Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

HIPERPARATIROIDISME

Dosen :

Ns. Ahmad Hasyim Wibisono, M.Kep, MNg

Disusun Oleh:

Novrizqa Annisa Abipradani 175070207111005

Indah Kumala Sari 175070201111013

Agina Amalia Putri 175070201111025

Wahyu Indah Windarti 175070200111007

Avida Faj'rin 175070200111015

Nurita Sahara Baiduri 175070200111029

Aulia Maranantha Castrena 175070201111019

Alfi Noor Azizah 175070200111001

Sisvi Risna Ningtyas 175070200111021

Faiqotul Amalia 175070201111001

Siti Avifah Rahmmah 175070207111011

Heriberta Tabita 175070201111007

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih
dan rahmat-Nya yang diberikan, makalah yang berjudul “Hiperparatiroidisme” dapat
terselesaikan dengan baik. Adapun makalah ini penulis susun untuk memenuhi
kewajiban penugasan mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang turut membantu baik dalam segi moril maupun materiil. Sesuai
dengan pengembangannya, diharapkan makalah ini mampu memperluas wawasan
pembaca dalam bidang Keperawatan Medikal Bedah.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kelemahan baik
dari segi bahasa, pengolahan, maupun penyusunnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca makalah untuk perbaikan makalah ke
depannya sehingga dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Malang, 08 Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................. ................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi Hiperparatiroidisme .......................................................................... 1
1.2 Etiologi Hiperparatiroidisme .......................................................................... 1
1.3 Faktor Resiko Hiperparatiroidisme................................................................. 2
1.4 Patofisiologi Hiperparatiroidisme................................................................... 3
1.5 Manifestasi Klinis Hiperparatiroidisme .......................................................... 5
1.6 Pemeriksaan Diagnostik Hiperparatiroidisme ................................................ 5
1.7 Tatalaksana Medis Hiperparatiroidisme ........................................................ 6
1.8 Asuhan Keperawatan Hiperparatiroidisme .................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 14

iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Definisi Hiperparatiroidisme


Hiperparatiroid adalah produksi berlebihan hormon paratiroid oleh kelenjar
paratiroid, ditandai dengan dekalsifikasi tulang dan pembentukan batu ginjal, yang
mengandung kalsium.
Hiperparatiroid merupakan produksi berlebihan dari kelenjar paratiroid yang
mengakibatkan level kalsium di dalam darah meningkat. Biasanya peningkatan kadar
hormon paratiroid disebabkan oleh tumor kelenjar paratiroid atau kelenjar lain.
Akibat hormon paratiroid yang berlebihan, reasorpsi tulang distimulasi sehingga
kadar kalsium dalam serum tinggi. Kadar fosfat serum yang rendah menyertai kadar
hormon paratiroid yang tinggi. Tulang menjadi rapuh dan lemah. Banyak terjadi
pada usia lebih dari 50 tahun dan lebih dari 50% pasien dengan hiperparatiroid
ditandai dengan adanya batu ginjal.

Terdapat tiga jenis hiperparatiroidisme yaitu:

1. Hiperparatiroidisme primer
Hiperparatiroidisme primer merupakan suatu kelainan penyakit saat terjadi
pembesaran 1 kelenjar paratiroid atau lebih serta meningkatkan sekresi
paratiroid dan kadar kalsium serum sehingga terjadi hiperkalsemia.

2. Hiperparatiroidisme sekunder
Hiperparatiroidisme sekunder adalah kelainan diluar kelenjar paratiroid yang
menyebabkan hipokalsemia sehingga hormon paratiroid diproduksi secara
berlebihan untuk mengimbanginya.

3. Hiperparatiroidisme tersier
Hiperparatiroidisme tersier terjadi karena hipokalsemia yang berkepanjangan
sehingga terjadi hiperplasia kelenjar paratiroid.

1.2 Etiologi Hiperparatiroidisme


Etiologi hiperparatiroididme dibagi secara spesifik berdasarkan jenis-jenisnya, yaitu:

1
2

1. Hiperparatiroid Primer
a. Sekitar 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma
tunggal pada salah satu kelenjar tiroid
b. 15% lainnya disebabkan oleh hipertrofi keempat kelenjar paratiroid
(hyperplasia paratiroid) dan adenoma multipel
c. Sedikit kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh paratiroid
karsinoma
d. Radiasi ionisasi secara eksternal pada leher
e. Sebagian kecil disebabkan oleh hiperfungsi kelenjar paratiroid

2. Hiperparatiroid Sekunder
a. Peningkatan sekresi PTH terjadi sebagai respons terhadap hipokalsemia
b. Gagal ginjal kronis dapat merangsang produksi hormone paratiroid berlebih
c. Malabsorbsi, pada kelainan hepato bilier
d. Kegagalan atu atau lebih komponen dari mekanisme homeostatic kalsium
e. Metastase kanker prostat
f. Hungry Bone Syndrome
g. Foktor genetic (pseudohypoparathyroidsm)

3. Hiperparatiroid Tersier
a. Hiperparatiroid sekunder yang berlangsung lama menjadi tak terkendali
akan berkembang adenoma paratiroid otonom, menyebabkan peningkatan
PTH dan kalsium serum
b. Penyakit ginjal kronis yang berlangsung lama
c. Perubahan fungsi otonom jaringan paratiroid yaitu hiperparatiroidisme
hypercalcemic

1.3 Faktor Resiko Hiperparatiroidisme


Faktor yang dapat menyebabkan hiperparatiroidisme meliputi:
a. Usia lebih dari 50 tahun

2
3

b. Wanita yang mengalami menopause, mengalami penurunan estrogen yang


dapat memicu penurunan vitamin D, sehingga menyebabkan reabsorbsi kalsium
meningkat
c. Riwayat keluarga yang diturunkan seperti neoplasma endokrin tipe, Familial
Hypocalciuric Hypercalcemia
d. Seseorang dengan hyperplasia paratiroid, adenoma dan karsinoma
e. Parathormon yang meningkat menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi ginjal
menurun dan absorpsi kalsium oleh usus meningkat
f. Perubahan pada tulang (osteitis fibrosa sistika) dan nefrolitiasis
g. Pada pasien dengan gagal ginjal dimana ada banyak factor yang merangsang
produksi hormone paratiorid berlebih. Salah satu faktornya termasuk
hipokalsemia, kekurangan produksi vitamin D, karena penyakit ginjal
h. Riwayat keluarga yang diturunkan seperti multiple neoplasma, Familial
hypocalciuric hypercalcemia

1.4 Patofisiologi Hiperparatiroidisme


Overproduksi hormone paratiroid oleh tumor atau jaringan yang mengalamai
hyperplasia akan meningkatkan absorpsi kalsium dalam usus, mengurangi klirens
kalsium melalui ginjal dan meningkatkan pelepasan kalsium dalam tulang. Respon
terhadap keadaan yang berlebihan ini bervariasi pada setiap pasien karena alasan
yang tidak diketahui. Hipofosfatemia akan terjadi ketika hormone paratiroid yang
berlebihan menghambat reabsorpsi fosfat dalam tubulus renal. Hipofosfatemia akan
memperburuk keadaan hiperkalsemia dengan meningkatkan sensitivitas tulang
terhadap hormone paratiroid.

Dampak peningkatan kadar kalsium adalah hipotonisitas atau melemahnya otot;


pelepasan kalsium dari tulang menyebablan demineralisasi tulang, fraktur patologis,
dan nyeri tulang; peningkatan kadar kalsium serum/ darah membuat tubular ginjal
mereabsorpsi kalsium secara berlebihan sehingga terjadi hiperkalsiuria (tingginya
kalsium urine), yang akan meningkatkan risiko nefrolitiasis (batu ginjal),
menurunkan klirens kreatinin, dan terjadi gagal ginjal. Jika kadar kalsium meningkat
lebih dari 15 mg/dl maka akan terjadi krisis hiperkalsemia.

