Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

KORUPSI DI INDONESIA: PENYEBAB, DAMPAK, SERTA PERANAN


PEMERINTAH, MAHASISWA DAN MEDIA DALAM UPAYA
PEMBERANTASAN
Rohana
Hukum Tatanegara, Fakultas Syariah, IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Email: rohana291204@gmail.com

ABSTRAK
Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi adalah tindakan
setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. Korupsi merupakan masalah yang kerap terjadi di banyak negara
di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Artikel jurnal ini bertujuan untuk membahas lebih
lanjut mengenai penyebab korupsi, dampak korupsi dan upaya pemberantasan. Selain
itu artikel ini juga akan meninjau peranan mahasiswa dan media dalam mengatasi
pemberantasan korupsi. Artikel ini juga akan membahas upaya apa saja yang dilakukan
oleh pemerintah dan lembaga penegak hukum dalam memerangi korupsi.
Penelitian ini menggunakan metode tinjauan literatur atau library research, atau
bisa juga dikatakan metode kualitatif. Tinjauan literatur adalah penjelasan yang berisi
tentang teori, temuan, dan sumber-sumber peneliitian lain yang diambil dari referensi
untuk menjadi dasar dalam melakukan penelitian.
Penyebab faktor korupsi di Indonesia yaitu perilaku individu, faktor
keluarga,pendidikan, sikap kerja dan hukum serta peraturan. Dampak korupsi dibagi
menjadi 3 yaitu dampak ekonomi, dampak sosial dan runtuhnya otoritas pemerintahan
Peran pemerintah membuat lembaga pemberantasan seperti kpkpn dan kpk,
peran mahasiswa diharapkan bisa tampil didepan menjadi motor penggerak dengan
segala ke intelektualannya, peran media bisa menjadi pengawas, pemberi informasi dan
lainnya.
Kata Kunci: Korupsi, dampak, penyebab, peran

ABSTRACT
Based on Law Number 31 of 1999, corruption is the action of anyone who
unlawfully commits acts of enriching themselves or another person or a corporation
which can harm state finances or the state economy. Corruption is a problem that often
occurs in many countries around the world, including Indonesia. This journal article
aims to discuss further the causes of corruption, the impact of corruption and eradication
efforts. Apart from that, this article will also review the role of students and the media in
overcoming the eradication of corruption. This article will also discuss the efforts made
by the government and law enforcement agencies to fight corruption.
This research uses a literature review or library research method, or it could also
be said to be a qualitative method. A literature review is an explanation containing
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

theories, findings and other research sources taken from references to become the basis
for conducting research.
The causes of corruption in Indonesia are individual behavior, family factors,
education, work attitudes and laws and regulations. The impact of corruption is divided
into 3, namely economic impact, social impact and the collapse of government authority
The role of the government is to create eradication institutions such as KPKPN and
KPK, the role of students is expected to be able to appear at the front as a driving force
with all their intellectual abilities, the role of the media can be as supervisors,
information providers and others.
Keywords: Corruption, impact, causes, role
PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi adalah tindakan


setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi dapat didefinisikan
sebagai tindakan penyelewengan atau penyalahgunaan dana negara (perusahaan,
organisasi, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Menurut Kamus
Lengkap Oxford (The Oxford Unabridged Dictionary), korupsi bisa diartikan sebagai
suatu pelanggaran atau kerusakan integritas dalam pelaksanaan tugas-tugas publik
melalui suap atau balas jasa. Sementara itu, menurut definisi yang digunakan oleh
World Bank, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan publik untuk keuntungan pribadi
(The abuse of public office for private gain).1
Korupsi merupakan masalah yang kerap terjadi di banyak negara di seluruh
dunia, termasuk Indonesia. Tindakan korupsi telah menyebabkan kerugian besar baik
secara ekonomi, sosial dan politik. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus
mengadendakan tindak pemberantasan korupsi tersebut.
Di Indonesia, korupsi telah menjadi perhatian utama dalam upaya
pemberantasan kejahatan. Pemerintah bersama lembaga penegak hukum berkomitmen
untuk mengatasi masalah ini melalui berbagai kebijakan dan aturan.
Saat ini Indonesia dinilai mengalami kemunduran di bidang penegakan hukum
dan pemberantasan korupsi. Berdasarkan pemberitaan Kompas.com pada tahun 2019,
Mahfud MD yang saat itu menjabat sebagai menteri koordinator bidang politik, hukum
dan keamanan mengatakan bahwa “Salah satu indikatornya adalah sejumlah vonis
terhadap terdakwa kasus korupsi yang dinilai semakin hari semakin ringan”. Maka
dengan itu upaya pemerintah dan lembaga hukum patut dipertanyakan.
Beberapa kasus besar tindak pidana korupsi adalah kasus yang menjerat mantan
Ketua DPR-RI Setya Novanto sebagai tersangka korupsi pengadaan e-KTP pada tahun
2017, yang tidak kalah menggemparkan yaitu kasus yang menjerat mantan menteri
sosial Juliari Batubara dengan terduga korupsi dana paket Bantuan Sosial (Bansos)
Covid-19 untuk wilayah Jabodetabek pada Tahun 2020.

1
Muhamad Randy Destawijaya,”Korupsi Menurut Teori Jack Bologne dan Robert Klitgaard,”
https://www.kompasiana.com/muhamadrandydestawijaya/647337898221995c23031012/korupsi-
menurut-teori-jack-bologne-dan-robert-klitgaard (diakses tanggal 10 Desember 2023)
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Salah satu penyebab utama terjadinya tindakan korupsi adalah keserakahan,


manusia akan selalu merasa kurang atas apa yang sudah di milikinya, mereka selalu
merasa tidak berkecukupan dan akan selalu memiliki hasrat untuk memiliki segalanya.
Diantara penyebab paling umum korupsi adalah lingkungan politik dan
ekonomi, etika profesional dan moralitas, serta kebiasaan, adat istiadat, tradisi dan
demografi. Korupsi menghambat pertumbuhan ekonomi dan memengaruhi operasi
bisnis, lapangan kerja, dan investasi. Korupsi juga mengurangi pendapatan pajak dan
efektivitas berbagai program bantuan keuangan.2
Korupsi sebagai bentuk tindak pidana merupakan kejahatan yang sangat
berdampak serius terhadap niali-nilai kemanusiaan. Dampak yang sangat
membahayakan bagi kemanusiaan ini telah menjadi keprihatinan yang serius oleh
masyarakat nasionalis.
Korupsi memberikan dampak buruk di berbagai bidang kehidupan manusia,
terutama dalam bidang perekonomian, yang akan saya bahas lebih lanjut di dalam
artikel ini.
Artikel jurnal ini bertujuan untuk membahas lebih lanjut mengenai penyebab
korupsi, dampak korupsi dan upaya pemberantasan. Selain itu artikel ini juga akan
meninjau peranan mahasiswa dan media dalam mengatasi pemberantasan korupsi.
Artikel ini juga akan membahas upaya apa saja yang dilakukan oleh pemerintah dan
lembaga penegak hukum dalam memerangi korupsi, dan mengapa napi koruptor selalu
diberi hukuman yang ringan, terlebih lagi jika napi tersebut adalah seorang anggota
dewan.
Pelaku tindak pidana korupsi seharusnya dijatuhi hukuman yang sesuai dengan
Undang-Undang yang diatur dalam undang undang nomor 20 Tahun 2001 tentang
perubahan atas Undang undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dan disinergikan dengan KUHP, Pasal 2 ayat 1 yaitu “setiap orang yang
secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah)”. Dan pasal 2 ayat 2 yaitu “dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana
yang dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalan keadaan tertentu, pidana mati dapat
dijatuhkan”.
Selama ini korupsi sering dimaklumi oleh berbagai pihak daripada
memberantasnya, seakan akan sudah seperti budaya yang harus dilestarikan, padahal
tindakan korupsi ini adalah jenis tindakan kejahatan yang dapat merusak berbagai
kepentingan yang menyangkut hak asasi, ideologi negara, perekonomian, keuangan,
moral bangsa, dan sebagainya. Korupsi adalah perilaku kejahatan yang cenderung
sangta sulit untuk ditanggulangi. Sulitnya pemberantasan tindak pidana korupsi ini
terlihat atau dibuktikan dari banyaknya di putus bebas terdakwa kasus tindak pidana
korupsi atau minimnya pidana yang ditanggung oleh terdakwa yang tidak sebanding
dengan apa yang sudah di perbuatnya.
Hal itulah yang bisa merugikan negara dan banyak menghambat pembangunan
bangsa. Jika peristiwa ini terjadi terus-menerus dalam waktu yang terbilag cukup lama
dan sering, dapat menghilangkan rasa keadilan dan rasa kepercayaan atas hukum
Undang-undang dan peraturan pemerintah oleh warga negara. Perasaam tersebut
2
Arum Sutrisni Putri,”korupsi:pengertian,penyebab dan dampak”Kompas.com (Desember 2019)
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

memang telah terlihat semakin lama semakin hilang, dapat dibuktikan dengan
banyaknya warga yang mengganggap bahwa korupsi atau mencuri itu adalah hal biasa,
dengan mereka melakukan hal tersebut mereka tidak perlu risau masalah hukuman, toh
koruptor diluaran sana hanya dihukum ringan.
Istilah korupsi berasal dari kata “corruption” yang dalam bahasa latin berarti
kerusakan atau kebobrokan dan dipakai juga untuk menunjukkan suatu keadaan yang
busuk. Korupsi sering ksli dikaitkan dengan kebohongan dan kecurangan seseorang atau
instansi dalam bidang keuangan. Pengertian korupsi memang sangat beragam, banyak
yang sudah bisa mengartikan arti korupsi itu sendiri menurut perspektif diri masing-
masing, namun secara umum tindakan korupsi berkaitan dengan perbuatan yang
merugikan kepentingan masyarakat luas untuk kepentingan pribadi atau instansi.
Karena maraknya kasus korupsi di Indonesia, oleh karena itu saya mengambil topik ini
untuk di bahas dalam artikel jurnal untuk memenuhi tugas mandiri Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.

PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu yang dilakukan Bandaharo Saifuddin (2017) dalam
penelitiannya yang berjudul “Dampak dan Upaya Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi di Indonesia”.
Penulisan sebelumnya ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia. Metode penulisan yang digunakan
adalah metode tinjauan literatur. Dampak yang diakibatkan oleh tindak pidana korupsi
di segala bidang membuat Indonesia semakin terpuruk karena banyak sekali terjadi
kasus korupsi di Indonesia yang merugikan baik pemerintah maupun masyarakat.
Tindak pidana korupsi ini yang membuat Indonesia semakin miskin. Upaya
memberantas tindak pidana korupsi yang paling utama adalah gerakan “moral” yang
secara terus menerus mensosialisasikan bahwa korupsi adalah kejahatan besar bagi
kemanusiaan yang melanggar harkat dan martabat manusia. Melalui gerakan moral
diharapkan tercipta kondisi lingkungan sosial masyarakat yang menolak, menentang,
dan menghukum perbuatan korupsi dan akan menerima, mendukung dan menghargai
perilaku anti korupsi. Langkah ini dapat dilakukan lewat lembaga pendidikan, sehingga
dapat terjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda sebagai langkah
yang efektif membangun peradaban bangsa yang bersih dari moral korupsi.
Ada beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan
penelitian ini, sebagai berikut:
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
 Objek utama yang dibahas sama sama mengenai korupsi
 Jenis dan metode penulisan yang digunakan sama sama menggunakan Library
Research
 Sama sama membahas dampak buruk tindak pidana korupsi
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
 Penelitian sebelumnya membahas upaya pemberantasan tindak pidana korupsi,
sedangkan penelitian ini membahas tentang penyebab korupsi dan peranan
pemerintah, mahasiswa dan media dalam upaya pemberantasan korupsi.
 Fokus penelitian sebelumnya hanya pada dampak dan upaya pemberantasan
tindak pidana korupsi, sedangkan penelitian ini berfokus pada penyebab,
dampak, serta peranan pemerintah, mahasiswa dan media dalam upaya
pemberantasan korupsi.
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode tinjauan literatur atau library research, atau
bisa juga dikatakan metode kualitatif. Tinjauan literatur adalah penjelasan yang berisi
tentang teori, temuan, dan sumber-sumber peneliitian lain yang diambil dari referensi
untuk menjadi dasar dalam melakukan penelitian.
Tujuan tinjauan literatur adalah agar peneliti bisa memahami bagaimana hasil
penelitian yang sudah dilakukan akan memberikan kontribusi pada pengetahuan yang
ada tentang topik yang mereka bahas dalam penelitian tersebut. Tujuan ini tidak dapat
tercapai jika penulis tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang apa yang telah
dibahas dalam penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dengan isu yang dibahas.
Dalam melakukan tinjauan literatur, penulis harus membaca penelitian-
penelitian yang telah ada dan bisa dilakukan evaluasi terhadap artikel tersebut. Jadi
bukan hanya merangkum informasi tapi juga menghasilkan pendapat kritis terhadap
topik yang dibahas tersebut. (wikipedia)
Tinjauan literatur berisi review, ringkasan dan pemikiran penulis mengenai
berbagai referensi seperti buku, artikel, jurnal, sumber internet dan lainnya yang terkait
dengan topik yang dibahas.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah memperoleh data. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan atau
studi literatur dengan mengumpulkan dan membandingkan data dari berbagai sumber
yang dipilih.
Sumber data adalah subyek dimana data dapat diperoleh. Sumber data yang
digunakan berupa data sekunder. Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data pada saat pengumpulan data. Data sekunder yang digunakan
ini untuk mendukung penulisan artikel ini adalah berasal dari website, jurnal dan
literatur lain yang berkaitan dengan subjek dan masih relevan untuk digunakan sebagai
bahan referensi dalam penyusunan artikel ini.

KONSEP DASAR
Syed Hussein Alatas dalan bukunya yang berjudul the sociology of Corruption
mengatakan bahwa praktek korupsi meliputi ciri-ciri ((Evi Hartati, 200-9: 10)”sebagai
berikut:
1. Selalu melibatkan lebih dari satu orang
2. Pada umumnya dilakukan dengan oenuh kerahasiaan
3. Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik
4. Dengan berbagai macam aksi berlindung dibalik pembenaran hukum
5. Mereka yang terlibat mengugatkan keputusan yang tegas dan mampu
mempengaruhi keputusan
6. Mengandung penipuan baik pada badan publik ataupun masyarakat umum
7. Setiap bentuk korupsi adalah suatu penghianatan kepercayaan.
Ada beberapa teori yang mendukung penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

1. Teori kelembagaan: teori ini mengemukakan bahwa korupsi terjadi karena


adanya kelemahan dalam sistem kelembagaan suatu negara. Faktor-faktor
seperti kurangnya transparansi, rendahnya akuntabilitas, dan lemahnya
penegakan hukum menjadi faktor utama dalam memfasilitasi korupsi. Teori ini
menekankan pentingnya memperkuat lembaga-lembaga pemerintah dan sistem
hukum untuk mencegah korupsi.
2. Teori rasionalitas: menurut teori ini, individu yang terlibat dalam tindakan
korupsi melakukan perhitungan rasional tentang manfaat dan risiko yang
terlibat. Mereka mempertimbangkan keuntungan pribadi yang dapat diperoleh
dari tindakan korupsi dan memperhitungkan kemungkinan terkena hukuman.
Teori ini menekankan pentingnya pembentukan insentif yang jelas dan hukuman
yang tegas untuk mencegah individu tergoda untuk terlibat dalam korupsi.3
3. Teori sosiologis: teori ini menitikberatkan pada faktor-faktor sosial dan budaya
yang mempengaruhi tingkat korupsi dalam suatu masyarakat. Faktor-faktor
seperti norma sosial, adat istiadat, dan praktik budaya dapat mempengaruhi
toleransi terhadap korupsi. Teori ini menekankan pentingnya perubahan sosial
dan budaya dalam mengurangi tingkat korupsi.

PEMBAHASAN DAN DISKUSI


Penyebab faktor korupsi di Indonesia:
1. Perilaku individu
Koruptor melakukan tindakan korupsi dapat berupa dorongan internal
dalam bentuk keinginan atau niat dan melakukannya dengan kesadaran penuh.
Seseorang termotivasi untuk melakukan korupsi, antara lain karena sifat rakus
manusia, gaya hidup konsumtif, kurangnya agama, lemahnya moralitas dalam
menghadapi godaan korupsi dan kurangnya etika.4
Pelaku tindak pidana korupsi tidak mementingkan keperluan orang lain,
melainkan dia hanya mementingkan keperluan dirinya sendiri. Sikap seperti itu
yang seharusnya dihindari oleh masyarakat umum, terutama para pejabat yang
sering di gegerkan melakukan tindak pidana korupsi. Caranya dari kesadaran
individu itunya sendiri, kalau dari individu nya tidak memiliki kesadaran maka
akan sulit untuk menghindari sikap tersebut.
2. Faktor keluarga
Masalah korupsi bisa juga berasal dari keluarga. Biasanya terjadi karena
tuntutan istri atau suami, atau memang keinginan pribadi yang berlebihan. Hal
yang menjadikan posisi dia duduk sebagai ladang untuk memuaskan
kepentingan keluarganya.5 Biasanya istri yang menuntut suaminya untuk korupsi
menurut saya alasannya adalah karena gaji yang kecil sehingga tidak bisa
3
Anonim,”teori-teori penyebab terjadinya korupsi,” https://inspektorat.slemankab.go.id/teori-teori-
penyebab-terjadinya-korupsi.slm (diakses tanggal 10 Desember 2023)
4
Ridwan arifin oemara S, Devanda prastiyo, “korupsi kolektif (korupsi berjamaah) di Indonesia: antara
faktor penyebab dan penegakan hukum,” jurnal hukum respublica 18:1 (2018) : 8
5
Ridwan arifin oemara S, Devanda prastiyo, “korupsi kolektif (korupsi berjamaah) di Indonesia: antara
faktor penyebab dan penegakan hukum,” jurnal hukum respublica 18:1 (2018) : 8
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

memenuhi kebutuhan bulanan, atau bisa juga karna si istri merasa bahwa
suaminya tidak pernah memenuhi keinginannya.
3. Pendidikan
Korupsi adalah kejahatan yang dilakukan oleh para intelektual. Pejabat
rata-rata yang terjebak dalam kasus korupsi adalah mereka yang berpendidikan
tinggi, pendidikan tinggi seharusnya membuat mereka tidak melakukan korupsi,
seperti yang dikatakan Kats dan Hans bahwa peran akademisi tampaknya masih
paradoks. Memang pada kenyataannya para pelaku tindak pidana korupsi adalah
para intelektual yang sebelum melakukan tindakannya telah melakukan
persiapan dan perhitungan yang cermat sehingga mereka dapat memanipulasi
hukum sehingga kejahatan tersebut tidak terdeteksi. Karena alasan ini,
pendidikan moral sangat dibutuhkan sejak dini untuk meningkatkan moral
generasi bangsa.
4. Sikap kerja
Tindakan korupsi juga bisa datang dari sikap bekerja dengan pandangan
bahwa segala sesuatu yang dilakukan harus dapat melahirkan uang. Biasanya
yang ada dalam pikiran mereka sebelum melakukan pekerjaan adalah apakah
mereka akan mendapat untung atau tidak. Dalam konteks birokrasi, pejabat yang
menggunakan perhitungan ekonomi semacam itu pasti tidak akan menyatukan
manfaat. Sebenarnya yang terjadi adalah bagaimana masing-masing pekerjaan
bertujuan menghasilkan keuntungan sendiri.
5. Hukum dan peraturan
Tindakan korupsi akan dengan mudah muncuk karena undang-undang
dan peraturan memiliki kelemahan, yang meliputi sanksi yang terlalu ringan,
penerapan sanksi yang tidak konsisten dan sembarangan, lemahnya bidang revisi
dan evaluasi legislasi. Untuk mengatasi kelemahan ini, pemerintah mendorong
para pembuat undang-undang untuk sebelumnya mengevaluasi efektivitas
undang-undang sebelum dibuat.
6. Faktor politik
Praktik korupsi di Indonesia dilakukan di semua bidang, tetapi yang
paling umum adalah korupsi di bidang politik dan pemerintahan. Menurut
Daniel S. Lev politik tidak berjalan sesuai dengan aturan hukum, tetapi terjadi
sesuai dengan pengaruh uang, keluarga, status sosial, dan kekuatan militer.
Pendapat ini menunjukkan korelasi antara faktor-faktor yang tidak berfungsi dari
aturan hukum, permainan politik, dan tekanan dari kelompok korupsi yang
dominan.
Penyalahgunaan kekuasaan publik juga tidak selalu untuk keuntungan
pribadi, tetapi juga untuk kepentingan etnis, teman, keluarga dan sebagainya.
Bahkan di banyak negara beberapa hasil korupsi digunakan untuk membiayai
kegiatan partai politik. Praktik politik kotor tentu menghasilkan banyak masalah
baru bagi kegagalan memberantas korupsi. Karena politik yang kotor ini adalah
penyebab tindak korupsi baik yang rendah, sedang maupun besar. Tentu saja,
bagaimana hal itu akan melahirkan negara yang beradab, sementara praktik
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

politik yang kotor telah menyebar di mana-mana, baik di atas maupun di bawah
telah memberikan kontribusi buruk bagi bangsa-bangsa.6
Dampak korupsi
Menurut Webb yang dikutip oleh Lucky nugroho dalam bukunya mengatakan bahwa,
dampak negatif terhadap negara atas banyaknya kasus korupsi telah dinyatakan dalam
resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang secara resmi disebut dengan “Metode
Praktis Pemberantasan Korupsi”. Oleh karena nya, menurut Ertimi & Saeh dampak
negatif dari korupsi telah menjadi konsensus bersama berbagai negara bahwa korupsi
akan mengakibatkan distorsi dari pendistribusian pendapatan, menjadi penghambat dari
investasi, inefisiensi dan pemborosan dalam menggunakan sumber daya, merusak
demokrasi dan etika. Merujuk pada sumber putusan Mahkamah Agung di tahun 2015,
maka dapat diilustrasikan jumlah terpidana korupsi adalah sebagai berikut:

Dampak masih korupsi:


1. Dampak ekonomi
Korupsi memiliki efek destruktif terhadap berbagai aspek, khususnya
aspekkehidupan ekonomi sebagai faktor terpenting untuk kesejahteraan
masyarakat. Mauro mengatakan bahwa korupsi memiliki korelasi negatif dengan
kemajuan ekonomi (peningkatan investasi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan
dan pengeluaran pemerintah untuk ptogram pembangunan sosial dan
kesejahteraan masyarakat).
Korupsi mengakibatkan terjadinya inefisiensi pembangunan, meningkatnya
biaya barang dan jasa, serta melonjaknya utang negara. Inefisiensi pembangunan
terjadi apabila pemerintah mengeluarkan banyak kebijakan pembangunan,
namun selalu disertai dengan maraknya praktek korupsi.
2. Dampak sosial

6
Ridwan arifin oemara S, Devanda prastiyo, “korupsi kolektif (korupsi berjamaah) di Indonesia: antara
faktor penyebab dan penegakan hukum,” jurnal hukum respublica 18:1 (2018) : 9-11
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Praktek korupsi pada dasarnya menciptakan suatu kondisi kehidupan ekonomi


dengan biaya tinggi. Hal ini terjadi karena adanya beban (high cost economy)
yang harus ditanggung para pelaku ekonomi akibat korupsi, ini berimbas pada
mahalnya harga kebutuhan pokok, jasa dan pelayanan publik. Sebab harga yang
diterapkan untuk barang-barang kebutuhan pokok, jasa dan pelayanan publik
harus dapat menutupi kerugian yang dialami pelaku ekonomi akibat perbuatan
korupsi dan penyelewengan.
3. Runtuhnya otoritas pemerintahan
Menurut Kurniadi Y yang dikutip oleh Rongan Wilhelmus dalam
jurnalnya adalah korupsi telah memasuki kehidupan yang paling dasar karena
berkaitan langsung dengan etika sosial (kejujuran dan kemanusiaan), sebab siapa
saja yang meneriakkan kejujuran justru akan diberi sanksi sosial, politik,
ekonomi dan finansial oleh otoritas pemerintah, aparat penguasa bahkan oleh
masyarakat itu sendiri. Kejujuran pada akhirnya harus berhadapan dengan rasa
takut akan penguasa dan kekuatan politik. Rasa takut ini sebetulnya
bertentangan dengan etika dan moralitas bangsa.
Saat ini, kekuatan politik masih sangat dominan dan dengan mudah
melindungi anggotanya dengan segala cara walaupun anggotanya jelas-jelas
telah melakukan tindakan korupsi. Melindungi seorang koruptor dengan
kekuatan politik merupakan salah satu indikasi besar tentang runtuhnya etika
sosial dan politik di negeri ini. Banyak pejabat negara, wakil rakyat atau petinggi
partai politik terjerat korupsi Namun banyak di antara mereka terus dilindungi,
tidak menunjukkan rasa bersalah dan penyesalan atas perbuatan korupsi yang
dilakukan. Sebaliknya, mereka bertindak seolah-olah tidak ada masalah sama
sekali. Hal ini terjadi karena ada anggapan bahwa mereka akan terbebas dari
tuduhan korupsi atau dengan mudah memberikan upeti kepada penegak hukum
agar diri mereka terhindar dari jerat korupsi.7
Merujuk kepada penyebab korupsi yang menyatakan bahwa pejabat yang
melakukan korupsi itu adalah pejabat yang memiliki intelektual tinggi, yang bisa
dengan gampang menggunakan uang nya untuk membungkam pihak pihak
tertentu agar dirinya aman.

PERANAN PEMERINTAH DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI


Pemerintah Indonesia sebenarnya tidak tinggal diam dalam mengatasi ptaktek
korupsi. Upaya pemerintah dilaksanakan melalui berbagai kebijakan berupa peraturan
perundang-undangan dari yang tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar 1945 sampai
dengan Undang-Undang tentang Komisi pemberantasan Tindak Pidana korupsi. Selain
itu, pemerintah juga membentuk komisi-komisi yang berhubungan langsung dengan
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi seperti Komisi Pemeriksa
Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) dan Komisi Pemberantaran Korupsi
(KPK).8
7
Rongan Wilhelmus,”KORUPSI: TEORI, FAKTOR PENYEBAB, DAMPAK DAN PENANGANANNYA,” Lembaga
penelitian STKIP “widya yuwana” Madiun 17:9 (April 2017): 36-38
8
Samuel Mangapul Tampubolon,”PERAN PEMERINTAH DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI
KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NO 32 TAHUN 2004,” Lex et Societatis, 2:6 (Juli 2014): 139
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia


Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, S.H., S.U., M.I.P. menyebutkan ada tiga upaya yang
dilakukan pemerintah dalam penanganan korupsi di Indonesia.
1. Sinkronisasi Perundang-undangan atau penataan regulasi
Pemerintah melakukan upaya untuk menyinkronkan peraturan-peraturab yang
ada dan menata regulasi yang berkaitan dengan pepmberantaran korupsi. Hal ini
dilakukan untuk menghindari tumpang tindihnya peraturan-peraturan yang dapat
mempersulit penanganan kasus korupsi.
2. Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pemerintah juga melakukan upaya pembinaan terhadap SDM yang terlibat
dalam penanganan kasus korupsi. Pembinaan ini meliputi pelatihan, peningkatan
kompetensi, dan pengembangan kapsitas para penegak hukum.
3. Digitalisasi pemerintahan
Pemerintah juga melakukan upaya digitalisasi dalam penanganan kasus korupsi.
Digitalisasi pemerintahan bisa membantu meningkatkan transparansi,
akuntabiliitas, dan efisiensi dalam penanganan kasus korupsi. Dengan adanya
sistem digital, proses administrasi dan pengelolaan data dapat dilakukan dengan
lebih efektif dan terhindar dari manipulasi.9

Ada 2 strategi mendasar yang dilakukan kejaksaan dalam penegakan hukum


khususnya penanggulangan dan pemberantasan korupsi, yaitu:
1. Tindakan represif
Pendekatan represif berupa penindakan dan penanganan terhadap
terjadinya tindak pidana korupsi dilakukan secara professional dan proporsional.
Dalam melakukan penindakan hukum terhadap tindak pidana korupsi tersebut,
Kejaksaan menerapkan prinsip optimalisasi dan berkualitas serta
memprioritaskan kasus-kasus korupsi yang big fish dan still going on yaitu
dengan mendahulukan penindakan untuk perkara besar dan perbuatan pidana
yang dilakukan secara terus menerus serta mengusahakan semaksimal mungkin
pengembalian atau penyelamatan keuangan negara. Upaya represif yang
dilakukan Kejaksaan tersebut, setelah melalui serangkaian kegiatan
penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan eksekusi sesuai standar operasional
prosedur (SOP) yang berlaku serta peraturan perundang-undangan yang ada.
2. Tindakan Preventif
Dalam tataran teoritis, penggunaan sarana penal berupa sanksi pidana
terhadap pelaku kejahatan juga telah mengalami perkembangan yang sangat
signifikan. Konsepsi pemikiran yang pada awalnya lebih banyak menekankan
pada fungsi represif sebagaimana yang dianut oleh penganut aliran hukum
pidana klasik, telah bergeser ke arah fungsi-fungsi restoratif yang

9
Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, S.H., S.U., M.I.P, dalam rapat pimpinan penyampaian arah kebijakan
Lemhannas RI T.A. 2023 Nomor PR/4/II/2023 https://www.lemhannas.go.id/index.php/publikasi/press-
release/1826-tiga-upaya-pemerintah-dalam-penanganan-korupsi (diakses tanggal 11 Desember 2023)
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

mengedepankan pada aspek keseimbangan kepentingan dan pemulihan keadaan


yang diakibatkan adanya pelanggaran hukum.
Tindakan preventif lain yang cukup strategis dalam rangka pencegahan
terjadinya tindak pidana korupsi di Indonesia antara lain:
a. Meningkatkan efektivitas kebijakan dan kelembagaan, terutama terkait
dengan pelayanan publik termasuk juga antara lain kebijakan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) terintegrasi dalam program Single Identification
Number (SIN).
b. Meningkatkan pengawasan terhadap pelayanan pemerintah, sehingga dapat
diakses oleh publik yang transparan dan akuntabel.
c. Memperbaiki manajemen keuangan daerah termasuk manajemen pengadaan
barang/jasa pemerintah.
d. Memperkuat komitmen anti korupsi, (termasuk melalui lembaga-lembaga
pendidikan secara edukatif) terkait dengan integritas nasional bagi anggota
masyarakat, pelaku usaha dan aparatur pemerintahan/Negara.
e. Reformasi Birokrasi, merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan
perubahan mendasar terhadap system penyelenggaran pemerintahan
terutama menyangkut aspek kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumber daya
manusia arapatur.
f. Melaksanakan WASKAT secara efektif bagi setiap pimpinan pada semua
tingkatan/satuan kerja dan memberikan tauladan yang baik serta mentaati
semua peraturan hukum yang ada.10

PERANAN MAHASISWA DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI


Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia tercatat bahwa mahasiswa
mempunyai peranan yang sangat penting. Peranan tersebut tercatat dalam peristiwa-
peristiwa besar yang dimulai dari Kebangkitan Nasional tahun 1908, Sumpah Pemuda
tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan NKRI tahun 1945, lahirnya Orde Baru tahun
1996, dan Reformasi tahun 1998. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam peristiwa-
peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil di depan sebagai motor penggerak dengan
berbagai gagasan, semangat dan idealisme yang mereka miliki.
Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik yang
mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda, dan idealisme. Dengan kemampuan
intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan idealisme yang murni
telah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam sejarah
perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini telah
terbukti bahwa mahasiswa berperan sangat penting sebagai agen perubahan (agent of
change).
Dalam konteks gerakan anti-korupsi mahasiswa juga diharapkan dapat tampil di
depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang
mereka miliki, yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk
menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut mahasiswa
diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mampu menyuarakan kepentingan

10
Samuel Mangapul Tampubolon,”PERAN PEMERINTAH DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI
KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NO 32 TAHUN 2004,” Lex et Societatis, 2:6 (Juli 2014): 143-
144
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi


watch dog lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.11
Meskipun penindakan korupsi merupakan kewenangan institusi penegak hukum,
mahasiswa dapat memberikan advokasi kepada korban korupsi dan melakukan
pemetaan korupsi. Dengan demikian, mereka dapat membantu mengungkap kasus
korupsi dan memberikan dukungan kepada masyarakat yang menjadi korban korupsi
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi empat wilayah, yaitu: di lingkungan keluarga, di lingkungan
kampus, di masyarakat sekitar, dan di tingkat lokal/nasional. Lingkungan keluarga
dipercaya dapat menjadi tolok ukur yang pertama dan utama bagi mahasiswa untuk
menguji apakah proses internalisasi anti korupsi di dalam diri mereka sudah terjadi.
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus tidak bisa
dilepaskan dari status mahasiswa sebagai peserta didik yang mempunyai kewajiban ikut
menjalankan visi dan misi kampusnya. Sedangkan keterlibatan mahasiswa dalam
gerakan anti korupsi di masyarakat dan di tingkat lopkal/nasional terkait dengan status
mahasiswa sebagai seorang warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang
sama dengan masyarakat lainnya.

PERANAN MEDIA DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI


Menurut Sasongko Tedjo, upaya pemberantasan korupsi secara konkret di
Indonesia saat ini dalam taraf menguat, setelah kehadiran institusi dengan peran
protagonis, yakni Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Selain itu peran media juga sangat kuat dalam upaya pemberantasan korupsi,
maka menarik untuk membandingkan dua kondisi Ekstern, yakni pada era kekuasaan
orde baru dan era liberalisasi media pasca orde baru. Pada era pemerintahan orde baru,
pers berada dalam posisi menerima baik sukarela maupun terpaksa. Pers merupakan
penyelamat bangsa dari bahaya komunisme, membuat pangan berlimpah dan murah,
pencipta pasar melalui mekanisme APBN, serta memiliki misi untuk melaksanakan
pembangunan demi kesejahteraan bangsa. Pada era liberalisasi pasca orde baru, pers
lebih bisa menjalankan fungsinya secara lebih leluasa yakni: Fungsi kontrol atas
kekuasaan (watchdog), Fungsi fasilisator debat/dialog public.12
Sebagai lembaga yang memiliki kebebasan pers, media memiliki kekuatan untuk
menyebarkan informasi yang relevan dan mengungkap kasus korupsi kepada
masyarakat luas. Media bisa melakukan menyelidikan, melaporkan kasus-kasus korupsi,
dan memberikan liputan yang transparan terhadap proses hukum yang terkait. Melalui
pemberitaan yang akurat, media dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
dampak negatif korupsi dan mendukung terciptanya tindakan nyata untuk mencegah
terjadinya korupsi dan memberantas korupsi. Selain itu, media juga dapat memberikan
ruang bagi suara-suara masyarakat yang menjadi korban atau saksi korupsi, sehingga
memberikan tekanan publik kepada pihak yang terlibat korupsi.
Media juga bisa berperan sebagai pengawas dalam pemberantasan korupsi,
dengan cara melakukan pemantauan terhadap kinerja lembaga-lembaga penegak hukum
11
Aryo P. Wibowo dan Nanang T. Puspito, pendidikan anti korupsi untuk perguruan tinggi, (Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Bagian Hukum
Kepegawaian, 2011), 145
12
Sanur Purnomo, “Peran media dalam pemberantasan korupsi,”
https://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:xOfYaBRZKvYJ:scholar.google.com/
+peran+media+dalam+upaya+pemberantasan+korupsi&hl=id&as_sdt=0,5 (diakses tanggal 11 Desember
2023)
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

dan pemerintah, serta mengkritisi kebijakan-kebijakan yang rentan terhadap praktik


korupsi.melalui pengawasan itu media dapat mendorong terciptanya akuntabilitas dan
transparansi dalam upaya pemberantasan korupsi.
Namun, media juga perlu menjaga indenpensinya dan menjalankan tugasnya
dengan etika jurnalistik yang baik. Media juga harus berhati-hati dalam menyampaikan
infromasi agartidak menimbulkan fitnah atau mengganggu proses hukum yang sedang
berjalan. Dalam melaporkan kasus, media harus menganut prinsip praduga tak bersalah
dan bisa memberikan ruang bagi berbagai perspektif yang adil dan seimbang.

KESIMPULAN
Koruptor melakukan tindakan korupsi dapat berupa dorongan internal dalam
bentuk keinginan atau niat dan melakukannya dengan kesadaran penuh. Seseorang
termotivasi untuk melakukan korupsi, antara lain karena sifat rakus manusia, gaya hidup
konsumtif, kurangnya agama, lemahnya moralitas dalam menghadapi godaan korupsi
dan kurangnya etika.
Pelaku tindak pidana korupsi tidak mementingkan keperluan orang lain,
melainkan dia hanya mementingkan keperluan dirinya sendiri. Sikap seperti itu yang
seharusnya dihindari oleh masyarakat umum, terutama para pejabat yang sering di
gegerkan melakukan tindak pidana korupsi. Biasanya terjadi karena tuntutan istri atau
suami, atau memang keinginan pribadi yang berlebihan.
Tindakan korupsi juga bisa datang dari sikap bekerja dengan pandangan bahwa
segala sesuatu yang dilakukan harus dapat melahirkan uang. Dalam konteks birokrasi,
pejabat yang menggunakan perhitungan ekonomi semacam itu pasti tidak akan
menyatukan manfaat.
Tindakan korupsi akan dengan mudah muncul karena undang-undang dan
peraturan memiliki kelemahan, yang meliputi sanksi yang terlalu ringan, penerapan
sanksi yang tidak konsisten dan sembarangan, lemahnya bidang revisi dan evaluasi
legislasi.
Upaya pemerintah dilaksanakan melalui berbagai kebijakan berupa peraturan
perundang-undangan dari yang tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar 1945 sampai
dengan Undang-Undang tentang Komisi pemberantasan Tindak Pidana korupsi. Selain
itu, pemerintah juga membentuk komisi-komisi yang berhubungan langsung dengan
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi seperti Komisi Pemeriksa
Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) dan Komisi Pemberantaran Korupsi (KPK).
Pemerintah melakukan upaya untuk menyinkronkan peraturan-peraturan yang ada dan
menata regulasi yang berkaitan dengan pepmberantaran korupsi. Hal ini dilakukan
untuk menghindari tumpang tindihnya peraturan-peraturan yang dapat mempersulit
penanganan kasus korupsi. Pemerintah juga melakukan upaya pembinaan terhadap
SDM yang terlibat dalam penanganan kasus korupsi. Pemerintah juga melakukan upaya
digitalisasi dalam penanganan kasus korupsi.
Dalam konteks gerakan anti-korupsi mahasiswa juga diharapkan dapat tampil di
depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang
mereka miliki, yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk
menyatakan kebenaran. Meskipun penindakan korupsi merupakan kewenangan institusi
penegak hukum, mahasiswa dapat memberikan advokasi kepada korban korupsi dan
melakukan pemetaan korupsi. Dengan demikian, mereka dapat membantu mengungkap
kasus korupsi dan memberikan dukungan kepada masyarakat yang menjadi korban
korupsi.
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Selain itu peran media juga sangat kuat dalam upaya pemberantasan korupsi,
maka menarik untuk membandingkan dua kondisi Ekstern, yakni pada era kekuasaan
orde baru dan era liberalisasi media pasca orde baru. Sebagai lembaga yang memiliki
kebebasan pers, media memiliki kekuatan untuk menyebarkan informasi yang relevan
dan mengungkap kasus korupsi kepada masyarakat luas. Media bisa melakukan
menyelidikan, melaporkan kasus-kasus korupsi, dan memberikan liputan yang
transparan terhadap proses hukum yang terkait. Namun, media juga perlu menjaga
indenpensinya dan menjalankan tugasnya dengan etika jurnalistik yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,”teori-teori penyebab terjadinya korupsi,”


https://inspektorat.slemankab.go.id/teori-teori-penyebab-terjadinya-korupsi.slm
(diakses tanggal 10 Desember 2023)

Destawijaya Muhamad Randy, “Korupsi Menurut Teori Jack Bologne dan Robert
Klitgaard,”https://www.kompasiana.com/muhamadrandydestawijaya/64733789822
1995c23031012/korupsi-menurut-teori-jack-bologne-dan-robert-klitgaard (diakses
tanggal 10 Desember 2023)

Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, S.H., S.U., M.I.P, dalam rapat pimpinan
penyampaian arah kebijakan Lemhannas RI T.A. 2023 Nomor PR/4/II/2023
https://www.lemhannas.go.id/index.php/publikasi/press-release/1826-tiga-
upaya-pemerintah-dalam-penanganan-korupsi (diakses tanggal 11 Desember
2023)

Purnomo, Sanur. “Peran media dalam pemberantasan korupsi,”


https://scholar.googleusercontent.com/scholar?
q=cache:xOfYaBRZKvYJ:scholar.google.com/
+peran+media+dalam+upaya+pemberantasan+korupsi&hl=id&as_sdt=0,5
(diakses tanggal 11 Desember 2023)

Putri Arum Sutrisni,”korupsi:pengertian,penyebab dan dampak”Kompas.com


(Desember 2019)

S Ridwan Arifin Oemara, Prastiyo Devanda,”Korupsi Kolektif (korupsi berjamaah) di


Indonesia: antara faktor penyebab dan penegakan hukum,” jurnal hukum
respublica 18:1

Tampubolon, Samuel Mangapul,”PERAN PEMERINTAH DALAM UPAYA


PEMBERANTASAN KORUPSI KAITANNYA DENGAN UNDANG-
UNDANG NO 32 TAHUN 2004,” Lex Et Societatis, 2:6 (Juli 2014)

Wibowo, Aryo P dan Puspito Nanang T, pendidikan anti korupsi untuk perguruan
tinggi, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Bagian Hukum Kepegawaian, 2011)
Jurnal Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Wihelmus, Rongan,”KORUPSI: TEORI, FAKTOR PENYEBAB, DAMPAK DAN


PENANGANANNYA,” lembaga penelitian STKIP “Widya yuwana” Madiun
17:9 (April 2017)

Anda mungkin juga menyukai