Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. Berkat perlindungannya makalah ini dapat
terselesaikandengan baik sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Dalam kesempatan ini
kami mengucapkan banyak terimakasih atas bimbingan dari dosen pembimbing mata
kuliah Hukum Pidana Diluar KUHP. Karena berkat bimbingan yang diberikan kami
dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan, atas
kerjasama kelompok, alhamdulillah makalah ini bisa diselesaikan yang insyaallah sesuai
dengan yang diharapkan. Kami mengharapkan kritik dan saran agar kami dapat
memperbaiki kekurangan, dan semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi kita semua.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan peradaban dunia semakin berkembang menuju modernisasi.


Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam setiap sendi kehidupan
tampak lebih nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa
mengikuti perkembangan zaman dan bertransformasi dalam bentuk-bentuk yang
semakin canggih dan beranekaragam.
Salah satu tindak pidana yang sekarang fenomenal dan sangat merugikan
negara adalah masalah korupsi. Korupsi merupakan gejala masyarakat yang dijumpai
setiap bidang kehidupan masyarakat baik dibidang ekonomi, hukum, social budaya,
maupun politik. Fakta adanya sejarah membuktikan bahwa hampir setiap negara
dihadapkan pada masalah korupsi.1
Tindak pidana korupsi adalah masalah terbesar bagi semua negara. Mulai dari
pejabat-pejabat pemerintahan pusat maupun daerah, anggota legislatimasi bahkan
sampai para aparat penegak hukumpun tidak luput tersandung kasus korupsi.
Berbagai modus operandi dilancarkan demi mendapatkan keuntungan pribadi. Tindak
pidana korupsi yang disebut-sebut sebagai kejahatan kerah putih (whitecollar crime)
kini mulai mencapai klimaks dengan turut andilnya penegak hukum, baik polisi, jaksa
hingga hakim yang notabane wakil Tuhan didunia.
Perkembangan korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, sedangkan
pemberantasannya masih sangat lamban. Romli Atmasasmita menyatakan bahwa
korupsi di Indonesia sudah merupakan virus flu yang menyebar keseluruh tubuh
pemerintahan sejak tahun 1960-an langkah-langkah pemberantasannya pun masih
tersendat-sendat sampai sekarang. Selanjutnya,dikatakan bahwa korupsi berkaitan
pula

1
1
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika Jakarta, 2005 hlm 24.
dengan kekuasaan karena dengan kekuasaan itu penguasa dapat menyalahgunakan
kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kroninya.2
Korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa. Tindak pidana
korupsi ini merupakan kejahatan yang dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa
(extraordinary crime) korupsi perlu segera diberantas sampai pada akar-akarnya.
Dari berbagai upaya yang telah dilakukan dalam pemberantasan korupsi dan
memutus rantai korupsi di Indonesia masih dapat dianggap kurang berjalan secara
efektif. KPK menyebutkan bahwa merugikan keuangan negara merupakan tindak
pidana yang memberikan dampak terbesar bagi negara. Secara teoritis, korupsi
berpotensi mengurangi kesejahteraan rakyat karena besarnya inefisiensi akibat salah
alokasi sumber daya.3
Sementara itu, penanganan tindak pidana korupsi di Indonesia masih
dihadapkan pada beberapa kondisi, yakni masih lemahnya upaya penegakkan hukum
tindak pidana korupsi, kualitas SDM aparat penegak hukum yang masih rendah,
lemahnya koordinasi penegakkan hukum tindak pidana korupsi, serta masih sering
terjadinya tindak pidana korupsi dalam penanganan kasus korupsi. Pada era
reformasi sekarang ini, terwujudnya good governance antara lain harus didukung
dengan penegakkan hukum terhadap tindak pidana korupsi. Hal ini selaras dengan
tujuan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Selanjutnya, beberapa peraturan perundang-undangan dibentuk dalam upaya
memberantas korupsi tersebut, yaitu: Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang diubah dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selanjutnya, Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan
Undang Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

2
Romli Atmasasmita. 2004. Sekitar Masalah Korupsi, Aspek Nasional dan Aspek
Internasional. Bandung: Mandar Maju. Hal. 1

2
3
Komisi Pemberantasan Korupsi. http://www.acch.kpk.go.id
B. Rumusan Masalah
Korupsi di Indonesia terus meningkat dari waktu ke waktu, namun
hingga kini pemberantasan korupsi di Indonesia belum menunjukkan titik terang,
Melebarnya korupsi memasuki seluruh kehidupan masyarakat, menyebabkan
kerugian keuangan Negara semakin bertambah, Meningkatnya tindak pidana
korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana, tidak saja bagi kehidupan
perekonomian nasional, juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara.
A. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan korupsi di indoneisa terus
meningkat?
B. Bagaimanakah strategi atau cara untuk memberantas korupsi di Indonesia?

