Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

Bahaya KKN Terhadap Kemajuan


Perekonomian Suatu Bangsa Dan Negara

Dosen : Drs. PETRUS MEGU, MM.

Di susun oleh :
Mike Prasetyaningtyas
(20022000148)

KELAS D
PRODI S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.....................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Pengertian KKN................................................................................................................3
2.2 Pencegahan KKN di Indonesia.........................................................................................4
2.3 Di Indonesia masih banyak pelaku KKN.........................................................................7
BAB III......................................................................................................................................9
PENUTUP.................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................9
3.2 Saran.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang selama ini hanya menjadi isu nasional,
akhirnya meningkat semakin endemis dan kecenderungan tetap parah akibatnya bangsa
dan negara dilanda multi krisis termasuk dalam dunia bisnis, kredebilitas dan
kemampuan daya saing para pelaku bisnis melemah. Hal ini menjadi tantangan dunia
usaha dalam menghadapi perdagangan bebas.
Penanganan masalah korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di Indonesia belum
menunjukkan kemajuan yang berarti, kecuali banyaknya pembahasan masalah ini di
masyarakat. Sebagai permasalahan sosial-politik secara umum atau sebagai kasus
masalah tertentu. kasus-kasus korupsi memang sering muncul sebgai berita hangat di
berbagai media selama beberapa waktu. Akan tetapi setelah diberikan tanggapan
sekedarnya oleh pemerintah dengan sesuatu indakan penagan kemudian hilang lagi tanpa
ada peyelesaian nyata. Muncul lagik kemudian hilang lagi dengan cepat. Harapan
masyarakat dengan membahas bersama, mempermasalahkan dan memprotes praktek
KKN adalah untuk menghilangkannya. Sedang yang terlihat, seperti berbagai masalah
lain, setelah beberapa waktu diributkan kemudian menjadi sepi kembali.KKN sebagai
implikasi dari suatu sikap hudup yang mengandung unsur "lebih besar pasak dari tiang"
yang secara sadar atau tidak telah menggejala pada masyarakat Indonesia, baik sebagai
perilaku bersama maupun pribadi. Sikap demikian menunmbuhkan tindakan mencari
jalan pintas dengan berbagai cara yang melanggar hukum atau peraturan atau nilai, untuk
mencapai apa yan diinginkan. Pelanggaran pelanggaran ini dilakukan dengan tindakan
korupsi, kolusi dan nepotisme atau KKN. Menghilangkan KKN dari masyaraat kita
berarti menginggalkan sikap hidup ini dan menggantinnya dengan sikap baru yang
mendasarkan pada sikap untuk hidup sesuai dengan kemmampuan sendiri, sesuai dengan
jerih payah sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


a. Pengertian KKN?
b. Bagaimana cara mencegah terjadinya KKN?
c. Mengapa di Indonesia masih banyak terjadi KKN?

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini agar pembaca mengetahui pendalaman tentang KKN dan
untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, sejahtera, dan tertib, perlu
secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan
perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian KKN


