Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KORUPSI

DOSEN PENGAMPU:
Risdiana Naibaho,SST,M.Kes
Oleh:
Anwar Husein Lumban Gaol
P07520420002

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI DIII KEPERAWATAN DAIRI
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ini sangat ramai di
perbincangkan, baik di media massa maupun media cetak. Tindak
korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat tinggi negara yang
sesungguhnya dipecaya oleh masyarakat luas untuk memajukan
kesejahteraan rakyat sekarang malah merugikan negara. Hal ini tentu
saja sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat yang
dipimpin oleh para pejabat yang terbukti melakukan tindakan korupsi.
Dapat kita ketahui kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh
kemampuan dan keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan.
Pembangunan sebagaisuatu proses perubahan yang direncanakan
mencakup semua aspek kehidupan masyarakat. Efektifitas dan
keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu
sumber daya manusia, yakni (orang-orang yang terlibatsejak dari
perencanaan samapai pada pelaksanaan) dan pembiayaan.
Diantaradua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor
manusianya.Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia
dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi
ironisnya, negarater cinta ini dibandingkan dengan negara lain di
kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan
termasuk negara yang miskin.Mengapa demikian? Salah satu
penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya.
Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau
intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dan
kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari
aparat penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi
di Indonesia dewasa ini sudah merupakan penyakit social yang sangat
berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat,

1
berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian
materiil keuangan negara yang sangat besar. Hal itu merupakan
cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol
adalah sikap kerakusan dan kekuasaan. Persoalannya adalah
dapatkah korupsi diberantas? Tidak ada jawaban lain kalau kita ingin
maju, adalah korupsi harus diberantas. Jika kita tidak berhasil
memberantas korupsi,atau paling tidak mengurangi sampai pada titik
nadir yang paling rendah maka jangan harap Negara ini akan mampu
mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi
sebuah negara yang maju. Karena korupsi membawa dampak negatif
yang cukup luas dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran.

1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi.
3. Untuk mengetahui macam-macam dari korupsi.
4. Untuk mengetahui dampak adanya korupsi.
5. Untuk mengetahui undang-undang tentang korupsi
6. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan
untuk memberantas korupsi

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Korupsi secara Teoritis


Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang
artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik atau menyogok.
Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mencari keuntungan, dan
merugikan kepentingan umum. Menurut saya sendiri tindakan korupsi
merupakan tindakan dimana para pejabat public menggelapkan uang
untuk kepentingan pribadi sebagai pemuas kebutuhan dalah
kehidupannya. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus
dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-
sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan
kekuatan-kekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan
senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan
jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi
dengan mengatas namakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan
teman. Hal itu akan masuk dalam dalam pembahasan saya mengenai
tindak korupsi Masyarakat Pancasila Dalam Persepektif Paradigma
Konflik Dan Sruktural Fungsional

2.2. Penyebab Terjadinya Korupsi


Ada dua faktor utama penyebab korupsi, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal penyebab korupsi, sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri
pribadi seseorang. Hal ini biasanya ditandai dengan adanya sifat
manusia yang dibagi menjadi dua aspek, yaitu:

3
a. Berdasarkan aspek perilaku individu
- Sifat tamak/rakus
Sifat tamak atau rakus merupakan sifat manusia yang merasa
selalu kurang dengan apa yang telah dimilikinya, atau bisa juga
disebut dengan rasa kurang bersyukur.Orang yang tamak
memiliki hasrat untuk menambah harta serta kekayaannya
dengan melakukan tindakan yang merugikan orang lain seperti
korupsi.
- Moral yang kurang kuat
Orang yang tidak memiliki moral yang kuat tentunya akan
mudah tergoda melakukan perbuatan korupsi. Satu di antara
penyebab korupsi ini merupakan tonggak bagi ketahanan diri
seseorang dalam kehidupannya. Bila seseorang memang sudah
tidak memiliki moral yang kuat, atau kurang konsisten bisa
menyebabkan mudahnya pengaruh dari luar masuk ke dirinya.
- Gaya hidup yang konsumtif
Gaya hidup tentunya menjadi satu di antara penyebab korupsi
yang disebabkan oleh faktor eksternal. Bila seseorang memiliki
gaya hidup yang konsumtif dan pendapatannya lebih kecil dari
konsumsinya tersebut, hal ini akan menjadi penyebab korupsi.
Tentunya hal ini erat kaitannya dengan pendapatan seseorang.
b. Berdasarkan aspek sosial
Berdasarkan aspek sosial bisa menyebabkan sesorang melakukan
tindak korupsi. Hal ini bisa terjadi karena dorongan dan dukungan
dari keluarga, walau sifat pribadi seseorang tersebut tidak ingin
melakukannya. Lingkungan dalam hal ini malah memberikan
dorongan untuk melakukan korupsi, bukannya memberikan
hukuman.
c. Faktor Eksternal
Faktor eksternal penyebab korupsi lebih condong terhadap
pengaruh dari luar di antaranya bisa dilihat dari beberapa aspek:

4
- Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
Penyebab korupsi dalam aspek ini adalah ketika nilai nilai dalam
masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi.Masyarakat tidak
menyadari bahwa yang paling rugi atau korban utama ketika
adanya korupsi adalah mereka sendiri. Selain itu, masyarakat
kurang menyadari kalau mereka sedang terlibat korupsi.Korupsi
tentunya akan bisa dicegah dan diberantas bila ikut aktif dalam
agenda pencegahan dan pemberantasan korupsi tersebut.
Untuk itu, diperlukan adanya sosialisasi dan edukasi tentang
kesadaran dalam menanggapi korupsi ini bagi masyarakat.
- Aspek ekonomi
Aspek ekonomi hampir mirip dengan perilaku konsumtif pada
faktor internal. Bedanya, di sini lebih ditekankan kepada
pendapatan seseorang, bukan kepada sifat konsumtifnya.
Dengan pendapatan yang tidak mencukupi, bisa menjadi
penyebab korupsi dilakukan seseorang.
- Aspek politis
Pada aspek politis, korupsi bisa terjadi karena kepentingan
politik serta meraih dan mempertahankan kekuasaan.Biasanya
dalam aspek politis ini bisa membentuk rantai-rantai penyebab
korupsi yang tidak terputus. Dari seseorang kepada orang
lainnya.
- Aspek organisasi
Dalam aspek organisasi, penyebab korupsi bisa terjadi karena
beberapa hal, seperti kurang adanya keteladan kepemimpinan,
tidak adanya kultur organisasi yang benar, kurang memadainya
sistem akuntabilitas yang benar, serta kelemahan sistem
pengendalian manajemen dan lemahnya pengawasan.

5
2.3 Dasar Hukum Korupsi
1. UU No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
2. UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelengaraan Negara yang Bersih
dan Bebas KKN.
3. UU No. 3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
4. UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
5. Ketetapan MPR No. X/MPR/1998 tentang Penyelengaraan Negara
yang Bersih dan Bebas KKN.
6. UU No. 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
7. UU No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (KPK).
8. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi.
9. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan
dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
10. Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2005 tentang Sistem Manajemen
Sumber

2.4 Macam-macam Korupsi


1. Petty Corruption
Sesuai dengan namanya, petty corruption adalah korupsi skala
kecil oleh pejabat publik yang berinteraksi dengan masyarakat. Jenis
korupsinya seperti pungutan liar, gratifikasi, penyuapan, uang pelicin,
atau pemerasan untuk memuluskan pelayanan publik atau birokrasi.
Padahal, pelayanan tersebut seharusnya murah atau bahkan gratis
untuk masyarakat.
Petty corruption dalam keseharian misalnya memberikan uang
untuk mengurus surat-surat kependudukan atau uang damai kepada
polisi ketika ditilang. Korupsi kecil-kecilan ini kadang terjadi terang-

6
terangan, namun dianggap biasa dan penuh pemakluman dari
masyarakat. Wuryono Prakoso, Kepala Satuan Tugas Direktorat
Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK, mengatakan sekecil
apapun, korupsi tetaplah korupsi. Petty corruption, kata dia, tidak bisa
dianggap sepele karena dapat membentuk kebiasaan buruk dalam
birokrasi dan telah merenggut hak-hak rakyat. Jika dibiarkan, para
pelaku korupsi kecil ini dapat berbuat lebih jauh dengan melakukan
kejahatan yang lebih besar lagi. "Pelaku petty corruption merasa
nyaman melakukannya karena nilai korupsinya dianggap kecil dan
tidak terdeteksi oleh pusat. Tapi walau kecil, telah merugikan
masyarakat secara langsung," kata Wuryono. Masyarakat permisif
dengan jenis korupsi ini, karena sudah dianggap biasa. Padahal
menurut Wuryono, masyarakat telah dicuri hak-haknya dengan
memberikan uang pelicin atau suap tersebut. "Masyarakat seharusnya
menyadari bahwa hak-hak mereka telah dipotong dan dicuri.
Seharusnya hak-hak dasar, seperti pengurusan kartu identitas, itu
gratis. Cara melawannya adalah dengan menumbuhkan kesadaran
bahwa korupsi itu berbahaya dan menghancurkan," kata Wuryono

2. Grand Corruption
Grand corruption atau biasa disebut korupsi kelas kakap adalah
korupsi dengan nilai kerugian negara yang fantastis, miliaran hingga
triliunan rupiah. Korupsi kakap menguntungkan segelintir orang dan
mengorbankan masyarakat secara luas. KPK dalam Renstra 2011-
2015 menjelaskan ada empat kriteria grand corruption. Pertama,
melibatkan pengambil keputusan terhadap kebijakan atau regulasi,
kedua, melibatkan aparat penegak hukum, ketiga, berdampak luas
terhadap kepentingan nasional, dan keempat, kejahatannya
berlangsung sistemik dan terorganisir.
Grand corruption kadang muncul akibat kongkalikong antara
pengusaha dan para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan

7
untuk melakukan state capture. State capture adalah korupsi sistemik
yang terjadi ketika kepentingan swasta memengaruhi pembuatan
kebijakan untuk keuntungan mereka sendiri. Salah satu contoh grand
corruption adalah korupsi proyek e-KTP yang dilakukan sejak 2011,
membuat negara merugi hingga Rp2,3 triliun. Korupsi ini melibatkan
tujuh orang yang kesemuanya telah divonis antara 6-15 tahun penjara.
Salah satu tokoh prominen dalam kasus ini adalah Mantan Ketua DPR
Setya Novanto yang divonis penjara 15 tahun.

3. Political Corruption
Political corruption atau korupsi politik terjadi ketika pengambil
keputusan politik menyalahgunakan wewenangnya dengan
memanipulasi kebijakan, prosedur, atau aturan demi keuntungan diri
atau kelompoknya. Keuntungan ini bisa berupa kekayaan, status, atau
mempertahankan jabatan. Jenis-jenis political corruption adalah
penyuapan, perdagangan pengaruh, jual beli suara, nepotisme, atau
pembiayaan kampanye. Seperti halnya grand corruption, political
corruption melibatkan orang-orang di level tinggi penyelenggaraan
negara yang main mata dengan pengusaha dalam upaya state
capture. Padahal para pejabat ini seharusnya mewakili rakyat untuk
menciptakan kesejahteraan bagi mereka, namun berkhianat.
Political corruption sangat berpotensi terjadi ketika anggota
legislatif juga merangkap sebagai pengusaha. Mereka kemudian
memanipulasi institusi politik untuk memengaruhi pemerintahan dan
sistem politik demi kepentingan perusahaannya. Undang-undang dan
regulasi disalahgunakan, tidak dilakukan secara prosedural, diabaikan,
atau bahkan dirancang sesuai dengan kepentingan mereka. Selain
untuk memperkaya diri sendiri dan mempertahankan jabatan, Wuryono
mengatakan, political corruption juga biasa dilakukan untuk
mengumpulkan dana bagi pemenangan parpol atau dirinya pada
pemilihan berikutnya. Uang hasil korupsi ini kemudian digunakan untuk

8
melakukan money politic, yaitu menyogok rakyat, agar bisa terpilih
kembali."Akhirnya yang terjadi adalah sebuah lingkaran setan. Di
sinilah pentingnya pendidikan pemilu untuk memutus mata rantai
korupsi ini. Banyak orang yang tidak sadar bahayanya money politic,"
kata Wuryono.
Korupsi politik juga telah merendahkan dan merusak iklim
demokrasi dengan memengaruhi pilihan rakyat menggunakan materi.
Masyarakat seharusnya layak mendapatkan wakil yang terpercaya di
parlemen, bukannya orang-orang yang mengandalkan uang untuk
mendapatkan dukungan. Salah satu bentuk money politic yang paling
umum adalah memberikan amplop berisi uang agar rakyat memilih
mereka. Masyarakat mesti menyadari, bahwa nilai uang itu tidak
sepadan dengan kerugian yang akan mereka alami jika politisi kotor
duduk sebagai pengambil kebijakan.

2.5 Dampak Korupsi


Berikut 6 dampak korupsi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara:
1. Merusak kedisiplina
Sebagai contoh korupsi merusak sikap disiplin misalnya orang tua
menyogok sekolah agar anaknya bisa sekolah di tempat yang dia
inginkan, sehingga anaknya menjadi sombong dan seenaknya dalam
belajar dikarenakan semuanya bisa dibayar dengan uang.
2. Menghambat profesionalisme
Korupsi bisa menghambat nilai profesionalisme. Misalnya, seorang staf
perusahaan tidak berprestasi, dengan sogokan bisa menempati posisi
yang penting. Sementara itu, staf yang berprestasi, jujur dan tidak mau
menyogok karirnya “mentok” karena tidak mendapatkan promosi yang
profesional.
3. Biaya ekonomi yang tinggi
Korupsi dapat menyebabkan biaya tinggi contohnya biaya perijinan
usaha yang birokratis sehingga untuk mendapatkan izin, tiap meja

9
harus mengeluarkan uang. Ada lagi kasus seperti pembuatan SIM
menjadi mahal tidak masuk akal. Semua tes dipersulit agar peserta
bisa melalui jalur pintas.
4. Merusak tatanan hukum
Minggu ini adalah pengumuman pembacaan keputusan sidang jaksa
Pinangki. Jaksa muda nan cantik ini sebagai contoh kekacauan hukum
dikarenakan tindak korupsi. Kasarnya, hukum bisa dibuat sesuai
pesanan bandar yang mempunyai uang.
5. Kekacauan politik
Pembuat aturan atau Undang-Undang kerap merugikan kepentingan
masyarakat dikarenakan kekuatan para pengusaha yang mempunyai
kepentingan terhadap aturan tersebut.
6. Kebencian sosial
Para koruptor akan diingat selamanya oleh masyarakat bahwa dia
adalah pencuri uang rakyat dan penjahat bangsa.

2.6 Langkah-Langkah Yang Dapat Dilakukan Untuk Memberantas


Korupsi
1. Berikan hukuman berat pada koruptor
2. Jadi pemimpin yang berintegritas
3. Manfaatkan teknologi pada sistem
4. Bagun pendidikan moral sejak dini
5. Tanamkan nilai religi secara intensif
6. Supremasi hukum yang kuat
7. Menutup celah internasional

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Abstrak
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang
secara langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi,
unsur dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang
memperkaya diri dengan menggunakan kekuasaannya dan aspek
penggunaan uang Negara untuk kepentingannya.Adapun penyebabnya
antara lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin,kelemahan pengajaran
dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan,
tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur
untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya manusia, serta struktur
ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk,
sifat,dan tujuan. Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai bidang
diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan negara.

3.2. Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak
dini.Dan pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil. Ada 3 hal
menurut saya yang harus dilakukan guna mengurangi sifat dan perilaku
masyarakat untuk korupsi, anatara lain;
1. memberikan pendidikan budaya anti korupsi sejak dini
2. jangan terpengaruh dengan kekayaan sesaat
3. memotivasi diri supaya menjadi individu anti korupsi

11
DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/documents/makalah-pendidikan-budaya-anti-
korupsi.html

https://www.academia.edu/10027417/Contoh_Makalah_Korupsi

https://smpm8bandung.sch.id/7-dampak-korupsi-bagi-kehidupan-
masyarakat/

https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20230111-mengenal-tiga-
jenis-korupsi-berdasarkan-skala-dan-paparannya

https://www.indozone.id/life/V6sJkXV/7-cara-efektif-memberantas-
korupsi/read-all

https://aclc.kpk.go.id/action-information/lorem-ipsum/20220407-null

https://hukum.unism.ac.id/wp-content/uploads/2022/01/Pendidikan-Anti-
Korupsi.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai