Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HEMOPOESIS
Dosen pembimbing:

EKO RETNO, S, Si, M, Si., M. Farm., Apt

Disusun oleh:

Affrah salsabila (52019050058)

PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS AJARAN


2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatNyalah, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang kami
miliki, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah kami perlukan untuk
pengembangan makalah ini kedepan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
DAFTAR ISI
Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Bab II Pembahasan

A. Darah
B. Pembentukan Sel Darah (Hemopoesis/Hematopoiesis)
C. Sel Darah Merah (Eritrosit)
D. Hemoglobin
E. Sel Darah Putih (Leukosit)
F. Trombosit
Bab III Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam kehidupan manusia pembentukan sel-sel darah sangat berperan penting
dalam proses penumbuhan dan perkembangan seorang individu , seperti yang kita
ketahui bahwa ada sebuah kehidupan d muka bumi ini yang berawal dari kehidupan
fetus hingga bayi dilahirkan, pembentukan sel darah berlangsung dalam tiga tahap
yaitu:
1. Pembentukan di saccus vitelinus
2. Pembentukan dihati, kelenjar limfe dan limpa
3. Pembentukan di sumsum tulang.
Sesudah lahir semua sel darah dibuat pada sumsum tulang kecuali limfosit
yang juga dibentuk di kelenjar limfe, thymus dan lien. Pada orang dewasa
pembentukan sel-sel darah dibentuk diluar sumsum tulang masih dapat terjadi
bila sumsum tulang mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis.
Sapa dengan usia 5 tahun pada dasarnya semua tulang dapat menjad tempat
pembentukan sel darah tetapi susmsum tulang dari tulang panjang kecuali
bagian proksimal, humerus, dan tibia, tidak lagi membentuk sel darah setelah
usia mencapai 20 tahun. Setelah usia 20 tahun sel darah diproduksi terutama
pada tulang belakang, sternum tulang iga dan ilium. Dengan demikian peran
pembentukan sel-sel darah sangat penting dalam tubuh dan perkembangan
seseorang.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana proses pembentukan sel darah?
2. Apakah yang dimaksud dengan eritrosit?
3. Apakah yang dimaksud dengan leukosit?
4. Apakah yang dimaksud dengan hemoglobin?
5. Apakah yang dimaksud dengan trombosit?

C. Tujuan
1. Mengetahui proses pembentukan sel darah
2. Mengetahui pengertian eritosit beserta hal-hal yang berkaitan dengan eritosit
3. Mengetahui pengertian leukosit beserta hal-hal yang berkaitan dengan leukosit
4. Mengetahui pengertian homoglobin beserta hal-hal yang berkaitan dengan
homoglobin
5. Mengetahui pengertian trombosit beserta hal-hal yang berkaitan dengan
trombosit
Bab II
PEMBAHASAN

A. Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua tingkat tinggi yang
berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebaga
pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan
dengan darah di awali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari
kata yunani haima yang berarti darah. Secara umum fungsi darah adalah
sebaga alat transportasi oksigen, karbon dioksida, zat gizi dan sisa
metabolisme, mempertahankan keseimbangan basa, mengatur cairan
jaringan dan cairan ekstra sel, mengatur suhu tubuh, dan sebagai
pertahanan tubuh dengan mengedarkan antibodi dan sel darah putih. Sel-sel
darah tersebut mempunyai umur tertentu, sehingga dibutuhkan
pembentuakn sel-sel darah baru yang disebut hematopoesis.

B. Pembentukan sel darah (hemopoesis/hematopoesis)


Hemopoesis atau hematopoesis ialah proses pembentukan darah.
Tempat hemopoesis pada manusa berpindah-pindah sesuai dengan umur:
a. Janin : Umur 0-2 bulan (kantung kuning telur
Umur 2-7 bulan (hati, limpa)
Umur 5-9 bulan (sumsum tulang)
b. Bayi : Sumsum tulang
c. Dewasa : Vertebra, tulang iga, sternum, tulang tengkorak, sacrum dan
pelvis, ujung proksimal femur.