3
4

4
5

1.5 Manifestasi Klinis Hiperparatiroidisme


Manifestasi klinis yang biasanya dapat ditemukan pada seseorang yang menderita
Hiperparatiroidisme, yaitu:
a. Sistem pencernaan: berat badan menurun drastis walaupun jumlah makan
biasa, muntah, sulit menelan, pembesaran limfa, dan mencret.

b. Sistem reproduksi: gangguan siklus haid, penurunan libido, kemandulan,


ginekomastia pada laki-laki.

c. Kulit: Tidak tahan panas, keringat berlebihan, kulit basah, rambut rontok.

d. Psikis dan saraf: labil, mudah tersinggung, sulit tidur, tangan gemetar.

e. Jantung: jantung berdebar-debar, gangguan irama jantung, hipertensi, gagal


jantung.

f. Sistem otot dan tulang: mudah lelah, nyeri tulang, osteoporosis

1.6 Pemeriksaan Diagnostik Hiperparatiroidisme


Pada pasien dengan hiperparatiroidisme perlu dilakukan tes diagnostic antara lain:

1. Tes darah
Tes darah dibutuhkan untuk mengukur tingginya kadar kalsium dalam
darah. Tingginya kadar kalsium dalam darah merupakan indicator utama dalam
hiperparatiroid. Selain mengukur kalsium dalam darah, tes darah juga berfungsi
untuk mengukur PTH (paratiroid hormone), vitamin D, kreatinin, fosfor, dan
klorida atau alkalin fosfat dalam darah.
2. Tes densitas tulang
Tes ini bertujuan untuk mendeteksi adanya pengeroposan tulang karena
pasien dengan hiperparatiroid akan menunjukkan karakteristik hyperchloremic
metabolic asidosis dan defisiensi vitamin D yang dapat menyebabkan
osteoporosis
3. Pemeriksaan perkemihan
Glomerulus memfiltrasi rata-rata sebanyak 60 mL/menit. Pasien yang
dicurigai dengan hiperparatiroid harus melakukan pemeriksaan saluran

5
6

perkemihan dengan radiografi atau ultrasound untuk mendeteksi adanya


nephrocalcinosis atau nephrolithiasis. Pasien dengan kencing batu diidentifikasi
dengan adanya sekresi kalsium pada urin >400 mg/hari. Pemeriksaan urin 24
jam juga dapat menentukan adanya hypocalciuric hypercalcemia.
4. Pemeriksaan kelenjar tiroid
Pemeriksaan kelenjar tiroid ini meliputi pemeriksaan palpasi di area
leher, pada umumnya pasien dengan hiperparatiroidisme ditemukan massa dan
terjadi pembengkakan di area leher. Palpasi di area leher juga dapat
menentukan tingkatan pembesaran kelenjar tiroid. Tes lainnya dapat
menggunakan USG atau CT scan untuk dapat memberikan gambaran terkait
kondisi kelenjar tiroid.
5. Pemeriksaan ECG pada jantung
Hasil dari ECG dengan hiperparatiroid dengan keganasan (malignancy-
related hiperparatiroidsm) adalah ST memendek, T naik dan memanjang. Hal
tersebut menandakan adanya block pada konduksi di AV yang menyebabkan
aritmia.

1.7 Tatalaksana Medis Hiperparatiroidisme


1. Terapi yang diberikan bergantung pada penyebab dan keparahan penyakit.
2. Pengangkatan dengan cara bedah jaringan paratiroid abnormal untuk
hiperparatiroidisme primer. Pada periode preoperative anjurkan pasien untuk
minum cairan 2000 ml atau lebih untuk mencegah pembentukan kalkulus.
3. Hindari diuretic tiazid karena dapat menurunkan ekskresi kalsium ginjal.
4. Mobilitas yang cukup agar tulang yang mengalami stress normal melepaskan
sediki kalsium.
5. Berikan fosfat oral.
6. Pemberian hidrasi yang cukup.
7. Berikan obat-obat spesifik untuk mengatasi hiperlaksemia, termasuk steroid dan
diuretic yang dapat mengeluarkan kalsium. Contohnya : penggunaan preparat
vitamin D seperti 1,25 dihidroksikolekalsiferol untuk meningkatkan absorpsi
kalsium diet.

Jika pasien tidak dilakukan pembedahan maka, dapat dilakukan:

6
7

- Monitoring pasien harus secara reguler dengan serum kalsium setiap 6


bulan dan 24 jam ekskresi urin kalsium dan dilakukan pemeriksaan densitas
tulang setiap 12 bulan.
- Terapi estrogen dan biosphosphonate, terapi ini dapat menurunkan
beberapa efek PTH akan tetapi tidak dapat secara langsung mengontrol
kelenjar.

