Anda di halaman 1dari 61

PEDOMAN ANAMNESIS

HEMATOLOGI ONKOLOGI
A. Pendahuluan
Anamnesis suatu hal yang penting dilakukan dengan sebaik-baiknya dan
selengkap-lengkapnya oleh seorang dokter agar memudahkan dokter menegakkan
diagnosa sementaranya dan juga merupakan titik tolak dalam pemeriksaan fisik
selanjutnya. Kelainan hematologi onkologi secara umum meliputi kelainan darah
seperti anemia, polisitemia vera, leukopenia, leukosistosis, trombositopenia,
trombositosis, trombosis, hemofilia, DIC dan keganasan darah seperti leukemia,
limfoma maligna Hodgkin dan limfoma nonHodgkin, multipel myeloma dan tumor
jaringan padat.

B. Tujuan Umum:
Meningkatkan ketrampilan anamnesis dengan menggunakan teknik
komunikasi yang benar pada penderita.

C. Tujuan Khusus
Kalau diberi pasien maka mahasiswa mampu :
1. Menemukan identitas lengkap pasien
2. Menemukan keluhan utama beserta lamanya.
3. Menguraikan perkembangan penyakit secara deskriptif dan kronologis.
4. Menerapkan dasar teknik komunikasi dan berprilaku yang sesuai dengan sosio-
budaya pasien dalam hubungan dokter-pasien.
5. Mengidentifikasikan kekurangan dan kesalahan dalam melakukan anamnesis.
6. Membuat laporan anamnesis

D. Metode pembelajaran
1. Mahasiswa dibagi dalam 8 (delapan) kelompok yang terdiri dari 6 10 orang.
2. Mahasiswa sebagai pengamat memegang daftar tilik anamnesis
3. Mahasiswa menjadi pasien simulasi (PS) dan telah menghapal scenario.
4. Mahasiswa menjadi dokter yang melakukan anamnesis.
5. Diskusi dipimpin oleh seorang tutor
6. Cara pelaksanaan kegiatan :
6.1. Introduksi oleh tutor ......5
menit

Penuntun KKD Hemato Onkologi 1


6.2. Kelompok besar 7-8 orang.......40
menit.
6.3. Mahasiswa yang menjadi dokter melakukan anmnesis pada pasien
simulasi .......20
menit.
6.4. Selama anamnesis mahasiswa lain menggunakan daftar tilik anamnesis
untuk observasi kegiatan.
6.5. Selesai anamnesis dilanjutkan dengan diskusi dipimpin tutor.....20
menit.
6.6. Selanjutnya kelompok dibagi menjadi 2 grup kecil @ 3-5 mahasiswa.
6.7. Kegiatan Grup kecil.....55
menit
6.8. Pada setiap grup kecil dilakukan latihan anamnesis, satu mahasiswa menjadi
dokter, mahasiswa lain menjadi pasien simulasi dan mahasiswa lain menjadi
pengamat dengan daftar tilik anamnesis.
6.9. Selesai satu anamnesis dilanjutkan dengan diskusi antar mahasiswa tentang
anamnesis tersebut dan masukan untuk perbaikan.
6.10. Dilanjutkan dengan mahasiwa kedua, ketiga dan keempat sesuai waktu yang
ada.
6.11. Tutor mengamati jalannya anamnesis pada kedua grup kecil. Tutor dapat
memberikan masukan pada masing-masing grup.
6.12. Mahasiswa kembali dalam kelompok besar
6.13. Kelompok besar........20
menit
6.14. Diskusi mengenai seluruh anamnesis beserta feedback dari tutor...15
menit
6.15. Penutup oleh tutor.. 5
menit.
7. Waktu pelaksanaan :
Setiap kegiatan Anamnesis dilaksanakan selama 2 jam.
Hari pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal modul (2x dalam seminggu) .

8. Tempat pelaksanaan :
Lab Skill FKIK

E. ANAMNESIS
Kelainan hematologi onkologi secara umum meliputi kelainan darah seperti
anemia, polisitemia vera, leukopenia, leukosistosis, trombositopenia,
trombositosis, trombosis, hemofilia, DIC dan keganasan darah seperti leukemia,
limfoma maligna Hodgkin dan limfoma nonHodgkin, multipel myeloma dan

Penuntun KKD Hemato Onkologi 2


tumor jaringan padat. Manifestasi sistemik penyakit tidak memberikan gejala
yang spesifik tetapi dapat menyerupai gejala penyakit lainya seperti badan terasa
lemah, cepat lelah, berdebar-debar, mual, demam, penurunan berat badan,
penurunan nafsu makan dan lain-lain, sehingga membutuhkan ketelitian untuk
membuktikan penyebab utama kelainan hematologi onkologi medik ini.
Anamnesis suatu hal yang penting dilakukan dengan sebaik-baiknya dan
selengkap-lengkapnya oleh seorang dokter agar memudahkan dokter menegakkan
diagnosa sementaranya dan juga merupakan titik tolak dalam pemeriksaan fisik
selanjutnya. Pasien harus diupayakan dalam kondisi yang nyaman sebelum
dilakukan anamnesis. Sebaiknya dokter bersikap tenang dan ramah sehingga
tercipta hubungan dokter-pasien yang serasi dan selaras.
Sebelum memulai anamnesis pasien, catatlah data-data pribadi berupa
identitas pasien karena dapat berhubungan dengan penyakit yang dideritanya..
Setelah itu menanyakan keluhan utama/keluhan yang menbuat penderita mencari
dokter untuk berobat. Pertanyaan anamnesis sebaiknya diawali dengan pertanyaan
terbuka yang dapat memancing jawaban yang terbuka juga dari pasien. Sebagai
contoh, ceritakan tentang penyakit anda kepada saya. Keluhan terbanyak dan
perlu ditanyakan untuk membantu mendeteksi penyakit hematologi onkologi
medik adalah pucat, badan mudah lelah, perdarahan yang keluar dari
gusi/hidung/menstruasi yang panjang dan lama/BAK merah/luka berdarah sulit
berhenti, bintik-bintik merah/tanda kebiruan di tubuh atau anggota gerak,
benjolan/pembengkakan di badan/perut/anggota gerak/leher/aksila/lipat paha?
Simpulkan dan kelompokan masalah-masalah pokok yang diderita pasien,
kemudian ajukan pertanyaan tertutup, seperti, badan lemah bila melakukan
aktifitas ringan? apakah ada demam yang lama sebelum badan terasa lemah?
apakah ada minum obat/jamu sebelum badan terasa lemah?
Riwayat perjalanan penyakit pada kasus-kasus hematologo onkologi medik
dapat berlangsung cepat, lama atau lama sekali sampai pasien minta pertolongan
ke dokter. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertutup berdasarkan kronologis
Penuntun KKD Hemato Onkologi 3
dapat menghemat waktu. Contohnya, kapan mulai terasa lemah? apakah ada
yang mencetuskanya? apa yang terjadi selanjutnya?. Beri kesempatan pasien
berpikir dengan tenang untuk mengingat kronologi penyakitnya. Jawaban yang
memberikan informasi penting sebaiknya dikonfirmasi ulang kepada pasien,
seperti, badan terasa lemah sudah berlangsung lama tetapi penderita masih dapat
melakukan akitiftas sehari-hari, tetapi sejak 2 minggu ini ke kamar mandi saja
pasien sudah tidak sanggup lagi, apakah itu benar? Berikan empati kepada
pasien, khususnya yang telah mengalami banyak keterbatasan karena penyakit
yang dideritanya agar tetap bersemangat dan mandiri.
Setelah menanyakan riwayat penyakit sekarang, dokter juga perlu
menanyakan penyakit yang pernah diderita pasien sebelum ini serta penyakit yang
lain yang berhubungan. Selanjutnya melakukan anamnesis organ/sistem, apakah
keluhan-keluhan tersebut berkaitan dengan organ yang akan ditanyakan ataupun
belum diceritakan di keluhan utama/riwayat penyakit dahulu. Keluhan-keluhan
penyakit-penyakit hematologi onkologi medik dapat dikelompokan berdasarkan
organ yang terkena, mekanismenya dan kemungkinan penyakit yang menjadi
penyebabnya.
Riwayat pengobatan sekarang atau dimasa lalu terhadap perjalanan penyakit
sangat penting untuk memahami gejala saat ini. Penilaian terhadap kepatuhan
pasien terhadap pengobatan yang pernah dijalani juga perlu dilakukan karena
sebaik apapun pengobatan yang diberikan akan selalu memerlukan kerjasama
bahkan terhadap efek samping yang dirasakanya.
Secara umum, pendalaman terhadap keluhan-keluhan pasien dilakukan untuk
dapat mejawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apakah kejadiannya akut, subakut atau kronis ? Apakah bersifat progresif ?
2. Apakah gejala ini timbul karena dicetuskan oleh tindakan/minum
obat/makanan tertentu?
3. Apakah ada penyakit sistemik yang mendasari keluhan ini ?
4. Apakah ada riwayat keluhan yang sama di keluarga ?
Penuntun KKD Hemato Onkologi 4
Daftar masalah kesehatan dalam hematologi berdasarkan SKDI 2012 adalah
perdarahan, pucat dan bercak di kulit.

