Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM KEGANASAN HEMATOLOGI DAN PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH

Ariosta Setyadi

IDENTIFIKASI KEGANASAN HEMATOLOGI


Leukemia atau orang awam lebih sering mengenal dengan kanker cairan atau keganasan sel darah
putih adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan pembelahan sel yang tidak terkendali pada
sel darah. Darah manusia memang memiliki konsistensi cair, sebab 60 % adalah serum yang cair,
namun memiliki 40% sel padat yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit. Karena darah juga
mengandung sel, maka bila terjadi pembelahan sel darah entah itu seri eritrosit, leukosit atau
trombosit dapat dikatakan sebagai suatu leukemia. Sehingga pengertian leukemia tidak semata-mata
keganasan sel darah putih tapi bisa juga keganasan seri eritrosit maupun seri trombosit.
Belajar mengenai keganasan tidak bisa lepas dari mempelajari stem cell darah. Stem cell merupakan
sel yang memiliki kapasitas untuk berubah bentuk (differensiasi) dan bertambah banyak
(proliferasi). Stem cell yang terdampak keganasan biasanya hanya satu pada manusia. Sehingga
jarang sekali manusia memiliki 2 keganasan atau 2 diagnosis kanker pada suatu waktu, kecuali
kanker itu berasal dari stem cell yang sama. Misal pasien yang sudah didiagnosis kanker payudara,
tidak mungkin didiagnosis dengan keganasan lain seperti leukemia; sebab dua keganasan tersebut
berasal dari stem cell yang berbeda.

Nb : Hati-hatilah bila hendak mendiagnosis pasien dengan keganasan, meskipun secara klinis tampak
gejala keganasan. Berkonsultasilah dengan banyak pihak baik klinisi, patologis, radiologis, ahli
bedah, dan tenaga medis yang berhubungan. Jangan mendiagnosis keganasan yang berbeda pada
pasien.

Belajar mengenai stem cell darah, terdapat 2 stem cell yaitu stem cell seri myeloid CFU GEMM (colony
forming unit granulocytic erythrocytic megacariocyte monocyte) dan stem cell seri limfoid CFU L
(colony forming unit lymphocyte).(Gambar 1) Sehingga keganasan darah atau leukemia dapat dibagi
menjadi keganasan seri myeloid (CFU GEMM membelah berlebihan) dan keganasan seri limfoid (CFU
L membelah berlebihan).
CFU GEMM akan berdiferensiasi menjadi eritrosit, tipe granulositik (eosinophil, basophil, dan
netrofil), monosit, dan trombosit. Sehingga bila ada keganasan dari seri myeloid dapat
mempengaruhi pembelahan dari semua seri sel darah ini. Sedangkan CFU L akan menghasilkan seri
limfosit (baik limfosit B dan limfosit T). Keganasan seri limfoid hanya akan mempengaruhi seri
limfoid untuk berproliferasi berlebihan.

Secara garis besar sel darah terdiri atas tiga yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit) dan sel beku darah (trombosit). Sel darah putih terdiri atas eosinophil, basophil, netrofil,
limfosit dan monosit. Namun menurut system hematopoiesis eritrosit, eosinophil, basophil, netrofil,
monosit dan trombosit masih berhubungan keluarga/ saudara dekat. Sedangkan limfosit terpisah
sendiri dari sel darah lainnya.
Gambar 1: Proses Hematopoiesis : terdapat 2 stem cell utama system hematopoiesis yaitu CFU
GEMM dan CFU L.

Berdasarkan jenis keganasan : leukemia dapat dibagi menjadi 4 yaitu:


- Leukemia mielositik akut
- Leukemia mielositik kronis
- Leukemia limfosit akut
- Leukemia limfosit kronis
Pembagian seri mielositik dan limfosit tergantung dari seri apa stem cell yang mengalami proliferasi.
Sedangkan pembagian akut dan kronis bukan berdasarkan dari perjalanan penyakit. Pada penyakit
umum, biasanya terjadi proses akut dahulu kemudian proses menjadi kronis. Namun pada leukemia,
akut dan kronis bergantung dari jumlah sel blast yang ada. Pada akut, jumlah sel blast akan lebih
banyak dibandingkan pada kronis. Semakin banyak jumlah sel blast menandakan differensiasi yang
semakin buruk pada system hematopoiesis. Semakin buruk system differensiasi menandakan tingkat
keganasan yang semakin jelek prognosisnya.
Berdasarkan French American British Association (FBA) dikatakan leukemia akut bila dijumpai sel
blast leih dari 30% dari keseluruhan populasi sel berinti yang ada pada preparat darah. Pada
leukemia akut dijumpai hiatus leukemikus, atau gambaran seolah-olah ada kekosongan pada salah
satu seri hematopoiesis yang ada (misal tampak sel blast disertai sel-sel matang, namun sel-sel
imatur lainnya tidak muncul atau tampak). Gambaran monoton akan sangat khas pada keganasan
akut.
Eritropoiesis :
Proses eritropoiesis meliputi : (Gambar 2)

Pronormoblast : Sering disebut juga sebagai proeritroblast, merupakan cikal bakal eritrosit. Pada
proeritroblast masih dijumpai inti pada eritrosit. Inti ini bertahan hingga ortokromatik eritroblast.
Sedangkan pada eritrosit matang dan retikulosit sudah tidak dijumpai inti sel. Ciri khas dari
proeritroblast adalah : ukuran sel yang lebih besar daripada eritrosit matang, bentuk sel relative
bulat, dengan sitoplasma berwarna kebiruan, tanpa granula, terdapat tonjolan (budding sitoplasma).
Inti kromatin longgar, anak inti tampak, bentuk inti bulat.
Basofilik normoblast : Merupakan satu seri lebih matang dibandingkan proeritroblast. Pada tahap ini
bentuk sel menjadi bulat sempurna karena sudah tidak terdapat budding pada sitoplasma.
Sitoplasma berwarna kebiruan tanpa disertai granula. Inti kromatin sudah mulai memadat, anak inti
sudah tidak tampak dan berbentuk bulat.
Polycromatic normoblast : Ukuran sel pada stadium ini sudah mulai mengecil bila dibandingkan
dengan pronormoblast. Pada stadium ini warna sitoplasma sudah mulai mirip seritrosit matang.
Untuk membedakan dengan seri limfosit dapat dilihat dari warna sitoplasmanya. Inti menjadi lebih
bulat ada bagian kromatin yang masih longgar ada yang sudah memadat sehingga tampak seperti
gambaran roda pedati.
Ortokromatic normoblast : Pada stadium ini ukuran semakin mengecil namun tetap lebih besar daris
eritrosit normal. Sitoplasma berwana sangat mirip dengan eritrosit matang. Inti memiliki kromatin
memadat sehingga sudah tidak tampak seperti roda pedati. Bentuk semakin mirip dengan limfosit,
namun sekali lagi warna sitoplasma sangat berbeda antara stadium ini dengan limfosit. Letak inti
pada stadium ini biasanya eksentrik atau berada di pinggir. Beberapa hipotesis mengatakan bahwa
inti pada stadium ini keluar dari sel nya, namun beberapa mengatakan bahwa inti menjadi hancur
membentuk granula filamentosa.
Retikulosit : Stadium sangat susah dinilai dengan pengecatan giemsa biasa. Namun dengan
pengecatan supravital (BSB) akan tampak granula filamentosa. Pada stadium ini inti sudah tidak ada.
Namun terdapat garis filament berisi RNA dalam sel. Untuk pengamatan dengan giemsa
membutuhkan jam terbang untuk dapat mengidentifikasi retikulosit.
Stadium eritrosit : stadium ini berbentuk bulat tanpa inti dengan central pallor di tengah.
Leukopoiesis (granulopoiesis dan monopoiesis):
Pada penjelasan kali ini hanya akan dibahas mengenai granulopoiesis dan monopoiesis; sedangkan
limfopoiesis akan dibahas tersendiri sebab berasal dari stem cell yang berbeda.
Granulopoiesis
Granulopoiesis: merupakan proses pembentukan leukosit matang yang memiliki granula pada
pengecatan dengan giemsa atau eosin. Lebih spesifik lagi adalah seri eosinophil, basophil dan
netrofil.
Tahapan system granulopoiesis meliputi :
Gambar 3: Granulopoiesis dari atas ke bawah : myeloblast,
promielositik, mieolositik, metamielosit, stab, segmen
- Myeloblast
- Promielosit
- Mielosit
- Metamyelosit
- Stab
- Segmen

