Penyakit gastroenteritis atau juga sering disebut diare merupakan infeksi lambung dan usus halus bagia proksimal, yang disebabkan oleh organisme (Bacillus cereus, S. Aureus), dan sejumlah virus (Rotavirus, norovirus) (Stephen J, ) . Penyakit gastroenteritis ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia karena memiliki insidensi dan mortalitas yang tinggi. Diperkirakan 20 -50 kejadian gastroenteritis per 100 penduduk setiap tahunnya dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Kematian terutama disebabkan karena penderita mengalami dehidrasi berat. Menurut data Departemen Kesehatan, gastroenteritis merupakan penyakit kedua di Indonesia yang dapat menyebabkan kematian setelah radang paru atau pneumonia (Paramitha, Soprima, & Haryanto, 2010). Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, gastroenteritis merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, gastroenteritis merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia (Kemenkes RI, 2011). Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit gastroenteritis, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 Intelligence Ratio IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) gastroenteritis juga masih sering terjadi, dengan Case Fatality Rate (CFR) yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB gastroenteritis di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %) (Kemenkes RI, 2011). Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012) setiap tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis. Angka kesakitan gastroenteritis pada tahun 2011 yaitu 411 penderita per 1000 penduduk. Diperkirakan 82% kematian akibat gastroenteritis rotavirus terjadi pada negara berkembang, terutama di Asia dan Afrika, dimana akses kesehatan dan status gizi masih menjadi masalah. Di Amerika Serikat, lebih dari 200 juta kasus penyakit gastroenteritis terjadi setiap tahunnya (Ellen dkk, 2010). Sedangkan data profil kesehatan Indonesia (Riskesdas) menyebutkan bahwa tahun 2013 jumlah kasus gastroenteritis yang ditemukan sekitar 7.0 % penderita sedangkan pada tahun 2018 jumlah kasus gastroenteritis sebanyak 8,0% penderita. (Riskesdas, 2018) Seringkali 1-2% penderita gastroenteritis akan jatuh dehidrasi dan kalau tidak segera tertolong 50-60% meninggal dunia.Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita gastroenteritis sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya (Depkes RI, 2012). Berdasarkan laporan STP KLB 2009- 2010, secara keseluruhan provinsi yang sering mengalami KLB pada tahun 2009 dan 2010 adalah Jawa Barat, Jawa Timur dan Banten, walaupun provinsi yang mengalami KLB terbanyak (urutan pertama) tersebut setiap tahunnya berbeda (Kemenkes RI, 2011). Sedangkan menurut data profil kesehatan Jawa Timur tahun 2018, penyakit gastroenteritis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir cenderung meningkat, dimana pada tahun 2013 mencapai 7,3%, dan pada tahun 2018 mencapai 7,5% (Riskesdas, 2018). Ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan angka kejadian gastroenteritis adalah perilaku kesadaran dan pengetahuan masyarakat, malabsorbsi nutrient, ketersediaan sumber air bersih, ketersediaan jamban keluarga dan jangkauan layanan kesehatan perlu dipertimbangkan. (Kemenkes RI, 2011). Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman gastroenteritis dan berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan gastroenteritis dengan mudah dapat terjadi (Depkes, 2005). Kebanyakan kasus gastroenteritis dikelola dirumah oleh pasien atau anggota keluarga dan tidak memerlukan perawatan medis. Namun, perawatan medis harus dilakukan untuk sebagian pasien, termasuk pasien yang sangat muda (bayi atau anak- anak) atau lanjut usia, yang sedang meggunakan antibiotik, dan pasien dengan penyakit yang lebih parah atau berkepanjangan. Perawatan awal pada pasien Gastroeteritis harus terfokus pada resusitasi cairan dan memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit yang bertujuan ntuk mengembalikan kehilangan cairan dan mencegah dehidrasi lebih lanjut yang mengakibatkan kematian (Ellen, 2010). (CARI DAN TULIS TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIARE) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu
“Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien gastroenteritis di Ruang Teratai RSUD
Dr. R. Koesma Tuban?”
1.4 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya asuhan keperawatan pada pasien gastroenteritis di Ruang Teratai
RSUD Dr. R. Koesma Tuban
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengkaji pasien gastroenteritis di Ruang Teratai RSUD Dr. R. Koesma
Tuban
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada gastroenteritis di Ruang Teratai
RSUD Dr. R. Koesma Tuban
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien gastroenteritis di Ruang
Teratai RSUD Dr. R. Koesma Tuban
4. Melaksanakan intervensi (implementasi) pada pasien gastroenteritis di
Ruang Teratai RSUD Dr. R. Koesma Tuban
5. Mengevaluasi implementasi pada pasien gastroenteritis di Ruang Teratai
RSUD Dr. R. Koesma Tuban
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti
1. Memperoleh pengalaman dan menambah pengetahuan, pemahaman
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gastroenteritis. 2. Mengembangkan kemampuan peneliti dalam mengaplikasikan pengetahuannya dalam masalah nyata pada pasien dengan gastroenteritis. 1.4.2 Bagi Tempat Penelitian
Agar dapat dijadikan masukan untuk memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gastroenteritis, serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien
1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan
informasi agar dapat mengembangkan penelitian selanjutnya tentang gastroenteritis. 2. Memberikan masukan kepada ilmu keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan secara nyata dengan menggunakan metode proses keperawatan secara profesional untuk menggembangkan ilmu pengetahuan dan memecahkan masalah keperawatan.
1.4.4 Bagi Pasien dan Keluarga
Manfaat bagi pasien dan keluarga yaitu supaya mengetahui gambaran umum tentang gastroenteritis serta perawatan yang benar bagi pasien agar penderita mendapatkan perawatan yang benar dalam keluarga.
1.4.5 Bagi Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat yaitu menjadi sumber referensi dan informasi bagi masyarakat yang membaca karya tulis ilmiah ini supaya mengetahui gambaran tentang gastroenteritis sehingga mampu merubah perilaku masyarakat ke arah perilaku yang sehat.