CONTOH PENULISAN LAPORAN ANAMNESIS KASUS


HEMATOONKOLOGI
Identitas Pasien

Nama : Ny. M

Umur : 30 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Jawa

Status pernikahan : Menikah

Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Jl. Merpati

Auto/alloanamnesis : Autoanamnesis

Tanggal pemeriksaan : 24/11/16

Penuntun KKD Hemato Onkologi 5


Keluhan utama: Badan terasa letih lesu sejak 1 minggu yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Badan terasa letih lesu sejak 1 minggu yang lalu. Letih lesu sudah dirasakan
sejak 2 bulan yang lalu terutama dalam aktifitas sehari-hari, semakin lama
badan semakin terasa cepat lelah bila beraktifitas.

- Tampak pucat dalam 2 bulan ini.

- Sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu, dirasakan bila berjalan menaiki tangga
ke lantai 2 di tempat pasien bekerja. Sesak nafas berkurang bila beristirahat.
Sesak nafas tidak dipengaruhi cuaca, stres emosi atau makanan tertentu.
Terbangun tiba-tiba saat tidur karena sesak nafas tidak ada. Tidur
menggunakan 1 bantal.

- Demam 3 minggu yang lalu, terasa tinggi, terus menerus, tidak menggigil atau
berkeringat. Demam hilang 2 minggu yang lalu setelah makan obat.

- Mual dan muntah 1 minggu yang lalu, frek 1-2 kali/hari, jumlah 2-3 sendok
makan, darah tidak ada. Mual atau muntah kadang disertai dengan nyeri pada
ulu hati dan perasaan kembung. Hal ini terutama dirasakan bila terlambat
makan dan berkurang bila diisi makanan. Muntah tidak ada sejak 1 hari yang
lalu, mual masih ada.

- Kepala terasa sakit atau pusing tidak ada.

- Batuk tidak ada.

- Nyeri dada tidak ada.

- Sakit perut tidak ada

- Buang air kecil warna kuning muda, frek 4-5 kali/hari.

- Buang air besar warna kunin g kecoklatan, frek 1 kali/hari, konsistensi lunak.

Penuntun KKD Hemato Onkologi 6


Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat luka atau perdarahan spontan tidak ada.
- Riwayat transfusi darah sebelumnya tidak ada.
- Riwayat sakit maag sejak 5 tahun yang lalu. Pasien memakan antasid bila
sakit maag kambuh.

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Riwayat anemia dalam keluarga tidak ada.
- Kakak laki-laki pasien, usia 32 tahun, pernah diperiksa sumsum tulang ketika
berusia 5 tahun namun hasilnya tidak diketahui. Sekarang aktifitas normal dan
tidak pernah menjalani pengobatan rutin.

Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi, kejiwaan dan kebiasaan :


- Pasien anak ke-3 dari 4 bersaudara. Telah menikah selama 1 tahun dan belum
mempunyai anak.
- Bekerja di Dinas Kesehatan Kota (DKK)
- Kebiasaan makan sering terlambat sejak kuliah.

F. EDUKASI MENGENAI KASUS ANEMIA DEFISIENSI BESI


Teknik komunikssi dokter-pasien tidak hanya diterapkan saat anamnesis,
tetapi juga dapat diterapkan saat mengedukasi pasien. Komunikasi ditandai dengan
sikap menerima, jujur, terbuka, percaya dan empati. Perhatikan unsur verbal berupa
pilihan kata dan intonasi juga unsur non verbal berupa sikap dokter seperti tidak
menyilangkan kaki, pandangan ke pasien dan menghindari gerakan ynag tidak perlu.
Ciptakan suasana agar pasien punya motivasi untuk mengubah diri. Prinsip konseling
pada anemia defisiensi besi adalah memberikan pengertian kepada pasien dan
keluarganya tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga meningkatkan
kesadaran dan kepatuhan dalam berobat serta meningkatkan kualitas hidup pasien
untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi besi.

Penuntun KKD Hemato Onkologi 7


Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah hemoglobin dalam sel darah
merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang
diperlukan tubuh. Penyebab yang paling sering dari ketidakcukupan hemoglobin
dalam darah adalah karena tubuh tidak mempunyai zat besi yang cukup untuk
memproduksi hemoglobin.
Penyebab kadar zat besi darah rendah antara lain:
1. Diet makanan tanpa zat besi.
Ini adalah masalah yang paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja
wanita. Pada anak-anak yang sering meminum susu dalam jumlah yang banyak dan
tidak memakan-makanan yang kaya akan zat besi serta wanita remaja dengan diet
makanan yang sembarangan mungkin lebih beresiko untuk menglami defisiensi atau
kekurangan zat besi.
2. Masa pertumbuhan
Pada anak dengan usia dibawah tiga tahun sedang mengalami pertumbuhan
yang sangat cepat dan tubuh mereka membutuhkan banyak zat besi guna
pertumbuhan tersebut. Jika kebutuhan yang berlebih ini tidak dapat dipenuhi tubuh
maka dapat terjadi anemia
3. Masa kehamilan
Wanita pada masa kehamilan atau sedang menyusui membutuhkan 2.5 kali
lebih banyak zat besi seperti pada laki-laki. Itulah mengapa pada wanita hamil
dilakukan pemeriksaan status anemia dan mengapa mereka perlu mengkonsumsi
makanan yang kaya akan zat besi atau mengkonsumsi pil zat besi setiap harinya.
4. Kehilangan darah yang banyak
Ini adalah alasan yang paling sering dari timbulnya anemia defisiensi zat besi pada
orang dewasa. Kehilangan darah dapat disebabkan karena perdarahan internal yang
biasanya terjadi pada saluran percernaan, ulkus atau luka pada usus, peradangan
colon, kanker atau konsumsi obat seperti aspirin dan obat-obatan sejenis dalam waktu
lama dapat menjadi penyebab timbulnya perdarahan internal di dalam perut atau
saluran pencernaan.
Penuntun KKD Hemato Onkologi 8
Untuk pencegahan anemia dengan pemakaian alas kaki untuk mencegah
infeksi cacing tambang. Selain itu jika disebabkan kesalahan dalam diet, dapat
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Daftar makanan yang kaya akan
zat besi :
Hati dan daging
Makanan laut
Buah-Buahan yang dikeringkan seperti buah aprikot, buah prem dan kismis.
Kacang-kacangan
Buncis (lima buncis)
Sayuran hijau seperti bayam dan brokoli
Semua jenis padi-padian
Roti atau sereal yang mengandung zat besi
Memakan makanan yang kaya akan vitamin c seperti buah jeruk dan pada saat
yang sama makanlah makanan yang kaya akan zat besi atau pil zat besi yang dapat
membantu tubuh anda menyerap zat besi dengan lebih baik dan penyerapan yang
maksimal. Beberapa makanan dapat berfungsi sebaliknya yaitu mencegah penyerapan
zat besi dalam tubuh yaitu kopi, teh, kuning telur, susu, serat dan protein kedelai.
Sampaikan pada pasien bahwa pil-pil zat besi dapat menimbulkan gangguan
pada perut, konstipasi dan rasa panas pada perut.. Ketidaknyamanan tersebut dapat
dikurangi dengan cara:
Konsumsi pil bersamaan dengan makanan.
Mulailah secara bertahap, dari satu pil tiap hari selama 3-5 hari kemudian 2
pil tiap harinya sampai pasien tidak terganggu dengan jumlah yang harus
dikonsumsi berdasarkan rekomendasi dokter.
Tingkatkan jumlah konsumsi serat dalam diet dan banyak minum air putih
jika terjadi gangguan konstipasi.
Jangan konsumsi pil zat besi pada waktu akan tidur jika
menyebabkangangguan pada perut sehingga dapat mengganggu tidur.

Penuntun KKD Hemato Onkologi 9


CHECKLIST PENILAIAN ANAMNESIS HEMATOONKOLOGI

Nama Mahasiswa : ..................................


NPM : ..................................
Kelompok : ..................................
No Kompetensi Skor
0 1 2 3
I TEHNIK KOMUNIKASI
1. Menyapa pasien *
2. Menyambut pasien sambil berdiri *
3. Memperkenalkan diri sambil menjabat
tangan pasien *

4. Menunjukkan wajah ramah *


5. Menyilakan pasien duduk *
6. Berbasa-basi*
7. Mendapatkan nama *
8. Mendapatkan umur *
9 Mendapatkan pendidikan *
10. Mendapatkan suku *
11. Mendapatkan status pernikahan *
12 Mendapatkan alamat *
13. Suara ramah, vokal jelas, kecepatan cukup,
volume cukup

14. Sikap tubuh condong ke depan, kaki tidak


bersilang

15. Kontak mata dipertahankan 70%

16. Tidak melakukan gerakan/ hal-hal yang tak


berhubungan dengan tindakan anamnesis
17. Pertanyaan diajukan satu-persatu

Penuntun KKD Hemato Onkologi 10


18 Mengajukan pertanyaan terbuka dan
mendalam,
selain pertanyaan tertutup
19 Melakukan refleksi isi bila diperlukan
20. Melakukan refleksi perasaan bila diperlukan
21 Menunjukkan empati secara verbal dan non-
verbal
II MATERI ANAMNESIS
22 Mendapatkan keluhan utama
23 Mendapatkan riwayat penyakit sekarang
24 Mendapatkan riwayat penyakit dahulu
25 Mendapatkan riwayat penyakit keluarga
26 Mendapatkan riwayat sosial
III MELAKUKAN KONSELING
27 Memberikan edukasi terkait penyakit anemia
defisiensi besi
IV LAPORAN ANAMNESIS
28 Membuat laporan anamnesis
Keterangan (tanda *: untuk poin penilaian bertanda *):
Skor 0 : Tidak dilakukan/tidak dilakukan*
Skor 1 : Dilakukan dengan banyak kesalahan/ dilakukan*
Skor 2 : Dilakukan dengan sedikit kesalahan
Skor 3 : Dilakukan dengan sempurna

Keterampilan rata-rata = total skor didapat / jumlah skor x 100 % = .