KKN adalah suatu tindakan yang sangat merugikan bagi setiap kalangan masyarakat dan
negara, dikarenakan KKN hanya menguntungkun suatu pihak tertentu yang memiliki
kekuasaan berlebih sehingga orang-orang kecil dan jujur akan dirugikan. Oleh karena
setiap hal yang berhubungan dengan KKN harus cepat di hilangkan dan dihapuskan dari
kebiasaan masyarakat, khususnya negara Indonesia. KKN sendiri adalah gabungan dari
kata Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Korupsi adalah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok
dan lain sebagainya untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, yang
mengakibatkan kerugian keuangan pada negara. Korupsi merupakan suatu tindakan yang
sangat tidak terpuji yang dapat merugikan suatu bangsa dan negara. Korupsi di Indonesia
bukanlah hal yang baru, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus
korupsi yang terbilang cukup banyak. Akan tetapi banyak juga kasus korupsi yang
dilakukan oleh para pejabat atau pemegang kekuasaan yang telah dibungkar oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
Beberapa unsur-unsur tindak pidana korupsi antara lain :perbuatan melawan
hukum,penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana, memperkaya diri sendiri,
orang lain, atau korporasi, dan merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, adalah memberi atau menerima hadiah atau
janji (penyuapan), penggelapan dalam jabatan, pemerasan dalam jabatan, ikut serta
dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan menerima gratifikasi
(bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
Kolusi adalah tindakan persekongkolan, persekutuan, atau permufakatan untuk urusan
yang tidak baik. Pengertian ini muncul mengingat kolusi berasal dari bahasa Latin
collusio yang artinya persekongkolan untuk melakukan perbuatan tidak baik. Biasanya
diwarnai dengan korupsi yaitu penyalahgunaan wewenang yang dimiliki oleh salah satu
pihak atau pejabat negara. Kolusi paling sering terjadi dalam satu bentuk pasar oligopoli,
dimana keputusan beberapa perusahaan untuk bekerja sama, dapat secara signifikan
mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Kartel adalah kasus khusus dari kolusi
berlebihan, yang juga dikenal sebagai kolusi tersembunyi.
Lalu bagaimana dengan nepotisme? Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman
akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya. Kata ini biasanya
digunakan dalam konteks derogatori. Sebagai contoh, kalau seorang manajer
mengangkat atau menaikan jabatan seorang saudara, bukannya seseorang yang lebih
berkualifikasi namun bukan saudara, manajer tersebut akan bersalah karena nepotisme.
Pakar-pakar biologi telah mengisyaratkan bahwa tendensi terhadap nepotisme adalah
berdasarkan naluri, sebagai salah satu bentuk dari pemilihan saudara.
Akibat-akibat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) ini adalah: Pemborosan sumber-
sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanaman modal, terbuangnya keahlian,
bantuan yang lenyap. ketidakstabilan, revolusi sosial, pengambilan alih kekuasaan oleh
militer, menimbulkan ketimpangan sosial budaya. pengurangan kemampuan aparatur
pemerintah, pengurangan kapasitas administrasi, hilangnya kewibawaan administrasi.
Secara umum akibat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) adalah merugikan negara
dan merusak sendi-sendi kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan nasional
seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Semangat dan
upaya pemberantasan korupsi di era reformasi ditandai dengan keluarnya berbagai
produk perundangan-undangan dan dibentuknya institusi khusus, yaitu Komisi
Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Harapan terhadap produk-
produk hukum diatas adalah praktek sebelum reformasi dapat dibawa kemeja hijau dan
uangnya dikembalikan pada negara, sedangkan pada pasca reformasi dapat menjadi suatu
usaha preventif.
Pada akhirnya dengan melihat semua dampak dampak,dan penyebab  KKN, bisa
disimpulkan bahwa KKN adalah "benalu sosial" yang merusak struktur pemerintahan,
dan menjadi penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan dan pembangunan
negara. Selain itu, KKN merupakan bagian dari gejala sosial yang masuk dalam
klasifikasi menyimpang (negative), karena merupakan suatu aksi tindak dan perilaku
sosial yang merugikan individu lain dalam masyarakat, menghilangkan kesepakatan
bersama yang berdasar pada keadilan, serta pembunuhan karakter terhadap individu itu
sendiri. Maka KKN, sebagai suatu tindakan amoral, tidak memihak kepentingan bersama
(egois), mengabaikan etika, melanggar aturan hukum, dan terlebih melanggar aturan
agama harus segera diberantas dari muka bumi Indonesia. Bagaimana caranya?

2.2 Pencegahan KKN di Indonesia


Untuk melakukan pencegahan terhadap praktik KKN, pemerintah Indonesia
mengeluarkan landasan hukum yaitu Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
UU No. 28 Tahun 1999 tersebut disahkan di Jakarta pada 19 Mei 1999 oleh Presiden ke-
3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie).
Dalam pasal 5 UU No. 28 Tahun 1999, penyelenggara negara dituntut menjalankan tugas
dan fungsinya secara sungguh-sungguh, penuh rasa tanggung jawab, secara efektif,
efisien, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Pelaku KKN
Praktik KKN tidak hanya mungkin dilakukan antar-penyelenggara negara tetapi juga
antara penyelenggaraan negara dan pihak lain seperti keluarga, para pengusaha dan
lainnya.
Adanya UU No. 28 Tahun 1999 dimaksudkan sebagai upaya mencegah para
penyelenggara negara dan pihak lain melakukan praktik KKN. Maka sasaran pokok UU
tersebut adalah para penyelenggara negara, yang meliputi:
 Pejabat negara pada lembaga tertinggi negara
 Pejabat negara pada lembaga tinggi negara
 Menteri
 Gubernur
 Hakim di semua tingkatan peradilan
 Pejabat negara yang lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
 Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis terkait penyelenggaraan negara
Yang dimaksud dengan pejabat lain yang memiliki fungsi strategis adalah pejabat yang
tugas dan wewenangnya dalam melakukan penyelenggaraan negara rawan terhadap
praktik KKN, antara lain:
 Direksi, komisaris dan pejabat struktural lain pada BUMN dan BUMN
 Pimpinan Bank Indonesia dan Pimpinan Badan Penyehatan Perbankan Nasional
 Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri
 Pejabat Eselon I dan pejabat lain yang disamakan di lingkungan sipil, militer dan
Kepolisian Negara RI
 Jaksa
 Penyidik
 Panitera pengadilan
 Pemimpin dan bendaharawan proyek

Asas umum penyelenggaraan negara


Untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN, dalam UU
No. 28 Tahun 1999 ditetapkan 7 asas umum penyelenggaraan negara, meliputi:
 Asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggara negara.
 Asas tertib penyelenggaraan negara adalah asas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara.
 Asas kepentingan umum adalah yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
yang aspiratif, akomodatif dan selektif.
 Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan dan rahasia negara.
 Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban penyelenggara negara.
 Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan
kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan setiap kegiatan dan hasil akhir
kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat
atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Sanksi KKN
Adanya sanksi sebagai jaminan atas ditaatinya ketentuan tentang asas-asas umum
penyelenggaraan negara, hak dan kewajiban penyelenggara negara dan ketentuan
lainnya. Sehingga dapat diharapkan memperkuat norma kelembagaan, moralitas individu
dan sosial.
UU No. 28 Tahun 1999 mengatur sanksi bagi penyelenggara negara yang melanggar
ketentuan. Jenis sanksi yang berlaku ada tiga jenis yaitu:
 Sanksi administratif
 Sanksi pidana
 Sanksi perdana

Berikut ini sanksi dan denda yang akan dikenakan pada pelaku KKN, yaitu:
1. Sanksi pelaku korupsi
Pembahasan mengenai pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) berdasarkan
UU No. 31 Tahun 1999 yang disahkan dan diundangkan pada 16 Agustus 1999 di
Jakarta oleh Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie.
Dalam Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 disebutkan setiap orang yang secara hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang suatu korporasi
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, akan mendapatkan
sanksi berupa:
 Pidana penjara seumur hidup atau minimal 4 tahun dan maksimal 20 tahun
 Denda minimal RP 200 juta dan maksimal Rp 1 miliar

2. Sanksi pelaku kolusi


Menurut Pasal 21 UU No. 28 Tahun 1999, setiap penyelenggara yang melakukan
kolusi akan dikenai sanksi berupa:
 Pidana penjara minimal 2 tahun dan maksimal 12 tahun
 Denda minimal Rp 200 juta dan maksimal Rp 1 miliar
 Pidana penjara minimal 2 tahun dan maksimal 12 tahun
 Denda minimal Rp 200 juta dan maksimal Rp 1 miliar

3. Sanksi pelaku nepotisme


Menurut Pasal 22 UU No. 28 Tahun 1999, setiap penyelenggara negara yang
melakukan nepotisme akan mendapatkan sanksi berupa:
 Pidana penjara minimal 2 tahun dan maksimal 2 tahun.
 Denda minimal Rp 200 juta dan maksimal Rp 1 miliar

Peran serta masyarakat cegah KKN


Menurut pasal 8 UU No. 28 Tahun 1999, peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
negara adalah menggunakan hak dan tanggung jawab untuk ikut mewujudkan
penyelenggaraan negara yang bersih.
Berikut ini peran serta masyarakat untuk mencegah KKN sesuai Pasal 9 UU No. 28
Tahun 1999 tersebut:
 Hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi tentang penyelenggaraan
negara.
 Hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari penyelenggara negara.
 Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab terhadap kebijakan
penyelenggara negara.
 Hak memperoleh perlindungan hukum

2.3 Di Indonesia masih banyak pelaku KKN


Indonesia masih memiliki rapor merah dalam pelajaran memberantas korupsi. Menurut
laporan Transparency International, Indonesia berada pada urutan 90. Nilai Indonesia
adalah 37 dari maksimal 100. Korupsi memang masih menjadi pelajaran yang remedial
terus bagi Indonesia.
Merujuk data KPK, selama kurun waktu 2004-2016 jenis perkara yang ditangani komisi
antirasuah paling banyak adalah kasus suap. Dari 514 jenis perkara yang ditangani KPK,
262 di antaranya soal suap.
Sementara di urutan kedua adalah pengadaan barang atau jasa dengan jumlah 148
perkara, perizinan 19 perkara, pungutan 21 perkara, penyalahgunaan anggaran 44
perkara, merintangi proses KPK 5 perkara, serta Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)
tercatat 15 perkara.
Banyak teori yang coba dipakai untuk menjawabnya. Seperti misalnya karena , faktor
budaya politik setempat. Birokrasi di Indonesia memiliki ciri-ciri campuran antara
birokrasi feodal yang merupakan warisan dari pemerintahan kerajaan dan birokrasi
rasional yang diperkenalkan ke Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda.
Seorang pemimpin dalam birokrasi bertipe patrimonial punya kecenderungan untuk
menganggap kekuasaan politik sebagai bagian dari milik pribadi, sehingga dalam
penggunaannya banyak melakukan diskresi (kebebasan mengambil keputusan sendiri).
Pemahaman atau persepsi pemimpin terhadap kekuasaan akan mempengaruhi perilaku
kepemimpinannya, jelas Weber.
Namun, alasan utama penyebab korupsi yakni faktor individual. Syed Hussein Alatas
lewat Sosiologi Korupsi: Sebuah Penjelajahan dengan Data Kontemporer (1996)
menegaskan korupsi di Indonesia bukanlah akibat buruknya implementasi undang-
undang dan peraturan.
Melainkan faktor-faktor yang ada di luar struktur pemerintahan, dalam hal ini yaitu
individu-individu. Jika orang-orang korup menguasai pemerintahan apapun jabatannya,
maka dipastikan struktur tersebut niscaya akan tercemar.
Budaya korupsi bermula dari perilaku sederhana yang lalu berkembang. Seperti hal nya
penyakit kanker, korupsi menyebar dan menjerat seluruh organ masyarakat, maka
pemberantasan korupsi harus dimulai dengan reformasi sosial dan mental seluruh
komponen masyarakat.
Menurut data dari Indonesian Corruption Watch (ICW), peringkat pertama pelaku
korupsi di Indonesia menurut ICW berasal dari kalangan birokrasi.
Umumnya melakukan tindakan korupsi berupa pemerasan, memanipulasi tender,
menganggarkan kegiatan fiktif, hingga korupsi kecil-kecilan seperti memanipulasi uang
transportasi, hotel dan uang saku.
Penyakit tersebut bisa dihentikan dari mulai diri sendiri. Caranya adalah dengan
menghentikan perilaku korupsi sekecil apapun. Salah satunya adalah perilaku suap atau
menyogok yang ternyata sering juga dilakukan oleh rakyat biasa.
Sehingga seperti yang dikatakan Syed Hussein, apabila orang-orang yang terbiasa
melakukan praktek suap atau menyogok, kedepannya menduduki pemerintahan, maka
akan mencemari struktur lembaganya.
Selain itu kebiasaan berbohong dan manipulasi juga yang menjadi cikal-bakal korupsi
level tinggi yang merugikan negara.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
KKN adalah suatu tindakan yang sangat merugikan bagi setiap kalangan masyarakat dan
negara, dikarenakan KKN hanya menguntungkun suatu pihak tertentu yang memiliki
kekuasaan berlebih sehingga orang-orang kecil dan jujur akan dirugikan. Oleh karena
setiap hal yang berhubungan dengan KKN harus cepat di hilangkan dan dihapuskan dari
kebiasaan masyarakat, khususnya negara Indonesia. KKN sendiri adalah gabungan dari
kata Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Korupsi adalah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok
dan lain sebagainya untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, yang
mengakibatkan kerugian keuangan pada negara. Korupsi merupakan suatu tindakan yang
sangat tidak terpuji yang dapat merugikan suatu bangsa dan negara.
Kolusi adalah tindakan persekongkolan, persekutuan, atau permufakatan untuk urusan
yang tidak baik. Pengertian ini muncul mengingat kolusi berasal dari bahasa Latin
collusio yang artinya persekongkolan untuk melakukan perbuatan tidak baik. Biasanya
diwarnai dengan korupsi yaitu penyalahgunaan wewenang yang dimiliki oleh salah satu
pihak atau pejabat negara. Kolusi paling sering terjadi dalam satu bentuk pasar oligopoli,
dimana keputusan beberapa perusahaan untuk bekerja sama, dapat secara signifikan
mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Kartel adalah kasus khusus dari kolusi
berlebihan, yang juga dikenal sebagai kolusi tersembunyi.
Lalu bagaimana dengan nepotisme? Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman
akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya. Kata ini biasanya
digunakan dalam konteks derogatori. Sebagai contoh, kalau seorang manajer
mengangkat atau menaikan jabatan seorang saudara, bukannya seseorang yang lebih
berkualifikasi namun bukan saudara, manajer tersebut akan bersalah karena nepotisme.
Pakar-pakar biologi telah mengisyaratkan bahwa tendensi terhadap nepotisme adalah
berdasarkan naluri, sebagai salah satu bentuk dari pemilihan saudara.

3.2 Saran
Walaupun KKN seakan hampir tidak mungkin dipahuskan, bangsa Indonesia harus tetap
optimis dalam memberantas KKN. Sekalipun tidak dapat menggunakan cara efektif dan
efisien, setidaknya masih bisa merangkak sedikit demi sedikit menuju negara bebas
KKN. Cara paling mjudah adalah dengan memulai dari diri sendiri. Seperti : Perbaiki
moral dan mental diri, Tumbuhkan semangat anti-KKN dalam diri, Praktikkan anti-KKN
dalam setiap perbuatan, Pengaruhi orang lain agar semangat anti-KKN tumbuh dalam
kepribadiannya, Buat atau ikuti komunitas anti-KKN untuk mengumpulkan maupun
berkumpul dengan orang-orang yang memiliki ideologi serupa, Bersama, adakan
kegiatan seperti penyuluhan, workshop, pembelajaran, atau lainnya sebagai upaya
mengurangi KKN di Indonesia, dan Teruslah aktif dalam mengurangi KKN.

DAFTAR PUSTAKA

http://e-journal.uajy.ac.id/4153/2/1MIH00900.pdf
https://www.kompasiana.com/elleonoraellen/59f3a4e0ed4ed6713a6299c2/kkn-korupsi-
kolusi-nepotisme-merupakan-benalu-sosial#:~:text=KKN%20adalah%20suatu%20tindakan
%20yang,kecil%20dan%20jujur%20akan%20dirugikan.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/14/140000269/korupsi-kolusi-dan-
nepotisme-kkn-pengertian-pencegahan-dan-sanksi?page=all
http://repository.unib.ac.id/7808/1/1.pdf
https://www.neliti.com/id/publications/5142/korupsi-kolusi-dan-nepotisme-kkn-dan-upaya-
pemecahannya

Anda mungkin juga menyukai