Myeloblast : merupakan progenitor sel dari seri granulositik. Memiliki ciri ukuran yang lebih besar
daripada eritrosit, dengan sitoplasma berwarna kebiruan tanpa granula. Inti besar kadang berlekuk,
dengan kromatin longgar dan anak inti yang tampak.
Promielosit : Satu stadium setelah mieloblast. Memiliki ciri sitoplasma berwarna biru, dengan
granula azurofilik. Granula ini dapat dikatakan sebagai percampuran antara granula eosinfoil dan
basophil, sering disebut sebagai granula banci. Rasio inti sitoplasma besar sama seperti mieloblast.
Inti kromatin sudah mulai memadat, dan sudah tidak tampak adanya anak inti.
Mielosit : pada tahap ini sitoplasma sudah menunjukan ciri khas dalam hal granula. Mielosit sudah
mulai dibagi menjadi mielosit eosinophil, mielosit basophil, dan mielosit neutrophil. Disebut basophil
bila dijumpai granula besar berwarna kebiruan, dan kadang menutupi inti. Eosinophil bila granula
berwarna merah kasar dan menghiasi seluruh sitoplasma sel. Neutrophil bila dijumpai granula halus.
Untuk lebih memahami granula harap melihat sel matang seri granula kembali. Atau dapat melihat
netrofil matang pada preparat darah yang tersedia. Inti berukuran kurang ebih setengah
dibandingkan sel keseluruhan, dan berbentuk relative bulat.
Metamielosit : pada stadium ini hampir mirip ciri khasnya dengan mielosit. Inti sudah mulai berlekuk
pada bagian tengah. Metamielosit dibagi pula menjadi 3 yaitu ; metamielosit basophil, metamielosit
eosinophil dan metamielosit neutrophil sesuai dengan gransit yang ada pada sitoplasmanya.
Stab dan Segmen : merupakan bentuk matang. Pada pelajaran hematologi sebelumnya dikatakan
bahwa stab dan segmen hanya dimiliki oleh netrofil di preparat darah tepi abnormal. Namun di
praktikum kali ini kita mengetahui pula bahwa basophil dan eosinophil juga terdapat stadium stab
dan segmen tergantung dari bentuk inti sel yang tampak. Khusus stadium basophil karena banyak
granula yang menutupi inti. Identifikasi stab atau segmen menjadi sulit dilakukan.

Gambar 4. Gambaran mikroskopis granulopoiesis

Monopoiesis
Monopoiesis merupakan proses pembentukan seri monosit. Monosit merupakan makrofag yang ada
dalam darah. Karena bersifat seperti makrofag, maka ukuran sel matang di dalam darah normal lebih
besar dibandingkan sel darah matang lainnya.
Proses monopoiesis meliputi 3 tahap yaitu : monoblast, promonosit, dan monosit (Gambar 5)

Gambar 5 : Monopoiesis

Monoblast : Monoblast sangat mirip dengan blast lainnya seperti mieloblast. Memiliki ciri khas
ukuran sel yang besar, lebih besar daripada eritrosit normal. Sitoplasma tidak bergranula dan
berwarna biru dengan kromatin longgar. Inti memiliki anak inti berjumlah 3 sampai dengan 5.
Promonosit : merupakan satu stadium lebih matang, 1 monoblast akan menghasilkan 1 promonosit,
namun 1 promonosit normalnya akan membelah menjadi 2 monosit.
Monosit : merupakan sel matang dengan ukuran lebih besar dari eritrosit. Sitoplasma pada monosit
biasanya tidak beraturan dan memiliki vakuola di dalamnya. Inti berbentuk tidak beraturan juga
dengan tidak disertai granula pada sitoplasmanya.

Trombopoiesis
Merupakan proses pematangan sel trombosit. Proses ini melewati tahapan yaitu : Megakarioblast ,
megakariosit, dan trombosit. Trombosit berasal dari pecahan sitoplasma megakariosit.
Megakarioblast dan megakariosit tidak dapat dilihat pada preparat darah tepi melainkan dalam
preparat sumsum tulang.
Megakarioblast dan megakariosit merupakan sel dengan ukuran yang lebih besar, dan mudah
diidentifikasi pada pembesaran lensa objektif 10 x, dimana sel alin belum dapat diidentifikasi pada
pembesaran tersebut.

Gambar 6: Megakariosit

Limfopoiesis
Limfopoiesis merupakan proses pembentukan seri limfosit. Bila ada pembelahan tidak beraturan
pada seri ini maka akan terjadi leukemia seri limfositik. Limfopoiesis terdiri atas 3 proses meliputi :
limfoblas, prolimfosit, dan limfosit.
Limfoblast : merupakan cikal bakal seri limfosit, ditandai dengan ukuran lebih besar dari eritrosit.
Sitoplasma berwarna biru dengan rasio inti sitoplasma besar. Inti kromatin longgar berbentuk ulat,
dengan anak inti (+). Anak inti umumnya berjumlah 1 sampai 2; lebih sedikit dibandingkan seri
mielositik
Prolimfosit : ukuran lebih besar dari eritrosit dengan rasio inti sitoplasma besar, terdapat lekukan
pada inti limfosit. Kromatin masih longgar namun anak inti sduah tidak tampak.
Limfosit : sudah dibahas sebelumnya pada praktikum lalu.
Sel plasma : merupakan bentuk matang dari limfosit B. Memiliki ciri khas sitoplasma tidak bergranula
dengan inti bulat eksentrik. Sel plasma akan menghasilkan antibody. Sel plasma meningkat pada
multiple myeloma dan kelainan sel plasma.
Gambar 7 : Limfoblast keganasan hematologi limfosit akut, tampak gambaran monoton sel blast.

Gambar 8: sel plasma pada multiple myeloma

Interpretasi Leukemia dari pembacaan darah


Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, leukemia dibagi menjadi 3 yaitu : leukemia mielositik akut,
leukemia mielositik kronik, leukemia limfositik akut dan leukemia limfositik kronik. Pada leukemia
akut akan terdapat gambaran monoton, dengan blast lebih dari 30% populasi, den dijumpai hiatus
leukemikus. Sedangkan pada leukemia kronik didapatkan sel blast <30% dan dijumpai keadaan
pasar malam (semua stadium tampak)

Gambar 9: Keganasan hematologi akut


Gambar 10 : Keganasan mielositik kronik (tampak semua stadium seri mielositik)
Sebelum melanjutkan praktikum ada baiknya mengikuti kuliah mengenai keganasan hematologi
sebelumnya.