Dinyatakan lulus apabila skor > 70%

Bengkulu,...................20
Mengetahui
Tutor

Penuntun KKD Hemato Onkologi 11


PEMERIKSAAN FISIK

HEMATOLOGI ONKOLOGI MEDIK

I. Pendahuluan
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sanngat penting untuk
memperkuat temuan-temuan dalam anamnesis. Teknik pemeriksaan fisik
meliputi pemeriksaan pandang (inspeksi), periksa raba (palpasi), pemeriksaan
ketok (perkusi) dan pemeriksaan dengan (auskultasi). Sikap sopan santun dan
rasa hormat terhadap tubuh dan pribadi pasien yuang sedang diperiksa harus
diperhatikan dengan baik oleh pemeriksa. Hindarkan segala tindakan yang
dapat mengakibatkan rasa malu atau tidak nyaman pada diri pasien.
Sebaliknya pemeriksa juga tidak boleh bersikap kaku dan canggung, karena
akan mengurangi kepercayaan pasien terhadap pemeriksa. Hindarkan
membuka pakaian pasien yang tidak diperlukan. Periksalah pasien secara
sistematik dan senyaman mungkin. Pada pertemuan ini diberikan materi
pemeriksaan fisik mengenai kelainan-kelainan yang ditemukan pada kasus
hematoonkologi.

II. Tujuan Umum


Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik sistem hematologi
dengan benar

III. Tujuan Pembelajaran


Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan :
1. Dapat menentukan tanda-tanda anemia dengan benar.
2. Dapat mengenal tanda-tanda anemia defisiensi besi dengan benar.
3. Dapat mengenal tanda-tanda anemia defisiensi vitamin B12 dengan benar
4. Dapat mengenal tanda-tanda anemia defisiensi asam folat dengan benar
12

Penuntun KKD Hemato Onkologi


5. Dapat mengenal tanda-tanda anemia hemolitik dengan benar
6. Dapat mengenal adanya tanda-tanda perdarahan nyata dengan benar dan
tanda-tanda perdarahan yang tidak nyata dengan benar (ptekiae, purpura,
ekimosis, hematoma, heartrosis, telangiektasis).
7. Dapat mengenal adanya ikterik dengan benar
8. Dapat mengenal adanya tanda-tanda sianosis yang benar
9. Dapat melakukan pemeriksaan pembesaran kelenjar getah bening dengan
benar.
10. Dapat melakukan pemeriksaan pembesaran limpa dengan benar
11. Dapat melakukan pemeriksaan pembesaran hati dengan benar.
12. Dapat melakukan pemeriksaan hipertrofi gusi dengan benar
13. Dapat melakukan pemeriksaan tumor dengan benar.
14. Dapat mengenal tanda-tanda trombosis vena dalam dengan benar

IV. Sarana dan Alat yang Diperlukan


1. Ruangan Lab-skill
2. Simulated patients

V. Prosedur Pemeriksaan
1. Pemeriksaan kepala

Pasien diminta duduk dengan posisi mata sejajar dengan pemeriksa.


Perhatikan wajah pasien apakah tampat pucat, ikterik, dan sianosis.
a. Palpebra : kelainan pada palpebra harus dilihat secara seksama,
apakah ada edema, tampak pucat, batas tegas,ada peradangan atau
tidak.

b. Konjunctiva : tampak pucat jika pada pasien anemia, jika terjadi


peradangan akan tampak bewarna merah.

13

Penuntun KKD Hemato Onkologi


c. Sklera : perhatikan warna sklera dengan baik. Pada pasien dengan
kelainan metabolisme bilirubin sklera akan tampak bewarna
kekuningan (ikterik)

d. Lidah : perhatikan ukuran lidah apakah normal, lebih besar atau lebih
kecil. Lidah yang pucat menunjukkan adanya anemia. Perhatikan
adanya atropi yang ditandai dengan lidah licin (Lingua grabia)

14

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Gambar 1. Kelainan fisik yang dapat ditemukan pada kasus hematologi onkologi
2. Pemeriksaan Leher

Perhatikan bentuk leher panjang/pendek dengan batas normal atau ada


kelainan.

Kelenjar getah bening


Kelenjar getah bening dinilai untuk melihat adanya peradangan atau suatu
keganasan. Bila ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening
perhatikan ukuran, apakah nyeri atau tidak, bagaimana konsistensinya
lunak/kenyal/atau keras. Menurut Sloan Kattering Memorial Cancer
Center Classification, kelenjar getah bening leher dibagi atas 5 daerah
penyebaran, yaitu :
1. Kelenjar yang terletak di segitiga submentale dan submandibula

2. Kelenjar yang terletak di sepertiga atas dan termasuk kelenjar getah


bening jugularis superior, kelenjar digastrik dan kelenjar servikal
posterior.

15

Penuntun KKD Hemato Onkologi


3. Kelenjar getah bening jugularis diantara bifurkasio karotis dan
persilangan m.omohioid dan m.sternokleidomastoideus dan batas
posterior m.sternokleidomastoideus.

4. Grup kelenjar getah bening di daerah jugularis inferior dan


supraklavikula

5. Kelenjar getah bening yang berada di segitiga posterior servikal

Kelenjar tiroid
Tiroid diperiksa dengan cara inspeksi dan palpasi. Palpasi dilakukan dari
belakang pasien. Kemudian pasien disuruh menelan, bila yang teraba tiroid
maka benjolan tersebut akan ikut pada gerakan menelan. Perhatikan
ukuran dan konsistensinya.

Gambar 2. Cara Palpasi kelenjar thyroid


16

Penuntun KKD Hemato Onkologi


3. Pemeriksaan abdomen

Pemeriksaan fisik abdomen merupakan bagian keseluruhan dari


pemeriksaan fisik secara umum.
Inspeksi : untuk melihat perut baik bagian depan ataupun belakang
(pinggang). Dinilai dengn melihat simetris atau tidak, bentuk dan kontur,
ukuran, kondisi dinding perut (klit, vena, umbilicus, striae alba) dan
pergerakan dinding perut.

Palpasi : penting untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada rongga


abdomen. Pasien diusahakan dalam posisi terlentang. Pemeriksa berdiri di
sebelah kanan pasien. Umumnya dilakukan dengan ruas terakhir dan ruas
tengah jari bukan dengan ujung jari. Nilai apakah ada nyeri tekan, teraba
benjolan atau tidak.

Gambar 3. Posisi tangan pada saat palpasi hepar

17

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Pembesaran hepar : pada inspeksi lihat penonjolan pada daerah region
hipokondrium kanan. Pada pembesaran hati terlihat asimetris antara daerah
hipokondrium kanan dan kiri. Minta pasien menekuk kaki, menarik napas
panjang, pada saat ekspirasi maksimal jari ditekan ke bawah dan pada saat
inspirasi jari bergerak ke kranial dalam arah parabolik. Pada keadaan
normal hepar tidak teraba. Pada hepar yang membesar umumnya teraba 1-
2 jari di bawah lengkung iga.

Pembesaran limpa/lien : teknik palpasi limpa tidak berbeda dengan hepar.


Pada keadaan normal limpa tidak teraba. Limpa membesar mulai dari
lengkung iga kiri melewati umbilikus sampai regio iliaka kanan. Palpasi
dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah
abdomen, menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran limpa dikukur dengan
garis Schuffner yaitu garis yang dimulai dari lengkung iga kiri menuju
umbilikus dan diteruskan sampai di spina iliaka anterior superior (SIAS)
kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama.

18

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Gambar 4. Teknik perabaan limpa

Perkusi : dilakukan dengan penekanan dan ketokan yang ringan dan


perlahan. Perkusi dapat menilai ukuran hati dan limpa secara kasar, suara
normal disebut timpani, jika ada massa tumor akan terdengar redup-pekak.

Gambar 5. Titik-titik perkusi hepar

Auskultasi :
Ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu :
Apakah suara usus ada ?
19

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Bila ada apakah meningkat atau melemah (kuantitas)?
Perkiraan asal dari suara (kualitas)?

pemeriksaan untuk menentukan adanya suara usus, succusion splash


(mendeteksi obstruksi pada lambung), Bruit arterial, Venous hum pada
kaput medusa. Gerakan peristaltik disebut bunyi usus, yang muncul setiap
2-5 detik. Pada proses radang serosa seperti pada peritonitis bunyi usus
jarang bahkan hilang sama sekali. Bila terjadi obstruksi intestin maka
intestin berusaha untuk mengeluarkan isinya melalui lubang yang
mengalami obstruksi dan saat itu muncul bunyi usus yang sering disebut
"rushes". Kemudian diikuti dengan penurunan bunyi usus gemerincing
yang disebut "tinkles," dan kemudian menghilang.

4. Ekstremitas :

Pada penderita dengan gangguan metabolisme besi terdapat kelainan kuku


berupa Koilonikia (spoon nails) yaitu kuku tipis dan cembung dengan
tepi yang meninggi.

5. Tanda-tanda perdarahan :

Dilihat di kulit pasien. Dapat dibantu agar lebih jelas denagn


menggunakan lup.

a. Ptekiae : bintik-bintik kecil dengan ukuran kurang dari 3 mm.

b. Purpura : bintik-bintik kecil dengan ukuran kurang dari 10 mm.

20

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Gambar 6. Ptekie dan Purpura

c. Ekimosis : bintik-bintik kecil dengan ukuran lebih dari 10 mm.

d. Hematom : kumpulan darah tidak normal di luar pembuluh darah.

hematom

Gambar 7. Hematom

e. Hemartrosis : perdarahan pada sendi

f. Telangiektasis : dilatasi kronis dari sekelompok kapiler yang


menyebabkan garis merah atau bintik pada kulit, paling umum di
sekitar hidung.

21

Penuntun KKD Hemato Onkologi


VIII. Referensi
1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2009
2. Williams Hematology, 6th ed, International Edition, 2005
3. Harrisons Principles of Internal Medicine, 14th ed, Mac Graw Hill
International Editioan, 2009
4. Current Therapy in Hematology-Oncologfy, 5th ed, Mosby-Year Book,Inc,
1995
5. Bethesda Handbook of Clinical Hematology, Lippincottt Williams and
Wilkins, 2005

22

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Checklist Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Kelainan Hematoonkologi
Nama :
NPM :
Kelompok:
No Penilaian 0 1 2 3

1 Mengucapkan salam, lalu pemeriksa berdiri,


melakukan jabat tangan dan
memperkenalkan diri.*

2. Pemeriksa memperkenalkan diri dan


meminta izin melakukan pemeriksaan
kepada pasien (informed consent).*
3 Meminta pasien duduk /berbaring sesuai
dengan rencana pemeriksaan yang akan
dilakukan.*

4 Pemeriksa mencuci tangan dan


menggunakan APD sebelum melakukan
pemeriksaan.*

5 Melakukan pemeriksaan fisik kepala dan


menilai Palpebra dan konjunctiva pucat.
6 Melakukan pemeriksaan fisik kepala dan
menilai Skelera ikterik.
7 Melakukan pemeriksaan fisik kepala dan
menilai Sianosis sentral/perifer.
8 Melakukan pemeriksaan fisik kepala dan
menilai Atrofi papil lidah.
9 Melakukan pemeriksaan fisik kepala dan
menilai Cheilitis angularis.

23

Penuntun KKD Hemato Onkologi


10 Melakukan pemeriksaan fisik kepala dan
menilai Facies coley.
11 Melakukan pemeriksaan fisik leher dan
menilai Pembesaran kelenjar getah bening.
12 Melakukan pemeriksaan dan menilai
Pembesaran kelenjar tiroid.

13 Melakukan pemeriksaan fisik abdomen dan


menilai pembesaran hepar.
14 Melakukan pemeriksaan fisik abdomen
untuk menilai pembesaran lien.
15 Menilai adanya tanda-tanda perdarahan dan
benjolan-benjolan abnormal lainnya.
16 Melakukan pemeriksaan fisik pembesaran
kelenjar getah bening di Leher.
17 Melakukan pemeriksaan fisik pembesaran
kelenjar getah bening di submandibula.
18 Melakukan pemeriksaan fisik. pembesaran
kelenjar getah bening di supraclavikula.
19 Melakukan pemeriksaan fisik pembesaran
kelenjar getah bening di axilla.
20 Melakukan pemeriksaan fisik pembesaran
kelenjar getah bening di inguinal.
21 Melakukan pemeriksaan fisik tanda-tanda
perdarahan : Ptekiae
22 Melakukan pemeriksaan fisik tanda-tanda
perdarahan : Purpura
23 Melakukan pemeriksaan fisik tanda-tanda
perdarahan : Ekimosis

24

Penuntun KKD Hemato Onkologi


24 Melakukan pemeriksaan fisik tanda-tanda
perdarahan : Hematom
25 Melakukan pemeriksaan fisik tanda-tanda
perdarahan : Hemartrosis

26 Melakukan pemeriksaan fisik tanda-tanda


perdarahan : Telangiektasis

27 Melakukan pemeriksaan fisik pada kuku jari


tangan untuk menilai adanya Kuku sendok
(koilonychia).*
28 Pemeriksa mencuci tangan setelah
melakukan pemeriksaan.*
29 Pemeriksa menjelaskan hasil pemeriksaan
kepada pasien dan menulis laporan.*
Keterangan (tanda *: untuk poin penilaian bertanda *):

Skor 0 : Tidak dilakukan/ tidak dilakukan*


Skor 1 : Dilakukan dengan banyak kesalahan/ Dilakukan*
Skor 2 : Dilakukan dengan sedikit kesalahan
Skor 3 : Dilakukan dengan sempurna

Keterampilan rata-rata = total skor didapat / jumlah skor x 100 % = .


Dinyatakan lulus apabila skor > 70%

Bengkulu,...................20
Mengetahui
Tutor

25

Penuntun KKD Hemato Onkologi


PANDUAN PENGOBATAN, PENULISAN RESEP YANG
RASIONAL & TERAPI TOPIKAL

I. Panduan Pengobatan dan Penulisan Resep yang Rasional


A. Pendahuluan
Ilmu Farmasi Kedokteran diperlukan dalam pendidikan dokter untuk
meningkatkan pengetahuan tentang pemahaman dan cara penulisan resep yang
rasional berdasarkan pemilihan obat yang tepat, penentuan dosis yang tepat,
pemilihan bentuk sediaan obat yang tepat, serta penentuan cara dan waktu
pemberian obat yang tepat pada penderita yang tepat.
Resep rasional adalah peresepan antara resep kausal dan resep
simptomatik yang harus dipisahkan. Sesuai dengan Kurikulum FKIK UNIB 2015,
pendidikan ilmu farmasi kedokteran dilaksanakan secara integrasi dengan cabang
ilmu yang lain.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menuliskan resep yang rasional untuk pengobatan
berdasarkan ilmu kedokteran farmasi terintegrasi.

Tujuan Khusus
1. Memahami macam-macam bentuk sediaan obat (padat, cair, dan setengah
padat) sehingga dapat memilih bentuk sediaan obat yang tepat untuk pasien.
2. Mampu memilih bentuk sediaan obat sesuai dengan penderita
3. Mampu menghitung dosis dan jumlah obat yang dibutuhkan penderita
4. Mampu menulis resep dengan lengkap
5. Mengetahui peraturan Perundang-undangan Kesehatan yang berkaitan
dengan farmasi sehingga dapat memahami wewenang dokter.

26

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Pengetahuan yang perlu diketahui sebelumnya :
Patogenesis dan patofisiologi dari suatu penyakit
Farmakologi

C. Tinjauan Pustaka
Preskripsi dokter memerlukan ketepatan dosis obat yang diberikan dan
pemilihan formula yang tepat pula. Calon dokter harus dapat memahami cara
menentukan dosis obat dengan tepat dengan cara perhitungan yang benar dan
harus memahami formula resep yang tepat digunakan untuk mewujudkan terapi
rasional.

Dosis Obat Dalam Preskripsi


Dosis tepat sangat dibutuhkan supaya efek dari obat optimal dan resiko
efek samping sekecil mungkin. Besaran dosis terapi obat biasanya dicantumkan
dalam rentangan/kisaran dosis, misalkan 250-500 mg. Rentangan dosis ini
menunjukkan kadar obat yang aman yang dapat diberikan dalam praktek
pengobatan. Bila dokter memberikan dosis di bawah/ di atas dosis rentangan,
maka dapat memberikan efek yang merugikan bagi pasien dan dapat
menimbulkan pertanyaan bagi apotek yang menerima resep tersebut. Dosis obat
dalam preskripsi adalah besarnya dosisi per kali untuk pasien dan mungkin dalam
sehari dapat diberikan beberapa kali sesuai dengan frekuensi pemberian yang
tertulis di dalam resep.
Penentuan dosis tersebut didapatkan dari dosis terapi (dosis lazim) yang
tercantum dalam literatur. Untuk dosis anak biasanya dicantumkan dengan
misalnya 20-40 mg/kg BB/hari. Sehingga perlua adnya penentuan dosis yang
cermat bagi anak. Ada beberapa obat yang mencantumkan dosis hanya untuk
orang dewasa, sehingga bila obat itu akan diberikan kepada anak mak
a perlu perhituanan dengan membandingkan dengan dosis dewasa, dengan
menggunakan rumus ( misalkan R. Clark, R. Young, dll ).
27

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Cara Menghitung Dosis Anak
Ada beberapa cara dalam menghitung dosis anak. Untuk itu, dipilih yang
dapat menunjukkan pengetrapan dosis individual. Untuk obat-obat yang
mempunyai rentang terapi sempit, maka memerlukan ketelitian yang tinggi dalam
menentukan dosis untuk anak.

Contoh:
Hitunglah dosis Amoxycilin untuk anak berumur 4 tahun dengan BB 17 kg
Diketahui: Dosis Amoxycilin anak di bawah BB 20 kg adalah 20-40 mg/kg BB/
hari diberikan dalam dosis terbagi tiap 6-8 jam. Untuk dosis dewasa adalah 250-
500 mg, diberikan tiap 6-8 jam.
Perhitungan:
1. Berdasarkan individual dengan ukuran fisik BB:
17 X (20-40) mg = 340- 780 mg/hari
Bila dipilih diberikan 3X sehari, maka dosis per kali pemberian
= 113,33 226,67 mg
2. Berdasarkan dosis dewasa dengan rumus Clark
17/20 X (250-500) mg = 60,71 121,43 mg/kali
3. Berdasarkan dosis dewasa dengan rumus Young
4/16 x (250-500) mg = 62,5-125 mg/kali
4. Berdasarkan dosis dewasa dengan Tabel J.Hahn:
5. Anak 4 tahun, BB 13,0-16,3 kg = 23% dosis dewasa = 57,5-115 mg/kali

Hasil di atas menunjukkan bahwa cara perhitungan tersebut menghasilkan


dosis yang berbeda. Dengan mempertimbangkan kondisi penyakit dan kondisi
penderita, maka dokter dapat menentukan besarnya dosis per kali dan per hari
dalam resepnya. Misalkan diputuskan memberikan amoxycilin per kali 125 mg
Bila frekuensinya 3 kali sehari, maka dosis per hari adalah 375 mg.

28

Penuntun KKD Hemato Onkologi


FORMULA RESEP
Ada 3 formula dalam penulisan resep (magistrlis, officinalis dan spesialistis).
Faktor yang diperhatikan dalam penentuan jenis formula yang akan digunakan:
1) Ketepatan dosis,
2) Stabilitas obat terjamin,
3) Kepatuhan pasien,
4) Kemudahan mendapatkan obat/sediaan,
5) Harga terjangkau

FORMULA MAGISTRALIS
Formula ini dikenal dengan resep racikan.Dalam hal ini, dokter selain
menuliskan bahan obat, juga bahan tambahan. Bahan tambahan yang ditambahkan
tergantung dari sediaan yang di nginkan. Oleh karena itu, penting sekali
diperhatikan sifat obat, interaksi farmasetik, macam bentuk sediaan dan macam
bahan tambahan yang dapat digunakan serta pedoman penulisan resep magistralis.

Hal-hal yang penting diperhatikan dalam formula magistralis:


1. Bahan obat, sedapat mungkin menggunakan bahan baku. Penggunaan sediaan
jadi/paten (tablet, sirup, dl ) sering menimbulkan masalah baik dalam pelayanan(
misalkan tidak dapat halus, tidak homogen, dan tidak stabil) maupun kerasionalan
terapi (antara lain perubahan formula sediaan, perubahan bioaviabilitas obat,
perubahan absorbsi, penurunan konsentrasi obat). Pencampuran
bahan yang lebih dari satu macam harus dipertimbangkan adanya inter
aksi (farmasetik dan farmakologi) dan rasionalitas obat.

2.Bentuk sediaan yang dapat dipilih meliputi serbuk (pulveres dan pulvis
adspersorium), kapsul, larutan (solusio, infusa), suspensi, unguenta, cream dan
pasta.
29

Penuntun KKD Hemato Onkologi


3.Penentuan bahan tambahan (corrigen saporis, corrigen odoris, corrigen
coloris, dan constituent/vehiculum).

Contoh penyusunan resep formula magistralis:

1. Dokter Razi Maulana, SIP 087/2009 beralamat di JL. T.Bendahara No. 1 Banda
Aceh pada tanggal 15 maret 2011, menulis resep formula magistralis dengan
bentuk sediaan pulveres (puyer) sebanyak 10 bungkus, setiap bungkus
mengandung paracetamol 120 mg. Puyer ini diberikan kepada Sari (2 tahun, 12
kg) dengan aturan pakai:bila panas diberikan 3 X sehari, tiap kali satu bungkus.

Keterangan: Ambilkan paracetamol 120 mg dan sacch


lactis secukupnya, campur dan buatlah menurut aturan puyer seba-
nyak 10 bungkus, masing-masing bungkus mengan-
dung 120 mg paracetamol dan sacch lactis secukupnya.. Tandailah: bila
panas dapat diberikan 3 X sehari 1 bungkus

30

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Keterangan: Ambilkan paracetamol 1,2 g dan sacch
lactis secukupnya, campur dan buatlah menurut atur-
an puyer sebanyak 10 bungkus. Tandailah: bila panas dapat diberikan 3
X sehari 1 bungkus

2. Dokter Razi Maulana, SIP 087/2009 beralamat di JL. T.Bendahara No. 1 Banda
Aceh pada tanggal 15 maret 2011, menulis resep formula magistralis dengan
bentuk sediaan salep sebanyak 20 gram yang mengandung boric 5% serta
menggunakan bahan dasar vaselin album. Salep ini diberikan kepada Tono (20
tahun) dengan aturan pakai:diberikan 2 kali sehari, untuk obat luar.

Resep dengan formula ini berarti obat yang digunakan adalah obat generik dan
tersedia dalan sediaan generik (BPOM Depkes) atau sedia-
an standar baku (Formularium Indonesia). Dengan menggunakan formula
ini, berarti dokter sudah tahu komposisi bahan aktif dan kegunaannya. Penulisan
ini cepat dan sederhana serta harganya lebih murah.

31

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Contoh formula officinalis:

1. Dokter Razi Maulana, SIP 087/2009 beralamat di JL. T.Bendahara No. 1 Banda
Aceh pada tanggal 15 maret 2011, menulis resep dengan menggunakan obat batuk
Potio nigra contra tussim, suatu formula standar dalam Formularium Indonesia
dan diberikan kepada Bp. Tono dengan aturan pakai:bila batuk dapat diminum 4
X sehari satu sendok makan, selama 10 hari

Keterangan:
Dokter munggunakan formula standar dalam Formularium Indonesia. Komposisi
obat tersebut:
Pot nigr. c. tuss. 300 ml
Succus liquiritae 10
Amm.Chloride 6
Sol amm.spirt. anis 6
Aqua dest. Ad 300 ml
Pemakaian 4-5 d.d. C.I
32

Penuntun KKD Hemato Onkologi


2. Dokter Razi Maulana, SIP 087/2009 beralamat di JL. T.Bendahara No. 1 Banda
Aceh pada tanggal 15 maret 2011 menulis resep dengan mengguna-
kan sediaaan generic berlogo salep mata Chlorampenicol (1%) dan diberikan
kepada Bp. Tono dengan aturan pakai: 2 X sehari dioleskan pada mata kanan dan
kiri, pagi dan sore

Keterangan:
Dengan resep tersebut, dokter menggunakan formula standar dalam sediaan jadi
generik berlogo. Komposisi obat tersebut:
Ungt. Ophth. Chlorampenicol 1%.
Setiap gram salep mata mengandung 10 mg Chlorampenicol, berat tiap tube 5
gram.

FORMULA SPESIALISTIS
Resep yang ditulis dengan formula ini adalah obat paten dari pabrik obat. Kadang
pabrik obat membuat obat dengan berbagai sediaan, kekuatan, dan kombinasi

33

Penuntun KKD Hemato Onkologi


obat. Bila penulisan resep ini kurang jelas atau tidak lengkap dapat
mengakibatklan kesalahan dalam pelayanan di apotek.
Contoh penulisan resep spesialistis:
1. Dokter Razi Maulana, SIP 087/2009 beralamat di JL. T.Bendahara No. 1 Banda
Aceh pada tanggal 15 maret2011, menulis resep dengan menggunakan sediaaan
paten Al erin expektorant 120 ml dan diberikan kepada Bp.Tono dengan aturan
pakai:3 X sehari 2 sendok teh (volume cairan obat yang diminum adalah 10 ml).

2. Dokter Razi Maulana, SIP 087/2009 beralamat di JL. T.Bendahara No. 1 Banda
Aceh pada tanggal 15 maret 2011 menulis resep dengan menggunakan sediaaan
paten kaplet Kalmoxicil in 500 mg sebanyak 20 biji dan diberikan kepada Bp.
Tono dengan aturan pakai:3 X sehari

34

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Keterangan:

Dengan resep tersebut, dokter menggunakan formula spesialistis dan


menggunakan obat dengan anam paten. Bentuk sediaan: sirup
Komposisi: Tiap kaplet Kalmoxicil in500 mg mengandung Amoxycil in trihidrat
Selain sediaan tersebut, ada pula Kapsul 250mg, suspensi kering 125 mg/5 ml
dengan kemasan botol 60 ml, suspensi kering 250 mg/5ml dengan kemasan botol
60 ml,injeksi (serbuk1g/vial)

35

Penuntun KKD Hemato Onkologi


RESEP : merupakan alat komunikasi tertulis antara dokter apoteker - pasien.
Resep dibuat setelah dokter mendiagnosis suatu penyakit.

Sebagai seorang calon dokter yang memiliki cukup pengetahuan tentang


menuliskan resep yang rasional dengan :
Pemilihan obat serta cara pemberian/penggunaannya yang tepat
Perhitungan dosis regimen yang tepat untuk tiap penderita secara
individual
Pemilihan bentuk sediaan yang paling efektif sesuai tujuan terapi
Penentuan waktu pemberian obat yang paling tepat
Penyesuaian semua faktor obat dengan faktor/parameter penderita
Pengertian dasar dari farmakokinetik obat

Beberapa contoh kasus dibawah ini dipilih untuk memudahkan pemahaman


tentang Ilmu Farmasi Kedokteran :

Kasus 1
Seorang anak berusia 4 bulan, BB 6 kg, dibawa ibunya ke dokter dengan
keluhan demam dan batuk pilek sejak 3 hari yang lalu.

Kasus 2
Seorang kakek berusia 55 tahun, dibawa oleh keluarganya ke IGD
RSUD M. Yunus karena pingsan sejak 1 jam yang lalu. Sebelum pingsan
kakek tersebut mengeluh badannya lemas dan kepalanya pusing. Laki-laki
tersebut mengkonsumsi obat penyakit kencing manis yang didapatnya dari
dokter, hanya saja ia lupa meminum obat tersebut sejak 2 hari yang lalu.
Menurut keluarganya akhir-akhir ini si kakek semakin sering
mengkonsumsi minuman sirup dan tidak mau dilarang. TD:
160/90mmHg,RR:18x/m,N:58x/m)

36

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Referensi yang dapat anda gunakan sebagai rujukan :
1. Resep yang rasional/Guide to Good Prescribing (WHO), 1995
2. Joenoes NZ. Ars Prescribendi. Volume 1, 2, 3. Surabaya, Airlangga
University Press, 1995
3. Goodman and Gillman Edisi XI, 2006
4. Anonim, 1976, Formularium Indonesia
5. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Depkes RI
6. Anonim, 1989, Informatorium Obat Generik, Depkes RI, Jakarta
7. Ansel, H.C, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms.Lea dan
Febiger, Philadelphia
8. Gan, Sulistia, 1995.Farmakologi dan Terapi, edisi ke-4, FK-UI, Jakarta
9. Osol, Ansel, 1975, Remingtonss Pharmaceutical Science.Philadelphia
10. Buku Ajar dari Departemen terkait di FKIK UNIB
11. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. 1995

37

Penuntun KKD Hemato Onkologi


CHECK LIST MENULIS RESEP RASIONAL

Nama Mahasiswa : .....................


NPM : .....................

SKOR
No Butir Penilaian
0 1 2 3
Untuk Pasien Anak
1 Memilih Bentuk Sediaan Obat
(BSO) untuk obat terpilih
2 Menghitung dosis & menghitung
jumlah obat
3 Menjelaskan cara pemberian obat

4 Mampu menulis resep BSO


Pulveres (Puyer)
Untuk Pasien Dewasa
5 Memilih Bentuk Sediaan Obat
untuk obat terpilih
6 Menghitung dosis obat &
Menghitung jumlah obat
7 Menjelaskan cara pemberian obat

8 Mampu menulis resep BSO Padat


Tablet,Kapsul

38

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Keterangan :
Skor 0 : Tidak dilakukan
Skor 1 : Dilakukan dengan banyak kesalahan
Skor 2 : Dilakukan dengan sedikit kesalahan
Skor 3 : Dilakukan dengan sempurna
Keterampilan rata-rata = total skor didapat / jumlah skor x 100 % = .
Dinyatakan lulus apabila skor > 70%

Bengkulu,...................20
Mengetahui
Tutor,

39

Penuntun KKD Hemato Onkologi


II. TERAPI TOPIKAL

Keberhasilan pengobatan topikal tergantung:


Umur
Pemilihan agen yang tepat
Lokasi tubuh yang terkena, luas
Stadium penyakit, jenis lesi
Konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum
Metode aplikasi
Penentuan lama pemakaian obat (maks efektivitas dan min efek samping)

Terapi Topikal terdiri dari:


Bentuk sediaan obat
Zat aktif
Agen tambahan, mis. pengawet

Vehikulum
- Zat inaktif/inert
- Berhubungan dengan formulasi
- Pembawa obat/zat aktif untuk kontak ke kulit
- Kegunaan vehikulum non spesifik: mendinginkan, melindungi, emolien
- Nonalergik, noniritan, dapat diterima secara kosmetik dan mudah dipakai.
- Contoh: air, minyak, vaselin album, vaselin flavum, dasar salep, dasar krim

Bentuk Sediaan Obat Topikal


A. Cair
1. Solusio
- Campuran homogen zat terlarut (1 atau lebih) dan pelarut
- Fungsi: mandi, rendam, kompres
- Kompres: terbuka dan tertutup

40

Penuntun KKD Hemato Onkologi


- Contoh: A. salisil 1: astringen, antiseptik lemah
PK 1/5000,1/10000: astringen, antiseptik
Rivanol 1: astringen, antiseptik, deodoran
AgNO3 0.25 -0.5%: astringen, antiseptik kuat
NaCl 0,9%
Alkohol 70%

Kompres terbuka: vasokontriksi, antiseptik, membersihkan, melunakan,


mengeringkan, mendinginkan.
Kompres tertutup: vasodilatasi

2. Mixtura agitanda
- Sediaan obat cair yang mengandung bahan padat yang tidak larut dalam
pelarutnya (air, alkohol)
- Hanya untuk obat luar
- Kocok dahulu sebelum digunakan
- Mis. Likuor faberi

3. Lotio (suspensi obat luar)


- Zat padat/zat aktifnya tidak larut tetapi tetap dapat terdispersi dengan bantuan
suspending agent
- Kocok dahulu sebelum pakai.
- Contoh: Losio kalamin, losio Kummerfeldi
- Aplikasi pada kulit dingin karena adanya penguapan komponen air.
- Mudah dioleskan
- Mis. Lotio Kummerfeldi

4. Emulsi
- Campuran antara 2 larutan (air dan minyak) yang tidak dapat bercampur
- Homogen dengan bantuan emulgator

41

Penuntun KKD Hemato Onkologi


- Mis. Emulsi benzil benzoat
B. Setengah padat
1. Salep
- Sediaan semi solid dengan konsistensi yang pekat
- Bahan dasar salep:
Hidrokarbon
Dasar serap/hidrofilik
Emulsi
Larut air (water-soluble based)
- Konsentrasi bahan dasar salep kemampuan penetrasi zat aktif di dalamnya
- Mis. Fatty ointment, konsentrasi bahan dasarnya mencapai >90%
- Digunakan untuk kelainan pada kulit yang daerah stratum korneumnya tebal, mis.
Lipat siku, lutut, telapak tangan, telapak kaki

2. Krim
- Mengandung satu atau lebih zat aktif yang terdispersi dalam suatu medium
pendispersi
- Berdasarkan fase internalnya
Krim water in oil
Krim oil in water

3. Pasta
- Merupakan salep yang ke dalamnya ditambahkan serbuk dalam jumlah yang relatif
besar
- Konsistensi lebih keras daripada salep
- Sama dengan salep, pasta dapat membentuk lapisan penutup di atas permukaan kulit
yang impermeabel terhadap air
- Dipakai untuk ruam popok, masker, sun block
- Relatif kurang berminyak daripada salep

42

Penuntun KKD Hemato Onkologi


4. Gel
- Sediaan semisolid yang mengandung molekul kecil maupun besar yang terdispersi
dalam cairan dengan penambahan suatu gelling agent
- Formulasi yang dibutuhkan dalam membentuk gel: air, propilen glikol, polietilen
glikol, ditambah gelling agent (CMC, hidroksipropilmetil-selulosa)
- Bahan dasar pembentuknya larut air (water soluble based) & tidak mengandung
minyak
- Sangat mudah dicuci, tidak mewarnai pakaian, tidak memerlukan pengawet, kurang
oklusif
- Sering digunakan pada sediaan topikal agar konsentrasi pada permukaan kulit >> &
membatasi absorpsi sistemik, mis. Antijamur, antibiotik topikal
- Vehikulum yang cocok untuk banyak zat aktif
- Relatif mudah diaplikasikan pada kulit
- Dapat digunakan pada daerah berambut
- Penetrasi baik
- kontraindikasi: kulit kering karena mengiritasi

C. Padat
1. Bedak
- Mendinginkan, menyerap cairan, mengurangi gesekan
- Umumnya mengandung
Zn oksida : antiseptik
Mg silikat: lubrikasi, mengeringkan
Stearat: meningkatkan daya lekat pada kulit
- Keterbatasan:
Penetrasi pada kulit rendah
- Efek samping:
Inhalasi bedak ke saluran napas
Pada lesi basah: bedak menggumpal, iritasi, terbentuk krusta, granuloma
proses penyembuhan terhambat

43

Penuntun KKD Hemato Onkologi


2. Kristal-serbuk
- Kristal kalium permanganat
- Kristal asam salisilat
- sulfur presipitatum

Kortikosteroid Topikal
Khasiat: Antiinflamasi, antialergi, antimitotik, vasokonstriksi
Klasifikasi:
1. Lemah: antiinflamasi, antimitotik (-)
2. Sedang: antiinflamasi, antimitotik sedang
3. Kuat: antiinflamasi, antimitotik kuat
4. Sangat kuat: antiinflamasi, antimitotik sangat kuat
Indikasi:
Topikal: dermatitis, psoriasis ringan
Intralesi: keloid, parut hipertrofik, alopesia areata, aknekistik, prurigo
Kontraindikasi: infeksi, ulkus
Lama pakai: lemah: 4-6 minggu, kuat 2 minggu
Efek samping: hipo/atrofi kulit, striae, telangiektasia, purpura, dermatitis akneiformis,
hipertrikosis,hipopigmentasi, dermatitis perioral, absorbsi perkutan : supresi kelenjar
adrenal

Sumber Pustaka
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. FKUI
Dermatological pharmacology. Goodman & Gilman.
Cut Nurul. Dermatoterapi Topikal
Anjas asmara. Vehikulum pada dermatoterapi topikal

44

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Gambar 8 . Menghitung Dosis Obat Topikal

45

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Contoh Penulisan Resep Topikal

dr. Vina
SIP. No 1234567
Jl. Salemba 6, Jakarta
___________________________________________

Jakarta, 10 November 2012

R/ Krim Hidrokortison 1% tube No. I


Sue
------------------------------------------------------ paraf

Pro : Ny. A
Umur : 30 tahun

dr. Vina
SIP. No 1234567
Jl. Salemba 6, Jakarta
_______________________________________________

Jakarta, 10 November 2012

R/ Solusio Kalium Permanganat 1:5000 300 mL


S pro kompres
------------------------------------------------------------------ paraf
R/ Kassa box No. I
S pro kompres
------------------------------------------------------------------ paraf

Pro : Ny. A
Umur : 30 tahun

46

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Beberapa contoh kasus terapi topikal :

Kasus 1
Seorang anak laki-laki, usia 3 tahun, datang dibawa ibunya ke rumah sakit
dengan keluhan timbul bintil-bintil kecil kemerahan pada dada dan punggungnya
sejak 7 hari yang lalu. Pasien juga merasakan gatal dan perih pada daerah
tersebut. Gatal bertambah pada siang hari dan saat pasien berkeringat. Keluhan
belum pernah diobati. Pasien baru 2 minggu ini tinggal di Bengkulu, sebelumnya
ia dan keluarganya tinggal di Bukittinggi. Riwayat penyakit dahulu pasien belum
pernah sakit serupa. Riwayat penyakit keluarga tidak ada. Pada pemeriksaan
fisik keadaan umum baik, pada vital sign juga dalam batas normal. Pada
pemeriksaan dermatologis didapatkan papul dan eritema dibagian dada dan
punggung yang menyebar merata. Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah
rutin dalam batas normal. Tidak dilakukan pemeriksaan pendukung lainya.

Kasus 2
Seorang laki-laki usia 27 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan timbul
bercak-bercak putih kecoklatan sebesar uang koin pada wajahnya sejak 1 minggu
yang lalu. Pasien juga merasakan gatal pada daerah tersebut, terutama saat
berkeringat. Sehari-hari pasien bekerja sebagai kuli panggul di pelabuhan.
Riwayat penyakit dahulu pasien belum pernah sakit serupa. Riwayat penyakit
keluarga tidak ada. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik, tanda vital
dalam batas normal. Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan beberapa plak
kecoklatan diameter rata-rata 1 cm, berbatas tegas. Saat dikerok, timbul skuama
halus dari plak. Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin normal. Tidak
dilakukan pemeriksaan pendukung lainya.

Jenis obat- obatan yang dapat digunakan:


Calamine lotion, flash 60 gr
Calamine powder, tube 60 gr
Shampoo selenium sulfide 2,5%, flash 100 mL
Shampoo ketokonazole 2%, flash 100 mL
Salep Whitfield, tube 30 gr
Krim ketokonazole 2%, tube 10 gr
Krim mikonazole 2%, tube 20 gr
Asam fusidat krim 2%, tube 5 gr
47

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Gentamisin krim 0,1%, tube 5 gr
Basitrasin krim 250 iu, tube 5 gr
Hidrokortison krim 1%, tube 5 gr
Betametason krim 0,1%, tube 5 gr
Deksosimetason krim 0,25%, tube 5 gr
Mupirosin salep 2%, tube 5 gr
Urea krim 2 %, tube 10 gr
PK kristal, pot 1 gr

48

Penuntun KKD Hemato Onkologi


CHECK LIST TERAPI TOPIKAL
Nama Mahasiswa : .....................
NPM : .....................
Tanggal : .....................

SKOR
No Butir Penilaian
0 1 2 3
1 Memilih Obat / zat aktif topikal

2 Memilih bentuk kesediaan obat topikal (dan


vehikulum)
3 Menentukan dosis
4 Menentukan frekuensi dan lama terapi
5 Menghitung jumlah obat yang diperlukan
6 Menjelaskan cara pemakaian obat topikal
7 Menentukan waktu pemakain obat topikal
8 Menulis resep obat topikal dengan lengkap
dan rasional

Keterangan :
Skor 0 : Tidak dilakukan
Skor 1 : Dilakukan dengan banyak kesalahan
Skor 2 : Dilakukan dengan sedikit kesalahan
Skor 3 : Dilakukan dengan sempurna
Keterampilan rata-rata = total skor didapat / jumlah skor x 100 % = .
Dinyatakan lulus apabila skor > 70
Bengkulu,...................20
Mengetahui
Tutor

49

Penuntun KKD Hemato Onkologi


PUNGSI VENA

I. PENGANTAR
Pungsi vena merupakan tekhnik penusukan vena melalui transkutan dengan stilet
tajam yang kaku seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan pada spuit .
Pada masa dahulu pengambilan darah dilakukan dengan cara penorehan vena
(venesection) dan ditampung pada mangkuk, selain itu dengan cara gigitan lintah
(Leeches biting) darah akan mengalir dan lintah dilepaskan dengan abu atau garam.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan umum
Untuk memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam mempersiapkan dan
melakukan pungsi vena

Tujuan khusus
Mampu menerangkan kepada pasien tujuan dan prosedur pungsi vena
Mampu melakukan persiapan bahan dan alat untuk pugsi vena
Mahasiswa dapat melakukan tindakan desinfeksi
Mahasiswa dapat menentukan lokasi vena yang akan dipungsi
Mahasiswa dapat melakukan tindakan pungsi vena dengan benar
Mahasiswa dapat membersihkan dan membuang sampah tajam/infeksius pada
tempatnya

3. STRATEGI PEMBELAJARAN:

Prosedur Kegiatan :
No Aktifitas Waktu Metode
1 Instruktur memberikan pengantar dan 10 Kuliah dan diskusi
gambaran secara teori tindakan pungsi
vena

2 Instruktur mendemonstrasikan cara 15 Demonstrasi


50

Penuntun KKD Hemato Onkologi


melakukan pungsi vena pada phantom

3 Mahasiswa melakukan praktikum 5 tiap Praktikum


sendiri sesuai gilirannya. Instruktor mahasiswa
mengevaluasi dan memberikan arahan
sesuai dengan skill checklist

4. PRASYARAT:

Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih yaitu teori mengenai


Anatomi pembuluh darah

5. TEORI

PUNGSI VENA
Pungsi vena merupakan tekhnik penusukan vena melalui transkutan dengan stilet
tajam yang kaku seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan pada
spuit.

Pembuluh darah yang dapat dilakukan pungsi vena yaitu vena-vena pada:
- fossa cubiti (antecubital)
- lengan bawah
- pergelangan tangan
- punggung tangan
- kaki dan pergelangan kaki (jika tidak ada vena lain yang dapat ditusuk).

51

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Gambar 9. Vena-vena pada lengan

Gambar 10. Vena-vena pada tungkai

52

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Indikasi pungsi vena:
1. Diagnostik : untuk pengambilan spesimen darah pemeriksaan laboratorium.
2. Terapeutik : untuk memasukkan obat intravena atau cairan melalui infus.
3. Donor darah dan transfusi darah

Efek samping pungsi vena :


Alergi terhadap antiseptik dan plester
Perdarahan berlebihan
Pingsan (syncope)
Infeksi
Flebitis
Hematoma, terjadi karena :
a. Vena terlalu kecil untuk jarum yang dipakai b.
Jarum menembus seluruh dinding vena
c. Jarum hanya menembus sebagian vena
d. Jarum dilepaskan pada saat tourniquet masih dipasang e.
Penekanan yang tidak adekuat setelah venipuncture

Jika pasien pingsan pada saat venapuncture :


Lepaskan tourniquet, tarik jarum segera
Bicara pada pasien supaya terjaga dan mengalihkan perhatiannya
Turunkan bagian kepala pasien dan diminta untuk bernafas yang dalam
Lepaskan aksesoris / dasi
Kompres dengan air dingin di bagian dahi dan belakang leher
Gunakan inhalant amonia (bila perlu)

Upaya mengatasi hematoma


Mencegah terjadinya pembengkakan
lepaskan jarum lalu tekan kuat sehingga darah menyebar
Kompres hangat, biasanya lebam hilang setelah beberapa hari
Beri salep
53

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Untuk pemeriksaan selanjutnya cari pembuluh ditempat lain

Kontraindikasi :
1. Terdapat infeksi didaerah penusukan

6. PROSEDUR KERJA
Peralatan :
1. Spuit 3 cc (spuit dengan ukuran yang sesuai, steril, sekali pakai)
Alat yang digunakan untuk pengambilan darah atau pemberian injeksi intravena
dengan volume tertentu.
2. Wing needle no 25
Ujung spuit atau jarum yang digunakan untuk pengambilan secara vakum.
3. Antiseptik : alkohol 70%
4. Kapas steril dan kapas bulat
5. Alat pembendung vena/ Tourniquet
Merupakan bahan mekanis yang fleksibel, biasanya terbuat dari karet sintetis yang
bisa merenggang. Digunakan untuk pengebat atau pembendung pembuluh darah
pada organ yang akan dilakukan penusukan. Adapun tujuan pembendungan ini
adalah untuk fiksasi, pengukuhan vena yang akan diambil. Dan juga untuk
menambah tekanan vena yang akan diambil, sehingga akan mempermudah proses
penyedotan darah kedalam spuit.

Gambar 11 . Tourniquet (Sumber:


https://hendrosmk.files.wordpress.com/2011/08/tourniquet_600.jpg

54

Penuntun KKD Hemato Onkologi


6. Kain pengalas
7. Plester
8. Sarung tangan
9. Bengkok untuk tempat bahan kotor, spuit bekas / sampah tajam
10. Set phantom tangan untuk pungsi vena

Cara Kerja
1. Terangkan pada pasien tentang tujuan flebotomi dan prosedur yang akan
dilakukan, posisi pasien bisa duduk atau berbaring
2. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
3. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
4. Pilih lokasi penusukan vena.
- L a k u k a n p ada area antecubiti lengan
- Pengepalan tangan pasien membantu penampakan vena
- Palpasi membantu merasakan ukuran, kedalaman dan aliran vena
- Pilih vena yang besar dan tidak mudah bergerak

Gambar 12. Lokasi penusukan vena lengan (sumber:


http://www.healtyanalis.com/search/label/HEMATOLOGI)
55

Penuntun KKD Hemato Onkologi


5. Pasang kain pengalas dibawah bagian tubuh yang akan ditusuk
6 . Raba vena target, lalu pasang karet pembendung proksimal dari daerah yang akan
ditusuk. Apabila pasien sadar, minta pasien untuk mengepalkan tangannya,
sehingga pembuluh darah vena terlihat jelas . Pasang tourniquet 7,5 10 cm di
atas bagian yang akan dilakukan tusukan vena, pemasangan harus pas karena jika:
- terlalu ketat : darah tidak keluar
- terlalu longgar : tidak efektif
- terlalu lama : (> 1 menit) hemokonsentrasi / stasis vena.

Gambar 13. Pemasangan turniket


(Sumber:http://fmhhs.adam.com/content.aspx?productId=117&pid=2&gid=10026)

7. Bersihkan (desinfeksi) area venipuncture menggunakan kapas alkohol dengan


gerakan memutar dari tengah ke tepi, biarkan 30 detik untuk pengeringan alkohol. Pada
saat desinfeksi turniquet harus dilonggarkan dulu, kemudian dieratkan.

56

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Gambar 14. Desinfeksi tempat penusukan vena

7. Menusukkan jarum ke dalam vena

- Posisi lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut 15 - 30.


- Tegangkan kulit diatas vena yang akan ditusuk dengan menggunakan jari
tangan kiri supaya vena tidak mudah bergerak.

- Selama jarum di dalam vena usahakan gerakan seminimal mungkin.


- Segera lepaskan tourniquet setelah darah mengalir, kecuali vena kolaps
- Tarik perlahan-lahan penghisap dan biarkan spuit terisi darah.

57

Penuntun KKD Hemato Onkologi


Gambar 15. Melakukan penusukan vena
(Sumber:https://hendrosmk.wordpress.com/2011/08/07/pengenalan-alat-sampling-darah)

8. Lepaskan jarum perlahan-lahan dan pasang penutup jarum, segera tekan tempat
tusukan dengan kapas selama 3-5 menit, kemudian plester bagian tsb dan lepas
setelah 15 menit.
9. Pemindahan darah dari spuit ke tabung/botol :
- Lepaskan jarum dari spuit, hati-hati jangan sampai darah keluar.
- Masukkan darah ke dalam botol atau tabung secara perlahan sesuai dengan
pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan.
10. Buang spuit dan jarumnya ke wadah pembuangan khusus
11. Ucapkan terima kasih kepada pasien dan berikan informasi yang diperlukan :
- Kapan boleh makan kembali
- Petunjuk khusus, misalnya glukosa 2 jam PP
12. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

58

Penuntun KKD Hemato Onkologi


CHECK LIST PUNGSI VENA

Nama Mahasiswa :
NPM :
Kelompok :

KETERAMPILAN SKOR
0 1 2 3
1. Menerangkan pada pasien tujuan dan prosedur serta
inform conscent*
2. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan*

3. Mencuci tangan dan gunakan sarung tangan*

4 Mencari lokasi vena yang cukup besar.*

5 Pasang kain pengalas dibawah bagian tubuh yang akan


ditusuk*

6 Raba vena target, lalu pasang karet pembendung


proksimal dari daerah yang akan ditusuk. Apabila
pasien sadar, minta pasien untuk mengepalkan
tangannya, sehingga pembuluh darah vena terlihat
jelas
7 Permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi
dengan menggunakan kapas alkohol.

8 Tegangkan kulit diatas vena yang akan ditusuk dengan


menggunakan jari tangan kiri supaya vena tidak mudah
bergerak.
9 Tusukkan jarum ke vena dengan posisi lubang jarum
menghadap keatas dengan tangan kanan, Fiksasi spuit
dengan tangan kiri, lalu tarik penghisap spuit sehingga
darah mengalir kedalam spuit sebanyak yang
diperlukan.
10 Lepaskan karet pembendung, kemudian jarum dicabut
dengan cepat sambil menekan tempat tusukan dengan
kapas alkohol. . Bekas tusukan diplester tekan sampai
darah tidak mengalir.
11 Darah yang telah diambil segera dimasukkan kedalam
botol khusus atau tetap didalam spuit, lalu diberi etiket
berisi nama pasien dan umur.
59

Penuntun KKD Hemato Onkologi


12 Alat-alat dirapikan dan/atau dibuang sesuai tempatnya

13 Mengucapkan terima kasih kepada pasien dan


memberi informasi lain bila diperlukan

Keterangan (tanda *: untuk poin penilaian bertanda *):


Skor 0 : Tidak dilakukan/ Tidak dilakukan*
Skor 1 : Dilakukan dengan banyak kesalahan/ Dilakukan*
Skor 2 : Dilakukan dengan sedikit kesalahan
Skor 3 : Dilakukan dengan sempurna

Keterampilan rata-rata = total skor didapat / jumlah skor x 100 % = .


Dinyatakan lulus apabila skor > 70%

Bengkulu,...................20
Mengetahui
Tutor

NIP

60

Penuntun KKD Hemato Onkologi


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Depkes RI.


Anonim, 1989, Informatorium Obat Generik, Depkes RI, Jakarta.
Ansel, H.C. 2005 . Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms.Lea dan Febiger,
Philadelphia
Bethesda Handbook of Clinical Hematology, Lippincottt Williams and Wilkins.
Current Therapy in Hematology-Oncologfy, 5th ed, Mosby-Year Book,Inc, 1995.
Gan, Sulistia, 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi ke-4, FK-UI, Jakarta.
Harrisons Principles of Internal Medicine, 14th ed, Mac Graw Hill International Editioan,
2009.
Interviewing and the health history. Dalam Bickley LS, Szilagyi PG ( ed) : Bates Guide
to physical examination and history taking. Edisi 9, Lippincott Williams and
Wilkins, Philapdelphia, 2003, 23-62.
Joenoes NZ. 1995. Ars Prescribendi. Volume 1, 2, 3. Surabaya, Airlangga University
Press.
Osol, Ansel, 1975, Remingtonss Pharmaceutical Science.Philadelphia.
Resep yang rasional/Guide to Good Prescribing (WHO), 1995.
Williams Hematology, 6th ed, International Edition, 2005

61

Penuntun KKD Hemato Onkologi

Anda mungkin juga menyukai