Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH MATA KULIAH

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Penyuluhan Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Korupsi Di Tingkat Desa

Nama : Ni Nyoman Ari Triantari


Npm : 2133000009

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
2021
I. Latar Belakang

Korupsi adalah suatu perbuatan yang melanggar hukum dengan mengambil keuntungan
secara sepihak. Penghianatan terhadap kepercayaan merupakan salah satu ciri ciri dari korupsi.
Korupsi merupakan hal yang sering menjadi perbincangan dikalangan masyarakat. Korupsi bukan
hanya terjadi karena uang saja hal-hal kecil seperti bolos, menyontek, terlambat dan lain
sebgaianya juga termasuk bibit-bibit korupsi jika tidak segera dihentikan akan tumbuh dan
berkembang serta sulit untuk dihentikan.
Dengan berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui UU Nomor 30 tahun
2002, korupsi diharapkan bisa ditekan, namun seberapa usahanya masih saja ada kasus-kasus
muncul. Dengan ruang lingkup yang besar pada tatanan dan pengelolaan keuangan negara
sedangkan anggota KPK yang sangat minim menyebabkan KPK kewalahan dalam mengungkap
kasus yang ada.
Apalagi dengan adanya otonomi daerah dan yang baru lagi adanya UU Nomor 6 tahun
2014 tentang Desa, dimana dalam hal ini ruang lingkup dari pengelolaan keuangan negara bukan
lagi hanya sebatas pada pemerintahan dan kementerian serta pemerintah provinsi saja, melainkan
ruang lingkup pengelolaan keungan bertambah pada sektor desa. Dengan adanya ruang
pengelolaan keuangan dana desa menjadi pusat perhatian saat ini, karena hal ini akan menjadi
tantangan baru bagi pemerintahan dan khususnya KPK dalam memberantas korupsi.
Dana desa menjadi sesuatu hal yang sangat menggiurkan bagi semua orang untuk
melakukan tindakan korupsi, apalagi ranahnya yang ada didaerah kecil dan pelosok menjadikan
dana desa sangat perlu diawasi pengelolaannya. Hal ini sejalan dengan yang dihimbau KPK,
Masyarakat diharapkan berpartisipasi mulai dari perencanaan hingga pelaporan penggunaan dana
desa. Koordinasi dan pengawalan terkait dana desa ini penting mengingat besarnya anggaran yang
dikucurkan untuk program ini.
Melalui penyuluhan tentang Pendidikan anti korupsi dapat kita ketahui lebih jauh tentang
bagaimana ciri orang yang korupsi sampai cara penanggulangannya. Ilmu ini dapat anda
pergunakan di masyarakat agar terhindar dari Tindak pidana korupsi.

II. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari korupsi ?


2. Bagaimana ciri ciri korupsi ?
3. Apa penyebab terjadinya korupsi ?
4. Apakah akibat korupsi ?
5. Bagaimana cara mencegah dan menanggulangi korupsi ?

2
III. Pembahasan Rumusan Masalah

A. Pengertian Korupsi

Korupsi atau rasuah atau mencuri (bahasa Latin: corruptio dari kata
kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok,
mencuri, maling) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak
lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Dari sudut pandang hukum, korupsi memenuhi hal-hal berikut ini :
A. Perbuatan melawan hukum,
B. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
C. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
D. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi
untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah/pemerintahan rentan korupsi dalam
praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan,
pengaruh, dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat
yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti
harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada
sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan
narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.
Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara
korupsi dan kejahatan.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi
atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga
yang tidak legal di tempat lain.

B. Ciri Ciri Korupsi

Korupsi di manapun dan kapanpun akan selalu memiliki ciri khas. Ciri tersebut bisa
bermacam-macam, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Melibatkan lebih dari satu orang,
2. Korupsi tidak hanya berlaku di kalangan pegawai negeri atau anggota birokrasi negara, korupsi
juga terjadi di organisasi usaha swasta,
3. Korupsi dapat mengambil bentuk menerima sogok, uang kopi, salam tempel, uang semir, uang
pelancar, baik dalam bentuk uang tunai atau benda,

3
4. Umumnya serba rahasia, kecuali sudah membudaya,
5. Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik yang tidak selalu berupa uang,
6. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau masyarakat
umum,
7. Setiap perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan pertanggungjawaban dalam tatanan
masyarakat,
8. Di bidang swasta, korupsi dapat berbentuk menerima pembayaran uang dan sebagainya, untuk
membuka rahasia perusahaan tempat seseorang bekerja, mengambil komisi yang seharusnya hak
perusahaa

C. Penyebab Terjadinya Korupsi

Faktor penyebab korupsi ditingkat desa beragam. Faktor paling mendasar adalah kurang
dilibatkannya masyarakat dalam proses perencanaan dan pengawasan dana desa. Akses
masyarakat untuk mendapatkan informasi pengelolaan dana desa dan terlibat aktif dalam
perencanaan dan pengelolaan pada praktiknya banyak dibatasi. Padahal, pasal 68 UU Desa telah
mengatur hak dan kewajiban masyarakat desa untuk mendapatkan akses dan dilibatkan dalam
pembangunan desa. Pelibatan masyarakat ini menjadi faktor paling dasar karena masyarakat desa
lah yang mengetahui kebutuhan desa dan secara langsung menyaksikan bagaimana pembangunan
di desa.
Faktor kedua adalah terbatasnya kompetensi kepala desa dan perangkat desa. Keterbatasan
ini khususnya mengenai teknis pengelolaan dana desa, pengadaan barang dan jasa, dan
penyusunan pertanggungjawaban keuangan desa.
Faktor ketiga adalah tidak optimalnya lembaga-lembaga desa yang baik secara langsung
maupun tidak memainkan peran penting dalam pemberdayaan masyarakat dan demokrasi tingkat
desa, seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan lainnya.
Faktor keempat yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah penyakit cost politik
tinggi akibat kompetitifnya arena pemilihan kepala desa. Meningkatnya anggaran desa disertai
dengan meningkatnya minat banyak pihak untuk maju dalam pemilihan kepala desa tanpa agenda
dan komitmen membangun desa.

D. Akibat yang timbul dari korupsi

Pemberantasan korupsi harus diupayakan sekuat tenaga, hal ini berkaitan dengan dampak
yang ditimbulkan oleh aktifitas korupsi yang dapat menimpa berbagai bidang. Tindakan korupsi
menyebabkan inefisiensi penggunaan sumber daya sehingga pembangunan diberbagai bidang
tidak dapat dilakukan secara optimal, pembangunan melambat, tenaga kerja tidak teserap, banyak
pengangguran dan dampak lainnya adalah meningkatnya angka kemiskinan. Apabila diruntut lebih
lanjut, meningkatnya angka kemiskinan akan menyebabkan tingginya tingkat kejahatan , rasa tidak
aman bagi masyarakat yang pada kondisi ekstreem akan menyebabkan disintegrasi. Kondisi

4
demikian tentu akan dihindari oleh pemerintah negara-negara manapun karena kalau terjadi hal ini
merupakan suatu indikator gagalnya suatu rezim pemerintahan.
Di bidang pendidikan, kurangnya alokasi dana akibat korupsi akan memperlambat upaya
mencerdaskan bangsa, meningkatkan tingkat kebodohan sehingga masyarakat tidak mampu untuk
mengeksplorasi sumber alam untuk memenuhi keperluan hidupnya, oleh karena itu korupsi akan
menjauhkan dari upaya mencapai kesejahteraan bangsa. Kecuali itu, kurangnya alokasi dana bagi
pendidikan akibat tindakan korupsi, juga akan menjauhkan rakyat dari sikap moral tinggi yang
disebabkan semua sumber daya dikonsentrasikan untuk pemenuhan kebutuhan fisik.
Di bidang pembangunan pekerjaan sipil, kurangnya alokasi dana akibat tindakan korupsi
menyebabkan tertundanya pembangunan sarana prasarana, mobilitas bahan keperluan kehidupan
terhambat, pemerataan pembangunan tidak terjamin. Korupsi di bidang politik, akan menghasilkan
pemimpin-pemimpin yang tidak mempunyai integritas, tidak jujur, tidak bertanggung jawab dan
khianat, negara bisa digadaikan demi kepentingan sendiri maupun kelompoknya. Korupsi badan
legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan, korupsi di
sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum dan perlakuan tidak adil, korupsi di
pemerintahan publik menghasilkan ketidak- seimbangan dalam pelayanan masyarakat yang akan
mengusik rasa keadilan. Tindakan korupsi yang membudaya merupakan bagian dari proses
demoralisasi yang pada ujungnya akan menghancurkan kehidupan suatu bangsa.

E. Mencegah dan Menanggulangi Korupsi

Meningkatnya korupsi dana desa harus dijawab dengan mencari solusi dari beberapa
faktor korupsi desa diatas. Jika tidak, korupsi desa akan semakin meningkat dan mengganggu
agenda membangun dari desa serta mensejahterakan masyarakat desa. Anggaran dana desa yang
meningkat setiap tahunnya dikhawatirkan tidak banyak mengubah problem desa apabila korupsi
desa tidak ditindak serius. Padahal, kebijakan penyaluran anggaran ke desa merupakan kebijakan
yang patut diapresiasi.
Agar korupsi desa tidak berlanjut dan cita-cita yang melatarbelakangi semangat
desentralisasi kewenangan dan anggaran ke desa dapat dicapai, perlu dilakukan tiga hal, yaitu:
Pertama, upaya pencegahan melalui penguatan fungsi pengawasan formal dan non formal.
Peran serta masyarakat adalah pengawasan yang diyakini paling efektif sehingga penting dijamin
implementasinya. Dalam hal ini, komitmen pemerintah desa dalam membuka akses informasi dan
ruang keterlibatan masyarakat penting dilakukan.
Kedua, BPD perlu lebih maksimal dalam menyerap aspirasi dan mengajak masyarakat aktif
terlibat dalam pembangunan desa, dari pemetaan kebutuhan desa, perencanaan, pengelolaan,
hingga pertanggungjawaban. Bahkan, peran masyarakat juga penting dalam ruang elektoral desa.
Selain pengawasan masyarakat, pengawasan formal perlu dioptimalkan. Kementerian Desa
telah membentuk Satuan Tugas Dana Desa yang bisa memaksimalkan pengawasan serta
memberikan pelatihan bagi pendamping dan Kepala Desa. Hal lain adalah pentingnya bagi
Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) untuk memperkuat kapasitas perangkat desa. Hingga saat

5
ini, upaya tersebut belum terang terlihat. Padahal pengelolaan anggaran desa utamanya dengan
kehadiran dana desa yang teramat besar mesti ditunjang dengan kualitas sumber daya manusia
yang baik. Tidak menutup kemungkinan korupsi marak terjadi akibat ketidaktahuan atau
ketidakmampuan perangkat desa dalam mengelola anggaran. Oleh sebab itu jika penguatan
kapasitas tidak dilakukan maka penyelewengan akan terus terjadi.
Pada sisi lain perlu dibentuk inisiatif bersama antara pemerintah dan masyarakat sipil untuk
mensinergikan inisiatif maupun inovasi yang telah lahir untuk mengawal dana desa. Sejauh ini,
telah lahir berbagai inovasi seperti contohnya Open Data Keuangan Desa. Inisiatif tersebut dapat
memberikan sumbangsih penting bagi perbaikan tata kelola desa sekaligus mencegah korupsi.
Kedua, upaya penindakan dan pemberian efek jera. Peran aparat penegak hukum menjadi
penting. Perlu ada koordinasi yang baik antara Kejaksaan, Kepolisian, dan KPK. Tentu lembaga
seperti KPK tidak bisa diberikan beban tanggungjawab yang begitu besar untuk mengawasi setiap
alokasi dana desa di seluruh Indonesia. Hal ini mengingat ketersediaan Sumber Daya Manusia
(SDM) KPK yang tergolong minim, sehingga mustahil apabila diharuskan untuk mengawasi
seluruh desa di Indonesia. Justru Kejaksaan dan Kepolisian bisa ambil peran untuk memastikan
tidak ada pelanggaran hukum dalam pengalokasian dana desa serta implementasinya di daerah.
Sebagai pemberian efek jera untuk pelaku, selain proses pidana maka sebaiknya pemerintah
(daerah) melakukan pemecatan atau pemberhentian bagi Kepala Desa atau Perangkat Desa yang
terbukti melakukan praktek korupsi. Pemecatan juga sebaiknya dilakukan terhadap Lurah atau
Camat yang melakukan pungutan liar atau pemotongan penyaluran anggaran dana desa ke Kepala
Desa.
Ketiga, pemerintah perlu melakukan evaluasi dan perbaikan secara menyeluruh terkait
penyaluran dan pengelolaan dana desa. Sebaiknya Pemerintah menindaklanjuti rekomendasi dari
KPK agar proses pengelolaan dana desa diubah sistemnya agar lebih sederhana dan tidak tumpang
tindih.
Berdasarkan regulasi yang ada, saat ini ada tiga Kementerian yang mengurusi dana desa.
Kementerian Dalam Negeri melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan desa.
Sedangkan penyaluran dana desa oleh Kementerian Keuangan. Penggunaannya oleh Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Ketika dana desa tersebut dikorupsi
maka tidak ada pihak yang bertanggung jawab dari hulu ke hilir.

IV. Tujuan Penyuluhan

1. Tujuan Umum
Setelah penyuluhan Pemuda dan Pemudi Banjar memahami pentingnya Pendidikan Budaya Anti
Korupsi.
2. Tujuan Khusus:
A. Pemuda-pemudi memahami pengertian korupsi,
B. Pemuda-pemudi memahami ciri-ciri korupsi,

6
C. Pemuda-pemudi memahami penyebab korupsi,
D. Pemuda-pemudi memahami akibat korupsi,
E. Pemuda pemudi memahami cara mencegah dan menanggulangi korupsi.

V. Metode Pelaksanaan Kegiatan

Dalam Program Pelaksanaan kegiatan penyuluhan hukum dilakukan melalui beberapa metode,
diantanya:
1. Metode ceramah, yaitu merupakan metode untuk menyampaikan materi kepada peserta
sesuai dengan yang ditentukan Tim Pelaksana.
2. Metode Tanya Jawab, yaitu metode yang dilakukan untuk mengetahui respon pengetahuan
atau tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang telah disampaikan.
3. Metode diskusi dan tanya jawab, yaitu tim pengabdian memberikan kesempatan kepada
peserta untuk menyampaikan pertanyaannya berkaitan dengan materi yang telah
diampaikan.

VI. Kesimpulan

Korupsi harus dipersepsikan sama bagi masyarakat dan pemerintah desa dalam rangka
memutus mata rantai tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh oknum. Kesepakatan terhadap
persepsi korupsi dapat mencegah terjadinya korupsi. Mata rantai korupsi menjadi “virus” bagi
lingkungan sekitar, sehingga mengakibatkan “kelumpuhan” birokrasi ketika “virus” itu
menyerang. Rantai korupsi harus diputus melalui kesadaran individu dengan cara memberikan
pendidikan tentang kejahatan korupsi dan implikasi yang ditimbulkan serta pemahanan terhadap
sanksi yang berat bagi koruptor. Tindakan korupsi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja serta
oleh siapa saja. Oleh karena itu persepsi, pemahaman dan kesadaran terhadap kejahatan korupsi
dapat memperlemah untuk melakukan tindakan korupsi.

Anda mungkin juga menyukai