tidak baik. Perilaku koruptif Diwali dengan
perbuatan sederhana seperti memberi tips, menyontek dan lain sebagainya.
Koruptif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sikap korupsi yaitu sikap
takut berkorban dan menyebabkan mereka mudah ditaklukkan oleh musuh atau
orang lain.
Perbedaan korupsi dan perilaku koruptif.
Perilaku koruptif adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tindakan,
sikap dan pengetahuan seseorang yang menjebakkan dirinya pada kegiatan
korupsi. Ada beberapa contoh perbuatan koruptif misalnya mencontek,
plagiarisme, berbohong, memberi uang sogokan dalam pembuatan SIM dan KTP
dan lainnya, sedangkan korupsi adalah tindakan pejabat publik baik politisi
maupun pegawai negeri serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang
secara tidak wajar dan tidak legal yang menyalahgunakan kepercayaan publik
yang telah dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Bentuk-bentuk Korupsi
Definisi korupsi tertuang dalam pasal 13 Undang-undang nomor 31 tahun
1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi (UU Tipikor) sebagaimana
yang telah diubah dengan Undang-undang nomor 20 Tahun 2001 tentang
perubahan atas undang-undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(UU 20/2001). Berdasarkan pasal tersebut korupsi dirumuskan dalam tiga puluh
bentuk/jenis tindak pidana korupsi, kemudian dapat disederhanakan ke dalam
tujuh kelompok besar yaitu:
1. Kerugian keuangan negara
2. Suap menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. gratifikasi

7
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Korupsi adalah
bentuk pengalihan dana atau penggelapan uang negara sebagai tempat seorang
tersebut bekerja untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Dalam sistem
kepenjaraan terdapat adanya 5 macam kesakitan yang ditimbulkan oleh
pemenjaraan (pidana penjara) dan terdapat 3 cara dalam memulihkan atas suatu
kerugian dari tindakan korupsi.
B. Saran
Saran yang dapat saya tawarkan untuk pembaca yang ingin membuat mini
riset tentang “Pidana Penjara Di Indonesia Pada Kasus Korupsi”. Untuk dapat lebih
baik dari mini riset yang saya buat ini, pembaca perlu mencari lebih banyak
referensi dari berbagai sumber, baik itu buku ataupun jurnal.

DAFTAR PUSTAKA
Indria, Laila Nurul, and Ali Muhammad. “Efektivitas Hukuman Pidana Penjara
Sebagai Efek Jera Terhadap Pelaku Korupsi Di Indonesia.” JUSTITIA :
Jurnal Ilmu Hukum Dan Humaniora 9, no. 3 (2022): 1445–50.
Putri, Andiani, Enjang Rohiman, Faisal Maulana, and Deden Najmudin. “Jurnal
Kajian Agama Dan Dakwah ISSN : 3030-8917” 1, no. 2 (2023).
Putri, Dwina. “Korupsi Dan Prilaku Koruptif.” Jurnal Pendidikan, Agama Dan
Sains V (2021): 49–54.

Anda mungkin juga menyukai