C. Tujuan
A. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan korupsi di indoneisa
terus meningkat.
B. Untuk mengetahui bagaimanakah strategi atau cara untuk memberantas
korupsi di Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor yang menyebabkan korupsi terus meningkat.
Faktor penyebab korupsi korupsi terus meningkat meliputi dua
faktor, yaitu internal dan eksternal, Faktor- faktor tersebut yaitu:
a. Faktor Internal
1. Sifat serakah/tamak/rakus manusia
Keserakahan dan tamak adalah sifat yang membuat seseorang selalu tidak
merasa cukup atas apa yang dimiliki, selalu ingin lebih. Dengan sifat tamak,
seseorang menjadi berlebihan mencintai harta. Padahal bisa jadi
hartanya sudah banyak atau jabatannya sudah tinggi. Dominannya sifat tamak
membuat seseorang tidak lagi memperhitungkan halal dan haram
dalam mencari rezeki. Sifat ini menjadikan korupsi adalah kejahatan yang
dilakukan para profesional, berjabatan tinggi, dan hidup berkecukupan.
2. Gaya hidup konsumtif
Sifat serakah ditambah gaya hidup yang konsumtif menjadi factor
pendorong internal korupsi. Gaya hidup konsumtif misalnya membeli barang-
barang mewah dan mahal atau mengikuti tren kehidupan perkotaan
yang serba glamor. Korupsi bisa terjadi jika seseorang melakukan gaya
hidup konsumtif namun tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai.
3. Moral yang lemah
Seseorang dengan moral yang lemah mudah tergoda untuk melakukan
korupsi. Aspek lemah moral misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, atau rasa
malu melakukan tindakan korupsi. Jika moral seseorang lemah, maka godaan
korupsi yang datang akan sulit ditepis. Godaan korupsi bisa berasal dari atasan,
teman setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberi kesempatan untuk
melakukannya.
4. Penghasilan yang kurang mencukupi
Penghasilan pegawai dari sebuah pekerjaan harus memenuhi segala
kebutuhan hidup yang wajar. Karena apabila gaji mereka tidak dapat
memenuhi kebutuhan mereka maka mereka akan berusaha dengan segala cara

4
untuk memenuhinya, apalagi ketika ada kebutuhan yang sangat mendesak. Orang
yang tidak memiliki jalan keluar maka akan melakukan segala cara tidak
memandang baik atau buruk, salah satunya adalah dengan korupsi.
b. Faktor Eksternal
1. Aspek Sosial
Kehidupan sosial seseorang berpengaruh dalam mendorong terjadinya
korupsi, terutama keluarga. Bukannya mengingatkan atau memberi hukuman,
keluarga malah justru mendukung seseorang korupsi untuk memenuhi
keserakahan mereka. Aspek sosial lainnya adalah nilai dan budaya
dimasyarakat yang mendukung korupsi. Misalnya, masyarakat hanya
menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya atau terbiasa
memberikan gratifikasi kepada pejabat. Dalam means-ends scheme yang
diperkenalkan Robert Merton, korupsi merupakan perilaku manusia yang
diakibatkan oleh tekanan sosial,sehingga menyebabkan pelanggaran norma-
norma. Menurut teori Merton, kondisi sosial di suatu tempat terlalu
menekan sukses ekonomi tapi membatasi kesempatan-kesempatan untuk
mencapainya, menyebabkan tingkat korupsi yang tinggi. Teori korupsi akibat
faktor sosial lainnya disampaikan oleh Edward Banfeld. Melalui teori
partikularisme, Banfeld mengaitkan korupsi dengan tekanan keluarga. Sikap
partikularisme merupakan perasaan kewajiban untuk membantu dan membagi
sumber pendapatan kepada pribadi yang dekat dengan seseorang, seperti
keluarga, sahabat, kerabat atau kelompoknya. Akhirnya terjadilah nepotisme
yang bisa berujung pada korupsi.
2. Aspek Politik
Keyakinan bahwa politik untuk memperoleh keuntungan yang besar
menjadi faktor eksternal penyebab korupsi. Tujuan politik untuk memperkaya
diri pada akhirnya menciptakan money politics. Dengan money
politics, seseorang bisa memenangkan kontestasi dengan membeli suara
atau menyogok para pemilih atau anggota-anggota partai politiknya.Pejabat yang
berkuasa dengan politik uang hanya ingin mendapatkan harta, menggerus
kewajiban utamanya yaitu mengabdi kepada rakyat. Melalui perhitungan untung-
rugi, pemimpin hasil money politics tidak akan peduli nasib rakyat yang
memilihnya, yang terpenting baginya adalah bagaimana ongkos politiknya bisa

5
kembali dan berlipat ganda. Balas jasa politik seperti jual beli suara di DPR atau
dukungan partai politik juga mendorong pejabat untuk korupsi. Dukungan partai
politik yang mengharuskan imbal jasa akhirnya memunculkan upeti politik.
Secara rutin, pejabat yang terpilih membayar upeti ke partai dalam jumlah besar,
memaksa korupsi.
3. Aspek Hukum
Hukum sebagai faktor penyebab korupsi bisa dilihat dari dua sisi, sisi
perundang-lemahnya penegakan hukum. Koruptor akan mencari celah di
perundang-undangan untuk biaksinya. Selain itu, penegakan hukum yang tidak
bisa menimbulkan efek jera akan memsemakin berani dan korupsi terus terjadi.
Hukum menjadi faktor penyebab korupsi jika banyak produk hukum yang tidak
pasal-pasalnya multitafsir, dan ada kecenderungan hukum dibuat untuk
menguntungkan tertentu. Sanksi yang tidak sebanding terhadap pelaku korupsi,
terlalu ringan atau tidak membuat para pelaku korupsi tidak segan-segan menilap
uang negara.
4. Aspek Ekonomi
Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama korupsi. Di
antaranya tingkat atau gaji yang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
Fakta juga menunjukkan bahwa dilakukan oleh mereka yang gajinya pas-pasan.
Korupsi dalam jumlah besar justru dilakukan orang kaya dan berpendidikan
tinggi. Banyak kita lihat pemimpin daerah atau anggota ditangkap
karena korupsi. Mereka korupsi bukan karena kekurangan harta, tapi karena sifat
moral yang buruk.
Di negara dengan sistem ekonomi monopolistik, kekuasaan negara
dirangkai sedemikian menciptakan kesempatan-kesempatan ekonomi bagi
pegawai pemerintah untuk meningkatkan mereka dan sekutunya. Kebijakan
ekonomi dikembangkan dengan cara yang tidak transparan dan tidak
akuntabel.
5. Aspek Organisasi
Faktor eksternal penyebab korupsi lainnya adalah organisasi tempat
koruptor beraorganisasi ini memberi andil terjadinya korupsi, karena membuka
peluang atau kesempatidak adanya teladan integritas dari pemimpin, kultur yang
benar, kurang memadainya sistematau lemahnya sistem pengendalian

6
manajemen Mengutip buku Pendidikan Anti korupsi oleh Eko Handoyo,
organisasi bisa keuntungan dari korupsi para anggotanya yang menjadi
birokrat dan bermain di antara peraturan. Partai politik misalnya,
menggunakan cara ini untuk membiayai organisasi mereka pejabat daerah juga
menjadi sarana bagi partai politik untuk mencari dana bagi kelancaran roda pada
akhirnya terjadi money politics dan lingkaran korupsi kembali terjadi.4
B. Strategi Untuk memberantas Korupsi di Indonesia
Strategi pemberantasan korupsi bisa disusun dalam tiga tindakan
terprogram, yaitu Prevention, Public Education dan Punishment. Prevention ialah
pencerahan untuk pencegahan. Publik Education yaitu pendidikan masyarakat
untuk menjauhi korupsi. Punishment adalah pemidanaan atas pelanggaran tindak
pidana korupsi.
1. Strategi Preventif Strategi Preventif
Diarahkan untuk mencegah terjadinya korupsi dengan cara
menghilangkan atau meminimalkan faktor-faktor penyebab atau peluang
terjadinya korupsi. Konvensi PBB Anti Korupsi, Uneted Nations Convention
Against Corruption (UNCAC), menyepakati langkah-langkah untuk mencegah
terjadinya korupsi. Masing-masing negara setuju untuk:
“...mengembangkan dan menjalankan kebijaksanaan anti
-korupsiterkoordinasi dengan mempromosikan partisipasi masyarakat
danmenunjukkan prinsip-prinsip supremasi hukum, manajemen urusan publik
dan properti publik dengan baik, integritas, transparan, dan akuntable, ...saling
bekerjasama untuk mengembangkan langkah-langkah yang efektif
untuk pemberantasan korupsi”.
2. Public Education
Public Education atau pendidikan anti korupsi untuk rakyat
perludigalakkan untuk membangun mental anti-korupsi. Pendidikan anti-korupsi
ini bisa dilakukan melalui berbagai pendekatan, seperti pendekatan agama,
budaya, sosioal, ekonomi, etika, dsb.Adapun sasaran pendidikan anti-korupsi
secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi dua :

7
4
Kenapa Masih Banyak yang Korupsi? Ini Penyebabnya!. 2021. Diakses di
https://aclc.kpk.go.id/action-information/lorem-ipsum/20220407-null 19 September
2022.
a) Pendidikan anti korupsi bagi aparatur pemerintah dan calon aparatur
pemerintah.
b) Public education anti korupsi bagi masyarakat luas melalui lembaga-lembaga
keagamaan, dan tokoh-tokoh masyarakat. Semua itu dilakukanuntuk
meningkatkan moral anti korupsi. Publik perlu mendapatsosialisasi konsep-
konsep seperti kantor publik dan pelayanan publik berikut dengan
konsekuensi-konsekuensi tentang biaya-biaya sosial,ekonomi, politik, moral,
dan agama yang diakibatkan korupsi.
3. Strategi Punishment
Strategi Punishment adalah tindakan memberi hukuman terhadap
pelakutindak pidana korupsi. Dibandingkan negara-negara lain, Indonesia
memiliki dasar hukum pemberantasan korupsi paling banyak, mulai dari
peraturan perundang-undangan yang lahir sebelum era eformasi sampai dengan
produk hukum era reformasi, tetapi pelaksanaannya kurang konsisten sehingga
korupsi tetap subur di negeri ini. Dari sekian banyak peraturan perundang-
undangan anti-korupsi yang ada,salah satu yang paling populer barangkali UU
Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK. KPK adalah indepen negara yang bersifat
independent yang dalam pelaksanaan tugas dan kewenangannya bebas dari
kekuasaan manapun.Tugas-tugas KPK adalah sebagai berikut :
a) Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
b) Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan
pemberantasantindak pidana korupsi;
c) Melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi;
d) Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi,
danmelakukan monitor terhadap penyelengaraan pemerintahan negara.5

8
5
Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi: hukum pidana nasional dan internasional, 2005,
Divisi Buku Perguruan Tinggi, RajaGrafindo Persada Jakarta. Hlm 249

BAB III

KESIMPULAN

Adanya berbagai ketentuan, kemudian dibuatnya kesepakatan bersama


memperkokoh keterpaduan dan kebersamaan dalam pemberantasan korupsi, pada
gilirannya akan membawa dampak positif dalam mengoptimalkan pemberantasan
korupsi di Indonesia. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah komitmen penegak
hukum dalam menjalankan penegakan hukum dengan tegas, konsisten, dan terpadu
agar mampu menghasilkan penegakan hukum yang berkeadilan, memberikan
kepastian hukum, dan kemanfaatan bagi masyarakat. Dengan demikian
operasionalisasi pemberantasan korupsi dilakukan secara komprehensif, integral,
dan holistik. Hal inidiharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat,
investor, harga diri bangsa, sertamenimbulkan efek jera, mencegah calon koruptor,
mengoptimalkan pengembalian uang negara/rakyat serta dampak positif lainnya.

9
DAFTAR PUSTAKA
Evi Hartanti, 2005. Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Sinar Grafika.
Romli Atmasasmita. 2004. Sekitar Masalah Korupsi, Aspek Nasional dan
Aspek Internasional. Bandung, Mandar Maju.
Andi Hamzah, 2005. Pemberantasan Korupsi: hukum pidana nasional dan
internasional, Divisi Buku Perguruan Tinggi, Jakarta, RajaGrafindo
Persada.

Internet
Komisi Pemberantasan Korupsi. http://www.acch.kpk.go.id
Kenapa Masih Banyak yang Korupsi? Ini Penyebabnya!. 2021. Diakses di
https://aclc.kpk.go.id/action-information/lorem-ipsum/20220407-null 19
September 2022.

10

Anda mungkin juga menyukai