1.8 Asuhan Keperawatan Hiperparatiroidisme


Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hiperparatiroidisme

1. Pengkajian

Pengkajian meliputi:

a. Identitas pasien

b. Keluhan utama, antara lain:

 Nyeri tulang dan sendi

 Kelelahan otot, lethargi, dan sakit kepala

 Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, anorexia, obstipasi


dan nyeri lambung yang akan disertai penurunan berat badan

 Depresi

c. Riwayat trauma/fraktur tulang

d. Riwayat radiasi daerah leher dan kepala

e. Riwayat penyakit terdahulu

f. Riwayat penyakit dalam keluarga

g. Pemeriksaan fisik yang mencakup:

 Observasi dan palpasi adanya deformitas tulang

 Amati warna kulit, apakah tampak pucat

 Perubahan tingkat kesadaran

7
8

h. Bila kadar kalsium tetap tinggi, maka akan tampak tanda psikosis organic
seperti bingung bahkan koma dan bila tidak ditangani segera
kemungkinan terburuk akan terjadi kematian

i. Pemeriksaan diagnostik, yang meliputi:

 Pemeriksaan laboratorium:

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menentukan kadar


kalsium dalam plasma yang merupakan pemeriksaan terpenting
dalam menegakkan kondisi hiperparatiroidisme. Hasil
pemeriksaan laboratorium pada hiperparatiroidisme primer
akan ditemukan peningkatan kadar kalsium serum; kadar serum
fosfat anorganik menurun sementara kadar kalsium dan fosfat
urine meningkat.

 Pemeriksaan radiologi:

Pada pemeriksaan radiologi akan tampak penipisan tulang dan


terbentuk kista dan trabekula pada tulang.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan


hiperparatiroidisme antara lain:

 Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cedera fisik

 Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan kelemahan


otot

 Kekurangan volume cairan (00027) berhubungan dengan


kehilangan cairan aktif

 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh


(00002) berhubungan dengan anoreksia

 Resiko cedera (00035) berhubungan dengan berkuruangnya


jumlah mineral yang terdapat pada tulang yang mengakibatkan
fraktur patologi

8
9

3. Intervensi Keperawatan

a) Diagnosa : Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cedera fisik

Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 4x24 jam nyeri pada klien
berkurang atau hilang

NOC : Tingkat Nyeri

Kriteria Hasil :

1) Melaporkan nyeri berkurang atau hilang


2) Posisi tubuh melindungi
3) Frekuensi nyeri berkurang
4) Lamanya nyeri berlangsung
5) Ekspresi wajah saat nyeri

Skala penilaian NOC :

1. Tidak pernah dilakukan


2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan

NIC : Manajemen Nyeri

1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,


karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus

2) Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa


lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat
prosedur

3) berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama


akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur

4) Kolaborasi : Pemberian analgesic. Kolaborasikan pemberian obat anti


nyeri (analgesic)

9
10

b) Diagnosa : Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan kelemahan


otot

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,


pasien dapat melakukan aktivitas dengan normal

NOC : Konservasi Energi

Kriteria hasil :

1. saturasi oksigen dalam batas normal, TD dalam batas normal, rata-


rata respirasi dalam batas normal saat beraktivitas
2. melaporkan adanya kekuatan otot, mampu memenuhi kebutuhan
sehari-hari

NIC : Terapi aktivitas

1) kaji respons emosi, sosial, dan spiritual klien terhadap aktivitas

2) bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas

3) ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu

4) kolaborasikan dengan ahli terapi fisik

c) Diagnosa : Kekurangan volume cairan (00027) berhubungan dengan


kehilangan cairan aktif

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam


diharapkan kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi

NOC : Hidrasi

Kriteria hasil : Kulit dan membrane mukosa lembab, peningkatan


hematocrit

NIC : Manajemen cairan

1) pantau status hidrasi (kelembapan membrane mukosa, keadekuatan


nadi)

10
11

2) tingkatkan asupan oral (berikan cairan di antara waktu makan)

3) anjurkan pasien unruk menginformasikan perawat bila haus

4) kolaborasi : berikan terapi IV

d) Diagnosa : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh


(00002) berhubungan dengan anoreksia

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam


diharapkan nutrisi klien terpenuhi

NOC : Status nutrisi

Kriteria hasil :

1. adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan,


2. tidak ada tanda-tanda malnutrisi,
3. tidak adanya penurunan BB yang berarti

NIC : Manajemen nutrisi

1) pantau kandungan nutrisi dan kalori

2) berikan pasien minuman dan makanan bergizi, tinggi protein, tinggi


kalori yang siap dikonsumsi

3) instruksikan ke pasien agar menarik napas dalam, perlahan dan


menelan secara sadar

4) berikan obat antiemetic kolaborasi dengan tenaga medis

e) Diagnosa : Resiko cedera (00035) berhubungan dengan berkuruangnya


jumlah mineral yang terdapat pada tulang yang mengakibatkan fraktur
patologi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan 4x24 jam diharapkan klien tidak


akan menderita cedera, seperti yang ditunjukkan oleh tidak terdapatnya
fraktur patologi

11
12

NOC : Pengendalian resiko

Kriteria hasil :

1. Pengetahuan tentang resiko


2. Monitor lingkungan yang dapat menjadi resiko
3. tidak terjadi cedera fisik
4. mengungkapkan tidak adanya nyeri atau peningkatan
ketidaknyamanan

NIC : Pencegahan jatuh

1) Lindungi klien dari kecelakaan jatuh, karena klien rentan untuk


mengalami fraktur patologis bahkan oleh benturan ringan sekalipun. Bila
klien mengalami penurunan kesadaran pasanglah tirali tempat tidurnya

2) Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari selama terjadi


kelemahan fisik

3) Atur posisi yang tidak melelahkan klien

4) Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik seperti cara mengubah
posisi tubuh, dan cara berjalan serta menghindari perubahan posisi yang
tiba-tiba

6) Ajarkan klien cara menggunakan alat bantu berjalan bila dibutuhkan.


Anjurkan klien agar berjalan secara perlahan-lahan

4. Implementasi

Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang ada

5. Evaluasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (penyakit)

 Klien mengatakan nyeri berkurang

 Ekspresi wajah tenang

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot

12
13

 Saturasi oksigen dalam batas normal

 TD dalam batas normal saat beraktivitas

 Rata-rata respirasi dalam batas normal saat beraktivitas

 Melaporkan adanya kekuatan otot

 Mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari

3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan ciran aktif

 Kulit dan membrane mukosa lembab

4) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia

 Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan

 Tidak ada tanda-tanda tidak adanya penurunan BB yang berarti

5) Resiko cedera berhubungan dengan berkuruangnya jumlah mineral yang


terdapat pada tulang yang mengakibatkan fraktur patologis

 tidak adanya cedera fisik

 tidak adanya nyeri

 terjadi peningkatan kenyamanan

13
14

DAFTAR PUSTAKA

Better Health Channel. 2013 .Thyroid issues-the parathyroid glands. At


www.betterhealth.vic.gov.au

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). United States of America: Mosby Elsevier.

Nanda International. (2015). Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2015-2017


(10th ed.). Jakarta: EGC.

Reema Mallick., Herbert Chen. 2018. Diagnosis and Management of


Hyperparathyroidism. Advances in Surgery. 52: 137-153

Mishra, etc. 2018. Triad of Hyperparathyroidism, Hypercalcemia and the Heart:


Hyperparathyroidism: Licks the Body, Blocks the Heart. Ascepius: Journal of
Clinical Cardiology and Diagnostic (Case Report). 1(1): 1-5

John P. Bilezikian, M. C., & Stephen Marx, M. N. (2012, August). Primary


Hyperparathyroidism. Retrieved February 7, 2019, from National Institute of
Diabetes and Digestive and Kidney Diseases: https://www.niddk.nih.gov/

Eufrazino, C.Epidemiology of Primary Hyperparathyroidism and its Non-Classical


Manifestation in the City of Recife, Brazil.Clinical Medicine Insights:
Endocrinology and Diabetes.2013;6:69-74

Dochterman, J.M., & Bulechek, G.M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC)
(5th ed.). America: Mosby Elsevier.

Aini, Nur., dan Ledy Martha Aridiana. 2016. Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin
dengan Pendekatan NANDA NIC NOC. Jakarta:Salemba Medika.

14

Anda mungkin juga menyukai