Disusun Oleh :
1. Ngizza Aulia Salsabilla (P1337434118029)
2. Siti Fatimah (P1337434118031)
3. Nurhayana (P1337434118032)
4. Monita Teveningrum (P1337434118033)
5. Resita Bella Nurtiara (P1337434118034)
6. Febe Cindy Cintya D (P1337434118035)
7. Errina Septiyasari Latifah (P1337434118036)
8. Rianita Putri (P1337434118037)
9. Istikharoh (P1337434118039)
10. Novia Aprilia Kusuma D (P1337434118040)
11. Shinta Putri Nabilah (P1337434118041)
12. Nur Apriliantiningsih (P1337434118042)
13. Annisa Nur Utami (P1337434118084)
14. Lutfiah Firdaus (P1337434118081)
15. Erna Tri Prasetyawati (P1337434118086)
16. Alyda Ziva Arien (P1337434118087)
17. Wulan Dhani K (P1337434118088)
18. Safira Zahro (P1337434118089)
19. Alfiyyah Raihannah Z (P1337434118087)
20. Meika Sovanita (P1337434118095)
21. Vira Puspasari (P1337434118096)
I. Latar Belakang
Tuberkulosis atau TB masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang menjadi tantangan global. Program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis di
Indonesia menggunakan strategi DOTS sejak tahun 1995. Salah satu komponen
penting dalam strategi DOTS adalah tersedianya layanan diagnosis TB yang
berkualitas untuk penegakan diagnosis, follow up pasien dan menentukan hasil
akhir pengobatan pasien TB. Kualitas pemeriksaan laboratorium TB merupakan
penentu kualitas program TB. Indonesia merupakan negara pertama diantara
negara-negara dengan beban TB yang tinggi di wilayah Asia Tenggara yang
berhasil mencapai target Global untuk TB pada tahun 2006, yaitu 70% penemuan
kasus baru TB BTA positif dan 85% kesembuhan. Berdasarkan hasil Survei
Prevalensi TB tahun 2013-2014 angka prevalensi TB di Indonesia adalah adalah
660 per 100.000 penduduk. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai peringkat kedua
negara dengan beban TB yang tertinggi di dunia.
Beberapa tantangan yang perlu menjadi perhatian dalam program TB
adalah tingginya kasus TB yang belum ditemukan, TB Resisten Obat (TB RO),
kolaborasi TB/ HIV, TB Diabetes, TB pada anak dan masyarakat rentan lainnya.
Pelaksanaan Program Pananggulangan TB (P2TB) telah diatur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 67/Menkes/SK/V/2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis. Berbagai terobosan telah dilakukan dalam Program
TB, diantaranya penggunaan alat Tes Cepat Molekuler (TCM) dan perubahan
algoritma diagnosis TB dimana penegakan diagnosis TB dilakukan dengan alat
TCM sesuai dengan akses terhadap alat tersebut. Keberadaan alat ini harus
dimanfaatkan seluas-luasnya dengan membuka akses pemeriksaan melalui
perubahan alur, pengembangan mekanisme rujukan dengan menyediakan fasilitas
rujukan; jejaring transportasi contoh uji rujukan, diseminasi cara pengemasan
contoh uji melalui video tutorial yang telah disiapkan. Secara nasional, sebanyak
66% tenaga laboratorium di faskes pelaksana DOTS telah terlatih pemeriksaan
mikroskopis TB, namun belum terlatih pemeriksaan TCM. Selain itu, mutasi
petugas, pengembangan wilayah, pengembangan fasyankes serta kemajuan di
bidang teknis pengendalian TB menyebabkan diperlukan pelatihan untuk
pemenuhan tenaga teknis laboratorium yang terampil sesuai kebutuhan program
TB yaitu untuk pemeriksaan mikroskopis dan TCM. Dalam era desentralisasi
penyelenggaraan pelatihan termasuk pelatihan tenaga teknis laboratorium TB
dilakukan secara mandiri oleh masing-masing provinsi, Program TB di pusat
berperan sebagai pendukung. Sebagai upaya pemenuhan tenaga teknis
laboratorium yang terampil sesuai kebutuhan program TB, diperlukan pelatihan
dengan kurikulum yang terakreditasi serta dilengkapi dengan materi pembelajaran
yang konsisten, sistematis dan terbaharui sesuai kondisi saat ini.
Tuberkulosis atau TB masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang menjadi tantangan global. Saat ini peringkat Indonesia telah turun
menjadi kedua diantara negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Berbagai
tantangan penaggulangan TB seperti TB/HIV, TBDM, MDRTB, TB pada anak
dan masyarakat rentan lainnya. Komponen sumber daya manusia (SDM)
dalam mendukung pelaksanaan kegiatan Program Penanggulangan TB harus
dipenuhi sesua i tingkatan layanan yaitu FKTP dan FKRTL dan faskes la
swasta standar minimal disemua innya baik pemerintah dan kapasitas teknis
dan manajemen perlu diperkuat dengan pendekatan yang sistematis untuk
pengembangan sumber daya manusia ini. Semua jenis SDM yang diperlukan
dalam Penanggulangan TB secara teratur dilakukan pemantauan untuk
mengetahui kebutuhan baru sejalan dengan pemekaran wilayah yang diikuti
perkembangan Fasyankes dan atau penggantian staf terla tih yang alih tugas
(turn over). Dalam rangka meningkatkan mutu, profesionalisme dan
kompetensi tenaga kesehatan diperlukan berbaga i upaya, diantaranya melalui
pendidikan dan pelatihan. Pelatihan merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehata n.baik di FKTP
dan FKRTL Pelatihan SDM harus mengacu pada Pedoman Penyelenggaraan
Pelatihan P2 TB yang mana didalam nya standar antara lain Kurikulum ,
Fasyankes Rujukan Tingkat Lanjut Materi Modul Pelatihan TB di ini
memberikan petunjuk pelatihan yang harus diberikan kepada seluruh
pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam upaya Penanggulangan TB di
Indonesia.
A. Tujuan Umum:
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu melakukan pemeriksaan
laboratorium TB yaitu pemeriksaan mikroskopis dan TCM di fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai standar.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu :
1. Menjelaskan Kebijakan Nasional Program Penanggulangan Tuberkulosis.
2. Menjelaskan Kebijakan Direktorat Mutu Akreditasi Pelayanan Kesehatan
dalam mendukung laboratorium TB.
3. Melaksanakan keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium TB.
4. Melaksanakan pemeriksaan Mikroskopis TB; memberikan bimbingan
pengumpulan contoh uji dahak dan menilai kualitas dahak, membuat sediaan
hapus dahak, melakukan pewarnaan, melakukan pembacaan mikroskopis TB
dan pencatatan pelaporan.
5. Melaksanakan pemeriksaan tes cepat molekuler (TCM) meliputi persiapan
alat dan contoh uji, pemeriksaan, analisis hasil dan pencatatan pelaporan.
6. Melaksanakan pemantapan mutu laboratorium TB.
7. Melaksanakan pemeliharaan alat: mikroskop dan mesin TCM