Anda di halaman 1dari 17

Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang dan Para Ahli

Irham Maruf Add Comment Public Corner

Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang dan Para Ahli - Korupsi adalah suatu tindakan yang sangat
tidak terpuji dan dapat merugikan suatu bangsa. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah
kasus korupsi yang terbilang cukup banyak. Tidakkah kita melihat akhir-akhir ini banyak sekali
pemberitaan dari koran maupun media elektronik yang banyak sekali memberitakan beberapa kasus
korupsi di beberapa daerah di Indonesia yang oknumnya kebanyakan berasal dari pegawai negeri yang
seharusnya mengabdi untuk kemajuan bangsa ini. Dalam tulisan yang singkat ini saya akan mencoba
mengulas saecara singkat tentang pengertian korupsi yang berdasarkan pada undang-undang dan para
ahli. Semoga bermanfaat.

Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang

Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang
termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah:

Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri,
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan
maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Pengertian Korupsi Menurut Ilmu Politik

Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan administrasi, ekonomi atau
politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh
keuntungan pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi
lainnya.

Pengertian Korupsi Menurut Ahli Ekonomi

Para ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih konkret. Korupsi didefinisikan sebagai pertukaran
yang menguntungkan (antara prestasi dan kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi
secara diam-diam dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan setidaknya merupakan
penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu pihak yang terlibat dalam bidang umum
dan swasta.

Pengertian Korupsi Menurut Haryatmoko


Korupsi adalah upaya campur tangan menggunakan kemampuan yang didapat dari posisinya untuk
menyalahgunakan informasi, keputusan, pengaruh, uang atau kekayaan demi kepentingan keuntungan
dirinya.

Pengertian Korupsi Menurut Brooks

Menurut Brooks, korupsi adalah dengan sengaja melakukan kesalahan atau melalaikan tugas yang
diketahui sebagai kewajiban, atau tanpa keuntungan yang sedikit banyak bersifat pribadi.

Itulah beberapa pengertian korupsi yang dapat saya bagikan. Semoga bermanfaat untuk Anda, dan
semoga kita sebagai warga negara yang baik dapat menjauhkan diri dari perilaku korupsi.

DAFTAR

Dwi Indahsari

FOLLOW

EKONOMI

Dampak-dampak Korupsi di indonesia

4 November 2016 04:43 Diperbarui: 4 November 2016 04:43 4058 1 0

1. Dampak korupsi terhadap ekonomi

Yang paling utama,pembangunan terhadap sektor-sektor publik menjadi terganggu,dana dari


pemerintah yang hampir semua di gunakan untuk kepentingan rakyat seperti fasilitas umum tidak semua
di gunakan sebagian dana tersebut di gelapkan.
Dari segi investasi,dengan adanya kasus korupsi dalam pemerintah, para investor tidak akan tertarik
untuk berinvestasi di indonesia hal ini akan menyebabkan tingginya tingkat pengangguran dan
kesejahteraan rendah

2. Dampak korupsi terhadap lingkungan

Praktek korupsi menyebabkan sumber daya alam di negeri ini semakin tidak terkendali,eksploitasi secara
besar-besaran tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungan menyebabkan merosotnya kondisi
lingkungan hidup yang sangat parah bahkan di beberapa tempat sudah melebihi batas sehingga
menyebabkan terjadinya bencana ekologis yang berdampak pada lemahnya kemampuan warga dalam
memenuhi kebutuhan dasar. Eksploitasi tambang,hutan tanpa prosedur dan proses yang benar banyak di
izinkan tanpa melakukan amdal dan persyaratan lain sebelumnya,semua ini di mungkinkan karena ada
uang sogok dan suap bagi pemberi izin. Hasilnya juga tidak masuk ke kas negara karena sudah di gunakan
untuk membayar "jatah" oknum-oknum pejabat.

3. Dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan

a. Kekerasan di masyarakat semakin kuatko

b. Lemahnya garis batas negara

c. Semakin melemahnya alusista dan SDM

4. Dampak korupsi terhadap politik

a. Menguatnya sistem politik yang di kuasai oleh pemilik modal

b. Biaya politik semakin tinggi


c. Banyak pemimpin yang korup

d. Kepercayaan masyarakat kepada lembaga negara hilang

e. Hilangnya kepercayaan publik pada demokrasi

d. Kedaulatan rakyat hancur

5. Dampak korupsi terhadap hukum

a. Pelemahan terhadap institusi penegak hukum

b. Merusak moral penegak hukum

c. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi hukum

d. Semakin tersisihnya masyarakat kecil di mata hukum

e. Penegakan hukum tidak merata di masyarakat

8 Upaya Pemberantasan Korupsi yang Dilakukan Pemerintah di Indonesia

Korupsi merupakan tindakan yang tidak terpuji yang dilakukan secara individu maupun kelompok dalam
upayanya memperkaya diri sendiri maupun kelompok dari sumber-sumber pendapat yang ilegal secara
hukum. Tindakan korupsi merupakan tindakan yang bertentangan dengan arti penting dan fungsi
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Selain itu, tindakan korupsi juga menciderai nilai-
nilai luhur Pancasila sebagai dasar negara. Di era globalisasi yang berkembang sekarang ini, korupsi
seolah-olah menjadi budaya dalam masyarakat hingga pernah terdengar suatu pernyataan yang
menyebutkan “korupsi berjamaah”.

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia berupaya melakukan tindakan pemberantasan korupsi yang
sudah menyasar pada lingkup masyarakat kecil agar negara Indonesia tidak mengalami kemerosotan di
berbagai aspek dan bidang karena dampak dari adanya korupsi ini sendiri. Upaya yang dilakukan oleh
pemerintah dalam melakukan pemberantasan korupsi terdiri dari upaya pencegahan, upaya penindakan,
dan upaya edukasi. Ketiga upaya pemerintah tersebut dibahas secara lebih lanjut di dalam artikel ini.

Berikut beberapa macam cara upaya pemerintah dalam melanjutkan tingkat jumlah pemberantasan
korupsi di Indonesia:

1. Upaya Pencegahan

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam melakukan pemberantasan korupsi adalah
melalui tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan agar masyarakat memiliki benteng
diri yang kuat guna terhindar dari perbuatan yang mencerminkan tindakan korupsi di dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Upaya pencegahan tindakan korupsi dilakukan oleh permerintah berdasarkan nilai-
nilai dasar Pancasila agar dalam tindakan pencegahannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai dari
Pancasila itu sendiri. Adapun tindakan pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
melakukan upaya pemberantasan korupsi di wilayah negara Indonesia diantaranya:

1. Penanaman Semangat Nasional

Penanaman semangat nasional yang positif dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam bentuk
penyuluhan atau diksusi umum terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia.
Kepribadian yang berdasarkan Pancasila merupakan kepribadian yang menjunjung tinggi semangat
nasional dalam penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya penanaman semangat
nasional Pancasila dalam diri masyarakat, kesadaran masyarakat akan dampak korupsi bagi negara dan
masyarakat akan bertambah. Hal ini akan mendorong masyarakat Indonesia untuk menghindari berbagai
macam bentuk perbuatan korupsi dalam kehidupan sehari-hari demi kelangsungan hidup bangsa dan
negaranya.
Baca juga:

Tokoh Perumusan Pancasila

Sejarah Pancasila

Sejarah Hari Kesaktian Pancasila

Arti Penting dan Fungsi Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

2. Melakukan Penerimaan Pegawai Secara Jujur dan Rerbuka

Upaya pencegahan sebagai bentuk upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh pemerintah dapat
dilakukan melalui penerimaan aparatur negara secara jujur dan terbuka. Kejujuran dan keterbukaan
dalam penerimaan pegawai yang dilakukan oleh pemerintah menunjukkan usaha pemerintah yang serius
untuk memberantas tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan suap menyuap dalam penerimaan
pegawai. Pemerintah yang sudah berupaya melakukan tindakan pencegahan dalam penerimaan pegawai
perlu disambut baik oleh masyarakat terutama dalam mendukung upaya pemerintah tersebut.

Jika pemerintah telah berupaya sedemikian rupa melakukan tindakan pencegahan korupsi dalam
penemerimaan aparatur negara tapi masyarakat masih memberikan peluang terjadinya korupsi, usaha
pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah dapat menjadi sia-sia. Selain itu, jika perilaku masyarakat
yang memberikan peluang terjadinya tindakan korupsi dalam penerimaan pegawai diteruskan, maka
tidak dapat dipungkiri praktik tindakan korupsi akan berlangsung hingga dapat menimbulkan konflik
diantara masyarakat maupun oknum pemerintah.

3. Himbauan Kepada Masyarakat

Himbauan kepada masyarakat juga dilakukan oleh pemerintah dalam upaya melakukan pencegahan
sebagai bentuk upaya pemberantasan korupsi di kalangan masyarakat. Himbauan biasanya dilakukan
oleh pemerintah melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan di lingkup masyarakat kecil dan menekankan
bahaya laten adanya korupsi di negara Indonesia. Selain itu, himbauan yang dilakukan oleh pemerintah
kepada masyarakat menekankan pada apa saja yang dapat memicu terjadinya korupsi di kalangan
masyarakat hingga pada elite pemerintahan. (baca juga: Penyebab Korupsi dan Cara Mengatasinya)

4. Pengusahaan Kesejahteraan Masyarakat


Upaya pemerintah dalam memberantas korupsi juga dilakukan melalui upaya pencegahan berupa
pengusahaan kesejahteraan masyarakat yang dilakukan pemerintah. Pemerintah berupa
mensejahterakan masyarakat melalui pemberian fasilitas umum dan penetapan kebijakan yang
mengatur tentang kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan rakyat yang diupayakan oleh pemerintah tidak
hanya kesejahteraan secara fisik saja melain juga secara lahir batin. Harapannya, melalui pengupayaan
kesejahteraan masyarakat yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup dapat memberikan penguatan
kepada masyarakat untuk meminimalisir terjadinya perbuatan korupsi di lingkungan masyarakat sehingga
dapat mewujudkan masyakarat yang madani yang bersih dari tindakan korupsi dalam kehidupan sehari-
hari. (baca juga: Syarat Terwujudnya Masyarakat Madani)

5. Pencatatan Ulang Aset

Pencatan ulang aset dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memantau sirkulasi aset yang dimiliki oleh
masyarakat. Pada tahun 2017 ini, pemerintah menetapkan suatu kebijakan kepada masyarakatnya untuk
melaporkan aset yang dimilikinya sebagai bentuk upaya pencegahan tindakan korupsi yang dapat terjadi
di masyarakat. Pencatatan aset yang dimiliki oleh masyarakat tidak hanya berupa aset tunai yang
disimpan di bank, tetapi juga terhadap aset kepemilikan lain berupa barang atau tanah. Selain itu,
pemerintah juga melakukan penelurusan asal aset yang dimiliki oleh masyarakat untuk mengetahui
apakah aset yang dimiliki oleh masyarakat tersebut mengindikasikan tindak pidana korupsi atau tidak.

Baca juga:

Pancasila dalam Kehidupan Sehari-Hari

Penerapan Pancasila dalam Kehidupan

Jenis-Jenis Pelanggaran HAM

2. Upaya Penindakan

Upaya penindakan dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap pelaku tindak pidana korupsi. Dalam
pelaksanaan upaya penindakan korupsi, pemerintah dibantu oleh sebuah lembaga independen
pemberantasan korupsi yaitu KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) Penindakan yang dilakukan oleh KPK
semenjak KPK berdiri pada tahun 2002 telah membuahkan hasil yang dapat disebut sebagai hasil yang
memaksimalkan. Upaya penindakan yang dilakukan oleh KPK terhadap tindak pidana korupsi merupakan
upaya yang tidak main-main dan tidak pandang bulu.

Siapapun yang terindikasi melakukan tindak pidana korupsi akan ditindak oleh lembaga independen ini
tanpa terkecuali. Dalam melaksanakan tugasnya, KPK membutuhkan peranan lembaga peradilan dalam
menegakkan keadilan di Indonesia terutama yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi. Tentunya
pelaksanaan proses peradilan dilakukan sesuai dengan mekanisme sistem peradilan di Indonesia dan
berdasarkan hukum dan undang-undang yang berlaku. Penindakan yang dilakukan pemerintah melalui
KPK terhadap pelaku tindak pidana korupsi dimaksudkan agar memberikan efek jera kepada para
pelakunya dan secara tidak langsung memberikan shock therapy pada orang-orang yang berniat untuk
melakukan tindak pidana korupsi baik itu di dalam pemerintahan maupun di dalam kehidupan sehari-
hari.

