ABSTRAK
Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi adalah tindakan
setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. Korupsi merupakan masalah yang kerap terjadi di banyak negara
di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Artikel jurnal ini bertujuan untuk membahas lebih
lanjut mengenai penyebab korupsi, dampak korupsi dan upaya pemberantasan. Selain
itu artikel ini juga akan meninjau peranan mahasiswa dan media dalam mengatasi
pemberantasan korupsi. Artikel ini juga akan membahas upaya apa saja yang dilakukan
oleh pemerintah dan lembaga penegak hukum dalam memerangi korupsi.
Penelitian ini menggunakan metode tinjauan literatur atau library research, atau
bisa juga dikatakan metode kualitatif. Tinjauan literatur adalah penjelasan yang berisi
tentang teori, temuan, dan sumber-sumber peneliitian lain yang diambil dari referensi
untuk menjadi dasar dalam melakukan penelitian.
Penyebab faktor korupsi di Indonesia yaitu perilaku individu, faktor
keluarga,pendidikan, sikap kerja dan hukum serta peraturan. Dampak korupsi dibagi
menjadi 3 yaitu dampak ekonomi, dampak sosial dan runtuhnya otoritas pemerintahan
Peran pemerintah membuat lembaga pemberantasan seperti kpkpn dan kpk,
peran mahasiswa diharapkan bisa tampil didepan menjadi motor penggerak dengan
segala ke intelektualannya, peran media bisa menjadi pengawas, pemberi informasi dan
lainnya.
Kata Kunci: Korupsi, dampak, penyebab, peran
ABSTRACT
Based on Law Number 31 of 1999, corruption is the action of anyone who
unlawfully commits acts of enriching themselves or another person or a corporation
which can harm state finances or the state economy. Corruption is a problem that often
occurs in many countries around the world, including Indonesia. This journal article
aims to discuss further the causes of corruption, the impact of corruption and eradication
efforts. Apart from that, this article will also review the role of students and the media in
overcoming the eradication of corruption. This article will also discuss the efforts made
by the government and law enforcement agencies to fight corruption.
This research uses a literature review or library research method, or it could also
be said to be a qualitative method. A literature review is an explanation containing
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
theories, findings and other research sources taken from references to become the basis
for conducting research.
The causes of corruption in Indonesia are individual behavior, family factors,
education, work attitudes and laws and regulations. The impact of corruption is divided
into 3, namely economic impact, social impact and the collapse of government authority
The role of the government is to create eradication institutions such as KPKPN and
KPK, the role of students is expected to be able to appear at the front as a driving force
with all their intellectual abilities, the role of the media can be as supervisors,
information providers and others.
Keywords: Corruption, impact, causes, role
PENDAHULUAN
1
Muhamad Randy Destawijaya,”Korupsi Menurut Teori Jack Bologne dan Robert Klitgaard,”
https://www.kompasiana.com/muhamadrandydestawijaya/647337898221995c23031012/korupsi-
menurut-teori-jack-bologne-dan-robert-klitgaard (diakses tanggal 10 Desember 2023)
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
memang telah terlihat semakin lama semakin hilang, dapat dibuktikan dengan
banyaknya warga yang mengganggap bahwa korupsi atau mencuri itu adalah hal biasa,
dengan mereka melakukan hal tersebut mereka tidak perlu risau masalah hukuman, toh
koruptor diluaran sana hanya dihukum ringan.
Istilah korupsi berasal dari kata “corruption” yang dalam bahasa latin berarti
kerusakan atau kebobrokan dan dipakai juga untuk menunjukkan suatu keadaan yang
busuk. Korupsi sering ksli dikaitkan dengan kebohongan dan kecurangan seseorang atau
instansi dalam bidang keuangan. Pengertian korupsi memang sangat beragam, banyak
yang sudah bisa mengartikan arti korupsi itu sendiri menurut perspektif diri masing-
masing, namun secara umum tindakan korupsi berkaitan dengan perbuatan yang
merugikan kepentingan masyarakat luas untuk kepentingan pribadi atau instansi.
Karena maraknya kasus korupsi di Indonesia, oleh karena itu saya mengambil topik ini
untuk di bahas dalam artikel jurnal untuk memenuhi tugas mandiri Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.
PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu yang dilakukan Bandaharo Saifuddin (2017) dalam
penelitiannya yang berjudul “Dampak dan Upaya Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi di Indonesia”.
Penulisan sebelumnya ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia. Metode penulisan yang digunakan
adalah metode tinjauan literatur. Dampak yang diakibatkan oleh tindak pidana korupsi
di segala bidang membuat Indonesia semakin terpuruk karena banyak sekali terjadi
kasus korupsi di Indonesia yang merugikan baik pemerintah maupun masyarakat.
Tindak pidana korupsi ini yang membuat Indonesia semakin miskin. Upaya
memberantas tindak pidana korupsi yang paling utama adalah gerakan “moral” yang
secara terus menerus mensosialisasikan bahwa korupsi adalah kejahatan besar bagi
kemanusiaan yang melanggar harkat dan martabat manusia. Melalui gerakan moral
diharapkan tercipta kondisi lingkungan sosial masyarakat yang menolak, menentang,
dan menghukum perbuatan korupsi dan akan menerima, mendukung dan menghargai
perilaku anti korupsi. Langkah ini dapat dilakukan lewat lembaga pendidikan, sehingga
dapat terjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda sebagai langkah
yang efektif membangun peradaban bangsa yang bersih dari moral korupsi.
Ada beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan
penelitian ini, sebagai berikut:
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Objek utama yang dibahas sama sama mengenai korupsi
Jenis dan metode penulisan yang digunakan sama sama menggunakan Library
Research
Sama sama membahas dampak buruk tindak pidana korupsi
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Penelitian sebelumnya membahas upaya pemberantasan tindak pidana korupsi,
sedangkan penelitian ini membahas tentang penyebab korupsi dan peranan
pemerintah, mahasiswa dan media dalam upaya pemberantasan korupsi.
Fokus penelitian sebelumnya hanya pada dampak dan upaya pemberantasan
tindak pidana korupsi, sedangkan penelitian ini berfokus pada penyebab,
dampak, serta peranan pemerintah, mahasiswa dan media dalam upaya
pemberantasan korupsi.
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode tinjauan literatur atau library research, atau
bisa juga dikatakan metode kualitatif. Tinjauan literatur adalah penjelasan yang berisi
tentang teori, temuan, dan sumber-sumber peneliitian lain yang diambil dari referensi
untuk menjadi dasar dalam melakukan penelitian.
Tujuan tinjauan literatur adalah agar peneliti bisa memahami bagaimana hasil
penelitian yang sudah dilakukan akan memberikan kontribusi pada pengetahuan yang
ada tentang topik yang mereka bahas dalam penelitian tersebut. Tujuan ini tidak dapat
tercapai jika penulis tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang apa yang telah
dibahas dalam penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dengan isu yang dibahas.
Dalam melakukan tinjauan literatur, penulis harus membaca penelitian-
penelitian yang telah ada dan bisa dilakukan evaluasi terhadap artikel tersebut. Jadi
bukan hanya merangkum informasi tapi juga menghasilkan pendapat kritis terhadap
topik yang dibahas tersebut. (wikipedia)
Tinjauan literatur berisi review, ringkasan dan pemikiran penulis mengenai
berbagai referensi seperti buku, artikel, jurnal, sumber internet dan lainnya yang terkait
dengan topik yang dibahas.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah memperoleh data. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan atau
studi literatur dengan mengumpulkan dan membandingkan data dari berbagai sumber
yang dipilih.
Sumber data adalah subyek dimana data dapat diperoleh. Sumber data yang
digunakan berupa data sekunder. Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data pada saat pengumpulan data. Data sekunder yang digunakan
ini untuk mendukung penulisan artikel ini adalah berasal dari website, jurnal dan
literatur lain yang berkaitan dengan subjek dan masih relevan untuk digunakan sebagai
bahan referensi dalam penyusunan artikel ini.
KONSEP DASAR
Syed Hussein Alatas dalan bukunya yang berjudul the sociology of Corruption
mengatakan bahwa praktek korupsi meliputi ciri-ciri ((Evi Hartati, 200-9: 10)”sebagai
berikut:
1. Selalu melibatkan lebih dari satu orang
2. Pada umumnya dilakukan dengan oenuh kerahasiaan
3. Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik
4. Dengan berbagai macam aksi berlindung dibalik pembenaran hukum
5. Mereka yang terlibat mengugatkan keputusan yang tegas dan mampu
mempengaruhi keputusan
6. Mengandung penipuan baik pada badan publik ataupun masyarakat umum
7. Setiap bentuk korupsi adalah suatu penghianatan kepercayaan.
Ada beberapa teori yang mendukung penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
memenuhi kebutuhan bulanan, atau bisa juga karna si istri merasa bahwa
suaminya tidak pernah memenuhi keinginannya.
3. Pendidikan
Korupsi adalah kejahatan yang dilakukan oleh para intelektual. Pejabat
rata-rata yang terjebak dalam kasus korupsi adalah mereka yang berpendidikan
tinggi, pendidikan tinggi seharusnya membuat mereka tidak melakukan korupsi,
seperti yang dikatakan Kats dan Hans bahwa peran akademisi tampaknya masih
paradoks. Memang pada kenyataannya para pelaku tindak pidana korupsi adalah
para intelektual yang sebelum melakukan tindakannya telah melakukan
persiapan dan perhitungan yang cermat sehingga mereka dapat memanipulasi
hukum sehingga kejahatan tersebut tidak terdeteksi. Karena alasan ini,
pendidikan moral sangat dibutuhkan sejak dini untuk meningkatkan moral
generasi bangsa.
4. Sikap kerja
Tindakan korupsi juga bisa datang dari sikap bekerja dengan pandangan
bahwa segala sesuatu yang dilakukan harus dapat melahirkan uang. Biasanya
yang ada dalam pikiran mereka sebelum melakukan pekerjaan adalah apakah
mereka akan mendapat untung atau tidak. Dalam konteks birokrasi, pejabat yang
menggunakan perhitungan ekonomi semacam itu pasti tidak akan menyatukan
manfaat. Sebenarnya yang terjadi adalah bagaimana masing-masing pekerjaan
bertujuan menghasilkan keuntungan sendiri.
5. Hukum dan peraturan
Tindakan korupsi akan dengan mudah muncuk karena undang-undang
dan peraturan memiliki kelemahan, yang meliputi sanksi yang terlalu ringan,
penerapan sanksi yang tidak konsisten dan sembarangan, lemahnya bidang revisi
dan evaluasi legislasi. Untuk mengatasi kelemahan ini, pemerintah mendorong
para pembuat undang-undang untuk sebelumnya mengevaluasi efektivitas
undang-undang sebelum dibuat.
6. Faktor politik
Praktik korupsi di Indonesia dilakukan di semua bidang, tetapi yang
paling umum adalah korupsi di bidang politik dan pemerintahan. Menurut
Daniel S. Lev politik tidak berjalan sesuai dengan aturan hukum, tetapi terjadi
sesuai dengan pengaruh uang, keluarga, status sosial, dan kekuatan militer.
Pendapat ini menunjukkan korelasi antara faktor-faktor yang tidak berfungsi dari
aturan hukum, permainan politik, dan tekanan dari kelompok korupsi yang
dominan.
Penyalahgunaan kekuasaan publik juga tidak selalu untuk keuntungan
pribadi, tetapi juga untuk kepentingan etnis, teman, keluarga dan sebagainya.
Bahkan di banyak negara beberapa hasil korupsi digunakan untuk membiayai
kegiatan partai politik. Praktik politik kotor tentu menghasilkan banyak masalah
baru bagi kegagalan memberantas korupsi. Karena politik yang kotor ini adalah
penyebab tindak korupsi baik yang rendah, sedang maupun besar. Tentu saja,
bagaimana hal itu akan melahirkan negara yang beradab, sementara praktik
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
politik yang kotor telah menyebar di mana-mana, baik di atas maupun di bawah
telah memberikan kontribusi buruk bagi bangsa-bangsa.6
Dampak korupsi
Menurut Webb yang dikutip oleh Lucky nugroho dalam bukunya mengatakan bahwa,
dampak negatif terhadap negara atas banyaknya kasus korupsi telah dinyatakan dalam
resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang secara resmi disebut dengan “Metode
Praktis Pemberantasan Korupsi”. Oleh karena nya, menurut Ertimi & Saeh dampak
negatif dari korupsi telah menjadi konsensus bersama berbagai negara bahwa korupsi
akan mengakibatkan distorsi dari pendistribusian pendapatan, menjadi penghambat dari
investasi, inefisiensi dan pemborosan dalam menggunakan sumber daya, merusak
demokrasi dan etika. Merujuk pada sumber putusan Mahkamah Agung di tahun 2015,
maka dapat diilustrasikan jumlah terpidana korupsi adalah sebagai berikut:
6
Ridwan arifin oemara S, Devanda prastiyo, “korupsi kolektif (korupsi berjamaah) di Indonesia: antara
faktor penyebab dan penegakan hukum,” jurnal hukum respublica 18:1 (2018) : 9-11
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
9
Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, S.H., S.U., M.I.P, dalam rapat pimpinan penyampaian arah kebijakan
Lemhannas RI T.A. 2023 Nomor PR/4/II/2023 https://www.lemhannas.go.id/index.php/publikasi/press-
release/1826-tiga-upaya-pemerintah-dalam-penanganan-korupsi (diakses tanggal 11 Desember 2023)
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
10
Samuel Mangapul Tampubolon,”PERAN PEMERINTAH DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI
KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NO 32 TAHUN 2004,” Lex et Societatis, 2:6 (Juli 2014): 143-
144
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
KESIMPULAN
Koruptor melakukan tindakan korupsi dapat berupa dorongan internal dalam
bentuk keinginan atau niat dan melakukannya dengan kesadaran penuh. Seseorang
termotivasi untuk melakukan korupsi, antara lain karena sifat rakus manusia, gaya hidup
konsumtif, kurangnya agama, lemahnya moralitas dalam menghadapi godaan korupsi
dan kurangnya etika.
Pelaku tindak pidana korupsi tidak mementingkan keperluan orang lain,
melainkan dia hanya mementingkan keperluan dirinya sendiri. Sikap seperti itu yang
seharusnya dihindari oleh masyarakat umum, terutama para pejabat yang sering di
gegerkan melakukan tindak pidana korupsi. Biasanya terjadi karena tuntutan istri atau
suami, atau memang keinginan pribadi yang berlebihan.
Tindakan korupsi juga bisa datang dari sikap bekerja dengan pandangan bahwa
segala sesuatu yang dilakukan harus dapat melahirkan uang. Dalam konteks birokrasi,
pejabat yang menggunakan perhitungan ekonomi semacam itu pasti tidak akan
menyatukan manfaat.
Tindakan korupsi akan dengan mudah muncul karena undang-undang dan
peraturan memiliki kelemahan, yang meliputi sanksi yang terlalu ringan, penerapan
sanksi yang tidak konsisten dan sembarangan, lemahnya bidang revisi dan evaluasi
legislasi.
Upaya pemerintah dilaksanakan melalui berbagai kebijakan berupa peraturan
perundang-undangan dari yang tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar 1945 sampai
dengan Undang-Undang tentang Komisi pemberantasan Tindak Pidana korupsi. Selain
itu, pemerintah juga membentuk komisi-komisi yang berhubungan langsung dengan
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi seperti Komisi Pemeriksa
Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) dan Komisi Pemberantaran Korupsi (KPK).
Pemerintah melakukan upaya untuk menyinkronkan peraturan-peraturan yang ada dan
menata regulasi yang berkaitan dengan pepmberantaran korupsi. Hal ini dilakukan
untuk menghindari tumpang tindihnya peraturan-peraturan yang dapat mempersulit
penanganan kasus korupsi. Pemerintah juga melakukan upaya pembinaan terhadap
SDM yang terlibat dalam penanganan kasus korupsi. Pemerintah juga melakukan upaya
digitalisasi dalam penanganan kasus korupsi.
Dalam konteks gerakan anti-korupsi mahasiswa juga diharapkan dapat tampil di
depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang
mereka miliki, yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk
menyatakan kebenaran. Meskipun penindakan korupsi merupakan kewenangan institusi
penegak hukum, mahasiswa dapat memberikan advokasi kepada korban korupsi dan
melakukan pemetaan korupsi. Dengan demikian, mereka dapat membantu mengungkap
kasus korupsi dan memberikan dukungan kepada masyarakat yang menjadi korban
korupsi.
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Selain itu peran media juga sangat kuat dalam upaya pemberantasan korupsi,
maka menarik untuk membandingkan dua kondisi Ekstern, yakni pada era kekuasaan
orde baru dan era liberalisasi media pasca orde baru. Sebagai lembaga yang memiliki
kebebasan pers, media memiliki kekuatan untuk menyebarkan informasi yang relevan
dan mengungkap kasus korupsi kepada masyarakat luas. Media bisa melakukan
menyelidikan, melaporkan kasus-kasus korupsi, dan memberikan liputan yang
transparan terhadap proses hukum yang terkait. Namun, media juga perlu menjaga
indenpensinya dan menjalankan tugasnya dengan etika jurnalistik yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Destawijaya Muhamad Randy, “Korupsi Menurut Teori Jack Bologne dan Robert
Klitgaard,”https://www.kompasiana.com/muhamadrandydestawijaya/64733789822
1995c23031012/korupsi-menurut-teori-jack-bologne-dan-robert-klitgaard (diakses
tanggal 10 Desember 2023)
Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, S.H., S.U., M.I.P, dalam rapat pimpinan
penyampaian arah kebijakan Lemhannas RI T.A. 2023 Nomor PR/4/II/2023
https://www.lemhannas.go.id/index.php/publikasi/press-release/1826-tiga-
upaya-pemerintah-dalam-penanganan-korupsi (diakses tanggal 11 Desember
2023)
Wibowo, Aryo P dan Puspito Nanang T, pendidikan anti korupsi untuk perguruan
tinggi, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Bagian Hukum Kepegawaian, 2011)
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan