Anggota Kelompok :
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
ABSTRAK
Salah satu unsur yang sangat penting dalam penegakan hukum dalam suatu negara untuk
mencapai negara yang bersihdan bebas dari Kolusi,Korupsi dan Nepotisme (KKN) adalah
dengan memberantas semaksimal mungkin terhadap pemberantasan korupsi.Hal tersebut karena
korupsi merupakan suatu tindakan yang tercela yang sudah merusak sendi kehidupan berbangsa
dan bernegara termasuk dalam bidang politik,ekonomi dan hukum. Pemberantasan Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN) di Indonesia dewasa ini mengalami berbagai kendala yang cukup
kompleks. Berbagai upaya implementasi strategi pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
telah dilaksanakan, walaupun tidak optimal. Demikian halnya dengan pembentukan berbagai
peraturan perundangan dan komisi pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Namun tingkat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), khususnya korupsi di Indonesia tidak
juga mengalami perubahan berarti.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi mengenai
tindakan korupsi mulai dari pengertian KKN menurut KBBI dan UUD 1945,Faktor penyebab
terjadinya korupsi di Indonesia,Contoh kasus kasus korupsi yang terjadi di Indonesiadan dapat
memberikan pandangan solusi dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.Hasil penelitian
kami akan kami tulis dalam suatu makalah karya ilmiah.
Metode yang akan kami gunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Studi
Pustaka.Melalui metode studi pustaka kami menghimpun informasi mengenai topik yang akan
kami bahas yaitu tentang Korupsi.Informasi tersebut kami peroleh dari buku buku,karya ilmiah
dan tesis yang kamu identifikasi secara relevan dan akan kami bahas melalui makalah ini.Dengan
metode ini kami dapat memanfaatkan berbagai informasi yang telah kami cari sehingga dapat
mengemukakan berbagai pemikiran yang relevan.
Kesimpulan awal yang dapat kami Tarik diantaranya yaitu pertama,Kasus kasus korupsi
yang terjadi di Indonesia mayoritas melibatkan berbagai pejabat tinggi negara dan daerah yang
mempunyai wewenang.Kedua,Faktor penyebab yang mendorong terjadinya korupsi di Indonesia
adalah factor internal dan ekternal.Ketiga, Indonesia harus lebih kuat dalam penegakan hukum
terhadap tindak pidana korupsi berdasarkan UUD 1945 serta harus mengoptimalkan berbagai
upaya dalam memberantas korupsi.
Kata Kunci : Korupsi, Kolusi, Nepotisme, Upaya Pemberantasan korupsi di Indonesia,Faktor
eksternal dan internal, Kasus kasus korupsi di Indonesia.
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme) tertinggi di dunia.. KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) yang terjadi
di Indonesia sudah menjadi suatu kebudayaan bagi golongan tertentu baik itu dalam
sistem pemerintahan pusat maupun di daerah.KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)
merupakan sebuah implikasi hidup yang dapat diibaratkan “ Lebih besar pasak daripada
tiang “, KKN merupakan sebuah tindakan yang sudah membuadaya nasional di Indonesia
bahkan sejak jaman Penjajahan Belanda hingga saat ini banyak sekali terjadi KKN di
lingkungan pejabat pusat maupun daerah dan setingkatnya. Masyarakat Indonesia baru
harus dapat keluar dari sikap ini dengan membuang KKN dalam membangun masyarakat
Indonesia secara lebih menyeluruh, lebih terbuka, lebih demokratis, dan lebih mandiri.
Menyikapi sebuah masalah KKN tidaklah terlepas dari sebuah faktor – faktor yang bisa
menyebabkan terjadinya sebuah KKN, dari faktor – faktor itulah yang akan
memunculkan budaya KKN yang menasional di Indonesia ini.
KKN sebagai suatu implikasi dari sikap hidup lebih besar pasak dari tiang,
yang nampaknya menghinggapi masyarakat Indonesia baik secara nasional, dalam
pembangunan nasional maupun yang lebih mikro lagi, dalam kegiatan perusahaan
dan kegiatan perorangan. Masyarakat Indonesia baru harus dapat keluar dari sikap
ini dengan membuang KKN dalam membangun masyarakat Indonesia secara lebih
menyeluruh, lebih terbuka, lebih demokratis, dan lebih mandiri. Korupsi yang muncul
di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau
tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan
narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal
ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting
untuk membedakan antara korupsi dan kriminalitas kejahatan.
Oleh karena itu, Melalui makalah ini yang akan kami buat, kami ingin
memusatkan perhatian pada penaggulangan masalah KKN dengan mengusulkan
perlunya kejelasan konsep atau kriteria dari masing-masing tindakan dalam KKN dan
memusatkan penanganannya pada masalah yang lebih jelas, dan lebih pokok, yaitu
korupsi. Dengan cara ini diharapkan program penanganan masalah KKN akan
lebih terarah dan memberikan hasil yang setahap demi setahap dapat dipergunakan
untuk dijadikan basis bagi penaganan seterusnya sampai tuntas.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Korupsi
Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere = busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) menurut Transparency International adalah
perilaku pejabat publik, baik politikus / politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak
wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya,
dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup
unsur unsur sbb, perbuatan melawan hukum, penyalahgunaan kewenangan, kesempatan,
atau sarana, memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara. Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana
korupsi yang lain, diantaranya, memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),
penggelapan dalam jabatan, pemerasan dalam jabatan, ikut serta dalam pengadaan (bagi
pegawai negeri/penyelenggara negara), menerima gratifikasi (bagi pegawai
negeri/penyelenggara negara).
Kolusi
Menurut KBBI, pengertian kolusi adalah kerja sama rahasia untuk maksud tidak
terpuji, persekongkolan, hambatan usaha pemerataan berupa antara pejabat dan
pengusaha. Menurut istilah kolusi ini mempunyai arti rahasia, dengan diam – diam atau
tidak terbuka.
Pengertian kolusi menurut UU RI No.28 Tahun 1999 pasal 1, Pengertian kolusi adalah
permufakatan atau kerjasama secara melawan hukum antar penyelenggaraan negara dan
pihak lain, masyarakat, dan atau negara
Di dalam bidang studi ekonomi, kolusi terjadi di dalam satu bidang industri disaat
beberapa perusahaan saingan bekerja sama untuk kepentingan mereka bersama. Kolusi
paling sering terjadi dalam satu bentuk pasar oligopoli, dimana keputusan beberapa
perusahaan untuk bekerja sama, dapat secara signifikan mempengaruhi pasar secara
keseluruhan. Kartel adalah kasus khusus dari kolusi berlebihan, yang juga dikenal
sebagai kolusi tersembunyi.
Nepotisme
Kata nepotisme berasal dari kata Latin nepos, yang berarti “keponakan” atau
“cucu”. Secara istilah berarti mendahulukan anggota keluarga atau kawan dalam
memberikan pekerjaan atau hak istimewa (Chambers Murray Latin – English Dictionary,
1983)
Korupsi masih menjadi masalah serius di banyak negara, termasuk Indonesia. Tak
tanggung-tanggung, nilai kerugian negara akibat kasus korupsi bahkan mencapai triliunan
rupiah. Berikut daftar kasus korupsi di Indonesia berdasarkan besaran nilai:
Jiwasraya
Perkiraan kerugian negara lebih dari Rp 13,7 trilliun. Setelah melakukan penyelidikan
sejak 17 Desember 2019, Kejaksaan Agung menetapkan lima orang tersangka:
1. Direktur Utama PT Hanson International Tbk, Benny Tjokrosaputro
2. Mantan Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya, Harry Prasetyo
3. Presiden Komisaris PT Trada Alam Minera Tbk, Heru Hidayat
4. Mantan Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya, Hendrisman Rahim
5. Pensiunan PT Asuransi Jiwasraya, Syahmirwan
Bank Century
Kasus korupsi yang memiliki nilai fantastis berikutnya adalah kasus Bank Century.
Pasalnya, negara mengalami kerugian sebesar Rp 7 trilliun. Kasus ini menyeret sejumlah
nama besar. Salah satu yang divonis yakni Budi Mulya dengan 15 tahun penjara.
Pelindo II
BPK mengeluarkan laporan kerugian negara akibat kasus dugaan korupsi di Pelindo.
Dalam laporan tersebut diketahui empat proyek di PT Pelindo II menyebabkan kerugian
negara mencapai Rp 6 trilliun. Kasus ini menyeret nama mantan Dirut PT Pelindo RJ
Lino yang telah ditetapkan tersangka sejak 2015.
Kotawaringin Timur
Kasus korupsi yang menyeret Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi
mengakibatkan negara mengalami kerugian hingga Rp 5,8 trilliun. Supian diduga
menyalahgunakan wewenang dalam penerbitan izin usaha pertambangan kepada PT Fajar
Mentaya Abadi, PT Billy Indonesia dan PT Aries Iron Mining pada 2010 hingga 2012.
BLBI
Berdasarkan perhitungan BPK, dalam kasus surat keterangan Bantuan Likuiditas
Bank Indonesia (SKL BLBI) negara mengalami kerugian Rp 4,58 trilliun. Kasus ini turut
menyeret berbagai nama, seperti Syafruddin Arsjad Temenggung dan Sjamsul Nursalim.
E-KTP
Berdasarkan perhitungan BPK, dalam kasus KTP elektronik negara mengalami
kerugian sebesar Rp 2,3 trilliun. Beberapa nama besar yang terseret dalam kasus ini
adalah mantan ketua DPR RI Setya Novanto, Irman Gusman, dan Andi Narogong.
Hambalang
Hasil Audit BPK menyebut kasus proyek wisma atlet Hambalang mengakibatkan
kerugian negara Rp 706 miliar. Beberapa nama yang ikut terseret dalam kasus ini adalah
mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, mantan Bendahara Partai
Demokrat Muhammad Nazaruddin, mantan Kemenpora Andi Mallarangeng, dan
Angelina Sondakh.
1. Faktor Internal, merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi seseorang.
Hal ini biasanya ditandari dengan adanya sifat manusia yang dibagi menjadi dua aspek,
yaitu:
- Sifat tamak/rakus
Sifat tamak atau rakus merupakan sifat manusia yang merasa selalu kurang
dengan apa yang telah dimilikinya, atau bisa juga disebut dengan rasa kurang bersyukur.
Orang yang tamak memiliki hasrat untuk menambah harta serta kekayaannya dengan
melakukan tindakan yang merugikan orang lain seperti korupsi.
Orang yang tidak memiliki moral yang kuat tentunya akan mudah tergoda
melakukan perbuatan korupsi. Salah satu penyebab korupsi ini merupakan tonggak bagi
ketahanan diri seseorang dalam kehidupannya. Bila seseorang memang sudah tidak
memiliki moral yang kuat, atau kurang konsisten bisa menyebabkan mudahnya pengaruh
dari luar masuk ke dalam dirinya.
Gaya hidup tentunya menjadi salah tu penyebab korupsi yang disebabkan oleh
faktor eksternal. Bila seseorang memiliki gaya hidup yang konsumtif dan pendapatannya
lebih kecil dari konsumsinya tersebut, maka hal ini akan menjadi penyebab korupsi.
Tentunya hal ini sangat erat kaitannya dengan pendapatan seseorang.
2. Faktor Eksternal, penyebab korupsi lebih condong terhadap pengaruh dari luar
diantaranya bisa kamu lihat dari beberapa aspek:
Penyebab korupsi dalam aspek ini adalah ketika nilai nilai dalam masyarakat
kondusif untuk terjadinya korupsi. Masyarakat tidak menyadari bahwa yang paling rugi
atau korban utama ketika adanya korupsi adalah mereka sendiri. Selain itu, masyarakat
juga kurang menyadari kalau mereka sedang terlibat korupsi.
Korupsi tentunya akan bisa dicegah dan diberantas bila ikut aktif dalam agenda
pencegahan dan pemberantasan korupsi tersebut. Untuk itu, diperlukan adanya sosialisasi
dan edukasi tentang kesadaran dalam menanggapi korupsi ini bagi masyarakat.
- Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi hampir mirip dengan perilaku konsumtif pada faktor internal.
Bedanya, disini lebih ditekankan kepada pendapatan seseorang, bukan kepada sifat
konsumtifnya. Dengan pendapatan yang tidak mencukupi, bisa menjadi penyebab korupsi
dilakukan seseorang.
- Aspek Politis
Pada aspek politis, korupsi bisa terjadi karena kepentingan politik serta meraih
dan mempertahankan kekuasaan. Biasanya dalam aspek politis ini bisa membentuk rantai
rantai penyebab korupsi yang tidak terputus. Dari seseorang kepada orang lainnya.
- Aspek Organisasi
Dalam aspek organisasi, penyebab korupsi bisa terjadi karena beberapa hal,
seperti kurang adanya keteladan kepemimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang
benar, kurang memadainya sistem akuntabilitas yang benar, serta kelemahan sistim
pengendalian manajemen dan lemahnya pengawasan.
Transparansi Internasional Indonesia (TII) mencatat kalau uang rakyat dalam praktek
APBN dan APBD menguap oleh perilaku korupsi. Sekitar 30-40 persen dana menguap
karena dikorupsi, dan korupsi terjadi 70 persennya pada pengadaan barang dan jasa oleh
pemerintah. Hal ini memberikan dampak buruk yang masif terhadap masyarakat Indonesia di
lini kehidupannya. Mulai dari dampak terhadap ekonomi, penegakan hukum, politik dan
demokrasi.
Dampak Korupsi terhadap Ekonomi
1. Penurunan Produktivitas
Lesunya pertumbuhan ekonomi dan tidak adanya investasi, membuat
prokdutifitas menurun. Hal ini menghambat perkembangan sektor industri untuk lebih
baik. Terjadi seiring dengan terhambatnya sektor industri dan produksi untuk bisa
berkembang lebih baik.
2. Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Korupsi mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan
ketidakefisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga
karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan
pejabat korup, dan resiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan.
3. Meningkatnya Hutang Negara
Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan hutang luar negeri yang
semakin besar. Dari data yang diambil dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutang.
Kementrian Keuangan RI, disebutkan bahwa total hutang pemerintah per 31 Mei 2011
mencapai US$201,07 miliar atau setara dengan Rp 1.716,56 trilliun.
Korupsi di Indonesia sudah dianggap menjadi suatu kebiasaan oleh para pejabat
baik itu pejabat pemerintahan maupun pejabat daerah.Dampak dari korupsi itu sendiri
dapat merugikan negara serta dapat membuat rakyat sengsara yang berakibat
menurunnya kesejahteraan sosial dan menaiknya angka kemiskinan di Indonesia.Oleh
karena itu,perlunya berbagai upaya untuk memberantas korupsi di Indonesia.Berikut
beberapa upaya yang harus dilakukan untuk memberantas korupsi di Indonesia :
KESIMPULAN
https://www.indonesiana.id/read/128447/upaya-memberantas-korupsi-di-indonesia. Diakses
pada 3 Desember 2019.
https://hot.liputan6.com/read/3949070/penyebab-korupsi-dan-definisianya-dari-hal-sederhana-
hingga-lebih-kompleks. Diakses pada 13 April 2020