Artikel Ilmiah
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mencapai Derajat Sarjana
Oleh :
dihasilkan oleh ginjal sehat untuk memproduksi sel darah merah (Irwanashari,
2009) Disamping itu, anemia pada penderita gagal ginjal kronik dapat disebabkan
berkurangnya hemoglobin dalam darah akibat pengambilan darah untuk
pemeriksaan laboratorium, perdarahan akibat kadar ureum tinggi terutama melalui
saluran pencernaan dan asupan pasien makan yang dibatasi juga dapat
menyebabkan anemia menjadi lebih buruk dikarenakan kadar ureum yang sedang
tinggi (Lewis et.al, 2011)
Berkaitan dengan adanya pasien gagal ginjal kronik yang mengalami kadar
ureum yang tinggi, kemungkinan akan memiliki hubungan untuk merendahkan
kadar hemoglobin pasien secara berkelanjutan, sehingga tindakan terapi pada
pasien kadar hemoglobin rendah tidak selalu diberikan transfusi darah atau terapi
yang hanya berfokus untuk meningkatkan kadar hemoglobin saja. Dengan adanya
keterkaitan permasalahan tersebut, perlu penelitian ditempat lainnya seperti
diruang rawat inap penyakit dalam yang mayoritas pasien yang baru terdiagnosa
gagal ginjal kronik sehingga diharapkan menghasilkan kesimpulan lebih detail dan
spesifik persamaan atau perbedaan penelitian permasalahan tersebut.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan Antara Kadar Ureum Dengan Kadar Hemoglobin
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga.
B. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis korelatif dengan metode
desain retrospektif . Populasi Penelitian ini adalah semua pasien yang baru
terdiagnosa gagal ginjal kronis di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak 92 responden.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Penelitian
dilaksanakan pada bulan juli 2016 direkam medik RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Subyek Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin, kelompok usia dan riwayat
penyakit sebelumnya Pasien Gagal Ginjal Kronik di RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tahun 2016
Karakteristik
Jenis Kelamin
Laki - laki
Perempuan
Kelompok Usia
21 30 tahun
31 45 tahun
46 55 tahun
>56 tahun
Frekuensi (n=92)
Presentase (%)
54
38
92
58,7 %
41,3 %
100%
9
19
36
28
92
9,8 %
20,7 %
39,1 %
30,4 %
100%
6
6,5 %
2
2,2 %
11
12,0 %
2
2,2 %
71
77,2 %
92
100%
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kelompok usia paling banyak adalah usia 46
55 tahun yaitu sebanyak 36 responden (39,1%), Laki laki paling banyak menjadi
responden dalam penelitian ini yaitu 54 sampel (58,7%) sedangkan jumlah reponden
perempuan 38 sampel (41,3%).
Pada riwayat penyakit sebelumnya yang terbanyak adalah Hipertensi dengan
jumlah 11 responden (12,0%) dan data yang tidak terdokumentasi sebanyak 71
responden (77,2%).
2. Gambaran kadar ureum dan kadar hemoglobin pasien gagal ginjal kronik
di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.2 di bawah ini diketahui bahwa rata-rata kadar ureum
responden adalah 143,99 mg/dl dengan kadar ureum terendah adalah 70 mg/dl
dan tertinggi adalah 350 mg/dl. Sedangkan rata-rata kadar hemoglobin
responden adalah 7,784 g/dl dengan kadar hemoglobin terendah adalah 6 g/dl
dan tertinggi adalah 14,2 g/dl.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kadar Ureum dan Kadar Hemoglobin Pasien
Gagal Ginjal Kronik di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga tahun 2016
Variabel
Mean SD
Min
Max
Kadar Ureum
143,99 49,468
70
350
Kadar Hemoglobin
7,784 2,158
6
14,2
Variabel
Kadar Ureum
Kadar Hemoglobin
Mean SD
143,99 49,468
7,784 2,158
R square
-value
0,228
0,052
0,029
D. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Subyek Penelitian
Berdasarkan dari data tabel 4.1 sebagian responden adalah Laki laki
(58,7%), perempuan (41,3%). Beberapa penelitian berkaitan tentang gagal
ginjal kronik seperti yang terjadi di Jepang, insiden pada kelompok laki laki
lebih tinggi daripada wanita, yaitu sebesar 1432 tiap 1 juta penduduk laki laki
dan 711 tiap penduduk wanita (Wakai, Nakai, Kikuchi, Iseki, Miwa, et al
2004).
Hal ini dimungkinkan karena saluran kemih laki-laki lebih panjang
sehingga memungkinkan tingginya ataupun konsumsi makanan minuman
yang mengandung zat nefrotoksik akan cepat menyebabkan pengrusakan selsel ginjal. Konsentrasi cairan dalam tubuh akan dipertahankan secara konstan,
meskipun asupan dan ekskresi air dan solut cukup besar. Keadaan cairan dan
plasma tubuh dipertahankan dengan memekatkan atau mengencerkan kemih.
Bila cairan banyak diminum akan menyebabkan cairan tubuh menjadi encer.
Kemih menjadi encer dan kelebihan air akan dikeluarkan dengan cepat. Maka
tubuh akan berkemih lebih sering dan lebih banyak. Namun sebaliknya jika
asupan cairan tubuh sedikit atau asupan solute berlebihan maka cairan tubuh
menjadi pekat. Kemih menjadi sangat pekat. Sehingga saat berkemih banyak
cairan solut yang ikut terbuang dalam air. hambatan pengeluaran urin dari
kantong kemih. Hambatan ini dapat berupa penyempitan saluran (structure)
ataupun tersumbatnya saluran oleh batu. Karena urin banyak membawa
produk beracun sisa metabolisme, hambatan pengeluaran akan menyebabkan
gangguan fungsi nefron. Karena filtrasi berjalan terus-menerus, urin yang
nitrogen ureum dalam darah (blood urea nitrogen, BUN). Dalam serum normal
konsentrasi BUN adalah 8-25 mg/dl (Widman, 2011).
Ureum digunakan untuk menentukan tingkat keparahan status
azotemia/uremia pasien, menentukan hemodialisis (BUN serum >40 mmol/l
atau lebih dari 120 mg%). Hemodialisa tidak adekuat apabila rasio reduksi
ureum <65%. Reduksi ureum yang tidak adekuat tersebut meningkatkan angka
mortalitas pasien hemodialisa. Penurunan BUN (<50 ml/dl predialisis tidak
menunjukkan dialysis yang baik, tetapi justru adanya malnutrisi dan penurunan
massa otot karena dialysis inadekuat (Widaguna, 2003).
Ureum dipengaruhi isi protein dalam makanan, sedang kreatinin
ditentukan oleh banyaknya masa otot (laju katabolisme protein), disamping
bagaimana aktivitas metabolism badan kita, misalnya meningkat bila kita sakit
(panas/adanya infeksi) (Smeltzer and Bare, 2002). Blood urea nitrogen (BUN)
tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit ginjal, tetapi juga oleh masukan protein
dalam diet, katabolisme jaringan dan luka RBC dan obat steroid (Smeltzer and
Bare, 2002).
Kesimpulannya, Peneliti berpendapat bahwa kadar ureum dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kadar ureum
seperti jenis kelamin, asupan makan dan obat obatan. Dari penelitian tersebut
karena peneliti tidak melakukan intervensi secara langsung terhadap responden,
maka kemungkinan faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil dari peningkatan
kadar ureum. Hal ini termasuk keterbatasan dalam metode penelitian.
3. Gambaran kadar hemoglobin pasien gagal ginjal kronik di RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa rata-rata kadar hemoglobin
responden adalah 7,784 g/dl dengan kadar hemoglobin terendah adalah 6 g/dl
dan tertinggi adalah 14,2 g/dl.
Hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar hemoglobin responden adalah
7,784 (anemia), hal ini sesuai dengan teori Irwanshari (2009) bahwa 80% - 90%
penderita GGK menderita anemia. Ada dua penyebab anemia yang sering
dijumpai pada pasien GGK, yaitu kurangnya sel darah merah dan kurangnya zat
besi (Fe). untuk penyebab kurangnya sel darah merah, ini disebabkan karena
pada gagal ginjal kronik menyebabkan turunnnya kadar eritropoietin (EPO)
oleh sel progenitor di ginjal. Padahal 90% eritropoietin diproduksi pada bagian
sel endotel kapiler peritubular dari sel ginjal dan akibat menurunnya filtrasi
glomerulus mengakibatkan kadar ureum menjadi tinggi yang dapat
menyebabkan umur sel sel darah merah tersebut memendek. Eritropoietin
merupakan hormon yang dihasilkan oleh ginjal sehat untuk memproduksi sel
darah merah.
Disamping itu, anemia pada penderita gagal ginjal kronik dapat
disebabkan berkurangnya hemoglobin dalam darah akibat pengambilan darah
untuk pemeriksaan laboratorium, perdarahan akibat kadar ureum tinggi
terutama melalui saluran pencernaan dan asupan pasien makan yang dibatasi
juga dapat menyebabkan anemia menjadi lebih buruk dikarenakan kadar ureum
yang sedang tinggi (Lewis et.al, 2011).
Hasil penelitian Hamid dan Azmi (2009) menyebutkan bahwa
hemoglobin sangat mempengaruhi kelangsungan hidup pasien hemodialisis.
Tingkat hemoglobin yang tinggi akan menyebabkan kelangsungan hidup yang
lebih baik dibandingkan pasien yang memiliki kadar hemoglobin rendah.
Menurut Yendriwati (2002), menurunnya kadar hemoglobin dikarenakan faktor
etiologi kehilangan darah yang lebih banyak pada pasien hemodialysis seperti
seringnya pengambilan sampel darah, berkurangnya darah karena proses
hemodialisis ataupun tingkat kerusakan ginjal yang lebih parah.
Ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Saryono (2006) bahwa
dalam penelitiannya adalah rerata kadar hemoglobin pada minggu pertama,
kedua dan ketiga tidak mengalami perubahan atau rata-rata responden
mengalami penurunan kadar hemoglobin (anemia). Hal ini akibat faktor
faktor seperti produksi eritropoetin yang tidak adekuat, pemendekan usia hidup
sel darah merah, defisiensi nutrisi yang mengakibatkan uremia dan
kecenderungan perdarahan akibat tingginya ureum terutama melalui saluran
pencernaan.
Dari faktor tersebut peneliti sependapat dengan hasil penelitian saryono
(2006) , yaitu rata rata responden mengalami penurunan kadar hemoglobin
(anemia) , karena dalam hasil penelitian peneliti dengan menggunakan populasi
pasien yang baru terdiagnosa gagal ginjal kronik juga mendapatkan rata rata
kadar hemoglobin responden anemia yaitu 7,784 dengan kadar hemoglobin
terendah adalah 6 g/dl.
4. Hubungan Antara Kadar Ureum Dengan Kadar Hemoglobin Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai -value sebesar 0,029
yang artinya -value < (0,05) berarti dimana terdapat hubungan kadar ureum
dengan kadar hemoglobin pada pasien gagal ginjal kronik. Hasil uji regresi
didapatkan nilai R Square sebesar 0,052 yang artinya kadar ureum dapat
mempengaruhi kadar hemoglobin sebesar 5,2%.
Hal Ini mendukung teori hasil penelitian yang dilakukan oleh siswandari
(2011) bahwa kadar ureum berhubungan bermakna dengan kadar hemoglobin
dengan (r=-0.324, p=0.011) yang menunjukkan arah hubungan negatif artinya
bahwa semakin tinggi kadar ureum akan menyebabkan semakin rendah kadar
hemoglobin.
Tingginya pada kadar ureum dalam darah yang tidak dapat dikeluarkan
dari dalam tubuh karena menurunnya fungsi ginjal dapat menjadi toksik bagi
tubuh karena dapat menginaktifkan eritropoietin atau menekan respon sumsum
tulang terhadap eritropoietin sehingga mengakibatkan penurunan produksi sel
Square sebesar 0,052 yang artinya kadar ureum dapat mempengaruhi kadar
hemoglobin sebesar 5,2%
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas saran peneliti sebagai berikut :
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Perlu adanya program edukasi bagi pasien tentang pendidikan gizi yang
terstruktur oleh ahli gizi tentang pola makan terutama makanan sumber protein.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian dapat disosialisasikan kepada mahasiswa sebagai pembelajaran
dalam mengetahui kadar ureum dengan kadar hemoglobin pada pasien gagal
ginjal kronik.
3. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai rekomendasi intervensi keperawatan
sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada penderita gagal ginjal
kronik.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Dalam hasil penelitian ini pengaruh kadar ureum hanya dapat mempengaruhi
kadar hemoglobin sebesar 5,2% saja, sehingga masih ada 94,8% sisanya
yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin, jadi diharapkan ada penelitian
selanjutnya untuk meneliti faktor faktor yang bisa mempengaruhi kadar
hemoglobin pada pasien gagal ginjal kronik seperti hubungan antara kadar
kreatinin dengan kadar hemoglobin pada pasien gagal ginjal kronik.
b. Pada proses penelitian, banyak data yang tidak terdokumentasi Pada proses
penelitian, data penelitian sampel tambahan seperti riwayat penyakit
sebelumnya tidak mendapatkan data secara lengkap atau kurang jelas dalam
dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien. Sehingga peneliti hanya
mendapatkan data 23% dari jumlah sampel. Sehingga bagi peneliti
selanjutnya bisa meneliti kepatuhan perawat dalam pengisian dokumentasi
asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik.
F. DAFTAR PUSTAKA
[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. (2007). Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia
Andry hartono, Kanisius 2008 .
https://books.google.co.id/books?
id=UBiniGfE9ksC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_sum
mary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false ,diakses pada tgl 9 februari
2016.
USRD (United States Renal Data System) 2011. USRDS Annual Data
Report..http://www.usrds.org/2011/view/v2_12.asp Diakses pada 13
januari 2016