BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1.Definisi Tentang Korupsi.............................................................................. 4
2. Dinamika Sistem Sosial Masyarakat dan Potensi Korupsi........................... 6
3.Struktur dan Pola Pemikiran Masyarakat Indonesia Terhadap Korupsi ...... 10
4.Kekayaan Negara Yang Dikuasai Kapitalis.................................................. 11
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 13
Daftar Pustaka..................................................................................................
14
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
tindische Compagnie).
Perserikatan ini pertama kali terbntuk pada tahun 1602, namun akhirnya
bangkrut dan bubar pada 1799 karena maraknya praktik korupsi yang
dilakukan oleh para pegawainya. Bukan hanya sampai disitu penyakit ini
ibarat kanker yang sudah menyebar dan tumbuh subur dalam diri bangsa
Indonesia.
Hingga pada akhir abad ke-19 atau tepatnya pada tahun 1998 tuntutan
dan Nepotisme) memaksa rezim orde baru untuk bubar dan runtuh.Dalam
2
tataran penanganan mengenai praktik dan tindak pidana korupsi ini,maka
3
Memberikan pemahaman yang mendalam mengenai konsep korupsi, baik
dari segi hukum maupun pandangan sosial masyarakat di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Dewasa ini, selain kata "miskin", kata yang selalu menjadi topik
permasalahan dalam realitas bangsa khususnya bangsa Indonesia adalah
kata"korupsi". Sudah selayaknya korupsi masuk dalam jajaran permasalahan
klasikbangsa Indonesia. Kalau kemudian kemiskinan adalah "the oldest
social problems",maka korupsi barangkali boleh juga dikatakan sebagai "as
old as the organization ofpowers". Ada sebuah jurnal asing yang
mengatakan bahwa corruption is way of lifein Indonesia, yang berarti bahwa
korupsi telah menjadi pandangan dan jalankehidupan bangsa Indonesia.
Kenyataannya, perbuatan korupsi telah menjalar dalamberbagai sendi-sendi
kehidupan bangsa Indoensia dan bisa dikatakan bahwa korupsibukan hanya
telah menjadi budaya dalam kehidupan bangsa namun juga telahmelembaga.
Dapat dipastikan bahwa hampir secara keseluruhan lembaga-lembaganegara
telah mengalami proses institusionalisasi sehingga jauh dari kata bebas
daripenyakit korupsi.
4
tapi bersifat negatif. Dalam arti ini secara semantis kata korupsi masihjauh
dari kata kekuasaan terutama uang.
5
perilaku korup akan semakin mengakar dan membudaya danhanya akan
menjadi angan-angan dalam pemberantasan.Robert Klittgard mengajukan
rumus sederhana yaitu:C = D+M – AtauCorruption = Discretion +
Monopoly - Accountability.Korupsi mengandung usnur-unsur: melawan
hukum/melanggar hukum;menyalahgunakan
kewenangan/kesempatan/sarana yang ada pada pelaku korupsikarena
jabatan/ kedudukannya (abuse of power); kerugian keuangan/
kekayaan/perekonomian negara; dan memperkaya diri sendiri/orang
lain/korporasi.Baharuddin Lopa, mengemukakan korupsi adalah suatu
tindak pidana yangberhubungan dengan penyuapan, manipulasi, dan
perbuatan lainnya sebagaiperbuatan melawan hukum yang merugikan atau
dapat merugikan keuangan negaraatau perekonomian negara, merugikan
kesejahteraan atau kepentingan umum.Perbuatan yang merugikan keuangan
atau perekonomian negara adalah korupsidibidang materil, sedangkan
korupsi dibidang politik dapat berwujud berupamanipulasi pemungutan
suara engan cara penyuapan, intimidasi, paksaan dan/ ataucampur tangan
yang dapat mempengaruhi kebebasan dalam memilih Sudarto,
mengemukakan bahwa perkataan korupsi semula bersifat umum danbaru
menjadi istilah yuridis untuk pertama kali dipakai dalam Peraturan
PenguasaMiliter.
6
kekayaan ekstrem lapisan atas dan fight for survivallapisan kecil,
nasionalisme dan separatisme, toleransi dan kekerasan ektrem, korupsiyang
meresapi semua bidang kehidupan masyarakat dan hukum yang
bisadiperjualbelikan, tradisonalis dan modernis, lokalis dan globalis.7Pada
hakikatnya masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan arahperubahan
tersebut tergantung dari sifat perubahan yang dilakukan oleh
masyarakat.Apapun bentuk perubahan masyarakat senantiasa
mengalaminya. Hal ini disebabkankarena manusia tidak hanya merupakan
kumpulan sejarah manusia, melainkantersusun pula dalam berbagai
kelompok dan pelembagaaan, sehingga kepentingananggota masyarakat
menjadi tidak sama. Namun karena ada kepentingan yang samadalam
kehidupan masyarakat, maka mendorong timbulnya pengelompokan
diantaramereka.
7
pemisahdiantara kaum proletar dan kaum borjois semakin melebar dan itu
merupakan faktayang hingga saat ini belum mampu dihilangkan dalam
jajaran permasalahan klasik di M. Amien Rais, Menyingkap korupsi, kolusi
dan nepotisme di Indonesi sulit diatasi.negara Indonesia. Kemiskinan,
korupsi, ketimpangan sosial, serta permasalahanklasik lainnya yang
menggorogoti bangsa Indonesia saling memiliki relevansi satusama
lain.Ada sebuah adagium hukum yang mengatakan "manusia adalah seri
galabagi manusia lainnya sendiri" sikap naluriah manusia yang menganggap
diri pribadiselalu benar meskipun tidak objektif dan tidak bersifat hakiki dan
terkadang konflikdengan kepentingan individu lainnya. Itulah yang menjadi
salah satu aspek mengapakorupsi di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
8
mampumemberikan dimensi substansi kehidupan berbangsa dan
bernegara.Secara historis, berbagai bentuk korupsi yang telah berlangsung
sejak sebelum1800-an cenderung semakin meluas setelah terjadinya
peralihan kekuasaan ke tangangubernur jenderal Belanda.
9
masyarakat dari aspek ekonomi melainkan juga dapat menjadi massa yang
kritis yangdapat mengon trol roda pemerintahan menjadi clean and good
governane danterhindar dari perilaku-perilaku korupsi.Ketika sistem sosial
masyarakat yang berkembang sekarang ini dihubungkandengan perilaku
korupsi maka akan muncul kata potensi, sesuatu hal yang tidak
dapatdipungkiri ketika realitas dalam masyarakat selalu berpotensi
menghandirkanperilaku-perilaku.
10
memberikan sebuah solusi tapi terkadang tidak bersifat solutif sertasejak
kecil kita diajarkan terlebih dahulu untuk mengkambinghitamkan sesuatu
tanpamelihat secara objektif akar dari permasalahan tersebut. Pola pikir
yang telah15 Al-Zastrouw, Reformasi Pemikiran: Respon Kontemplatif
datum Persoalan Kehidupan.ditanamkan sejak dini akan membawa
pengaruh dalam tingkah laku keseharian.Disisi lain, sekolah yang bersikap
"memaksa" terhadap peserta didik, karena merasabahwa sekolah yang akan
menentukan nasib dan masa depan seseorang. Sementaraitu pendidikan
informal ataupun non-formal hanya merupakan ornamen yang tidakpernah
punya peran dalam menentukan masa depan seseorang.
Konsekuensinyaseluruh peserta didik harus patuh dan tunduk secara mutlak
terhadap aturan danmekanisme yang ditawarkan oleh oleh sekolah tanpa
dialog, bargaining, ataupunkompromi sehingga implikasinya para peserta
didik termindset untuk mencapaitujuan secara formalitas tanpa didukung
dengan pemebentukan kepribadian yangutuh.Secara ideal, antara sekolah,
masyarakat dan negara sebenarnya merupakanpilar segitiga untuk
menegakkan keseimbangan hidup masyarakat.
11
telah membelenggu masyarakat Indonesia pada umumnya dapatdihilangkan
meskipun membutuhkan proses yang cukup lama.Sudah menjadi hal yang
biasa, ketika dalam masyarakat masalah korupsicenderung diyakini sebagai
masalah yang melekat pada orang atau personal, "sepertiapapun sistemnya,
kalau manusianya belum jujur, maka korupsi akan tetap menjadibudaya
laten" secara moral, kesimpulan seperti itu mungkin sesuai dengan
keadaan.Tetapi bila dilihat secara sistemik, kesimpulan tersebut jelas
merupakan suatulangkah mundur yang sangat patut untuk diwaspadai.
Secara sistemik, kegagalanindonesia dalam memerangi korupsi terletak pada
kealpaan bangsa itu sendiri dalammemberdayakan dan meningkatkan
partisipasi rakyat. Hal itu tidak hanya terjadidalam praktik ketatalaksanaan
di tingkat pusat, tetapi juga di tingkat daerah.Dalam kasus tertentu, setiap
kali aparat penegak hukum berusahamembongkar suatu kasus korupsi,
kendala utama dan pertama yang dihadapi justrudatang dari sesama aparat
pemerintah. Apakah itu dari jajaran pemerintah pusatataupun pemerintah
daerah.
Korupsi bukan bersifatpersonal tapi bersifat struktural. Dan lebih dari itu,
konon katanya bahwa korupsi diIndonesia sudah menjadi kultural atau telah
membudaya.Melihat kondisi sosial tersebut maka diperlukan sebuah upaya
komitmensosial yang kuat dalam pola pikir masyarakat. Dimana komitmen
12
sosial merupakansuatu pilihan jiwa dan panggilan hati untuk secara sadar
melakukan pemihakan danpembelaan terhadap masalah korupsi baik yang
terjadi di tengah masyarakat ataupundiantara lembaga-lembaga pemerintaha
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
13
preventif dan korektif.
DAFTAR PUSTAKA
14