Pada orang dewasadalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada sumsum
tulang. Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan:

1. Sel induk hemopoetik


Sel induk hemopeotik ialah sel yang akan berkembang menjad sel-sel darah,
termasuk eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang
seperti fibroblast. Sel ndk yang paling primitif sebagai pluripotent (totipotent) stem
cell.
Sel induk pluripotent memnpunyai sifat:
a. Self renewal: kemampuan memperbaharui diri sendiri sehingga tidak
akan pernah habis meskipun terus membelah.
b. Diferensiatif: kemampuan ntuk mematangkan diri menjadi sel-sel
dengan fungsi tertentu.
c. Prolifeative: kemampuan membelah atau memperbanyak diri.

Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik dapat dibagi
menjadi 4 yaitu:

 Pluripotent (totipotent) stem cell


 Committeed stem cell
 Oligopotent stem cell
 Unipotent stem cell

2. Lingkungan mikro (microenvirontment) sumsum tulang


Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel induk
tumbuh secara kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi:
a. Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang
b. Sel-sel stroma:
 Sel endotel
 Sel lemak
 Fibroblast
 Makrofag
 Sel reticulum
c. Matriks ekstraseluler: fibronektin, haemonektin, laminin, kolagen, dan
proteoglikan.

Lingkungan mikro sangat penting dalam hemopoesis karena berfungsi untuk:


a. Menyediakan nutrisi dan bahan hemopoesis yang dibawa oleh peredaran darah
mikro dalam sumsum tulang.
b. Komunikasi antara sel (cell to cell commnication), terutama ditentukan oleh
adanya adhesion molecule.
c. Menghasilkan zat yang mengatur hemopeosis: hematopoietic growth factor,
cytokine, dll.

3. Bahan-bahan pembentuk darah


Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah:
a. Asam folat dan vitamin B12: merupakan bahan pokok pembentuk inti sel
b. Besi: sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin
c. Cobalt, magnesium, Cu, Zn.
d. Asam amino
e. Vitamin lain: vitamin C. Vitamin B kompleks, dll

4. Mekanisme regulasi
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas
pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke
daerah tepi sehingga sumsum tulang dapat merespon kebutuhan tubuh dengan
tepat. Produksi kompenen darah yang berlebihan atau pun kekurangan (defisiensi)
sama-sama menimbulkan penyakit zat yang berpengaruh dalam mekanisme regulasi
ini adalah:
a. Faktor pertumbuhan hemopoesis (hematopoietic growth factor):
 Granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
 Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)
 Macrophage-colony stimulating factor (M-CSF)
 Trhombopoietin
 Burst promoting activity (BPA)
 Stem cell factor (kit ligand)

b. Sitokon (cytokine) seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-8, IL-9,
IL-9, IL-10.
Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri,
seperti limfosit, monosit, atau makrofag, serta sebagian oleh sel-sel penunjang,
seperti fibroblast dan endotil. Sitokin ada yang merangsang pertumbuhan sel
induk (stimulatory cytokine), sebagian lagi menekan pertumbuhan sel induk
(inhibitory cytokine). Keseimbangan kedua jenis sitokin ini sangat menentukan
proses hemopoesis normal.

c. Hormon hemopoetik spesifik yaitu Erythrpoietin : merupakan hormon yang


dibentuk diginjal khusus merangsang precursor eritroid.

d. Hormon nonspesifik
Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk hemopoesis,
seperti :

- Androgen : berfungsi menstimulasi eritropoesis.


- Estrogen : menimbulkan inhibisi eritropoesis.
- Glukokortikoid.
- Growth hormon
- Hormone tiroid

Dalam regulasi hemopoesis normal terdapat feed back mechanism : suatu


mekanisme umpan balik yang dapat merangsang hemopoesisjika tubuh kekurangan
komponen darah (positive loop) atau menekan hemapoesis jika tubuh kelebihan
komponen darah tertentu (negative loop).

C. Sel Darah Merah (Eritrosit)


Eritrosit membawa hemoglobin didalam sirkulasi. Ia merupakan cakram bikonkaf yang
dibentuk dalam sumsum tulang. Pada mamalia, ia kehilangan intinya sebelum memasuki
sirkulasi. Untuk mengangkut hemoglobin agar berkontak erat dengan jaringan dan agar
pertukaran gas berhasil, eritrosit yang berdiameter 8 μm harus dapat secara berulang
melalui mikrosirkulasi yang diameter minimumnya 3,5 μm, untuk mempertahankan
hemoglobin dalam keadaan tereduksi (ferro) dan untuk mempertahankan keseimbangan
osmotik walaupun konsentrasi protein (hemoglobin) tinggi dalam sel. Perjalanan secara
keseluruhan selama masa hidupnya yang 120 hari diperkirakan sepanjang 480 km (300 mil).
Untuk memenuhi fungsi ini, eritrosit adalah cakram bikonkaf yang fleksibel dengan
kemampuan menghasilkan energy sebagai adenosin trifosfat (ATP) melalui jalur glikolisis
anaerob (Embden-meyerhof) dan menghasilkan kekuatan pereduksi sebagai NADH melalui
jalur ini serta sebagai nikotinamida adenine dinukleotida fosfat tereduksi (NADPH) melalui
jalur pintas heksosa monofosfat.
a. Eritropoiesis
Pembentukan eritrosit (eritropoiesis) merupakan suatu mekanisme umpan balik. Ia
dihambat oleh peningkatan kadar eritrosir bersirkulasi dan dirangsang oleh anemia. Ia juga
dirangsang oleh hipoksia dan peningkan aklimatisasi ke tempat tinggi. Eritropoiesis
dikendalikan oleh suatu hormon glikoprotein bersirkulasi yang dinamai eritropoietin yang
terutama disekresikan oleh ginjal.
Setiap orang memproduksi sekitar 10 eritrosit baru tiap hari melalui proses eritropoiesis
yang kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoiesis berjalan dari sel induk menjadi
prekursor eritrosit yang dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang, yaitu pronormoblas.
Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua, dengan inti ditengah dan
nucleoli, serta kromatin yang sedikit menggumpal. Pronormoblas menyebabkan
terbentuknya suatu rangkaian normoblas yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan
sel. Normoblas ini juga mengandung sejunlah hemoglobin yang makin banyak (yang
berwarna merah muda) dalam sitoplasma, warna sitoplasma makin biru pucat sejalan
dengan hilangnya RNA dan apparatus yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti
menjadi makin padat. Inti akhirnya dikeluarkan dari normoblas lanjut didalam sumsum
tulang dan menghasilkan stadium retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA ribosom
dan masih mampu mensintesis hemoglobin.

Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari dalam
sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur,
terutama berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna merah
muda seluruhnya, adlah cakram bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas biasanya
menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel darah merah berinti (normoblas) tampak dalam darah
apabila eritropoiesis terjadi diluar sumsum tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga
terdapat pada beberapa penyakit sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah
tepi manusia yang normal.
b. Membran Eritrosit
Membran eritrosit terdiri atas lipid dua lapis (lipid bilayer), protein membran integral,
dan suatu rangka membrane. Sekitar 50% membran adalah protein, 40% lemak, dan 10 %
karbohidrat. Karbohidrat hanya terdapat pada permukaan luar sedangkan protein dapat
diperifer atau integral, menembus lipid dua lapis.
D. Hemoglobin
Pigmen merah pembawa oksigen didalam eritrosit vertebrata merupakan hemoglobin,
suatu protein dengan berat molekul 64.450. Hemoglobin suatu molekul globin yang
dibentuk 4 subunit. Tiap subunit mengandung suatu gugus hem yang dikonjugasi ke suatu
poplipeptida. Hem merupakan turunan porfirin yang mengandung besi. Polipeptida dinamai
secara bersama-sama sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin. Ada 2 pasangan
polipeptida dalam tiap molekul hemoglobin, 2 subunit mengandung satu jenis polipeptida
dan 2 mengandung lainnya. Pada hemoglobin manusia dewasa normal (hemoglobin A), 2
jenis polipeptida dinamai rantai α, masing-masingnya mengandung 141 gugusan asam
amino dan rantai β, yang masing-masingnya mengandung 146 gugusan asam amino.
Sehingga hemoglobin A dinamai α2β2. Tidak semua hemoglobin dalam darah dewasa normal
merupakan hemoglobin A. sekitar 2,5% hemoglobin merupakan hemoglobin A2, tempat
rantai β digantikan oleh δ (α2δ2). Rantai δ juga mengandung 146 gugusan asam amino,
tetapi 10 gugusan tersendiri berbeda dari yang dalam rantai β.
Ada sejumlah kecil dari rantai 3 turunan hemoglobin A yang berhubungan erat dengan
hemoglobin A yang diglikolisasi. Salah satu dari ini, hemoglobin A1c (HbA1c), mempunyai
suatu glukosa yang dilekatkan ke valin terminal dalam tiap rantai β dan mempunyai minat
khusus karena jumlah dalam darah meningkat didalam diabetes mellitus terkontrol buruk.
2+
Hemoglobin mengikat O2 untuk membentuk oksihemoglobin, O2 yang melekat ke Fe
didalam hem. Afinitas hemoglobin bagi O2 dipengaruhi oleh pH, suhu, dan dan konsentrasi
+
2,3-difosfogliserat (2,3-DPG). 2,3-DPG dan H bersaing denganO2 dalam pengikatan ke
hemoglobin di deoksigenasi, yang menurunkan afinitas hemoglobin bagi O2 dengan
memindahkan posisi 4 rantai polipeptida (struktur kuatener).
Bila darah terpapar ke berbagai obat dan zat pengoksidasi lain in vitro atau in vivo,
2+ 3+
maka besi fero (Fe ) dalam molekul diubah ke ion feri (Fe ), yang membentuk
methemoglobin. Methemoglobin berwarna gelap dan bila ia ada didalam jumlah besar
didalam sirkulasi, maka ia akan menyebabkan pewarnaan kulit berwarna kehitaman yang
menyerupai sianosis. Normalnya timbul sejumlah oksidasi hemoglobin ke methemoglobin,
tetapi system enzim didalam eritrosit, system NADH-methemoglobin reduktase, mengubah
methemoglobin kembali ke hemoglobin.
Hemoglobin dewasa normal.
(Haematology at a Glance, oleh Victor Hoffbrand, edisi ke-2, London 2005, hal 10)

Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin membentuk karbonmonoksi


hemoglobim (karboksihemoglobin). Afinitas hemoglobin bagi O2 jauh lebih rendah
dibandingkan afinitasnya bagi karbon monoksida, yang akibatnya menggeser O2 dari
hemoglobin, yang mengurangi kapasitas darah membawa oksigen.

a. Sintesis Hemoglobin
Kandungan hemoglobin normal rata-rata 16 g/dl pada pria dan 14 g/dl pada wanita,
yang semuanya terdapat dalam eritrosit. Didalam badan pria 70 kg ada sekitar 900 g
hemoglobin serta 0,3 g hemoglobin dirusak dan 0,3 g disintesis setiap jam. Bagian hem dari
molekul hemoglobin disintesis dari glisin dan suksinil-KoA.

b. Katabolisme Hemoglobin
Bila eritrosit tua dirusak di dalam system retikuloendotel, maka bagian globin molekul
hemoglobin dipecah dan hem diubah ke biliverdin. Pada manusia, kebanyakan biliverdin
diubah ke bilirubin dan diekskresikan ke dalam empedu. Besi dari hem digunakan kembali
untuk sintesis hemoglobin; jika darah hilang dari badan dan defisiensi besi tidak dikoreksi,
maka timbul anemia defisiensi besi.
(Haematology at a Glance, oleh Victor Hoffbrand, edisi ke-2, London 2005, hal 11)

c. Pemberi warna merah pada darah


Protein heme berfungsi dalam pengikatan dan pengangkutan O2, serta fotosintesis.
Gugus prostetik heme merupakan senyawa tetrapirol siklik, yang jejaring ekstensifnya
terdiri atas ikatan rangkap terkonjugasi, yang menyerap cahaya pada ujung bawah spektrum
visibel sehingga membuatnya berwarna merah gelap. Senyawa tetrapirol terdiri atas 4
molekul pirol yang dihubungkan dalam cincin planar oleh 4 jembatan metilen-α. Substituen
β menentukan bentuk sebagai heme atau senyawa lain. Terdapat 1 atom besi fero (Fe2+)
pada pusat cincin planar, yang bila teroksidasi, akan menghancurkan aktivitas biologik.

E. Sel Darah Putih (Leukosit)


Leukosit tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoeboid dan dapat
menembus dinding kapiler /diapedesis. Jumlah normal 4 × 109 hingga 11 × 109 sel leukosit
dalam satu liter darah manusia dewasa yang sehat atau sekitar 7000 - 25000 sel per tetes
(Harahap, 2008). Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah
putih. Dilihat dibawah mikroskop sitoplasmanya sel darah putih mempunyai granula
spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam
sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi. Sedangkan yang tidak
mempunyai granula sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal.
Granula dianggap spesifik bila secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada
sebagian besar precursor (prazatnya) (Effendi, 2003).
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme
terhadap zat-zat asing. Leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-
sel endotelium dan menembus ke dalam jaringan penyambung. Bila memeriksa variasi
fisiologi dan patologi sel-sel darah tidak hanya persentase tetapi juga jumlah absolut
masing-masing jenis per unit volume darah harus diambil (Effendi, 2003). Ada enam macam
sel darah putih yang secara normal ditemukan dalam darah yaitu neutrofil
polimorfonuklear, eosinofil polimorfonuklear, basofil polimorfonuklear, monosit, limfosit
dan kadang-kadang sel plasma. Sel-sel polimorfonuklir seluruhnya mempunyai gambaran
granular sehingga disebut granulosit. Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap
organisme penyerang terutama dengan cara mencernanya yaitu melalui fagositosis. Fungsi
pertama sel limfosit dan sel-sel plasma berhubungan dengan sistem imun.
F. Trombopoiesis
a. Perkembangan trombosit di sumsum tulang
Pada trobopoiesis terjadi proses poliploidisasi berulang kali yang menimbulkan berbagai
tipe sel 2N-32N (64N) melalui endoreduplikasi DNA. Terdapat tiga macam bentuk sel yang
dapat dikenali :
· Megakarioblas
Badan sel biasanya lebih besar dari pada badan sel proeiritroblas. Perbandingan antara
inti dan sitoplasma berubah karena inti menjadi lebih besar. Kepadatan kromatin inti
berbeda-beda. Nukleolus sebagian besar tertutup, tetapi terdapat dalam jumlah besar. Pada
penyatuan inti yang mencolok terdapat sel yang berinti dua hingga empat. Sitoplasma
tampak nasofilik kuat, terbebas dari granulasasi dan dibagian tepi kadang-kadang terlihat
sedikit menjuntai. Sering terdapat trombosit yang melekat.
· Promegakariosit
Promegakarisit adalah megakariosit yang setengah matang. Produk poliploidasi
megakarioblas yang berdemensi besar. Inti sel sangat besar dan sedikit berlobus selain
bentuk dengan kecenderungan segmentasi (berlobus) yang dapat dikenali dengan jelas.
Kromatin inti sebagian besar teranyam rapat, nukleoulus yang ada kebanyakan terselubungi.
Sitoplasma tampak basofilik dengan beberapa areaazurofilik, yang menunjukan permulaan
aktivitas trombopoesis. Luas sitoplasma bertambah secara nyata. Ditepi sel terdapat
trobosit yang melekat
· Megakariosit yang matang
Sel terbesar yang dijumpai pada hematopoiesis di sumsum tulang dalam kondisi
normal. Serangkaian gumpalan inti yang khas terbentuk dari sitoplasma azurofilik ditutupi
bintik-bintik halus, sebagai perwujudan terakhir pembentukan trombosit yang aktif.
Perluasan dan penonjolan bagian sitoplasma azurofilik menandakan suatu persiapan
pelepasan trombosit.
Sebagian kecil megakariosit (dibawah 10%) menunjukkan inti tunggal atau ganda yang
berbentuk bulat-oval dan kecil (yang lebih dikenal sebagai mikromegakariosit) pada
pengecilan diameter sel. Elemen-elemen ini juga memiliki aktivitas trombopoetik.
b. Stadium pelepasan trombosit
Struktur sitoplasma megakariosit yang berada pada tahap ini, dan saling berhubungan,
menunjukkan penjuluran yang tidak beraturan dan bertambahnya peluruhan. Pada keadaan
ini, terbentuk makropartikel yang tak terbilang banyaknya dan selanjutnya mikropartikel
dengan granulasi azurofilik yang merupakan trombosit matang. Sisa inti yang tidak
mengandung sitoplasma tetap ada sampai dihancurkan oleh makrofag di sumsum tulang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembentukan sel darah (hemopoiesis) merupakan proses pembentukan komponen sel
darah, dimana terjadi Proliferasi, Maturasi dan Diferensiasi sel yang terjadi secara serentak.
Dimana sel-sel darah terdiri eritrosit , leukosit dan trombosit. Sel-sel darah tersebut
mempunyai peranan penting di dalam tubuh. Diantaranya :
ü Eritrosit berfungsi membawa O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru.
Untuk mencapai pertukaran gas ini, eritrosit mengandung protein khusus yaitu hemoglobin.
ü Leukosit berfungsi membawa makanan dari tempat penyerapan ke seluruh tubuh, membawa
bahan buangan dalam arah sebaliknya dan mempertahankan tubuh dari benda asing yang
berbahaya.
ü Trombosit berfungsi mencegah tubuh kehilangan darah akibat perdarahan di dinding
pembuluh darah.

B. Saran
Darah mempunyai peranan yang sangat penting dalam tubuh makhluk hidup. Jika
terjadi kelainan yang berhubungan dengan darah, dapat menyebabkan timbulnya penyakit
yang menyerang makhluk hidup. Agar terhindar dari penyakit, sudah sepatutnya kita
menjaga tubuh kita. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk mengenal pembentukan sel
darah. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa saja.
DAFTAR PUSTAKA
Mehta AB, Hoffbrand AV, Hematological aspect of systemic disease. In Hoffbrand AV, Tuden
H, eds. Postgraduate hematology. 5th ed. Oxford; Blackwell, 2005; 971-72. 8.
I Made Bakte. Hematologi klinik ringkas. Edisi-1. Jakarta :Penerbit EGC; 2006 p 233-254.
Mehta AB, Hoffbrand AV, Hematological aspect of systemic disease. In Hoffbrand AV, Tuden
H, eds. Haematology at a glance. 1st ed. Oxford; Blackwell, 2000; 78-81.
A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss ; 2005 ; Kapita selekta hematologi ; Jakarta ; Buku
Kedokteran
Dr. H. Mohamad Sadikin, DSc. ; 2001 ; Biokimia darah ; Jakarta ; Widya Medika

Anda mungkin juga menyukai