3. Upaya Edukasi

Upaya edukasi yang dilakukan pemerintah dalam usahanya untuk memberantas korupsi adalah upaya
yang dilakukan melalui proses pendidikan. Proses pendidikan di Indonesia dilakukan dalam tiga jenis
yaitu pendidikan formal, informal, dan non formal. Melalui proses edukasi, masyarakat diberikan
pendidikan anti korupsi sejak dini agar masyarakat sadar betul akan bahaya korupsi bagi negara-negara
khususnya negara Indonesia.

Selain itu, melalui edukasi yang diberikan oleh pemerintah, peranan mahasiswa dalam pemberantasan
korupsi juga dapat dimaksimalkan sehingga para mahasiswa ini dapat memberikan contoh yang baik bagi
adik-adiknya maupun bagi masyarakat umum terhadap cara pemberantasan korupsi dari dalam diri
masing-masing. Upaya edukasi yang dilakukan oleh pemerintah juga termasuk sebagai upaya
membangun karakter bangsa di era globalisasi untuk memberantas pertumbuhan budaya korupsi yang
dapat merugikan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Itulah beberapa upaya pemerintah dalam melakukan upaya pencengahan pemberantasan korupsi.
Sebagai masyarakat yang mencintai Indonesia, sudah sepantasnya kita menanamkan budaya anti korupsi
sedini mungkin di dalam kehidupan sehari-hari kita agar kita terhindar dari bentuk-bentuk tindakan
korupsi yang semakin hari semakin merajelela. Kiranya artikel ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
sekalian.
C. Strategi Pemberantasan Korupsi melalui Pendekatan Pendidikan

Proses pendidikan merupakan suatu proses pembudayaan dan membudaya. Jika korupsi merupakan
suatu gejala kebudayaan dalam masyarakat Indonesia maka dalah tanggung jawab moral pendidkan
nasional untuk membenahi sebagai upaya pemberantasan korupsi. Korupsi adalah pelanggaran moral,
oleh sebab itu merupakan bagian dari tanggung jawab moral dan akademis dari pendidikan nasional
untuk memberantasnya.

Selain UU No. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak criminal korupsi, diperlukan juga aturan
pendukung sebagai bagian dari system di Indonesia yang diarahkan sebagai usaha preventif dan
partisipatif dalam pelaksanaannya yaitu SISDIKNAS. Hal ini berarti SISDIKNAS selain bertujuan seperti
yang telah dirinci dalam UU NO. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, perlu secra eksplisit
ditujukan kepada pencapaian tujuan-tujuan untuk menghilangkan ketimpangan-ketimpangan yang ada
dalam masyarakat. SISDIKNAS haruslah secara proactive menciptakan suatu masyarakat yang
demokratis, dan lembaga pendidikan haruslah menegakkan discipline, yaitu discipline dalam kehidupan
bernegara dan masyarakat yang prularis dan multicultural.

D. Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia KPK

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan komisi di Indonesia yang dibentuk pada tahun 2003
untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberantas korupsi di Indonesia. Komisi ini didirikan
berdasarkan kepada undang-undang nomor 30 tahun 2002 mengenai komisi pemberantasan korupsi.
Saat ini KPK dipimpin ole 4 orang wakil ketuanya, yakni Chandra M. Hamzah, Bibit Samad Rianto,
Mohammad Jasin, Hayono Umar, setelah perpu Plt. KPK ditolak DPR.

1. Penanganan Kasus Korupsi oleh KPK


– 16 Januari mantan kapolri Rusdiharjo ditahan di Rutan Brimob Kelapa Dua karena terlibat kasus dugaan
korupsi pungli pada pengurusan dokumen keimigrasian saat menjabat sebagai dubes RI di Malaysia.
Dugaan kerugian Negara sekitar 15 M. Rusdihardjo divonis 2 tahun penjara.

– 14 februari direktur hukum BI Oey Hoey Tiong dan Rusli Simanjuntak ditahan karena mereka menjadi
tersangka dalam penggunaan dana YPPI sebesar 100 M. mereka masing-masing dihukum 4 tahun
penjara

– 10 april gubernur BI BUrhanuddin Abdullah ditahan karena diduga telah menggunakan dana YPPI
sebesar 100 M. dia divonis 5 tahun penjara

b. Peraturan Perundang-undangan yang Terkait dengan KPK

– UU No. 3 tahun 1971 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi

– UU No. 28 thun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN

– UU No. 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidaan korupsi

– Peraturan Pemerintah tentang tata cara pelaksanaa peran serta masyarakat dan pemberian
penghargaan dalam pencegahaan dan pemberantasan tindak pidana korupsi

– UU No. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi

– UU No. 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak pidana korupsi

– UU No. 15 tahun 2002 tentang tindak pidana pencucian uang


– Peraturan pemerintah nomor 63 tahun 2005 tentang system manajemen sumber daya manusia KPK

E. Bentuk-bentuk Penyalahgunaan Korupsi

Korupsi mencakup penyalahgunaan oleh pejabat pemerintah seperti penggelapan dan nepotisme, juga
penyalahgunaan yang menghubungkan sector swasta dan pemerintahan seperti penyogokan,
pemerasan, campur tangan, dan penipuan

a. Penyogokan: pesogok dan penerima sogok

Korupsi memerlukan dua pihak yang korup, yaitu penyogok dan penerima sogok. Pada beberapa Negara,
budaya penyogokan mencakup semua aspek kehidupan sehari-hari, meniadakan kemungkinan untuk
berniaga tanpa terlibat penyogokan.

b. Sumbangan kampanye dan “uang lembek”

Pada arena politik sangatlah sulit untuk membuktikan korupsi. Namun, lebih sulit lagijika diharuskan
membuktikan ketiadaannya. Oleh karena itu, banyak gossip yang mengaitkan korupsi dengan seorang
polisi.

c. Tindakan korupsi sebagai alat politik

Peristiwa ini sering terjadi pada kondisi para politisi mencari cara untuk mencoreng lawan mereka
dengan tudPeristiwa ini sering terjadi pada kondisi para politisi mencari cara untuk mencoreng lawan
mereka dengan tuduhan korupsi.

d. Mengukur korupsi
Mengukur korupsi dalam arti atau makna statistic. Untuk membandingkan beberapa Negara secara alami
adalah tidak sederhana, karena para pelaku pada umumnya ingin bersembunyi. Lembaga Transparasi
Internasional dan beberapa LSM terkemuka di bidang anti korupsi menyediakan tiga tolak ukr korupsi
yang ditertibkan setiap tahun. Ketiga tolak ukur tersebut adalah:

1. Indeks presepsi Korupsi (berdasarkan dari pendapat para ahli tentang seberapa korup Negara-negara
ini)

2. Barometer korupsi global (berdasar survey pandangan rakyat terhadap pengalaman mereka tentang
korupsi)

3. Survei pemberi sogok yang melihat seberapa rela perusahaan-perusahaan asing member sogokan.
Bank dunia juga mengumpulkan sejumlah data tentang korupsi, termasuk sejumlah indicator
pemerintahan.

F. Penyebab Korupsi Merajalela di Indonesia

Di Indonesia, tindakan korupsi dapat disebabkan atau didukung oleh hal-hal berikut:

1. Konsentrasi kekuasaan pada si pegambil keputusan yang tidak bertanggungjawab langsung


kepada rakyat, seperti yang terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratis.

2. Kurangnya transparasi pada pengambilan keputusan pemerintah

3. Kampanye politik mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan normal

4. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar

5. Lemahnya ketertiban hukum


6. Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa

7. Gaji pegawai pemerintah sangat kecil

8. Rakyat yang cuek, tidak tertarik atau mudah dibohongi, yang gagal member perhatian cukup ke
pemilu

9. Tidak ada control yang cukup untuk mencegah penyuapan

10. Mental aparatut

11. dll.

G. Dampak Korupsi di Berbagai Bidang

a. Bidang Ekonomi

1. Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Chetwynd et al (2003), korupsi akan
menghambat pertumbuhan investasi. Baik investasi domestik maupun asing.

2. Korupsi melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam menjalankan program


pembangunan. Sehingga, kualitas pelayanan pemerintah terhadap masyarakat mengalami penurunan.
Layanan publik cenderung menjadi ajang ‘pungli’ terhadap rakyat. Akibatnya, rakyat merasakan bahwa
segala urusan yang terkait dengan pemerintahan pasti berbiaya mahal.
3. Sebagai akibat dampak pertama dan kedua, maka korupsi akan menghambat upaya pengentasan
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Yang terjadi justru sebaliknya, korupsi akan meningkatkan
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.

b. Bidang Kesejahteraan Rakyat

1. Korupsi menyebabkan Anggaran Pembangunan dan Belanja Nasional kurang jumlahnya. Akibatnya,
Untuk mencukupkan anggaran pembangunan, pemerintah pusat menaikkan pendapatan negara, salah
satunya contoh dengan menaikkan harga BBM. Hal ini tentu saja akan menimbulkan keresahan
masyarakat.

2. Korupsi juga berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak. Baik individual maupun
masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan ketamakan dan kerakusan terhadap penguasaan
aset dan kekayaan korupsi juga akan menyebabkan hilangnya sensitivitas dan kepedulian terhadap
sesama. Rasa saling percaya yang merupakan salah satu modal sosial yang utama akan hilang. Akibatnya,
muncul fenomena distrust society, yaitu masyarakat yang kehilangan rasa percaya, baik antar sesama
individu, maupun terhadap institusi negara. Perasaan aman akan berganti dengan perasaan tidak aman
(insecurity feeling). Inilah yang dalam bahasa Al-Quran dikatakan sebagai libaasul khauf (pakaian
ketakutan). Terkait dengan hal tersebut, Uslaner (2002) menemukan fakta bahwa negara dengan tingkat
korupsi yang tinggi memiliki tingkat ketidakpercayaan dan kriminalitas yang tinggi pula. Ada korelasi yang
kuat di antara ketiganya.

Dampak Korupsi Bagi Rakyat Miskin

Korupsi, tentu saja berdampak sangat luas, terutama bagi kehidupan masyarakat miskin di desa dan kota.
Awal mulanya, korupsi menyebabkan Anggaran Pembangunan dan Belanja Nasional kurang jumlahnya.
Untuk mencukupkan anggaran pembangunan, pemerintah pusat menaikkan pendapatan negara, salah
satunya contoh dengan menaikkan harga BBM. Pemerintah sama sekali tidak mempertimbangkan akibat
dari adanya kenaikan BBM tersebut ; harga-harga kebutuhan pokok seperti beras semakin tinggi ; biaya
pendidikan semakin mahal, dan pengangguran bertambah.

Sesungguhnya korupsi memiliki beberapa dampak yang sangat membahayakan kondisi perekonomian
sebuah bangsa. Dampak-dampak tersebut antara lain:
Pertama, menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Chetwynd et al (2003), korupsi
akan menghambat pertumbuhan investasi. Baik investasi domestik maupun asing. Mereka
mencontohkan fakta business failure di Bulgaria yang mencapai angka 25 persen.

Maksudnya, 1 dari 4 perusahaan di negara tersebut mengalami kegagalan dalam melakukan ekspansi
bisnis dan investasi setiap tahunnya akibat korupsi penguasa. Selanjutnya, terungkap pula dalam catatan
Bank Dunia bahwa tidak kurang dari 5 persen GDP dunia setiap tahunnya hilang akibat korupsi.
Sedangkan Uni Afrika menyatakan bahwa benua tersebut kehilangan 25 persen GDP-nya setiap tahun
juga akibat korupsi.Yang juga tidak kalah menarik adalah riset yang dilakukan oleh Mauro (2002).

Kedua, korupsi melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam menjalankan program
pembangunan. Sehingga, kualitas pelayanan pemerintah terhadap masyarakat mengalami penurunan.
Layanan publik cenderung menjadi ajang ‘pungli’ terhadap rakyat. Akibatnya, rakyat merasakan bahwa
segala urusan yang terkait dengan pemerintahan pasti berbiaya mahal.

Sebaliknya, pada institusi pemerintahan yang memiliki angka korupsi rendah, maka layanan publik
cenderung lebih baik dan lebih murah. Terkait dengan hal tersebut, Gupta, Davoodi, dan Tiongson (2000)
menyimpulkan bahwa tingginya angka korupsi ternyata akan memperburuk layanan kesehatan dan
pendidikan. Konsekuensinya, angka putus sekolah dan kematian bayi mengalami peningkatan.

Ketiga, sebagai akibat dampak pertama dan kedua, maka korupsi akan menghambat upaya pengentasan
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Yang terjadi justru sebaliknya, korupsi akan meningkatkan
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.

Terkait dengan hal ini, riset Gupta et al (1998) menunjukkan bahwa peningkatan IPK sebesar 2,52 poin
akan meningkatkan koefisien Gini sebesar 5,4 poin. Artinya, kesenjangan antara kelompok kaya dan
kelompok miskin akan semakin melebar. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya aliran dana dari
masyarakat umum kepada para elit, atau dari kelompok miskin kepada kelompok kaya akibat korupsi.

Keempat, korupsi juga berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak. Baik individual maupun
masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan ketamakan dan kerakusan terhadap penguasaan
aset dan kekayaan korupsi juga akan menyebabkan hilangnya sensitivitas dan kepedulian terhadap
sesama.
Terkait dengan hal tersebut, Uslaner (2002) menemukan fakta bahwa negara dengan tingkat korupsi
yang tinggi memiliki tingkat ketidakpercayaan dan kriminalitas yang tinggi pula. Ada korelasi yang kuat di
antara ketiganya.

Dampak negative korupsi:

1. Korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik dengan cara menghancurkan proses
formal

2. Korupsi dpat memprsulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan

3. Korupsi merugikan rakyat luas dan menguntungkan salah satu pihak yaitu pemberi sogok

Berikut adalah peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi :

Moralitas

Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan interpersonal yang lebih
tinggi sehingga memiliki moral, rasa peduli dan rasa bertanggung jawab untuk turut memajukan Negara
Indonesia dengan memberantas korupsi. Mahasiswa yang menyelesaikan pendidikannya cenderung
memiliki tenggang rasa yang lebih baik terhadap Negara dan masyarakat sekitarnya dan cenderung benci
terhadap tindakan korupsi.

Identifikasi korupsi

Mahasiswa fakultas tertentu (khususnya hukum dan ekonomi) memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi dan menganalisa suatu tindakan korupsi lebih baik daripada masyarakat pada
umumnya. Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai standar standar identifikasi dan analisis korupsi
dari segi finansial maupun hukum. Dengan kemampuan ini mahasiswa diharapkan dapat memperbaiki
kualitas penegakkan hukum di Indonesia.
Pelaporan

Seorang mahasiswa yang telah mengidentifikasi adanya tindakan korupsi oleh suatu entitas, cenderung
berhasil melaporkan tindakan korupsi tersebut kepada pemerintah karena mahasiswa dianggap memiliki
suara yang lebih didengarkan oleh pemerintah dan mampu menekan pemerintah. Selain itu mahasiswa
cenderung lebih berani untuk melaporkan tindakan korupsi tersebut karena mereka memiliki
pengetahuan akan prosedur dan langkah hukum untuk melaporkan suatu tindakan korupsi.

Generasi masa depan

Ketika mahasiswa yang memiliki moralitas tinggi dan memiliki kemampuan interpersonal tinggi naik dan
menggantikan generasi sekarang yang dianggap penuh dengan koruptor, Tindakan korupsi diharapkan
dapat ditekan bahkan dihapuskan karena adanya kesadaran dalam diri mahasiswa untuk turut
memajukan Negara dengan tidak melakukan korupsi.

Kualitas kualitas professional maupun interpersonal yang ditanamkan pada mahasiswa saat ini
diharapkan mampu untuk memberantas korupsi yang terus menggerogoti Negara Indonesia. Dengan
artikel peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi ini, kami harapkan anda dapat lebih mengerti
pentingnya pendidikan bukan hanya untuk memperoleh hard skill, namun juga untuk mendapatkan
kemampuan interpersonal dan moralitas yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai