Gen-gen dengan rangkaian DNA yang sangat mirip dengan onkogen retroviral
dan yang mengkode protein dengan bahan yang mirip telah diidentifikasi dalam
genom hewan tingkat tinggi termasuk manusia oleh penggunaan dua pendekatan
eksperimen nyata. (1) Pendekatan pertama meliputi pencarian rangkaian DNA seluler
akan hibridisasi silang dengan onkogen virus hewan. (2) pendekatan kedua meliputi
pencarian langsung gen penyebab kanker dalam genom sel kanker oleh eksperimen
transfeksi , eksperimen dimana di dalam DNA sel-sel tumor terisolasi dan meluas ke
kultur sel jaringan normal untuk melihat jika itu akan mengubah banyak sel tersebut
untuk menjadi keadaan kanker.
Eksperimen Transfeksi
Deteksi onkogen seluler oleh eksperimen transfeksi berdasarkan kemampuan
onkogen untuk mengubah sel nonkanker (digambarkan dengan pembelahan sel tak
terkontrol). Fenomena ini disebut transformasi sel atau sederhananya transformasi
(tidak sama dengan transformasi pada bakteri).
Sel normal (tidak berubah) yang tumbuh dalam kultur akan berhenti
membelah ketika mereka berhubungan dengan sel tetangga (sebuah fenomena yang
disebut contact inhibition), mereka akan membentuk sebuah selapis sel di permukaan
botol kultur atau cawan petri dimana mereka tumbuh. Sel-sel yang berubah bentuk
tidak menunjukkan kontak inhibisi. Mereka akan tetap membelah meskipun terjadi
contact inhibition dan akan membentuk tumpukan-tumpuka sel atau “tumor” di atas
permukaan botol kultur.
Ketika DNA dari sel normal digunakan dalam ekperimen transfeksi, sangat
lemah, tapi dapat terdeteksi, tingkat transformasi sel teramati. Ketika DNA dari sel
yang berubah bentuk digunakan dalam lingkaran kedua eksperimen transfeksi,
frekuensi yang lebih tinggi transformasi kadang-kadang teramati. Itulah, frekuensi
yang lebih tinggi dari perubahan bentuk (transformasi) diamati dengan isolasi DNA
dari klon sel yang berubah bentuk tertentu, tetapi tidak menggunakan isolasi DNA
dari klon sel yang berubah bentuk lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan
genetik bertanggung jawab untuk perubahan bentuk dalam kelompok klon sel
pertama, tapi itu perubahan epigenetic (perubahan perkembangan noninherited)
bertanggung jawab untuk perubahan bentuk dalam kelompok kedua sel klon.
Eksperimen transfeksi juga telah digunakan untuk mendemonstrasikan
kehadiran onkogen seluler dalam kultur sel diambil dari kejadian spontan bervariasi
dan tumor hewan yang diinduksi secara kimiawi. Sebagian besar onkogen seluler
terdeteksi oleh eksperimen transfeksi yang telah diisolasi menggunakan DNA
rekombinan dan teknik cloning gen. Ketika mereka mengisolasi onkogen seluler
dibandingkan dengan onkogen retrovirus dengan beragam prosedur (contoh:
hibridisasi DNA, restriksi, analisis enzim, sekuen DNA), banyak dari mereka
ditemukan homolog pada 1 dari onkogen retrovirus. Contohnya, c-H-ras onkogen
diidentifikasi dengan eksperimen transfeksi dalam DNA dari sel karsinoma kandung
kemih manusia mematikan untuk menjadi homolog dengan v-H-ras onkogen virus
sarcoma Harvey.
Onkogen Seluler Mengandung Introns, Viral Homolog Mengandung Satu Exons
Ketika onkogen viral seperti src diklon oleh teknik DNA rekombinan dan
digunakan sebagai penyelidikan hibridisasi untuk mencari sequens homolog pada sel
normal, seperti sequens yang hampir selalu ditemukan. Sequens homolog ini terdapat
pada kromosom sel normal pada hewan normal yang tidak bergabung dengan
onkogen viral, karena mereka berbeda dari onkogen viral yang mengganggu sequens
penerjemahan seperti pada kebanyakan gen eukariotik lainnya. Hal tersebut adalah
onkogen selular dan protoonkogen yang mempunyai banyak ekson yang dipisah oleh
intron, sehingga onkogen viral adalah ekson tunggal. Contohnya pada sel src
protoonkogen ayam mengandung 11 intron yang terbagi dalam 12 sequens coding,
sehingga gen RSV v-src merupakan gen tunggal yang tidak diganggu sequens coding.
Kedua kode gen v-src dan c-src untuk protein kinase yang menghasilkan
residu posphorilate tyrosin. lebih dari itu, dua protein kinase ini mempunyai ukuran
dan struktur yang sama. Kedua reaksi protein ini dengan antibody dipersiapakan
sebagai antigen. Gabungan dari sequens nukleotida pada ayam gen v-src dan c-src
menjadi satu strain (strain Schimd- Ruppin) mengindikasikan bahwa dua gen dikode
oleh protein tersebut. Protein c-src mempunyai panjang 533 asam amino dan v-src
mempunyai panjang 526 asam amino. Perbedaan utama antara kedua protein ini
terdapat pada terminal COOH dimana 12 asam amino terakhir pada protein v-src
dipindah oleh 19 asam amino complete yang berbeda pada terminal protein c-src.
Selanjutnya, mereka mempunyai 18 pasang nukleotida tunggal yang berbeda antara
sequens coding dari v- src dan c-src dan hasilnya terjadi perubahan 8 asam amino
pada produk protein.
Gambar 3. Menunjukkan struktur onkogen v-src dan protoonkogen dari ayam. (a) Ilustrasi
DNA heterodupleks yang terbentuk dari hibridisasi dari satu untai yang membawa gen
c-src dengan untai komplementer yang membawa gen v-src (b) ilustrasi perbandingan
bagian sekuen penerjemah (ekson0 dari 2 gen tersebut. Gen c-src mengandung 12 ekson
dan 11 intron sedangkan gen v-src tunggal, tidak mengandung sekuen penerjemah
(ekson maupun intron) (Sumber: T. Takeya and H.Hanafusa, 1983)