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH


Pemeriksaan golongan darah diperlukan untuk menentukan golongan darah sebagai persiapan
transfusi darah. Terdapat beberapa jenis golongan darah yang ada pada manusia ; penggolongan
darah, paling terkenal adalah system golongan darah ABO, dan system Rhesus karena memiliki
antigenitas yang palng tinggi dibandingkan system penggolongan darah yang lain.
Terdapat istilah dalam pemeriksaan golongan darah yaitu agultinin dan aglutinogen.
- Aglutinogen sama dengan antigen (akhiran -gen dengan –gen) merupakan protein yang
menempel pada sel darah dan sebagai penanda jenis golongan darah. Misal golongan darah
A memiliki antigen atau aglutinogen A, golongan darah B memiliki aglutinogen B, Golongan
darah AB memiliki aglutinogen A dan B, sedangkan golongan darah O tidak memiliki
aglutiongen A dan B.

- Aglutinin sama dengan antibody merupakan protein yang terdapat dalam serum tubuh
seseorang. Aglutinin selalu berbeda dengan antigen golongan darah. Jika sama maka dapat
terjadi hemolysis intravascular yang sangat dahsyat.
Untuk system Rhesus yang diperiksa adalah antigen D dengan menggunakan reagen anti D. Bila anti
D positif berarti terdapat aglutinogen D menandakan adanya rhesus positif.
Pemeriksaan golongan darah dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu:
- Metode forward : pada pemeriksaan forward yang dinilai adalah antigen yang ada pada sel
darah. Reagen yang digunakan adalah reagen antibody.
- Metode backward : pada pemeriksaan backward yang dinilai adalah antibody pada serum
darah. Reagen yang digunakan adalah sel darah manusia yang sudah kita ketahui golongan
darahnya
Cara pemeriksaan golongan darah dengan metode forward
- Siapkan kertas pemeriksaan golongan darah. Bila tidak ada dapat menggunakan objek
glass.(gambar 11)
Gambar 11: kartu pemeriksaan golongan darah : terdapat urutan pemeriksaan yaitu : antiA,
anti B, antiAB, dan anti Rhesus. Bila menggunakan objek glass, urutan harus tetap seperti ini.

- Tulis identitas pasien pada kertas pemeriksaan


- Teteskan 1 tetes anti A pada lingkaran anti A, 1 tetes anti B pada lingkaran anti B, satu tetes
anti AB pada lingkaran anti AB, dan satu tetes anti D pada lingkaran anti Rhesus

Gambar 12 :Urutan reagen : anti A (biru sebelah kiri), anti B (berwarna kuning , 2 dari kiri),
anti AB (berwarna bening 3 dari kiri) dan anti D (warna bening sebelah kanan)

- Siapkan 4 buah batang pengaduk untuk masing-masing lingkaran


- Ambil sampel dengan menggunakan lancet pada jari tangan secara lege artis. Jari tangan yang
dapat digunakan adalah digiti 2, digiti 3, dan digiti 4.
- Teteskan 1 tetes darah pada masing-masing lingkaran pemeriksaan. Hati –hati jangan sampai
saling terkontaminasi antara masing-masing tempat.
- Aduk, dan amati jendalan yang terjadi, bila terbentuk jendalan makan darah mengandung
antigen yang sesuai dengan reagen antibody yang dilihat.
- Tulis kesimpulan golongan darah.

Terdapat istilah dalam pemeriksaan golongan darah yaitu agultinin dan aglutinogen.
- Aglutinogen sama dengan antigen (akhiran -gen dengan –gen) merupakan protein yang
menempel pada sel darah dan sebagai penanda jenis golongan darah. Misal golongan darah
A memiliki antigen atau aglutinogen A.
- Aglutinin sama dengan antibody merupakan protein yang terdapat dalam serum tubuh
seseorang. Aglutinin selalu berbeda dengan antigen golongan darah. Jika sama maka dapat
terjadi hemolysis intravascular yang sangat dahsyat.
TUGAS PRAKTIKUM PEMERIKSAAN KEGANASAN HEMATOLOGI DAN GOLONGAN DARAH
1. Seorang anak usia 4 tahun datang ke UGD dengan keluhan pucat dan lemas. Terdapat
perdarahan spontan pada gusi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : keadaan umum tampak
lemas. Tanda vital : tekanan darah : 110/80mmHg, nadi 96 x/menit; laju nafas : 20 x/menit,
suhu 37oC. Terdapat pembesaran limfonosi pada daerah leher. Oleh dokter dilakukan
pemeriksaan hematologi dan gambaran darah tepi didapatkan :
Hasil pemeriksaan darah
Parameter Nilai Satuan Referensi
Hb 7,4 g/dL 14 – 17
Eritrosit 3,8 juta/uL 4–6
MCV 75 fL 80 – 100
MCH 25 pg 26 – 32
MCHC 30 % 32 – 36
Leukosit 76 ribu/uL 4 – 11
Trombosit 135 ribu/uL 150 – 400

Gambaran darah tepi :

a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan hematologi analyzer pada pasien ini ?


b. Bagaimana kesan pemeriksaan gambaran darah tepi pada pasien ini ?
c. Apa nama sel leukosit yang tampak pada gambaran darah tepi ?
d. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien ini ?
Pada pasien ini akan dilakukan transfuse darah dan dilakukan pemeriksaan golongan darah:

e. Apa golongan darah pasien ini ?


f. Golongan darah apa yang dapat ditransfusikan pada pasien ini?
2. Seorang pasien laki-laki usia 40 tahun datang ke dokter dengan keluhan mual dan muntah
yang tidak kunjung sembuh, pasien juga merasa sedikit lemas untuk beraktivitas sehari-hari.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran hati dan limpa. Dokter menyarankan
pemeriksaan laboratorium darah :

Hasil pemeriksaan darah


Parameter Nilai Satuan Referensi
Hb 10 g/dL 14 – 17
Eritrosit 4 juta/uL 4–6
MCV 75 fL 80 – 100
MCH 25 pg 26 – 32
MCHC 30 % 32 – 36
Leukosit 230 ribu/uL 4 – 11
Trombosit 165 ribu/uL 150 – 400

Gambaran darah tepi :

a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan hematologi analyzer pada pasien ini ?


b. Bagaimana kesan pemeriksaan gambaran darah tepi pada pasien ini ?
c. Apa nama sel leukosit yang tampak pada gambaran darah tepi ?
d. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien ini ?
e. Pemeriksaan genetic apa yang harus diminta pada pasien ini?
3. Seorang pasien usia 40 tahun datang dengan keluhan penurunan kesadaran, dari
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum apatis, tampak sesak. Tanda vital : TD 110/80
mmHg, nadi 120 x/menit, laju nafas 24x/menit, suhu 39oC. Terdapat pembesaran hati dan
limpa pada pasien ini. Oleh dokter UGD meminta perminta hematologi;

Hasil pemeriksaan darah


Parameter Nilai Satuan Referensi
Hb 10 g/dL 14 – 17
Eritrosit 4 juta/uL 4–6
MCV 75 fL 80 – 100
MCH 25 pg 26 – 32
MCHC 30 % 32 – 36
Leukosit 96 ribu/uL 4 – 11
Trombosit 165 ribu/uL 150 – 400

Gambaran darah tepi :

a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan hematologi analyzer pada pasien ini ?


b. Bagaimana kesan pemeriksaan gambaran darah tepi pada pasien ini ?
c. Apa nama sel leukosit yang ditunjuk tampak pada gambaran darah tepi dibawah ?

d. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien ini ?


4. Bagaimana Interpretasi pemeriksaan golongan darah metode forward pada 4 pasien ini ?

a) Pasien pertama (pemeriksaan paling atas) golongan darah ….


b) Pasien kedua (2 dari atas) golongan darah ….
c) Pasien ketiga (3 dari atas) golongan darah ….
d) Pasien keempat (paling bawah) golongan darah ….

Anda mungkin juga menyukai