Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar

Lampung pada bulan Februari 2017. Subjek penelitian berjumlah 50 yaitu pasien

gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Frekuensi (%)
Laki-laki 27 54
Perempuan 23 46
Jumlah 50 100

Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin sebagaimana diperlihatkan di tabel

4.1 didapat bahwa frekuensi insiden penyakit gagal ginjal kronis lebih besar terjadi

pada laki-laki yaitu sebanyak 27 pasien (54%). Sedangkan pada perempuan

sebanyak 23 pasien (46%).

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur


Umur (tahun) Frekuensi (%)
36-45 11 22
46-55 15 30
56-65 19 38
>65 5 10
Jumlah 50 100
Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur sebagaimana diperlihatkan di

tabel 4.2 didapatkan bahwa kelompok umur dewasa akhir (36-45 tahun) sebanyak

11 pasien (22%), kelompok umur lansia awal (46-55 tahun) sebanyak 15 pasien

(30%), kelompok umur lansia akhir (56-65 tahun) sebanyak 19 pasien (38%), dan

kelompok umur manula (>65 tahun) sebanyak 5 pasien (10%).

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan


Jenis Pekerjaan Frekuensi (%)
PNS 8 16
Wiraswasta 13 26
Ibu rumah tangga 12 24
Petani 7 14
Guru 2 4
Pedagang 2 4
Karyawan 2 4
Buruh 2 4
Supir 1 2
Pensiunan 1 2
Jumlah 50 100

Distribusi sampel berdasarkan pekerjaan sebagaimana diperlihatkan di tabel 4.3

menunjukkan bahwa pekerjaan PNS sebanyak 8 pasien (16%), wiraswasta

sebanyak 13 pasien (26%), ibu rumah tangga sebanyak 12 pasien (24%), petani

sebanyak 7 pasien (14%), guru sebanyak 2 pasien (4%), pedagang sebanyak 2

pasien (4%), karyawan sebanyak 2 pasien (4%), buruh sebanyak 2 pasien (4%),

supir sebanyak 1 pasien (2%) dan pensiunan sebanyak 1 pasien (2%).


Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Frekuensi (%)
Diabetes Melitus 8 16
Hipertensi 26 52
Diabetes Melitus dan Hipertensi 4 8
Hipertensi dan kardiomegali 2 4
SLE 1 2
Nefrolitiasis 7 14
Diabetes Melitus dan Ginjal Polikistik 1 2
Diabetes Melitus dan Tuberkulosis 1 2
Jumlah 50 100

Distribusi sampel berdasarkan riwayat penyakit diperlihatkan di tabel 4.4

didapat bahwa responden dengan riwayat penyakit diabetes melitus sebanyak 8

pasien (16%), hipertensi sebanyak 26 pasien (52%), diabetes melitus dan hipertensi

sebanyak 4 pasien (8%), hipertensi dan kardiomegali sebanyak 2 pasien (4%), SLE

sebanyak 1 pasien (2%), nefrolitiasis sebanyak 7 pasien (14%), diabetes melitus

dan ginjal polikistik sebanyak 1 pasien (2%) dan diabetes melitus dan tuberkulosis

sebanyak 1 pasien (2%).


Jumlah rerata hmatokrit pada pre dan post hemodialisis diperlihatkan pada tabel
4.5.

Tabel 4.5 Jumlah Rerata Hematokrit pada Pre dan Post Hemodialisis
Rerata Hematokrit (%)
Pre Hemodialisis 25,6
Post Hemodialisis 24,9

Berdasarkan tabel 4.5 jumlah rerata hematokrit pada pre hemodialisis adalah

25,6%, sedangkan jumlah rerata hematokrit pada post hemodialisis adalah 24,9%.

Hal ini menunjukkan penurunan jumlah rerata hematokrit setelah dilakukan terapi

hemodialisis.

Tabel 4.6 Perbedaan Jumlah Hematokrit Pre dan Post Hemodialisis

n Reratas.b. p
Pre_Hematokrit - 50 25,63,14 <0,001
Post_Hematokrit 50 24,93,35

Tabel 4.6 menunjukkan perbedaan jumlah hematokrit pada pre dan post

hemodialisis. Hasil uji Paired Sample T-test menunjukkan P value <0,001 (p value

<0,05) sehingga terdapat perbedaan jumlah hematokrit pre dan post hemodialisis.
4.2 Pembahasan

Dilihat dari distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih

banyak menderita gagal ginjal kronik yaitu sebanyak 27 orang (54%) sedangkan

pasien berjenis kelamin perempuan sebanyak 23 orang (46%). Hal ini sesuai dengan

penelitian Aywar Zamri (2013) yang melaporkan bahwa pasien laki-laki memiliki

persentasi lebih tinggi yaitu 70% dibandingkan dengan perempuan yaitu 30%.

Berdasarkan distribusi respponden berdasarkan umur, ditemukan peningkatan

angka kejadian gagal ginjal kronik dari kelompok umur dewasa akhir (36-45 tahun)

yaitu sebanyak 11 orang (22%) ke kelompok umur lansia awal (46-55 tahun) yaitu

sebanyak 15 orang (30%), dengan angka kejadian tertinggi yaitu pada kelompok

umur lansia akhir (56-65 tahun) yaitu sebanyak 19 orang (38%). Kemudian

frekuensinya menurun pada kelompok umur diatas 65 tahun sebanyak 5 (10%). Hal

ini sesuai dengan penelitian Reham Ahmed Khider Ahmed yang menunjukkan

frekuensi yang cukup tinggi pada pasien dengan usia 20-60 tahun dan frekuensinya

menurun pada pasien dengan usia 61-80 tahun.

Distribusi responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa pasien

dengan pekerjaan wiraswasta memiliki frekuensi terbanyak yaitu sebanyak 13

orang (26%). Sedangkan distribusi responden berdasarkan riwayat penyakit

menunjukkan frekuensi terbanyak yaitu pasien dengan riwayat penyakit hipertensi

sebanyak 26 orang (52%), diabetes mellitus sebanyak 8 orang (16%) dan

nefrolitiasis sebanyak 7 orang (14%).

Hal ini sesuai dengan teori dari Sudoyo, dkk. (2015) yang menyatakan bahwa

penyebab utama dari insiden gagal ginjal kronis yaitu diabetes melitus dengan
persentase 44%, hipertensi sebesar 27% dan glomerulonefritis 10%. Hal tersebut

juga sesuai dengan data menurut National Kidney Foundation 2015 yang mencatat

penyebab tersering terjadinya penyakit ginjal kronis adalah diabetes dan tekanan

darah tinggi, yaitu sekitar dua pertiga dari seluruh kasus.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah rerata hematokrit pre

hemodialisis yaitu sebesar 25,6% sedangkan jumlah rerata hematorkit pada post

hemodialisis adalah 24,9%. Hal ini menunjukkan penurunan jumlah rerata

hematokrit setelah dilakukan terapi hemodialisis. Hal ini berkaitan dengan faktor

menentukan konsentrasi hematokrit dalam darah, yaitu eritrosit atau sel darah

merah. Hematokrit adalah persentase jumlah sel darah merah dalam darah.

Penurunan sel darah merah akan selalu diikuti juga dengan penurunan hematokrit,

karena kadar hematokrit berbanding lurus dengan jumlah sel darah merah atau

eritrosit. Berdasarkan penelitian didapatkan rerata eritrosit pre hemodialisis yaitu

3,142 u/l sedangkan rerata eritrosit post hemodialisis yaitu 3,060 u/l. Hal tersebut

menunjukkan penurunan rerata eritrosit setelah dilakukannya hemodialisis yang

secara langsung juga akan menyebabkan penurunan pada rerata hematokrit.

Penurunan jumlah eritrosit disebabkan oleh peristiwa hemolisis selama terapi

hemodialisis berlangsung. Salah satu penyebab hemolisis adalah penggunaan

dialisat hipotonik. Pada kondisi larutan hipotonis, air akan masuk ke dalam

sitoplasma eritrosit sehingga eritrosit akan menggembung yang kemudian pecah

atau lisis (Farida, 2010).

Hasil uji statistik Paired Sample T-test dengan menggunakan SPSS 20 for

windows didapatkan nilai P value <0,000 (p<0,005). Hal tersebut menunjukkan


adanya perbedaan kadar hematokrit pre dan post hemodialisis. Uji statistik Paired

Sample T-test merupakan uji komparatif parametrik yang mempunyai syarat data

harus terdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas didapatkan P value untuk pre

hemodialisis yaitu 0,146 dan P value untuk post hemodialisis yaitu 0,326 yang

artinya data terdistribusi normal karena P value > 0,05 sehingga uji yang digunakan

adalah uji komparatif parametrik Paired Sample T-test. Nilai indeks kepercayaan

yang digunakan adalah 95%.

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis penelitian Ha diterima dan H0

ditolak. Hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan kadar hematokrit pre dan

post hemodialisis.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perbedaan antara jumlah sel darah merah pasien

gagal ginjal kronis pre dan post hemodialisa di bagian penyakit dalam Rumah Sakit

Pertamina Bintang Amin pada bulan Februari 2017 maka dapat disimpulan bahwa:

1. Hasil penelitian menunjukkan pasien berjenis kelamin laki-laki (54%)

lebih banyak daripada pasien berjenis kelamin perempuan (46%). Pasien

dengan jumlah terbanyak pada kelompok umur 56-65 tahun (38%). Pasien

dengan pekerjaan wiraswasta memiliki frekuensi paling tinggi (26%).

Pasien dengan riwayat penyakit hipertensi memiliki frekuensi paling

tinggi (52%).

2. Jumlah rerata hematokrit pre hemodialisis yaitu 25,6%.

3. Jumlah rerata hematokrit post hemodialisis yaitu 24,9%.

4. Terdapat perbedaan kadar hemarokrit pada pasien gagal ginjal kronis pre

dan post hemodialisis dengan p value < 0,001 (CI=95%).


5.2 Saran

1. Bagi Rumah Sakit Pertamin Bintang Amin

Sebaiknya penelitian perbedaan kadar hematokrit pre dan post hemodialisis

dilakukan secara berkala yang dapat digunakan sebagai follow up terhadap

terapi hemodialisis. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi

terkait hemodialisis kepada pasien yang akan menjalani terapi hemodialisis.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel,

responden dan wilayah penelitian yang lebih luas untuk mendapatkan hasil

yang lebih representative guna disampaikan kepada masyarakat sehingga

memberikan informasi kesehatan yang bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai