PENDAHULUAN
1
rendah maka jangan harap Negara ini akan mampu mengejar ketertinggalannya
dibandingkan negara lain untuk menjadi sebuah negara yang maju. Karena korupsi
membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat membawa negara ke jurang
kehancuran.
1.2 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari struktrur
bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai
makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu
yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi,
merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai
dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-
sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatankekuatan formal
(misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
3
dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang
paling menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas
pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham
keuangan pribadi dengan masyarakat.
Dalam melakukan analisis atas perbuatan korupsi dapat didasarkan pada 3 (tiga)
pendekatan berdasarkan alur proses korupsi yaitu :
4
Dalam bidang pertahanan dan keamanan, peluang korupsi, baik uang maupun
kekuasaan, muncul akibat tidak adanya transparansi dalam pengambilan keputusan di
tubuh angkatan bersenjata dan kepolisian serta nyaris tidak berdayanya hukum saat
harus berhadapan dengan oknum TNI/polri yang seringkali berlindung di balik
institusi pertahanan dan keamanan.
Contoh dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan,yaitu sebagai
berikut:
a. Menguatnya sisi kekerasan
Dalam masyarakat kondisi kemiskinan pada akhirnya memicu berbagai
kerawanan sosial lain yang semakin membuat masyarakat frustasi mengadapi
kerasnya kehidupan. Kondisi ini membuat masyarakat secaraa ilmiah akan
menggunakan insting bertahan mereka yang sering kali berakibat negatif
terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya.
b. Lemahnya garis batas negara
Negara Indonesia dalam posisinya perbatasan dengan banyak negara,
seperti Malaysia, Singapura, China, Philipina, Papua Nugini, Timor Leste dan
Australia. Daerah perbatasan ini rata-rata terisolir dan mempunyai fasilitas
yang sangat terbatas, seperti jalan raya, listrik dan energi, air bersih dan
sanitasi, gedung sekolah dan pemerintahan dan sebagainya. Kondisi ini
mengakibatkan masyarakat yang hidup di wilayah perbatasan harus
menanggung tingginya biaya ekonomi. Perekonomian yang cenderung tidak
merata dan hanya berpusat pada perkotaan semakin mengakibatkan kondisi
wilayah perbatasan semakin buruk. Selain itu wilayah perbatasan ini sangat
rawan terhadap berbagai penyelundupan barang-barang ilegal dari dalam
maupun luar negeri. Selain itu juga sangat rawan terjadinya human trafficking,
masuk dan keluarnya orang-orang yang tidak mempunyai izin masuk ke
wilayah Indonesia atau sebaliknya dengan berbagai alasan. Kita bisa
bayangkan, andaikan kekayaan negara tidak dikorupsi dan dioergunakan untuk
membangun daerah-daerah perbatasan, maka negara ini akan semakin kuat
dan makmur.
5
2.3 Cara Mengatasi Korupsi
1. Strategi Preventif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal yang
menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi harus dibuat
upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi. Disamping itu
perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi dan
upaya ini melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaanya agar dapat berhasil dan
mampu mencegah adanya korupsi.
2. Strategi Deduktif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar
apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan dapat
diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya, sehingga
dapat ditindaklanjuti dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak sistem yang
harus dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan
yang cukup tepat memberikan sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini
sangat membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu hukum, ekonomi
maupun ilmu politik dan sosial.
3. Strategi Represif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk
memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-pihak
yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi
sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan
perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses
penanganan tersebut dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Namun
implementasinyaharus dilakukan secara terintregasi. Bagi pemerintah banyak pilihan
yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang hendak dilaksanakan. Adapula
strategi pemberantasan korupsi secara preventif maupun secara represif antara lain :
6
kemungkinan dibentuknya koalisi dari partai politik untuk melawan korupsi. Selama
ini pemberantasan korupsi hanya dijadikan sebagai bahan kampanye untuk mencari
dukungan saja tanpa ada realisasinya dari partai politik yang bersangkutan. Gerakan
rakyat ini diperlukan untuk menekan pemerintah dan sekaligus memberikan dukungan
moral agar pemerintah bangkit memberantas korupsi.
7
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No 28 Tahun 1999 tentang
enyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Oleh karena itu, keberadaan produk regulasi yang diberikan Negara untuk
menyelamatkan keuangan Negara dari perilaku korupsi, sangatlah dituntut kepada
para aparat penegak hokum lainnya untuk semkasimal mungkin dapat memahami
rumusan delik yang terkait dan menyebar di setiap pasal yang ada agar tepat dalam
menerapkan kepadapara pelaku.selain itu juga diperlukan strategi pemberantasan
korupsi yang sangat jitu dan tepat.
8
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung
merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi
meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya
dan aspek penggunaan uang Negara untuk kepentingannya.Adapun penyebabnya antara
lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme,
penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras,
kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya
manusia, serta struktur ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu
bentuk, sifat,dan tujuan.Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya,
bidang demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan negara.
3.2. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 1985. Hukum Pidana Indonesia .Bandung : Penerbit
Sinar Baru.
SUMBER: http://kumpulanmakalah-cncnets.blogspot.com/2012/02/makalah-korupsi.html
10