Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

“Memberantas Pusaran Praktik Korupsi, Kolusi, dan


Nepotisme di Indonesia “

Anggota Kelompok :

1. Broto Anung Laksono (051911133105)

2. Tarishah wahyu ramadhani (051911133124)

3. Danicko Primada Wima Arganata (051911133144)

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2020
ABSTRAK

Salah satu unsur yang sangat penting dalam penegakan hukum dalam suatu negara untuk
mencapai negara yang bersihdan bebas dari Kolusi,Korupsi dan Nepotisme (KKN) adalah
dengan memberantas semaksimal mungkin terhadap pemberantasan korupsi.Hal tersebut karena
korupsi merupakan suatu tindakan yang tercela yang sudah merusak sendi kehidupan berbangsa
dan bernegara termasuk dalam bidang politik,ekonomi dan hukum. Pemberantasan Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN) di Indonesia dewasa ini mengalami berbagai kendala yang cukup
kompleks. Berbagai upaya implementasi strategi pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
telah dilaksanakan, walaupun tidak optimal. Demikian halnya dengan pembentukan berbagai
peraturan perundangan dan komisi pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Namun tingkat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), khususnya korupsi di Indonesia tidak
juga mengalami perubahan berarti.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi mengenai
tindakan korupsi mulai dari pengertian KKN menurut KBBI dan UUD 1945,Faktor penyebab
terjadinya korupsi di Indonesia,Contoh kasus kasus korupsi yang terjadi di Indonesiadan dapat
memberikan pandangan solusi dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.Hasil penelitian
kami akan kami tulis dalam suatu makalah karya ilmiah.

Metode yang akan kami gunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Studi
Pustaka.Melalui metode studi pustaka kami menghimpun informasi mengenai topik yang akan
kami bahas yaitu tentang Korupsi.Informasi tersebut kami peroleh dari buku buku,karya ilmiah
dan tesis yang kamu identifikasi secara relevan dan akan kami bahas melalui makalah ini.Dengan
metode ini kami dapat memanfaatkan berbagai informasi yang telah kami cari sehingga dapat
mengemukakan berbagai pemikiran yang relevan.

Kesimpulan awal yang dapat kami Tarik diantaranya yaitu pertama,Kasus kasus korupsi
yang terjadi di Indonesia mayoritas melibatkan berbagai pejabat tinggi negara dan daerah yang
mempunyai wewenang.Kedua,Faktor penyebab yang mendorong terjadinya korupsi di Indonesia
adalah factor internal dan ekternal.Ketiga, Indonesia harus lebih kuat dalam penegakan hukum
terhadap tindak pidana korupsi berdasarkan UUD 1945 serta harus mengoptimalkan berbagai
upaya dalam memberantas korupsi.
Kata Kunci : Korupsi, Kolusi, Nepotisme, Upaya Pemberantasan korupsi di Indonesia,Faktor
eksternal dan internal, Kasus kasus korupsi di Indonesia.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme) tertinggi di dunia.. KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) yang terjadi
di Indonesia sudah menjadi suatu kebudayaan bagi golongan tertentu baik itu dalam
sistem pemerintahan pusat maupun di daerah.KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)
merupakan sebuah implikasi hidup yang dapat diibaratkan “ Lebih besar pasak daripada
tiang “, KKN merupakan sebuah tindakan yang sudah membuadaya nasional di Indonesia
bahkan sejak jaman Penjajahan Belanda hingga saat ini banyak sekali terjadi KKN di
lingkungan pejabat pusat maupun daerah dan setingkatnya. Masyarakat Indonesia baru
harus dapat keluar dari sikap ini dengan membuang KKN dalam membangun masyarakat
Indonesia secara lebih menyeluruh, lebih terbuka, lebih demokratis, dan lebih mandiri.
Menyikapi sebuah masalah KKN tidaklah terlepas dari sebuah faktor – faktor yang bisa
menyebabkan terjadinya sebuah KKN, dari faktor – faktor itulah yang akan
memunculkan budaya KKN yang menasional di Indonesia ini.

KKN sebagai suatu implikasi dari sikap hidup lebih besar pasak dari tiang,
yang nampaknya menghinggapi masyarakat Indonesia baik secara nasional, dalam
pembangunan nasional maupun yang lebih mikro lagi, dalam kegiatan perusahaan
dan kegiatan perorangan. Masyarakat Indonesia baru harus dapat keluar dari sikap
ini dengan membuang KKN dalam membangun masyarakat Indonesia secara lebih
menyeluruh, lebih terbuka, lebih demokratis, dan lebih mandiri. Korupsi yang muncul
di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau
tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan
narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal
ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting
untuk membedakan antara korupsi dan kriminalitas kejahatan.
Oleh karena itu, Melalui makalah ini yang akan kami buat, kami ingin
memusatkan perhatian pada penaggulangan masalah KKN dengan mengusulkan
perlunya kejelasan konsep atau kriteria dari masing-masing tindakan dalam KKN dan
memusatkan penanganannya pada masalah yang lebih jelas, dan lebih pokok, yaitu
korupsi. Dengan cara ini diharapkan program penanganan masalah KKN akan
lebih terarah dan memberikan hasil yang setahap demi setahap dapat dipergunakan
untuk dijadikan basis bagi penaganan seterusnya sampai tuntas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud sengan korupsi, kolusi, dan nepotisme ?


2. Apa penyebab terjadinya korupsi di Indonesia ?
3. Apa saja dampak dari korupsi di Indonesia ?
4. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi di Indonesia ?

1.3 Tujuan

1. Apa yang dimaksud sengan korupsi, kolusi, dan nepotisme ?


2. Apa Faktor penyebab terjadinya korupsi di Indonesia yang berhubungan dengan
Integrasi Nasional dan Negara konstitusi?
3. Apa saja dampak dari korupsi di Indonesia bidang politik,ekonomi,dan hukum
Konstitusi ?
4. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi di Indonesia ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Korupsi

Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere = busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) menurut Transparency International adalah
perilaku pejabat publik, baik politikus / politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak
wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya,
dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.

Menurut KKBI, pengertian korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan


uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain pada
waktu dinas (bekerja).

Pengertian korupsi menurut Undang-Undang no.31 Tahun 1999 tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi
adalah: Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup
unsur unsur sbb, perbuatan melawan hukum, penyalahgunaan kewenangan, kesempatan,
atau sarana, memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara. Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana
korupsi yang lain, diantaranya, memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),
penggelapan dalam jabatan, pemerasan dalam jabatan, ikut serta dalam pengadaan (bagi
pegawai negeri/penyelenggara negara), menerima gratifikasi (bagi pegawai
negeri/penyelenggara negara).

Kolusi
Menurut KBBI, pengertian kolusi adalah kerja sama rahasia untuk maksud tidak
terpuji, persekongkolan, hambatan usaha pemerataan berupa antara pejabat dan
pengusaha. Menurut istilah kolusi ini mempunyai arti rahasia, dengan diam – diam atau
tidak terbuka.
Pengertian kolusi menurut UU RI No.28 Tahun 1999 pasal 1, Pengertian kolusi adalah
permufakatan atau kerjasama secara melawan hukum antar penyelenggaraan negara dan
pihak lain, masyarakat, dan atau negara

Di dalam bidang studi ekonomi, kolusi terjadi di dalam satu bidang industri disaat
beberapa perusahaan saingan bekerja sama untuk kepentingan mereka bersama. Kolusi
paling sering terjadi dalam satu bentuk pasar oligopoli, dimana keputusan beberapa
perusahaan untuk bekerja sama, dapat secara signifikan mempengaruhi pasar secara
keseluruhan. Kartel adalah kasus khusus dari kolusi berlebihan, yang juga dikenal
sebagai kolusi tersembunyi.

Nepotisme

Kata nepotisme berasal dari kata Latin nepos, yang berarti “keponakan” atau
“cucu”. Secara istilah berarti mendahulukan anggota keluarga atau kawan dalam
memberikan pekerjaan atau hak istimewa (Chambers Murray Latin – English Dictionary,
1983)

Menurut KBBI, nepotisme dapat berarti, (1) perilaku yang memperlihatkan


kesukaan yang berlebihan kepada kerabat dekat, (2) kecenderungan untuk mengutamakan
(menguntungkan) sanak saudara sendiri, terutama dalam jabatan, pangkat di lingkungan
pemerintah, (3) tindakan memilih kerabat atau sanak saudara sendiri untuk memegang
pemerintahan.

Pengertian nepotisme berdasarkan Undang – Undang yang tercantum dalam


Undang – Undang Tindak Pidana Korupsi No. 28 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 5, nepotisme
adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan hukum yang
menguntungkan kepentingan keluarganya dana tau kroninya di atas kepentingan
masyarakat, bangsa, dan negara.
2.2 Kasus Kasus Korupsi yang Terjadi di Indonesia

Korupsi masih menjadi masalah serius di banyak negara, termasuk Indonesia. Tak
tanggung-tanggung, nilai kerugian negara akibat kasus korupsi bahkan mencapai triliunan
rupiah. Berikut daftar kasus korupsi di Indonesia berdasarkan besaran nilai:

Jiwasraya
Perkiraan kerugian negara lebih dari Rp 13,7 trilliun. Setelah melakukan penyelidikan
sejak 17 Desember 2019, Kejaksaan Agung menetapkan lima orang tersangka:
1. Direktur Utama PT Hanson International Tbk, Benny Tjokrosaputro
2. Mantan Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya, Harry Prasetyo
3. Presiden Komisaris PT Trada Alam Minera Tbk, Heru Hidayat
4. Mantan Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya, Hendrisman Rahim
5. Pensiunan PT Asuransi Jiwasraya, Syahmirwan

Bank Century
Kasus korupsi yang memiliki nilai fantastis berikutnya adalah kasus Bank Century.
Pasalnya, negara mengalami kerugian sebesar Rp 7 trilliun. Kasus ini menyeret sejumlah
nama besar. Salah satu yang divonis yakni Budi Mulya dengan 15 tahun penjara.

Pelindo II
BPK mengeluarkan laporan kerugian negara akibat kasus dugaan korupsi di Pelindo.
Dalam laporan tersebut diketahui empat proyek di PT Pelindo II menyebabkan kerugian
negara mencapai Rp 6 trilliun. Kasus ini menyeret nama mantan Dirut PT Pelindo RJ
Lino yang telah ditetapkan tersangka sejak 2015.

Kotawaringin Timur
Kasus korupsi yang menyeret Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi
mengakibatkan negara mengalami kerugian hingga Rp 5,8 trilliun. Supian diduga
menyalahgunakan wewenang dalam penerbitan izin usaha pertambangan kepada PT Fajar
Mentaya Abadi, PT Billy Indonesia dan PT Aries Iron Mining pada 2010 hingga 2012.

BLBI
Berdasarkan perhitungan BPK, dalam kasus surat keterangan Bantuan Likuiditas
Bank Indonesia (SKL BLBI) negara mengalami kerugian Rp 4,58 trilliun. Kasus ini turut
menyeret berbagai nama, seperti Syafruddin Arsjad Temenggung dan Sjamsul Nursalim.

E-KTP
Berdasarkan perhitungan BPK, dalam kasus KTP elektronik negara mengalami
kerugian sebesar Rp 2,3 trilliun. Beberapa nama besar yang terseret dalam kasus ini
adalah mantan ketua DPR RI Setya Novanto, Irman Gusman, dan Andi Narogong.

Hambalang
Hasil Audit BPK menyebut kasus proyek wisma atlet Hambalang mengakibatkan
kerugian negara Rp 706 miliar. Beberapa nama yang ikut terseret dalam kasus ini adalah
mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, mantan Bendahara Partai
Demokrat Muhammad Nazaruddin, mantan Kemenpora Andi Mallarangeng, dan
Angelina Sondakh.

2.3 Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi di Indonesia

Faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi di Indonesia meliputi dua faktor


utama, yaitu faktor internal dan eksternal.

1. Faktor Internal, merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi seseorang.
Hal ini biasanya ditandari dengan adanya sifat manusia yang dibagi menjadi dua aspek,
yaitu:

a. Berdasarkan aspek perilaku individu

- Sifat tamak/rakus
Sifat tamak atau rakus merupakan sifat manusia yang merasa selalu kurang
dengan apa yang telah dimilikinya, atau bisa juga disebut dengan rasa kurang bersyukur.
Orang yang tamak memiliki hasrat untuk menambah harta serta kekayaannya dengan
melakukan tindakan yang merugikan orang lain seperti korupsi.

- Moral yang kurang kuat

Orang yang tidak memiliki moral yang kuat tentunya akan mudah tergoda
melakukan perbuatan korupsi. Salah satu penyebab korupsi ini merupakan tonggak bagi
ketahanan diri seseorang dalam kehidupannya. Bila seseorang memang sudah tidak
memiliki moral yang kuat, atau kurang konsisten bisa menyebabkan mudahnya pengaruh
dari luar masuk ke dalam dirinya.

- Gaya hidup yang konsumtif

Gaya hidup tentunya menjadi salah tu penyebab korupsi yang disebabkan oleh
faktor eksternal. Bila seseorang memiliki gaya hidup yang konsumtif dan pendapatannya
lebih kecil dari konsumsinya tersebut, maka hal ini akan menjadi penyebab korupsi.
Tentunya hal ini sangat erat kaitannya dengan pendapatan seseorang.

b. Berdasarkan aspek sosial

Berdasarkan aspek sosial bisa menyebabkan sesorang melakukan tindak korupsi.


Hal ini bisa terjadi karena dorongan dan dukungan dari keluarga, walaupun sifat pribadi
seseorang tersebut tidak ingin melakukannya. Lingkungan dalam hal ini malah
memberikan dorongan untuk melakukan korupsi, bukannya memberikan hukuman.

2. Faktor Eksternal, penyebab korupsi lebih condong terhadap pengaruh dari luar
diantaranya bisa kamu lihat dari beberapa aspek:

- Aspek Sikap Masyarakat terhadap Korupsi

Penyebab korupsi dalam aspek ini adalah ketika nilai nilai dalam masyarakat
kondusif untuk terjadinya korupsi. Masyarakat tidak menyadari bahwa yang paling rugi
atau korban utama ketika adanya korupsi adalah mereka sendiri. Selain itu, masyarakat
juga kurang menyadari kalau mereka sedang terlibat korupsi.
Korupsi tentunya akan bisa dicegah dan diberantas bila ikut aktif dalam agenda
pencegahan dan pemberantasan korupsi tersebut. Untuk itu, diperlukan adanya sosialisasi
dan edukasi tentang kesadaran dalam menanggapi korupsi ini bagi masyarakat.

- Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi hampir mirip dengan perilaku konsumtif pada faktor internal.
Bedanya, disini lebih ditekankan kepada pendapatan seseorang, bukan kepada sifat
konsumtifnya. Dengan pendapatan yang tidak mencukupi, bisa menjadi penyebab korupsi
dilakukan seseorang.

- Aspek Politis

Pada aspek politis, korupsi bisa terjadi karena kepentingan politik serta meraih
dan mempertahankan kekuasaan. Biasanya dalam aspek politis ini bisa membentuk rantai
rantai penyebab korupsi yang tidak terputus. Dari seseorang kepada orang lainnya.

- Aspek Organisasi

Dalam aspek organisasi, penyebab korupsi bisa terjadi karena beberapa hal,
seperti kurang adanya keteladan kepemimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang
benar, kurang memadainya sistem akuntabilitas yang benar, serta kelemahan sistim
pengendalian manajemen dan lemahnya pengawasan.

2.4 Dampak Terjadinya Korupsi di Indonesia

Transparansi Internasional Indonesia (TII) mencatat kalau uang rakyat dalam praktek
APBN dan APBD menguap oleh perilaku korupsi. Sekitar 30-40 persen dana menguap
karena dikorupsi, dan korupsi terjadi 70 persennya pada pengadaan barang dan jasa oleh
pemerintah. Hal ini memberikan dampak buruk yang masif terhadap masyarakat Indonesia di
lini kehidupannya. Mulai dari dampak terhadap ekonomi, penegakan hukum, politik dan
demokrasi.
 Dampak Korupsi terhadap Ekonomi
1. Penurunan Produktivitas
Lesunya pertumbuhan ekonomi dan tidak adanya investasi, membuat
prokdutifitas menurun. Hal ini menghambat perkembangan sektor industri untuk lebih
baik. Terjadi seiring dengan terhambatnya sektor industri dan produksi untuk bisa
berkembang lebih baik.
2. Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Korupsi mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan
ketidakefisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga
karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan
pejabat korup, dan resiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan.
3. Meningkatnya Hutang Negara
Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan hutang luar negeri yang
semakin besar. Dari data yang diambil dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutang.
Kementrian Keuangan RI, disebutkan bahwa total hutang pemerintah per 31 Mei 2011
mencapai US$201,07 miliar atau setara dengan Rp 1.716,56 trilliun.

 Dampak Korupsi terhadap Penegakan Hukum


1. Fungsi Pemerintahan Mandul
Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi pemerintahan sebagai
pengampu kebijakan negara, dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi.
B. Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan asset.
C. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan poltik
D. Korupsi yang terjadi pada lembaga negara seperti yang terjadi di Indonesia dan
marak diberitakan di berbagai media massa mengakibatkan kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga tersebut hilang.
Lembaga Negara yang paling korup menurut Barometer Korupsi Global pada tahun 2009
yaitu Legislatif (DPR) , Partai Politik, Kepolisian RI, dan Lembaga Peradilan
(Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung).

 Dampak Korupsi terhadap Politik dan Demokrasi


1. Munculnya Kepemimpinan Korup
Konstituen didapatkan dan berjalan karena adanya suap yang diberikan oleh
calon-calon pemimpin partai, bukan karena simpati atau percaya terhadap kemampuan
dan kepemimpinannya.
2. Munculnya Plutokrasi
Korupsi yang menyandera pemerintahan akan menghasilkan konsekuensi
menguatnya plutokrasi (sistem politik yang dikuasai pemilik modal/kapitalis). Faktanya,
perusahaan besar punya hubungan dengan partai yang ada di kancah perpolitikan negeri
ini, bahkan beberapa pengusaha besar menjadi ketua sebuah partai politik. Seringkali
kepentingan partai bercampur dengan kepentingan perusahaan.
3. Hancurnya Kedaulatan Rakyat
Seharusnya kedaulatan ada di tangan rakyat. Namun yang terjadi sekarang ini
adalah kedaulatan ada di tangan partai politik, karena anggapa bahwa partailah bentuk
representasi rakyat. Partai adalah dari rakyat dan mewakili rakyat. Sehingga banyak
orang yang menganggap bahwa wajar apabila sesuatu yang didapat dari negara dinikmati
oleh partai.
4. Hilangnya Kepercayaan Rakyat terhadap Demokrasi
Terjadinya tindak korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh petinggi pemerintah,
legislatif atau petinggi partai politik, mengakibatkan berkurangnya bahkan hilangnya
kepercayaan publik terhadap pemerintahan yang sedang berjalan.

2.5 Upaya Mengatasi Korupsi di Indonesia

Korupsi di Indonesia sudah dianggap menjadi suatu kebiasaan oleh para pejabat
baik itu pejabat pemerintahan maupun pejabat daerah.Dampak dari korupsi itu sendiri
dapat merugikan negara serta dapat membuat rakyat sengsara yang berakibat
menurunnya kesejahteraan sosial dan menaiknya angka kemiskinan di Indonesia.Oleh
karena itu,perlunya berbagai upaya untuk memberantas korupsi di Indonesia.Berikut
beberapa upaya yang harus dilakukan untuk memberantas korupsi di Indonesia :

a. Memberikan pendidikan anti korupsi 


Melalui proses edukasi, masyarakat diberikan pendidikan anti korupsi sejak dini
agar masyarakat sadar betul akan bahaya korupsi bagi negara dan rakyatnya. Selain
itu, melalui edukasi yang diberikan oleh pemerintah, peranan mahasiswa dalam
pemberantasan korupsi juga dapat dimaksimalkan sehingga para mahasiswa ini
dapat memberikan contoh

b. Membentuk lembaga anti korupsi


Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan membentuk suatu
lembaga yang independen yang khusus menangani korupsi. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari tingkat
kepolisisan, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan.
c. Adanya pemberdayaan kepada masyarakat
Salah satu cara untuk memberdayakan masyarakat dalam mencegah dan
memberantas korupsi adalah dengan menyediakan sarana bagi masyarakat untuk
melaporkan kasus korupsi. Sebuah mekanisme harus dikembangkan di mana
masyarakat dapat dengan mudah dan bertanggung jawab melaporkan kasus korupsi
yang diketahuinya.
BAB III

KESIMPULAN

Berbagai tindakan korupsi yang terjadi di Indonesia telah menimbulkan berbagai


dampak buruk bagi negara Indonesia baik itu terhadap negara langsung maupun
terhadap rakyat Indonesia.Dampak buruk yang ditimbulkan dari kasus korupsi ini
terjadi di beberapa bidang yaitu bidang Politik,bidang Ekonomi dan Hukum Konstitusi,.
Oleh karena itu,tindakan korupsi merupakan tindakan yang harus diberantas sesegera
dan sedini mungkin karena dapat mengancam kesejahteraan masyarakat serta dapat
berdampak buruk pada perkembangan dan pembangunan negara.Selain itu tindakan
korupsi juga tidak mencerminkan Identitas nasional Indonesia yang telah dibangun oleh
para tokoh pendahulu sebagai negara yang besar.Perlu adanya peran dari semua lapisan
masyarakat. Mahasiswa adalah salah satu bagian masyarakat yang mempunyai pengaruh
signifikan dalam memengaruhi kebijakan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

Nugraha,Dwipa Sakti.2013. Dampak Korupsi,Kolusi,dan Nepotisme.Batam:Universitas Putera


Batam.

Dewi,Putri Maha.Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia.


https://media.neliti.com/media/publications/170011-ID-upaya-pemberantasan-korupsi-di-
indonesia.pdf. diakses pada 3 Desember 2019.

Hanifah,Luluk.2019.Upaya Memberantas Korupsi di Indonesia.

https://www.indonesiana.id/read/128447/upaya-memberantas-korupsi-di-indonesia. Diakses
pada 3 Desember 2019.

https://hot.liputan6.com/read/3949070/penyebab-korupsi-dan-definisianya-dari-hal-sederhana-
hingga-lebih-kompleks. Diakses pada 13 April 2020

https:/www.jatikom.com/contoh-dan-pengerian-kolusi-nepotisme/. Diakses pada 13 April 2020

https://kbbi.web.id/korupsi. Diaskes pada 13 April 2020

https://kbbi.web.id/kolusi. Diakses pada 13 April 2020

https://kbbi.web.id/nepotisme. Diakses pada 13 April 2020

Anda mungkin juga menyukai