Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit gastroenteritis atau juga sering disebut diare merupakan infeksi
lambung dan usus halus bagia proksimal, yang disebabkan oleh organisme (Bacillus
cereus, S. Aureus), dan sejumlah virus (Rotavirus, norovirus) (Stephen J, ) . Penyakit
gastroenteritis ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti Indonesia karena memiliki insidensi dan mortalitas yang tinggi.
Diperkirakan 20 -50 kejadian gastroenteritis per 100 penduduk setiap tahunnya
dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Kematian terutama
disebabkan karena penderita mengalami dehidrasi berat. Menurut data Departemen
Kesehatan, gastroenteritis merupakan penyakit kedua di Indonesia yang dapat
menyebabkan kematian setelah radang paru atau pneumonia (Paramitha, Soprima, &
Haryanto, 2010). Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, gastroenteritis
merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan
berdasarkan penyakit menular, gastroenteritis merupakan penyebab kematian
peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia (Kemenkes RI, 2011).
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit gastroenteritis, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun
2000 Intelligence Ratio IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik
menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan
tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) gastroenteritis
juga masih sering terjadi, dengan Case Fatality Rate (CFR) yang masih tinggi. Pada
tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian
239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah
kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010
terjadi KLB gastroenteritis di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan
kematian 73 orang (CFR 1,74 %) (Kemenkes RI, 2011).
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012) setiap tahunnya
lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis. Angka kesakitan gastroenteritis pada
tahun 2011 yaitu 411 penderita per 1000 penduduk. Diperkirakan 82% kematian
akibat gastroenteritis rotavirus terjadi pada negara berkembang, terutama di Asia dan
Afrika, dimana akses kesehatan dan status gizi masih menjadi masalah. Di Amerika
Serikat, lebih dari 200 juta kasus penyakit gastroenteritis terjadi setiap tahunnya
(Ellen dkk, 2010). Sedangkan data profil kesehatan Indonesia (Riskesdas)
menyebutkan bahwa tahun 2013 jumlah kasus gastroenteritis yang ditemukan sekitar
7.0 % penderita sedangkan pada tahun 2018 jumlah kasus gastroenteritis sebanyak
8,0% penderita. (Riskesdas, 2018) Seringkali 1-2% penderita gastroenteritis akan
jatuh dehidrasi dan kalau tidak segera tertolong 50-60% meninggal dunia.Dengan
demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita gastroenteritis sekitar 60 juta
kejadian setiap tahunnya (Depkes RI, 2012). Berdasarkan laporan STP KLB 2009-
2010, secara keseluruhan provinsi yang sering mengalami KLB pada tahun 2009 dan
2010 adalah Jawa Barat, Jawa Timur dan Banten, walaupun provinsi yang mengalami
KLB terbanyak (urutan pertama) tersebut setiap tahunnya berbeda (Kemenkes RI,
2011). Sedangkan menurut data profil kesehatan Jawa Timur tahun 2018, penyakit
gastroenteritis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir cenderung meningkat, dimana
pada tahun 2013 mencapai 7,3%, dan pada tahun 2018 mencapai 7,5% (Riskesdas,
2018).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan angka kejadian
gastroenteritis adalah perilaku kesadaran dan pengetahuan masyarakat, malabsorbsi
nutrient, ketersediaan sumber air bersih, ketersediaan jamban keluarga dan jangkauan
layanan kesehatan perlu dipertimbangkan. (Kemenkes RI, 2011). Faktor lingkungan
yang paling dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini
berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman gastroenteritis dan berakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat pula, maka penularan gastroenteritis dengan mudah dapat terjadi
(Depkes, 2005).
Kebanyakan kasus gastroenteritis dikelola dirumah oleh pasien atau anggota
keluarga dan tidak memerlukan perawatan medis. Namun, perawatan medis harus
dilakukan untuk sebagian pasien, termasuk pasien yang sangat muda (bayi atau anak-
anak) atau lanjut usia, yang sedang meggunakan antibiotik, dan pasien dengan
penyakit yang lebih parah atau berkepanjangan. Perawatan awal pada pasien
Gastroeteritis harus terfokus pada resusitasi cairan dan memperbaiki
ketidakseimbangan elektrolit yang bertujuan ntuk mengembalikan kehilangan cairan
dan mencegah dehidrasi lebih lanjut yang mengakibatkan kematian (Ellen, 2010).
(CARI DAN TULIS TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIARE)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu

“Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien gastroenteritis di Ruang Teratai RSUD

Dr. R. Koesma Tuban?”

1.4 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya asuhan keperawatan pada pasien gastroenteritis di Ruang Teratai

RSUD Dr. R. Koesma Tuban

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengkaji pasien gastroenteritis di Ruang Teratai RSUD Dr. R. Koesma

Tuban

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada gastroenteritis di Ruang Teratai

RSUD Dr. R. Koesma Tuban

3. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien gastroenteritis di Ruang

Teratai RSUD Dr. R. Koesma Tuban

4. Melaksanakan intervensi (implementasi) pada pasien gastroenteritis di

Ruang Teratai RSUD Dr. R. Koesma Tuban

5. Mengevaluasi implementasi pada pasien gastroenteritis di Ruang Teratai

RSUD Dr. R. Koesma Tuban

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Peneliti

1. Memperoleh pengalaman dan menambah pengetahuan, pemahaman


tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gastroenteritis.
2. Mengembangkan kemampuan peneliti dalam mengaplikasikan
pengetahuannya dalam masalah nyata pada pasien dengan gastroenteritis.
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Agar dapat dijadikan masukan untuk memberikan asuhan keperawatan pada


pasien dengan gastroenteritis, serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
pada pasien

1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan


informasi agar dapat mengembangkan penelitian selanjutnya tentang
gastroenteritis.
2. Memberikan masukan kepada ilmu keperawatan dalam melakukan asuhan
keperawatan secara nyata dengan menggunakan metode proses
keperawatan secara profesional untuk menggembangkan ilmu pengetahuan
dan memecahkan masalah keperawatan.

1.4.4 Bagi Pasien dan Keluarga


Manfaat bagi pasien dan keluarga yaitu supaya mengetahui gambaran umum
tentang gastroenteritis serta perawatan yang benar bagi pasien agar penderita
mendapatkan perawatan yang benar dalam keluarga.

1.4.5 Bagi Masyarakat


Manfaat bagi masyarakat yaitu menjadi sumber referensi dan informasi bagi
masyarakat yang membaca karya tulis ilmiah ini supaya mengetahui gambaran
tentang gastroenteritis sehingga mampu merubah perilaku masyarakat ke arah
perilaku yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai